Sie sind auf Seite 1von 8

SAGU, September 2015 Vol. 14 No.

2 : 43-50
ISSN 1412-4424

KARAKTERISTIK ASAP CAIR DARI PROSES PIROLISIS LIMBAH


SABUT KELAPA MUDA

[FUME CHARACTERISTICS LIQUID WASTE FROM THE PYROLYSIS YOUNG


COCONUT FIBER]

RIKO PAMORI*, RASWEN EFENDI, DAN FAJAR RESTUHADI1

Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Riau, Pekanbaru

ABSTRACT
This research aims to identify liquid smoke from young coconut fiber which containmuch water is different
from the others. This research was undertaken on these days in an experiment with using a Complete Random
Design with five treatment three times repetition. Inhumanity in this research on KA1 (the level of water
70%), KA2 (60%) the level of water, KA3 (the level of water 40%) KA4 (the level of water 30%) KA5 (the level
of water 20%). Parameter that observed is yield (chemistry), degrees acidity (pH), total amino tertitrasi,
phenol levels, as well as the weight of. Data that was recieved by analyzed in statistics with is trial Anova. If
F count more than or equal to F table then continued with test DNMRT on a 5 percent. Results of the study
showed that pyrolysis of young coconut fiber with the level of water 20% produce liquid smoke with
characteristic yield (chemistry) 9.06%, the pH 2.6, the total amino 5.2%, the proportion phenol 0.660%, and
the weight of 1.009.

Key words: liquid smoke, pyrolysis, young coconut fiber.

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi asap cair dari sabut kelapa muda dengan kondisi kadar air
yang berbeda–beda. Penelitian ini dilakuakn secara eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan lima perlakuan tiga kali ulangan. Perlakuannya dalam penelitian ini meliputi KA1 (kadar air 70%),
KA2 (kadar air 60%), KA3 (kadar air 40%) KA4 (kadar air 30%) KA5 (kadar air 20%). Parameter yang diamati
adalah rendemen, derajat keasaman (pH), total asam tertitrasi, kadar fenol, serta bobot jenis. Data yang diperoleh
dianalisis secara statistik dengan mengggunakan uji ANOVA. Jika F hitung lebih besar atau sama dengan F
tabel maka dilanjutkan dengan uji DNMRT pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pirolisis sabut
kelapa muda dengan kadar air 20% menghasilkan asap cair yang terbaik dengan karakteristik rendemen 9,06%,
nilai pH 2,6, total asam 5,2%, kadar fenol 0,660%, dan bobot jenis 1,009.

Kata kunci : Asap cair, pirolisis, sabut kelapa.

PENDAHULUAN termasuk golongan palem (Palmae).


Kelapa termasuk dalam famili Palmae Pemanfaatan buah kelapa sangat beragam,
yang banyak ditemukan di daerah tropis. Kelapa akan tetapi untuk pemanfaatan dan cara
di golongkan sebagai : Divisio: Spermatophyta, pengolahan kelapa muda dan limbahnya masih
Kelas: Monocotyledoneae, Ordo: Palmales, terbatas. Penanganan buah kelapa muda setelah
Familia: Palmae, Genus: Cocos, Spesies : Cocos panen salah satunya adalah pengawetan buah
nucifera. Kelapa termasuk tumbuhan berkeping kelapa muda untuk tujuan dikonsumsi secara
satu (Monocotyledoneae), berakar serabut, dan langsung.Sabut kelapa untuk saat ini hanya
* Korespondensi penulis:
menjadi sampah yang belum bisa dimanfaatkan.
E-mail: rikotela@gmail.com Karena itu salah satu penanganannya adalah

