Sie sind auf Seite 1von 22

Asuhan Keperawatan Pada Klien Anemia

Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan
kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit,
melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi
tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin
untuk mengangkut oksigen ke jaringan.

B. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel
darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang
tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis
(destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan
ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah
bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah
(hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi
normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam
glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria). Kesimpulan mengenai apakah
suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi
sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung
retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam
sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada
tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

Anemia

viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer

penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah

beban jantung meningkat

kerja jantung meningkat

payah jantung.
C. Etiologi:
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid, piridoksin,
vitamin C dan copper

D. Klasifikasi anemia:
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh
defek produksi sel darah merah, meliputi:
a. Anemia aplastik
Penyebab:
- agen neoplastik/sitoplastik
- terapi radiasi
- antibiotic tertentu
- obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
- benzene
- infeksi virus (khususnya hepatitis)
Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang
Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)
Hambatan humoral/seluler

Gangguan sel induk di sumsum tulang

Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai

Pansitopenia

Anemia aplastik
Gejala-gejala:
- Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
- Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna, perdarahan
saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
- Morfologis: anemia normositik normokromik

b. Anemia pada penyakit ginjal


Gejala-gejala:
- Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
- Hematokrit turun 20-30%
- Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
- Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi
eritopoitin

c. Anemia pada penyakit kronis


Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis
normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal).
Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan
berbagai keganasan
d. Anemia defisiensi besi
Penyebab:
- Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi
- Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
- Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus,
hemoroid, dll.)
gangguan eritropoesis

Absorbsi besi dari usus kurang

sel darah merah sedikit (jumlah kurang) sel darah merah miskin hemoglobin

Anemia defisiensi besi
Gejala-gejalanya:
- Atropi papilla lidah
- Lidah pucat, merah, meradang
- Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
- Morfologi: anemia mikrositik hipokromik

e. Anemia megaloblastik
Penyebab :
- Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
- Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor (aneia rnis st gastrektomi) infeksi
parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan
ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.

Sintesis DNA terganggu



Gangguan maturasi inti sel darah merah

Megaloblas (eritroblas yang besar)

Eritrosit immatur dan hipofungsi
2. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh
destruksi sel darah merah:
- Pengaruh obat-obatan tertentu
- Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik
- Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
- Proses autoimun
- Reaksi transfusi
- Malaria
Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit

Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisis

E. Tanda dan Gejala


- Lemah, letih, lesu dan lelah
- Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
- Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat.

F. Kemungkinan Komplikasi yang muncul


Komplikasi umum akibat anemia adalah:
- gagal jantung,
- parestisia dan
- kejang.

G. Pemeriksaan Khusus dan Penunjang


- Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar Fe,
pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit, waktu
perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial.
- Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum
- Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta sumber
kehilangan darah kronis.

H. Terapi yang Dilakukan


Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah
yang hilang:
1. Anemia aplastik:
- Transplantasi sumsum tulang
- Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal
- Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
- Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
- Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk
aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum
tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi
- Dicari penyebab defisiensi besi
- Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat ferosus.
5. Anemia megaloblastik
- Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi
disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan
vitamin B12 dengan injeksi IM.
- Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama hidup
pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
- Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1
mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.
KASUS ANEMIA
An. B umur 3tahun dirawat di RSDS dengan keluhan malaise, kurang nafsu makan, pada
pemeriksaan fisik didapatkan : konjungtiva anemis, asietas (+), BB=10kg,
TTD=P=60x/menit, RR=25x/menit, suhu=39ºC. pada pemeriksaan diagnostic didapatkan
Hb=3gr/dl, WBC=3000ul, RBC=5gr/dl, albumin=2,3gr/dl. Ini yang kesekian kalinya
klien dirawat, dan menjalani tranfusi sebulan 3 kali. Ibu klien tampak gelisah, setiap
perawat atau dokter mendekati anaknya ia selalu melontarkan pertanyaan yang sama
walaupun sudah dijelaskan berkali-kali, sehingga memancing kejengkelan. Pada kali
kesekian ibu klien bertanya lagi dan marahlah perawat padanya.

