Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
1
1.3 TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagi berikut :
1. Untuk mengetahui apa pengertian Control Self-assessment.
2. Untuk mengetahui sejarah munculnya Control Self-assessment.
3. Untuk mengetahui pentingnya Control Self-assessment.
4. Untuk mengetahui alat dan teknik yang dipelukan dalam melakukan Control Self-
assessment.
5. Untuk mengetahui hubungan antara Control Self-assessment dengan kegiatan audit
internal yang lain.
6. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapai serta keunggulan dan
kelemahan Control Self-assessment.
7. Untuk mengetahui factor pendukung keberhasilan Control Self-assessment.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
Control Self Assessment merupakan suatu pendekatan yang diterapkan oleh
internal auditor didalam perusahaan denga melibatkan seluruh elemen. Jika ditinjau dari
maknanya:
Control adalah kerangka kerja terintegrasi secara luas yang mempertimbangkan
semua faktor internal utama yang mempengaruhi pencapaian tujuan-tujuan
organisasi. Lingkupnya cenderung holistik atau sistemik.
Self dalam self-assessment adalah criteria fundamental untuk CSA. Kata ini
membedakan CSA dan audit lainnya. Seorang auditor dianggap memiliki
pengetahuan dan keahlia yang memadai untuk secara independen membentuk
penentuan resiko yang akurat atas control. CSA memiliki pendapat yang berlawanan
yaitu lingkup control terlalu luas dan perubahan berlangsung terlalu cepat sehingga
untuk membentuk penentuan resiko yang akurat mengenai control saat ini
membutuhkan semua pengetahuan dan keahlian orang yang melakukan tugas
tersebut.
Assessment adalah istilah yang lebih akurat dibandingkan pengukuran untuk
mengartikan evaluasi control. Begitu banyak faktor yang akan mempengaruhi hasil
kerja keras organisasi yang ketepatan matematis tidak bisa dihindari akan
menghasilkan intuisi dan pertimbangan. Bahkan perangkat penentuan resiko yang
paling baik sekalipun tergantung pada pelaksana pertimbangan yang subjektif,
kadang-kadang dari satu atau dua oran. CSA menghindari resiko yang terkaitan
dengan subjektivitas dengan mengumpulkan opini subjektif dari banyak pengamat
yang berbeda, biasanya dalam kelompok, guna mengidentifikasi pola-pola umum
sebelum sampai pada pertimbangan.
3
Berdasarkan hal-hal tersebut, CSA bisa digambarkan sebagai berikut:
Control Self Assessment merupakan sebuah proses dimana tim karyawan dan
manajemen, di tingkat lokal dan eksekutif, terus-menerus menjaga kesadaran semua
faktor material yang cenderung memengaruhi pencapaian tujuan organisasi, sehingga
memungkinkan mereka membuat penyesuaian-penyesuaian yang tepat. Untuk
meningkatkan independensi, objektivitas dan kualitas dalam proses tersebut. Serta tata
kelola yang efektif, maka diharapkan auditor internal terlibat dalam proses tersebut dan
bahwa mereka secara independen melaporkan hasil-hasilnya ke manajemen senior dan
dewan komisaris.
4
menyalurkan dana secara illegal. Kemungkinan segera diketahui bahwa banyak
organisasi memiliki rekening rahasia yang digunakan untuk menyalurkan dana tidak
hanya kepartai partai politik di amerika tetapi juga pegawai pemerintahan dalam dan luar
negri untuk mendukung perolehan kontrak yang berbau korupsi. Skandal politik telah
terbongkar dan menyikap sisi gelap dunia bisnis besar.
Pada tahun 1978 perusahaan dilarang melakukan pembayaran yang bisa dianggap
sebagai penyuapan kepada pegawai pemerintah, tetapi lebih penting lagi menekankan
perlunya control internal yang efektif, kegagalan perusahaan terus berlanjut sampai tahun
1980
Pada tahun 1987, setelah penelitian yang ekstensif, komisi tersebut
memublikasikan temuan-temuannya yang saat ini dikenal sebagai laporan treadway.
Beberapa penemuan yang sangat signifikan dibuat yaitu:
Sering kali (control) dipandang dari sudut pandang yang sempit
Kami yakin bahwa terdapat potensi nyata untuk mengurangi resiko kekurangan dalam
pelaporan keuangan, jika masalah-masalah bisa dipertimbangkan dan pandangan
secara multidimensional
Control internal dipengaruhi oleh orang-orang pada setiap tingkatan organisasi.
Treadway dan COSO telah menemukan bahwa proses audit terlalu sempit berfokus
pada akuntansi keuangan dan mengabaikan “lingkungan control” yang lebih luas,
lingkungan yang mewadahi keputusan manajemen dan akuntansi. Mereka berpendapat
bahwa lingkungan control memiliki “dampak yang pervasive” pada cara penyiapan
laporan keuangan.