Sagu 14 (2): 2015 43


RIKO PAMORI, RASWEN EFENDI, DAN FAJAR RESTUHADI1

dengan memanfaatkan limbah sabut kelapa muda Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan 3 kali
sebagai bahan dasar dalam pembuatan asap cair. ulangan sehingga diperoleh 15 kombinasi
Asap cair merupakan cairan kondensat perlakuan. Perlakuan dalam penelitian ini adalah
uap asap hasil pirolisis kayu yang mengandung sebagai berikut: KA1 (kadar air 70%) KA2 (kadar
senyawa penyusun utama asam, fenol dan air 60% ) KA3 ( kadar air 40%) KA4 (kadar air
karbonil sebagai hasil degradasi termal komponen 30%) KA5 ( kadar air 20%). Proses pembuatan
selulosa, hemiselulosa dan lignin. Senyawa asam, asap cair dilakukan menjadi tiga tahap, adapun
fenol dan karbonil dalam asap cair memiliki tahap pembuatannya adalah sebagai berikut:
kontribusi dalam memberikan sifat karakteristik
aroma, warna, flavor serta antioksidan dan Persiapan Bahan Baku
antimikroba (Pranata, 2007). Bahan pembakar disiapkan yaitu sabut
Asap cair mengandung berbagai kelapa muda yang didapat dari penjual es kelapa
senyawa yang dapat dikelompokkan ke dalam muda dijalan Arifin Ahmad, kecamatan
kelompok senyawa fenol, asam dan kelompok Marpoyan Damai kota Pekanbaru. Sabut kelapa
senyawa karbonil. Kelompok-kelompok muda dipisahkan dari cangkang yang menempel
senyawa tersebut berperanan sebagai pada sabut dan dipotong kecil-kecil menggunakan
antimikroba, antioksidan, pemberi flavor golok. Kemudian dikeringkan dalam oven pada
(flavoring) dan pembentuk warna (coloring). suhu 60oC. Pengeringan dihentikan apabila telah
Karena asap cair dapat berperan sebagai mendapat kadar air 70%, 60%, 40%, 30%, 20%
antimikroba dan antioksidan, maka asap cair dapat sesuai dengan masing-masing perlakuan.
digunakan sebagai bahan pengawet (Yuwanti,
2003). Tujuan P\penelitian ini adalah Proses Pembuatan Asap Cair
mengidentifikasi asap cair dari sabut kelapa muda Proses pembuatan asap cair mengacu
dengan kondisi kadar air yang berbeda–beda. pada Darmaji et al.,(1999). Pembuatan asap
cair dimulai dengan cara sabut kelapa muda
BAHAN DAN METODE dengan kadar air sesuai perlakuan dimasukan
Penelitian ini telah dilakukan di kedalam reaktor pirolisis. Setiap kali pembakaran
Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan bahan sabut kelapa muda sebanyak 1500 g
Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Fakultas dimasukkan kedalam tabung reaktor, Kemudian
Pertanian Universitas Riau, kemudian dilanjutkan tabung ditutup dengan rapat. Selanjutnya
di Laboratorium Kehutanan Fakultas Pertanian Rangkaian alat kondensasi dipasang dan tabung
Universitas Riau. Waktu penelitian berlangsung pendingin dialiri dengan air dingin. Api kompor
selama enam bulan yaitu pada bulan Juni sampai gas dinyalakan untuk membakar tabung reaktor.
Desember 2014. Bahan-bahan yang digunakan Bahan didalam tabung reaktor akan panas dan
pada penelitian ini adalah sabut kelapa muda yang akan mengalami pirolisis. Asap akan keluar dari
didapat dari penjual es kelapa muda di pinggiran wadah dan masuk kedalam kondensor yang
jalan Arifin Ahmad, Kecamatan Marpoyan akhirnya mengeluarkan cairan hasil kondensasi
Damai kota Pekanbaru.. Untuk bahan analisis ditampung didalam botol. Pemanasan diakhiri
digunakan etanol 95%, akuades, reagen Folin- sampai tidak ada asap cair yang menetes dalam
Ciocalteu, asam galat 0,2%, Na 2S 2O 3 5%, wadah penampung.
Na2CO3 5%, indikator fenolphthalein, dan NaOH
0,1 N. Peralatan yang digunakan adalah reaktor Proses Pemurnian Asap Cair
pirolisis, alat destilasi, kondensor, selang, golok, Pemurnian asap cair dilakukan dengan
termometer, pH meter, erlenmeyer, gelas piala, cara distilasi. Proses destilasi mengacu pada
tabung reaksi, pemanas listrik, pipet tetes, labu Luditama (2006). Asap cair dimasukkan
ukur, vortex shaker, sentrifuse, spektrofotometer, sebanyak 200 ml ke dalam labu distilasi,
piknometer dipanaskan menggunakan pemanas listrik dengan
Penelitian ini dilaksanakan secara suhu maksimum 200oC. Uap yang terbentuk lalu
ekperimen dengan mengunakan Rancangan masuk ke dalam pipa pendingin balik

