Sie sind auf Seite 1von 6

Nama : Novita Indah Permatasari

NIM : 1504015272

Kelas : 3A

Tugas Teknologi Sediaan Farmasi 1

1. Judul
 B. Inggris : Evaluation of Dissolution Behavior of Paracetamol
Suspension
 B. Indonesia: Evaluasi perilaku disolusi dari suspensi parasetamol
2. Bentuk sediaan : Suspensi
3. Komposisi:
 B. Inggris:
Materials: Paracetamol (assay 99.8%) was collected from Beximco
Pharmaceuticals Ltd., Dhaka. All materials used in the formulations were
of pharma grade. Chemicals used for analytical and dissolution studies
were of reagent grade.
 B. Indonesia :
Bahan: Parasetamol (assay 99,8%) merupakan dikumpulkan dari
Beximco Pharmaceuticals Ltd., Dhaka. Semua bahan yang digunakan
dalam formulasi adalah bahan-bahan farmasi. Bahan kimia yang
digunakan untuk analisis dan penelitian disolusi adalahbahan-bahan
reagen.
4. Pembuatan
 B. Inggris:
a) Collection of commercial samples. Ten brands of paracetamol
suspensions and one brand of paracetamol solution (syrup) were
purchased from various drug shops of Dhaka city. The samples were
checked for their production and expiry dates before purchasing. The
suspensions were randomly coded from PM-1 to PM-10 and stored
under appropriate conditions until further study. The labels of all the
products claimed to contain 120 mg of the active ingredient per 5ml.
b) Dissolution studies. Dissolution of commercial suspensions was
carried out using a paddle stirring assembly of USP XXII apparatus 2.
Although mainly designed for tablets and capsules, this apparatus has
also been used by several investigators to study the dissolution
behaviour of suspensions.2, 15, 16 500 ml of 0.1N HCl was placed in
the dissolution vessel which was allowed to equilibrate at a
temperature of 37±1°C. 10 ml suspension was introduced carefully into
the bottom of the apparatus. The paddle rotation was controlled at 25
rpm. 3 ml of the sample was withdrawn with a glass syringes from a
fixed position of the vessel at 3 minutes intervals and 3 ml of fresh 0.1
N HCl solution was added immediately as replacement. The collected
samples were filtered and, after proper treatment, the amounts of
paracetamol dissolved at 3 minutes intervals were determined by
taking the absorbance at 430 nm following the same procedure as
mentioned in the paracetamol quantification.
c) Viscosity measurement. The kinematic viscosity of the suspensions
was measured using ‘Cannon-Fenske-Routine’ viscometer. For
comparative purpose, a low-stress single point determination (shear
rate 100 second-1) was done and the readings were corrected and
expressed in units of centistokes (cS)
d) Paracetamol quantification. To verify label claims, the paracetamol
content of the commercial suspensions was estimated by a colorimetric
method.17 This method is a minor modification of the method
described in USP XXII (1989) for determination of paracetamol in
paracetamol oral suspensions.18 Absorbance of the treated samples
were measured at 430 nm against a blank and concentrations of
paracetamol were determined using a properly constructed calibration
curve.
e) Preparations of laboratory samples. Dispersions of the suspending
agents were made and kept overnight to allow proper swelling. Propyl
paraben (0.03% w/v) was used as preservative in all cases. Paracetamol
suspensions were prepared (120 mg / 5ml, 2.4 %w/v) using mortar and
pestle following standard procedures.4,5,15 All together, twenty five
formulations were made but only those forming somewhat satisfactory
suspensions and having significant