Pertanyaan
1. Jelaskan proses hemopoesis dan umur eritrosit
2. Analisis penyebab masalah diatas dan dampaknya terhadap kesehatan individu
3. Data apa yang perlu kita telusuri untuk melengkapi pengkajian pada kasus 3
4. Pemeriksaan diagnostic apakah yang diperlukan dalam kasus ini
5. Rumuskan diagnose keperawatan pada kasus 3
6. Susun NCP
7. Jelaskan prinsip legal dan etik yang harus dilakukan saat melakukan tranfusi( peran
perawat
8. Mengapa terjadi perubahan perilaku pada orang tua klien ? dan etiskah tindakan perawat
memarahinya(advokad sebagai pendidik)

Jawab
1. Hemopoesis : proses pembentukan sel-sel darah dalam organ pembentukan sel darah.
Hemopoesis dimulai sejak fetus berada dalam kandungan, sejak saat terjadinya succus
vitellines mulai terbentuk sebelum terjadinya organ-organ lain.
 Fase-fase hemopoesis
 Fase mesoelastik
Sel darah disini masih serupa dan merupakan sel asal. Fase ini berlangsung pada bulan
pertama sampai bulan ke 2 selama dalam kandungan.
 Fase hepato-speno-lympo-myloid
Sel-sel darah dibuat dalam sum-sum tulang, hepar,dan tien, disamping stem cell, sudah
terjadi diferensiasi sel menjadi eritrosit, megakaryosit, granulosit, lymposit, monosit, dan
plasmatic. Berlangsung pada petus 1,5 bulan. 9-10 bulan.
 Fase myloid
Sel-sel darah di buat oleh sum-sum tulang merah sejak 4 bulan-meninggal. Di sini sudah
terjadi diferensiasi menjadi sel yang lebih tua.
2. Penyebab utama dari kasus dapat disimpulkan terjadi karena reaksi transfuse non
hemolitik yang dilakukan pada pasien, dimana pada reaksi ini terjadi suatu reaksi antigen
antibody yang berlebihan terhadap transfutan yang dilakukan.
Anemia

Aplastik

Tranfusi

Antigen pada eritrosit berubah

Dianggap asing dalam tubuh


Sel darah merah dihancurkan oleh sel limfosit

Anemia hemolitik
3. Pemeriksaan yang harus dilakukan antara lain:
- Kadar hb
- Hematokrit
- Induk sel darah merah
- Induk sel darah putih
- Kadar vitamin B12
4. Pemeriksaan diagnostic dilakukan untuk menentukan penyakit akut dan kronis serta
kehilangan sel darah kronik.
Pemeriksaannya antara lain:
a. Pemeriksaan kadar Fe,
b. Pemeriksaan kadar folat
c. Pemeriksaan trombosit
d. Pemeriksaan aspirasi biopsy susum tulang
5. Prioritas masalah
a. Hipetermia b/d reaksi tranfusi
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia
c. Intoleran aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
d. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan konsentrasi dalam darah
e. Resiko infeksi b.d pertahanan tubuh yang tidak adekuat
f. Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit anemia b.d tidak mengenal sumber
informasi
6. Lihat ASKEP !!!
7. Hal-hal yang perlu diperhatikan
1. Kondisi pasien sebelum ditranfusi
2. Kecocokan darah yang akan dimasukkan
3. Label darah yang akan dimasukkan
4. Golongan darah klien
5. Periksa warna darah (terjadi gumpalan atau tidak)
6. Homogenitas (darah bercampur semua atau tidak).
Persiapan Pasien
1. Jelaskan prosedur dan tujuan tranfusi yang akan dilakukan
2. Jelaskan kemungkinan reaksi tranfusi darah yang keungkinan terjadi dan pentingnya
melaporkan reaksi dengan cepat kepada perawat atau dokter
3. Jelaskan kemungkinan reaksi lambat yang mungkin terjadi, anjurkan untuk segera
melapor apabila reaksi terjadi
4. Apabila klien sudah dipasang infus, cek apakah set infusnya bisa digunakan untuk
pemberian tranfusi
5. Apabila klien belum dipasang infus, lakukan pemasangan dan berikan normal saline
terlebih dahulu
6. Pastikan golongan darah pasien sudah teridentifikasi
8. Tidak etis. Karena tugas utama seorang perawat selain menjadi konselor bagi keluarga
pasien juga sebagai pendidik. Maka dari itu seharusnya seorang perawat tidak memarahi
tapi menenangkan ibu tersebut agar tidak mencemaskan keadaan anaknya.