44 Sagu 14 (2): 2015


Karakteristik Asap Cair dari Proses Pirolisis Limbah Sabut Kelapa Muda

(condensor) dan destilat ditampung dalam of Variance (Anova). Jika F hitung e” F tabel
sebuah wadah atau labu. maka dilanjutkan dengan Uji Duncan New
Pengamatan yang dilakukan pada Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5%.
penelitian ini adalah rendemen, pH, total asam
tertitrasi, kadar fenol, bobot jenis. Data yang HASIL DAN PEMBAHASAN
diperoleh dari hasil pengamatan akan dianalisis Hasil sidik ragam rendemen, pH, total asam
secara statistik dengan mengggunakan Analysis tertitrasi, kadar fenol dan bobot jenis dapat dilihat
pada Tabel 1.

Tabel 1. Analisis proksimat

Perlakuan
Analisis Kimia
KA1 KA2 KA3 KA4 KA5
c b ab a
Rendemen (%) 20,88 14,17 10,71 10,04 9,06a
d c c b
pH 3,0 2,8 2,8 2,7 2,6a
a b b c
Total asam tertitrasi (%) 0,9 1,9 1,8 3,4 5,2d
a c b d
Kadar fenol (%) 0,330 0,446 0,410 0,512 0,660e
Bobot jenis 1,005a 1,007a 1,006a 1,007a 1,009b
Ket: Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang berbeda menunjukkan berbeda nyata menurut uji DNMRT pada
taraf 5%

Rendemen sangat bergantung pada kondisi proses dan jenis


Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa bahan baku yang digunakan.
asap cair yang dihasilkan pada proses pirolisis Kadar air yang terdapat pada sabut
sabut kelapa muda pada parameter kadar air kelapa muda merupakan kadar air bebas,
yang berbeda-beda memberikan pengaruh nyata sehingga akan mudah menguap bila dipirolisis.
(P<0,05) terhadap rendemen asap cair. Tabel 1 Pada proses pirolisis berlangsung kadar air yang
menunjukkan bahwa nilai rendemen asap cair terkandung didalam sabut kelapa akan ikut
yang dihasilkan semakin meningkat seiring menguap pada suhu 100 0C dan mengalami
dengan meningkatnya kadar air sabut kelapa kondensasi ketika uap air melalui kondensor
muda. Nilai rendemen yang relatif tinggi diperoleh sehingga meningkatkan jumlah kondensat asap
pada perlakuan KA1 (Kadar air sabut kelapa cair yang dihasilkan.
muda 70%) yaitu 20,88% sedangkan pada Rendemen tertinggi yang diperoleh pada
perlakuan KA5 (Kadar air sabut kelapa muda penelitian ini sekitar 20,88% pada kadar air 70
20%) memiliki nilai rendemen terendah yaitu % dengan suhu pembakaran 4500C selama 90
9,06%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin menit. Rendemen asap cair ini masih tergolong
tinggi kadar air bahan sabut kelapa muda rendah bila dibandingkan dengan hasil penelitian
rendemen asap cair yang dihasilkan juga semakin Luditama (2006) yaitu sekitar 40,29% pada kadar
tinggi. air 23,14% untuk sabut kelapa dan 40,08% pada
Perbedaan nilai rendemen pada setiap kadar air 14,06% untuk tempurung kelapa pada
perlakuan asap cair tersebut dipengaruhi oleh suhu pembakaran 300°C selama 5 jam.
kadar air bahan baku sabut kelapa muda. Hal ini Perbedaan rendemen asap cair lebih
dikarenakan sabut kelapa muda yang digunakan disebabkan oleh jenis kayu yang memiliki kadar
mengandung kadar air yang berbeda-beda. lignin, yang bervariasi (Tranggono, 1997 dalam
Tingginya kadar air pada bahan akan Fatimah, 2009). Perbedaan kandungan komponen
menpengaruhi rendemen yang dihasilkan. lignin pada sabut kelapa tua dan tempurung
Menurut Gani. (2007) bahwa jumlah rendemen kelapa lebih besar dibandingkan sabut kelapa
asap cair yang dihasilkan pada proses pirolisis muda, Lignin sabut kelapa tua sekitar 29,23-45,84