“Kebijakan resmi mengkhususkan apa yang manajemen inginkan untuk terjadi. Budaya
perusahaan menentukan apa yang sebenarnya terjadi, dan aturan-aturan apa yang
dilanggar, dibengkokkan, atau diabaikan.”
5
2.4 ALAT DAN TEKNIK YANG DIGUNAKAN
Ada lima komponen kunci untuk rapat kerja yang sukses, yaitu :
1. Fasilitator akan melakukan wawancara dengan manajemen dan partisipan lain
sebelum pertemuan dimulai. Mereka akan mendapatkan pemahaman mengenai tujuan
utama tim, tujuan saat ini, dan signifikansi dalam hubungannya dengan keseluruhan
strategi organisasi.
2. Tim yang menghadiri rapat kerja tersebut membutuhkan waktu untuk berpikir dan
mengali ide-ide yang muncul. Setelah Pengenalan singkat , rapat kerja yang baik
diawali dengan tukar pikiran mengenai operasi apa yang berjalan baik bagi tim dan
hambatan-hambatan utama apa yang mereka hadapi dalam usaha mencapai tujuan
atau sasaran utama mereka.
3. Bisa muncul bila peserta puas karena masalah mereka telah diidentifikasi dan
dibahas. Dengan menggunakaan kerangka kerja kontrol sebagai pedoman, peserta
bisa menjawab serangkaian pertanyaan yang menjamin bhawa semua sprektrum
masalah control ditelaah dengan cermat dalam rapat kerhja tersebut.
4. Mengembalikan dengan segera ringkasan pembahasan dan pengumpulan suara, jika
ada, ke peserta. Pertama-tama, ringkasan dan penentuan risiko yang tercakup di
dalamnya merupakana milik tim yang berpartisipasi. Ringkasan tersebut merupakan
catatan diskusi mereka dan harus dikembalikan kepada mereka sesegera mungkin,
lebih baik di hari berikutnya. Mereka membutuhkan catatan pikiran mereka sehingga
mereka bisa mulai mengambil tindakan perbaikan atas masalah-masalah penting
5. Tindakan. Tim peserta dan manajer harus memutuskan tindakan apa yang harus
diambil pertama kali karena mereka jarang memilih waktu untuk segera melakukan
semua yang telah dibahas. Sebagaimana halnya temuan-temuan material dari audit
konvensional maka mungkin dibutuhkan pelaporan temuan-temuan ke manajemen
puncak dan komite audit jika risikonya signifikan bagi organisasi sehingga mereka
dapat mengambil tindakan segera.
6
2.5 PENDEKATAN CONTROL SELF-ASSESSMENT
Metode atau pendekatan CSA dibagi ke dalam tiga pendekatan, yaitu:
1. Workshop adalah pertemuan yang difasilitasi oleh fasilitator untuk memperoleh
informasi yang akan digunakan dalam penilaian resiko.
2. Survey adalah metode pengumpulan informasi yang bisa dilakukan dengan
memberikan kuisioner kepada responden.
3. Analisi Manajemenmerupakan analisis yang dilakukan oleh manajemen berdasarkan
Dari ketiga metode CSA tersebut diatas yang paling popular dandirekomendasikan oleh
IIA adalah metode Workshop.
7
1. Dari sudut pandang klien, auditor CSA merupakan fasilitator yang menyediakan
forum dan agenda yang berguna yang memungkinkan klien menemukan sendiri
keadaan sebenarnya dan memutuskan perubahan yang diperlukan.
2. Bagi manajemen senior, CSA menawarkan penelaahan sangat baik atas informasi
terbaru mengenai resiko dan peluang yang muncul. Hal ini memberikan peluang
untuk membandingkan strategi mereka dengan realitas saat ini dan membuat
penyesuaian yang diperlukan untuk memastikan bahwa tujuan bersifat realitas dan
akan tercapai sampai tujuan utama kontrol.
3. Bagi direksi, komisaris, komite audit dan pihak-pihak lain dalam tata kelola
perusahaan, CSA memiliki implikasi yang signifikan. Focus yang sempit dari profesi
udit eksternal pada pelaporan keuangan yang sering kali menghasilkan keterkejutan
dan memalukan bila terjadi kecurangan yang tidak diharapkan karena faktor-faktor
control utama tidak diperiksa.
8
audit, CSA merupakan metode penentuan risiko yang cepat dan biasanya andal ditingka
makro tetapi tidak seperti beberpa alat audit, CSA tidak dirancang untuk penyelidikan
lebih dalam. Bila CSA dilakukan secara berkesinambungan diorganisasi maka CSA
merupakan alat ideal untuk mengidentifikasi risiko dan bidang-bidang bernilai tinggi
yang akan bermanfaat untuk dilakukan audit. Partisipasi rapat kerja biasanya pandai
dalam mengidentifikasi bidang-bidang masalah utama.