 B. Indonesia :
a) Pengumpulan sampel komersial. Sepuluh merek suspensi
parasetamol dan satu merek larutan parasetamol (sirup) dibeli dari
berbagai toko obat di kota Dhaka. Sampel diperiksa dari tanggal
produksi dan tanggal kadaluwarsa sebelum membeli. Suspensi
secara acak dikodekan dari PM-1 sampai PM-10 dan disimpan
dalam kondisi yang sesuai sampai penelitian lebih lanjut. Label
dari semua produk diklaim mengandung 120 mg bahan aktif per
5ml.
b) Penelitian Disolusi. Disolusi suspensi komersial dilakukan dengan
menggunakan pengaduk rakitan USP XXII apparatus 2. Meskipun
dirancang untuk tablet dan kapsul, alat ini juga telah digunakan
oleh beberapa peneliti untuk mempelajari perilaku pelarutan
suspensi. 500 ml dari 0,1N HCl ditempatkan di dalam bejana
disolusi yang digunakan untuk menyeimbangkan suhu menjadi 37
± 1 ° C. Suspensi 10 ml dimasukkan dengan hati-hati ke bagian
bawah aparatus. Pengadukan diatur pada kecepatan 25 rpm. 3 ml
sampel diambil dengan menggunakan jarum suntik kaca dari posisi
awal pada interval waktu setelah 3 menit dan 3 ml larutan HCl 0,1
N ditambahkan segera sebagai pengganti. Sampel yang
dikumpulkan disaring. Dan setelah perlakuan yang benar, jumlah
parasetamol yang dilarutkan pada interval 3 menit ditentukan
dengan mengambil absorbansi pada 430 nm dengan mengikuti
prosedur yang sama seperti yang disebutkan dalam kuantifikasi
parasetamol.
c) Pengukuran viskositas. Viskositas kinematik suspensi diukur
dengan menggunakan viskometer 'Cannon-Fenske-Rutin'. Untuk
tujuan komparatif, penentuan titik tunggal tegangan rendah (laju
geser 100 detik-1) dilakukan dan pembacaannya dikoreksi dan
dinyatakan dalam satuan centistokes (cS)
d) Kuantifikasi parasetamol. Untuk memverifikasi klaim label,
kandungan parasetamol dari suspensi komersial diperkirakan
dengan metode kolorimetrik. Metode ini merupakan modifikasi
kecil dari metode yang dijelaskan dalam USP XXII (1989) untuk
penentuan parasetamol pada suspensi oral parasetamol.Absorbansi
perlakuan Sampel diukur pada 430 nm terhadap blanko dan
konsentrasi parasetamol ditentukan dengan menggunakan kurva
kalibrasi yang disusun dengan benar.
e) Persiapan sampel laboratorium. Dispersi agen suspending dibuat
dan disimpan dalam semalam untuk memungkinkan
pengembangan yang tepat. Propil paraben (0,03% b / v) digunakan
sebagai bahan pengawet dalam semua kasus. Suspensi parasetamol
disiapkan (120 mg / 5ml, 2,4% b / v) dengan menggunakan mortar
dan alu mengikuti prosedur standar. Secara bersama, dua puluh
lima formulasi dibuat tetapi hanya suspensi yang agak memuaskan
dan memiliki temuan yang signifikan.

5. Evaluasi
 B. Inggris:
a) Treatment of dissolution data. The dissolution data for each
commercial sample (one syrup and ten suspensions) and laboratory
made suspensions were treated by converting observed drug
concentration at each sampling time (3 minutes interval) and, in turn,
to percents dissolved based on the labeled claim as 100%. Analysis of
dissolution data demonstrated a marked difference in the dissolution
characteristics of different samples (Figures 1a & 1b). There is no
official specification for the minimum limit of dissolution of
paracetamol suspensions within a specified period of time. However,
the USP specifies a value of not less than 80% (Q) within 30 minutes
for paracetamol tablets.18 In this context, the dissolution of the
suspensions were found to be much faster as expected since almost
100% drug was dissolved from all the products (except PM-10) within
30 minutes even at slow stirring speed of 25 rpm. However,
considering paracetamol release at earlier time intervals, it is evident
that differences exist among the test products regarding the rate of drug
dissolution. For instance, extent of drug release varied between 72%
and 100% at 15 minutes interval among the products exempting PM-
10.
b) Viscosity considerations. The present study also revealed that
dissolution rate was related to the viscosity of suspensions, either in
commercial products or in laboratory made samples. In general, low
viscosity samples showed faster dissolution rates and vice versa. In the
laboratory made samples, viscosity increased with increase of
concentration of' suspending agents, which, in turn, decreased the
dissolution rate. Viscosity showed a strong correlation with the extent
of dissolution at the initial stage (3 minutes) but, with the lapse of time,
the relationship became gradually weaker as observed from the
decreasing values of correlation coefficient at later time intervals (6
minutes, 9 minutes, 12 minutes and 15 minutes).
c) Kinetic analysis. The dissolution rate was subjected to various
mathematical models like zero order, first order, Higuchi and Hixson-
Crowell equations to elucidate the kinetic behavior of drug release
from the test samples. It was observed from the correlation coefficient
values that the release kinetics of' paracetamol from the suspensions
appeared to follow first order release kinetics (log of percent drug
remaining versus time) in most of tile cases of' both commercial and
laboratory-made paracetamol suspensions (Table 2). However, Higuchi
model (percent drug dissolved versus square root of' time) was also in
good agreement in many cases. Thus, complex mechanisms, influenced
by various factors, are likely to be involved in the release of drugs from
suspension dosage forms.