Sagu 14 (2): 2015 45


RIKO PAMORI, RASWEN EFENDI, DAN FAJAR RESTUHADI1

%, tempurung kelapa sekitar 33,30 % (Joseph mudah terlarut dengan air. Asap cair yang
dan Kindagen, 1993). Sabut kelapa muda dihasilkan dengan bahan baku yang memiliki
mengandung lignin sekitar 20,1% (Djatmiko dkk., kadar air tinggi saat terpirolisis pada suhu 1000C
1990). Hal inilah yang mempengaruhi jumlah akan mengalami kondensasi ketika uap air
kondensat asap cair yang dihasilkan. melalui kondensor sehingga air akan ikut
tercampur dengan asap cair. akibatnya nilai pH
Nilai pH menjadi naik dan kadar total asam tertitrasi
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan menjadi turun sehingga kualitas asap cair menjadi
bahwa asap cair yang dihasilkan pada proses rendah. Menurut Sumasroh (2010) bahwa
pirolisis sabut kelapa muda pada parameter komposisi asap cair juga bergantung pada bahan
kadar air yang berbeda-beda memberikan baku yang meliputi, kadar air, suhu pembakaran
pengaruh nyata (P<0,05) terhadap nilai pH asap dan tahapan proses pirolisis.
cair sabut kelapa muda Tabel 1 menunjukkan
bahwa nilai pH asap cair yang dihasilkan semakin Total Asam Tertitrasi
meningkat seiring dengan meningkatnya kadar Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
air sabut kelapa muda setiap perlakuan. Nilai pH asap cair yang dihasilkan pada proses pirolisis
yang relatif tinggi diperoleh pada perlakuan KA1 sabut kelapa muda pada parameter kadar air
(Kadar air sabut kelapa muda 70%) yaitu pH 3, yang berbeda-beda memberikan pengaruh nyata
sedangkan nilai pH asap cair terendah diperoleh (P<0,05) terhadap total asam tertitrasi asap cair
pada perlakuan KA5 (Kadar air sabut kelapa Tabel 1 menunjukkan bahwa total asam tertitrasi
muda 20%) yaitu pH 2,6. Hal ini menunjukan semakin menurun seiring dengan meningkatnya
bahwa tingginya kadar air pada sabut kelapa kadar air pada sabut kelapa muda. Total asam
muda memberi pengaruh terhadap nilai pH yang tertitrasi paling rendah adalah asap cair KA1
dihasilkan. (Kadar air sabut kelapa muda 70%) yaitu 0,9%,
Bahan baku sabut kelapa muda memiliki sedangkan total asam tertitrasi tertinggi adalah
kadar air yang cukup tinggi. Kadar air yang tinggi pada perlakuan KA5 (Kadar air sabut kelapa
pada bahan baku akan mengurangi kualitas asap muda 20%) yaitu 5,2%. Hal ini menunjukan
cair yang diproduksi. Karena jumlah air yang bahwa semakin tinggi kadar air sabut kelapa
tinggi dalam bahan akan ikut menguap pada saat muda nilai total asam tertitrasi yang dihasilkan
pirolisis. Asap cair yang dihasilkan akan banyak semakin rendah.
mengandung air, sehingga kualitas asap cair Tingginya kadar air pada sabut kelapa
menurun. Menurunnya kulitas asap cair akan muda memberikan variasi terhadap komposisi
mempengaruhi tingkat keasaman pada asap cair, asap cair sabut kelapa muda yang dihasilkan.
sehingga nilai pH menjadi naik. Tingkat Jumlah kadar air yang tinggi pada sabut kelapa
keasaman ini berasal dari senyawa yang muda menyebabkan tingkat keasaman asap cair
terkandung dalam asap cair terutama asam dan kadar fenol menjadi rendah. Karena asap
asetat dan asam karboksilat lainya (Darmadji, cair memiliki senyawa asam yaitu berupa
2009). senyawa asam organik. Senyawa asam organik
Nilai pH asap cair juga berkaitan dengan yang terdapat pada asap cair yaitu berupa
tinggi rendahnya total asam tertitrasi. Tingginya senyawa asam asetat.
total asam tertitrasi maka pH asap cair menjadi Asam asetat terbentuk sebagian dari
rendah begitu juga sebaliknya semakin rendah lignin dan sebagian lagi dari komponen
total asam tertitrasi maka pH asap cair menjadi karbohidrat dari selulosa. Yulistiani dkk., (1997)
tinggi. Hal ini dikarenakan sabut kelapa memiliki mengatakan hasil pirolisis dari senyawa selulosa,
komponen seperti hemiselulosa dan selulosa yang hemiselulosa dan lignin akan menghasilkan asam
apabila terdekomposisi akan menghasilkan organik, fenol, dan karbonil yang berbeda-beda
senyawa-senyawa asam organik seperti asam dalam proporsi diantaranya tergantung pada jenis
asetat. Asam asetat merupakan pelarut yang kayu, kadar air kayu dan suhu pirolisis yang