9
untuk diselenggarakan sebanyak mungkin. Jika tim CSA tidak mengalokaiskan waktu
untuk menelaah hasilnya, belajar dari hasil tersebut, memperbaiki cara bertanya dan
mengkomunikasikannya kembali keorganisasi, mereka jelas mencapai nilai yang
pontensial. Partisipan rapat kerja memang telah diuntungkan tetapi tidak demikian
bagi karyawan lainnya diorganisasi.75% atau lebih dari manfaat CSA telah hilang.
2. Tidak menepati janji atau membuat terlalu banyak janji merupakan kesalahan lainnya
yang biasa terjadi fasilitator akan belajar bahwa penting untuk tidak hanya membuat
janji mengenai hal yang dapat mereka sampaikan. Setiap rapat kerja menghasilkan
sekumpulan harapan dan janji, jika tidak ada tindakan lanjutannya maka akan terjadi
penurunan moral dan kepercayaan.
3. Tidak sensitive terhadap kebutuhan dan kekhawatiran partisipan merupakan
kesalahan yang biasa terjadi pada fasilitator yunior. Saat bekerja dengan setiap
kelompok maka akan membantu untuk menyadari faktor-faktor social ekonomi.
Kebanyakan rapat kerja memiliki sedikit partisipan yang khawatir bahwa apa yang
mereka katakana akan membahayakan kariernya. Memang ini lah watak manusia,.
Kesadaran akan kemungkinkan-kemungkinan ini akan membantu fasilitator
menyesuaikan sikapnya dan sensitive dalam mensyaratkan keterbukaan.
4. Kuesioner, dengan beberapa pengecualian, bukan merupakan self-assessement.
Banyak orgarnisasi mengunakan kuesioner yagn bagusuntuk mensurvei karyawan
tetapi penilaian dilakukan oleh pihak ketiga yang menginterprestasikan data tersebut.
5. Terlalu dalam masuk ke dalam masalah tanpa tahu cara mengatasi masalah itu.
Merupakan pendekatan yang beralasan dalam bidang yang sama sekali baru. Iniah
yang dilakukan oleh Gulf sebagai pionir-upaya pertama dilakukan tahun 1987 kita
sekarang tahu lebih banyak tentang CSA dan informasi ini tersedia melalui beberapa
pelatihan yang bagus, pusat CSA di IIA dan iteratur yang terus berkembang meskipun
masih belum sempurna. Sebagai auditor professional kita punya tanggung jawab
untuk belajar sebanyak mungkin sebelum menawarkan jasa ke organisasi kita.
10
2.12 FAKTOR PENDUKUNG KEBERHASILAN CSA
Kegiatan workshop dapat berhasil dengan baik apabila dilaksanakan secara jujur
dan terbuka disamping didukung oleh kemampuan Fasilitator dan komitmen pimpinan
instansi. Hal-hal yang menentukan keberhasilan CSA, yaitu :
1. Keterbukaan, kejujuran, dan obyektifitas pimpinan instansi dalam proses workshop
2. Pemilihan peserta yang tepat, yaitu mempunyai pemahaman dan berperan aktif dalam
proses bisnis kegiatan.
3. Peran aktif peserta selama pelaksanaan workshop
4. Budaya organisasi mendukung diskusi yang terbuka dan transparan
5. Tidak terdapat indikasi penyimpangan/KKN.
11
BAB III
KESIMPULAN
Dari pemaparan pembahasan pada Bab II makalah dengan judul “Control Self-
assessment” dapat kita tarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Control Self Assessment merupakan adalah sebuah proses dimana tim karyawan dan
manajemen, di tingkat lokal dan eksekutif, terus menerus menjaga kesadaran semua
faktor material yang cenderung mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi.
2. Ada lima komponen kunci untuk rapat kerja (CSA) yang sukses, empat diantaranya
merupakan tanggung jawab tim fasilitator. Pertama, fasilitator akan melakukan
wawancara dengan manajemen dan partisipan lain sebelum pertemuan dimulai. Kedua,
tim yang menghadiri rapat kerja membutuhkan waktu untuk berpikir dan menggali ide-
ide yang muncul. Ketiga bisa muncul bila peserta puas karena masalah mereka telah
diidentifikasi dan dibahas. Keempat adalah mengembalikan dengan segera ringkasan
pembahasan dan pengumpulan suara (jika ada) ke peserta. Kelima adalah tindakan atas
semua yang telah dibahas.
3. Kualitas yang Dibutuhkan Untuk Tim Fasilitator CSA yaitu Kejujuran, empati,
mengahargai orang lain, memiliki keahlian interpersonal, rasa ingin tahu, pendengar yang
baik dan terdorong untuk memberikan nilai bagi klien dan organisasi. Selain itu, fasiliator
juga tetap dituntut untuk memiliki pengetahuan mendalam tentang konrol sistemik,
skeptimisme yang sehat, keahlian dalam pemberian fasilitas, kemampuan organisasional,
ahli software dan hardware, dan memiliki keahlian analitis yang baik untuk membuat
sebuah kesimpulan yang bermanfaat bagi organisasi.
12
DAFTAR PUSTAKA
13