 B. Indonesia:
a) Perlakuan data disolusi. Data disolusi untuk setiap sampel
komersial (satu sirup dan sepuluh suspensi) dan suspensi yang
dilakukan oleh laboratorium dilakukan dengan mengubah
konsentrasi obat yang diamati pada setiap waktu sampling (interval
3 menit) dan, pada setiap sampelnya persentase kelarutan
dinyatakan 100%. Analisis data disolusi menunjukkan sebuah tanda
perbedaan karakteristik disolusi pada ampel yang berbeda (Gambar
1a & 1b). Tidak ada spesifikasi resmi untuk batas minimum
disolusi suspensi parasetamol dalam sebuah periode waktu tertentu.
Namun, USP menentukan nilai tidak kurang dari 80% (Q) dalam
30 menit untuk tablet parasetamol. Dalam konteks ini, disolusi
suspensi banyak ditemukan lebih cepat seperti yang diharapkan
karena hampir 100% obatnya terlarut dari semua produk (kecuali
PM-10) dalam 30 menit bahkan pada kecepatan pengadukan yang
lambat 25 rpm. Namun, mengingat pelepasan parasetamol di selang
waktu sebelumnya, terbukti bahwa perbedaan ada diantara produk
uji yang mengenai tingkat disolusi obat. Misalnya, tingkat
pelepasan obat bervariasi antara 72% dan 100% pada interval 15
menit di antara produk yang membebaskan PM-10.
b) Pertimbangan viskositas. Penelitian ini mengungkapkan bahwa
tingkat disolusi terkait dengan viskositas suspensi, baik secara
produkkomersial atau di sampel yang dibuat di laboratorium.
Secara umum, Sampel viskositasyang rendah menunjukkan tingkat
disolusi yang lebih cepat dan sebaliknya. Sampel yang dibuat di
laboratorium, viskositas meningkat dengan peningkatan
konsentrasi agen pensuspensi, yang sebaliknya menurunkan laju
disolusi. Viskositas menunjukkan korelasi kuat dengan tingkat
disolusi pada tahap awal (3 menit) tapi, dengan selang waktu, tiap
menitnya menjadi sedikit demi sedikit melemah sebagaimana
diamati dari penurunan nilai koefisien korelasi pada interval waktu
berikutnya (6 menit, 9 menit, 12 menit dan 15 menit)
c) Analisis kinetik. Tingkat disolusi menjadi sasaran berbagai model
matematis seperti urutan nol, urutan pertama, persamaan Higuchi
dan Hixson-Crowell menjelaskan perilaku kinetik pelepasan obat
dari sampel uji. Hal itu diamati dari nilai koefisien korelasi bahwa
kinetika pelepasan parasetamol dari suspensi tampaknya mengikuti
kinetika pelepasan orde pertama (log persen obat yang tersisa
versus waktu) pada sebagian besar kasus suspensi parasetamol
komersial dan buatan laboratorium (Tabel 2). Namun, model
Higuchi (persen obat terlarut versus akar kuadrat waktu) juga
dalam kesepakatan yang baik dalam banyak kasus. Dengan
demikian, mekanisme kompleks, yang dipengaruhi oleh berbagai
faktor, kemungkinan besar akan dilibatkan dalam pelepasan obat
dari bentuk sediaan suspensi.

Das könnte Ihnen auch gefallen