46 Sagu 14 (2): 2015


Karakteristik Asap Cair dari Proses Pirolisis Limbah Sabut Kelapa Muda

digunakan. Akibatnya kualitas asap cair yang sedangkan kadar fenol tertinggi adalah pada
dihasilkan pada penelitian ini bervariasi perlakuan KA5 (Kadar air sabut kelapa muda
dikarenakan kadar air pada bahan sabut kelapa 20%) yaitu 0,660%. Hal ini menunjukkan bahwa
muda yang berbeda-beda. Hal ini sesuai semakin tinggi kadar air bahan sabut kelapa muda
penyataan Girard (1992) bahwa kandungan kimia nilai kadar fenol yang dihasilkan semakin rendah.
asap cair dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara Tingginya kadar air pada sabut kelapa
lain suhu pirolisis, jenis kayu, dan kadar air kayu. muda mempengaruhi kadar fenol yang dihasilkan.
Perbedaan jumlah total asam tertitrasi Kadar fenol yang terkandung dalam asap cair
bekaitan dengan tinggi rendahnya senyawa fenol merupakan hasil dekomposisi komponen lignin
yang dihasilkan pada asap cair. Hal ini dapat pada pirolisis sabut kelapa muda. Girrard. ( 1992)
dibuktikan pada tabel 8 dimana Semakin tinggi menyatakan fenol yang dihasilkan dari
kadar fenol asap cair, total asam tertitrasi yang dekomposisi lignin terjadi pada suhu 300 °C dan
dihasilkan semakin tinggi, begitu juga sebaliknya berakhir pada suhu 450 °C (Girrard, 1992).
semakin rendah kadar fenol asap cair, maka total Seiring dengan itu kandungan air pada bahan
asam tertitrasi semakin rendah. sabut kelapa muda akan ikut menguap pada suhu
Kadar fenol dan total asam tertitrasi 100°C dan mengalami kondensasi uap air melalui
terbentuk dari komponen selulosa, hemiselulosa kondensor. Kondensat asap cair yang dihasilkan
dan lignin yang terdapat pada sabut kelapa muda, dari proses pirolisis sabut kelapa muda banyak
dan mengalami dekomposisi sehingga mengandung air, akibatnya senyawa fenol yang
menghasilkan senyawa asam, fenol dan karbonil. dihasilkan tercampur dengan air sehingga kualitas
Ketika pirolisis selulosa berlangsung akan asap cair menjadi menurun. Hal ini sesuai dengan
membentuk asam asetat dan homolognya penyataan Anon (2005) bahwa Kadar air yang
bersama-sama dengan air serta sejumlah kecil terlalu tinggi akan mengurangi kualitas asap cair
furan dan fenol (Girard, 1992). Akibatnya yang diproduksi karena tercampurnya hasil
senyawa asam dan fenol yang yang terkandung kondensasi uap air dan menurunkan kadar fenol.
pada asap cair dari proses pirolisis sabut kelapa Kadar fenol ini bila dikaitkan dengan pH dan total
muda berbeda-beda hal ini dikarenakan kadar asam tertitrasi dalam asap cair pada masing-
air bahan baku sabut kelapa muda yang masing perlakuan diperoleh hubungan yaitu
digunakan bervariasi. semakin tinggi kadar fenol dalam asap cair maka
Kualitas asap cair sangat bergantung nilai pH yang dihasilkan semakin rendah, berarti
pada komposisi senyawa kimia yang terdapat total asam tertitrasi asap cair akan semakin tinggi,
dalam asap cair. Hal ini sesuai dengan penyataan begitu juga sebaliknya bila kadar fenol rendah,
Nakai dkk., (2006) bahwa Senyawa-senyawa pH menjadi tinggi dan total asam tertitrasi
yang terdapat di dalam asap cair sangat menjadi rendah.
dipengaruhi oleh kondisi pirolisis dan jenis bahan Kadar fenol asap cair tertinggi pada
baku. penelitian ini yaitu 0,660% yang tidak berbeda
jauh dengan hasil penelitian Luditama (2006)
Kadar Fenol yang mendapatkan kadar fenol asap cair
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa menggunakan bahan sabut kelapa tua yaitu
asap cair yang dihasilkan pada proses pirolisis sekitar 0,89% dan pada tempurung kelapa
sabut kelapa muda dengan parameter kadar air sekitar 1,40%. Perbedaan kadar fenol yang
yang berbeda-beda memberikan pengaruh nyata dihasilkan dari penelitian ini disebabkan oleh
(P<0,05) terhadap kadar fenol asap cair sabut kandungan lignin dari bahan pengasap. Lignin
kelapa muda Tabel 1 menunjukkan bahwa kadar merupakan komponen kayu yang apabila
fenol semakin menurun seiring dengan terdekomposisi akan menghasilkan senyawa
meningkatnya kadar air pada sabut kelapa muda. fenol. Menurut Djatmiko dkk., (1990) bahwa
Kadar fenol paling rendah adalah asap cair KA1 kandungan lignin pada buah kelapa yang telah
(Kadar air sabut kelapa muda 70%) yaitu 0,330%, masak sekitar 29,2%, pada buah kelapa mentah

Sagu 14 (2): 2015 47


RIKO PAMORI, RASWEN EFENDI, DAN FAJAR RESTUHADI1

20,1%, sedangkan Menurut Djatmiko dkk., 20%) yaitu 1,009. Hal ini menunjukkan bahwa
(1985) bahwa tempurung kelapa mengandung semakin tinggi kadar air bahan sabut kelapa muda
lignin sebesar 33,30%. Perbedaan kandungan nilai bobot jenis yang dihasilkan semakin rendah.
lignin dari bahan pengasap tersebut, Hasil pengamatan bobot jenis asap cair
mempengaruhi kadar fenol pada asap cair yang hasil pirolisis menunjukkan bahwa jenis sampel
dihasilkan. dengan kadar air yang berbeda-beda
mempengaruhi nilai bobot jenis asap cair tidak
Bobot Jenis jauh berbeda antara kadar air 20% maupun 70%.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa Bobot jenis dari berbagai sampel asap cair
asap cair yang dihasilkan pada proses pirolisis menunjukkan nilai yang tidak jauh berbeda yaitu
sabut kelapa muda dengan parameter kadar air berkisar antara 1,005 sampai 1,009. Hasil yang
yang berbeda-beda memberikan pengaruh nyata didapat tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian
(P<0,05) terhadap bobot jenis asap cair sabut Nurhayati (2000) yang menggunakan bahan
kelapa muda pengasap kayu mengium dan tusam dengan bobot
Tabel 1 menunjukkan bahwa rerata nilai jenis asap cair antara 1,019 sampai 1,028 dan
bobot jenis semakin menurun seiring dengan Luditama (2006) yaitu 1,084 sampai 1,119
meningkatnya kadar air pada sabut kelapa muda. menggunakan tempurung dan sabut kelapa. Hasil
Nilai bobot jenis paling rendah adalah asap cair pengamatan bobot jenis fraksi asap cair pada
KA1 (Kadar air sabut kelapa muda 70%) yaitu penelitian ini juga tidak berbeda jauh pada standar
1,005 sedangkan bobot jenis tertinggi adalah pada wood vinegar Jepang yang bernilai 1,001 sampai
perlakuan (KA5) (Kadar air sabut kelapa muda 1,005.

Rekapitulasi Hasil Analisis Asap Cair Sabut Kelapa Muda

Tabel 2. Penentuan asap cair sabut kelapa muda terbaik

SNI asap cair Perlakuan


Penelitian
KA1 KA2 KA3 KA4 KA5
Analisis kimia
Rendemen - 20,88c 14,17b 10,71ab 10,04a 9,06a
d c c b
pH 1,5-3,0 3,0 2,8 2,8 2,7 2,6a
a b b c
Total asam tertitrasi 4,5-15,0 0,9 1,9 1,8 3,4 5,2d
a c b d
Kadar fenol 4,6-15,0 0,330 0,446 0,410 0,512 0,660e
a a a a
Bobot jenis Minimal 1,005 1,007 1,006 1,007 1,009b
1,001
Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda menunjukkan berbeda nyata(P<0,05)

Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan memiliki kadar air lebih rendah bila dibandingkan
bahwa asap cair sabut kelapa muda perlakuan pada perlakuan yang lain sekitar 20%. Kadar
KA5 (kadar air sabut kelapa muda 20%) menjadi yang rendah akan mempengaruhi kondensat asap
perlakuan terbaik menurut analisis kimia. cair yang dihasilkan, tetapi senyawa asap cair
Berdasarkan analisis kimia asap cair sabut kelapa yang dihasilkan akan lebih berkualitas.
muda terpilih adalah asap cair sabut kelapa muda Nilai pH 2,6 sangat rendah bila
kadar air 20% (KA5), karena memiliki rendemen dibandingkan dengan perlakuan yang lain.
sebesar 9,06%. Rendemen yang dihasilkan lebih Rendahnya nilai pH berarti asap cair yang
rendah bila dibandingkan dengan perlakuan yang dihasilkan berkualitas tinggi, terutama dalam hal
lain. Tinggi dan rendahnya rendemen yang penggunaan sebagai bahan pengawet makanan.
dihasilkan dipengaruhi oleh jenis bahan dan kadar Nilai pH yang rendah akan mempengaruhi
air yang terdapat pada bahan. Perlakuan ini terhadap tingginya total asam tertitrasi dan kadar

48 Sagu 14 (2): 2015


Karakteristik Asap Cair dari Proses Pirolisis Limbah Sabut Kelapa Muda

fenol. Karena pH, total asam tertitrasi dan kadar DAFTAR PUSTAKA
fenol saling berkaitan satu dengan yang lainya. Anon. 2005. Prospek dan potensi tempurung
pH 2,6 yang terdapat pada asap cair sabut kelapa kelapa sawit. Jurnal Inforistek PDII-LIPI
muda sudah memenuhi setandar mutu asap cair Vol 3(1): Hal 1–9.
yaitu sekitar 1,5-3,0. Djatmiko, B., R. Sapta, dan I. Ade. 1990. Pra
Total asam tertitrasi 5,2% dan kadar Studi Kelayakan Komoditi Sabut
fenol 0,660% lebih tinggi dibandingkan dengan Kelapa. Fateta-Institut Pertanian Bogor.
perlakuan yang lain. Hal ini dikarenakan kadar Bogor.
air yang terkandung pada sabut kelapa muda lebih Djatmiko, B., S. Ketaren dan Setyakartini. 1985.
sedikit dibandingkan dengan kadar air sabut Arang Pengolahan dan Kegunaannya.
kelapa muda pada perlakuan yang lain. Tinggi Departemen Teknologi Hasil Pertanian,
dan rendahnya kadar air yang terdapat pada Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
bahan akan mempengaruhi kandungan kimia asap Pertanian Bogor.
cair seperti asam, fenol dan karbonil pada asap Fatimah, F., dkk. 2009. Penurunan kandungan
cair yang dihasilkan. karena banyaknya air yang benzo(A)pirena asap cair hasil
terdapat pada asap cair yang diperoleh pada saat pembakaran. Universitas Samratulangi
pirolisis, sehingga kualitas asap cair yang Manado. Jurnal Chem Prog Vol 2(1).
dihasilkan menurun. Total asam tertitrasi 5,2% Gani, A., dkk. 2007. Karakterisasi asap cair
yang dihasilkan sudah memenuhi standar mutu hasil pirolisis sampah organik padat.
asap cair yaitu sekitar 4,5-15,0%. Kadar fenol IPB . Jurnal Tek Ind Per .Vol. 16(3): Hal
yang dihasilkan pada penelitian ini masih rendah 111-118.
belum memenuhi standar mutu asap cair yaitu Girrard, J.P. 1992. Smoking In : Technology of
sekitar 4,6-15,0%. Hal ini dikarenakan kandungan Meat and Meat Products. J.P. Girard
lignin yang dimiliki pada sabut kelapa muda and I. Morton (ed) Ellis Horword Limited,
tergolong rendah,sehingga kadar fenol yang New York.
dihasilkan menjadi rendah. Luditama, C. 2006. Isolasi dan pemurnian
Bobot jenis yang dihasilkan yaitu 1,009 asap cair berbahan dasar tempurung
lebih tinggi dari perlakuan yang lain. Bobot jenis dan sabut kelapa secara pirolisis dan
asap cair sabut kelapa muda yang dihasilkan dari distilasi. Skripsi Sarjana, Departemen
setiap perlakuan tidak berbeda jauh. Perbedaan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas
kadar air pada bahan sabut kelapa muda tidak Teknologi Pertanian, IPB.
berpengaruh nyata terhadap bobot jenis asap cair Maga, J.A., 1988. Smoke in food processing.
yang dihasilkan. Bobot jenis asap cair sabut CRC Press. Inc. Boca Raton. Jurnal
kelapa muda yang diperoleh 1,009 sudah Florida Vol 1(3): Hal 113-138.
memenuhi standar mutu asap cair yaitu minimal Nurhayati, T. 2000. Produksi Arang dan
1,001. Destilat Kayu Mangium dan Tusam
dari Tungku Kubah. Jurnal Penelitian
KESIMPULAN Hasil Hutan Vol 18(3): Hal 137-151.
Sabut kelapa muda memiliki potensi Pranata, J. 2007. Pemanfaatan sabut dan
sebagai bahan baku pembuatan asap cair. tempurung kelapa serta cangkang
Penggunaan sabut kelapa muda dengan berbagai sawit untuk pembuatan asap cair
parameter kadar air berpengaruh nyata terhadap sebagai pengawet makanan alami.
rendemen, nilai pH, total asam, kadar fenol dan [Skripsi]. Teknik Kimia Universitas
bobot jenis. Penilaian perlakuan terbaik dari Malikussaleh. Lhoksumawe.
parameter yang telah diuji yaitu pada perlakuan Ramakrishnan, S., P. Moeller. (2002) Liquid
kadar air sabut kelapa muda 20%. Asap cair smoke: product of hardwood
yang dihasilkan mempunyai karakteristik pyrolysis. Jurnal Fuel Chemistry Division
rendemen 9,06%, nilai pH 2,6, total asam 5,2%, Preprints, Vol 47(1): Hal 366.
kadar fenol 0,660 dan bobot jenis 1,009.

Sagu 14 (2): 2015 49


RIKO PAMORI, RASWEN EFENDI, DAN FAJAR RESTUHADI1

Tranggono, Suhardi, B. Setiadji, P. Darmadji, Kayu didesa Sembawa Kabupaten


Supranto dan Sudarmanto. 1996. Bayuasin Sumatra Selatan. Proseding
Identifikasi asap cair dari berbagai Seminar Pembahasan Hasil Kegiatan
jenis kayu dan tempurung kelapa. IPTEK dan Vuver LPM Unsri 2007.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan vol 1 Yuwanti, S. 2003. Asap cair sebagai pengawet
(2) : Hal 15 – 24. alami pada bandeng presto. Jurnal
Yudoyono, S. Pertiwi, dan Munawwar. 2007. Agritech Vol 25 (1): Hal 36 – 40.
Perbaikan Proses Produksi cuka

50 Sagu 14 (2): 2015

Das könnte Ihnen auch gefallen