ASKEP ANEMIA
An. B umur 3tahun dirawat di RSDS dengan keluhan malaise, kurang nafsu
makan, pada pemeriksaan fisik didapatkan : konjungtiva anemis, asietas (+), BB=10kg,
TTD=P=60x/menit, RR=25x/menit, suhu=39ºC. pada pemeriksaan diagnostic didapatkan
Hb=3gr/dl, WBC=3000ul, RBC=5gr/dl, albumin=2,3gr/dl. Ini yang kesekian kalinya
klien dirawat, dan menjalani tranfusi sebulan 3 kali. Ibu klien tampak gelisah, setiap
perawat atau dokter mendekati anaknya ia selalu melontarkan pertanyaan yang sama
walaupun sudah dijelaskan berkali-kali, sehingga memancing kejengkelan. Pada kali
kesekian ibu klien bertanya lagi dan marahlah perawat padanya
1. Pengkajian
a. Data umum
Nama : An. B
Usia : 3 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan

b. Riwayat Kesehatan
1). Keluhan utama : malaise (kelemahan) dan kurang nafsu makan.
2). Riwayat penyakit : klien sudah menjalani tranfusi sebulan sebanyak 3 kali.

c. Pemeriksaan fisik
- Konjungtiva anemis
- Asites (+)
- BB= 10 kg
- TTV: pulse= 60 x/menit
RR= 25 x/menit
Suhu= 39 ºC
d. Pemeriksaan Diagnostik: - Hb= 3 gr/dl
- Wbc= 300 u/l
- Rbc= 5 gr/dl
- Albumin= 2,3 gr/dl

ANALISA DATA
Nama Pasien : An. B
Umur : 3 Tahun
No
. Data Penunjang Masalah Etiologi
Dx

1 DS : Hipetermic b/d Reaksi tranfusi


reaksi tranfusi
Orang tua klien mengatakan pasien Masuk ketubuh
rutin melakukan tranfusi sebanyak 3 Reaksi ab-antigen
x dalam sebulan Eritrosit, leukosit
mengeluarkan zat
DO :
penyebab demam
“prostaglandin E2”
Suhu= 39 ºC
Merangsang mediator
Wbc= 300 u/l kimia di hipotalamus
interior
Rbc= 5 gr/dl
Terjadi peningkatan
Rr= 25 x/menit suhu tubuh

BB= 10 kg Demam

Perubahan
Anoreksia atau hilangnya
nutrisi kurang
nafsu makan
dari kebutuhan
2.
tubuh b/d
anoreksia
DS :

Orang tua pasien mengatakan bahwa


pasien tidak nafsu makan
Hb turun
DO : Intoleran
aktifitas b/d Suplai O2 m
Albumin: 2,3 gr/dl ketidakseibangan
Energy berkurang
suplai dan
BB : 10 Kg kebutuhan O2 Ketidakseimbangan
3.
antara kebutuhan dan
Hb: 3 gr/dl suplai O2.

Gangguan
Hb
DS : - perfusi jaringan
b/d penurunan Suplai O2 turun
DO: konsentrasi Hb
dalam darah Otak perifer
Pulse: 60 x/menit
konjungtiva
RR: 25 x/menit anemis

Hb: 3 gr/dl
Resiko infeksi b/d
4. pertahanan
tubuh yang tidak
adekuat

DS: -

DO:

Malaise
Kurang Kurang pengetahuan
Konjungtiva anemis pengetahuan
5. keluarga tentang
Tidak tahu informasi
Hb: 3 gr/dl penyakit anemia
b/d tidak Cemas
Suhu: 39 ºC mengenal
Selalu bertanya
sumber
informasi

DS: -

DO:
6.
Malaise

Asites +

BB= 10 kg

Wbc= 300 u/l

Rbc= 5 gr/dl

DS:

 Ibu pasien selalu bertanya dengan


pertanyaan yang sama kepada
petugas kesehatan

DO: -

PRIORITAS MASALAH
Nama Pasien : An.B
Umur : 3 Tahun

No. Diagnosa Keperawatan Paraf

1. Hipetermic b/d reaksi tranfusi, ditandai dengan:

DS : Orang tua klien mengatakan pasien rutin melakukan tranfusi


sebanyak 3 x dalam sebulan.

Do : Suhu= 39 ºC, Wbc= 300 u/l, Rbc= 5 gr/dl, Rr= 25 x/menit, BB= 10 kg.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, ditandai


dengan:

2. Ds : Orang tua pasien mengatakan bahwa pasien tidak nafsu makan

Do : Albumin: 2,3 gr/dl, BB : 10 Kg, Hb: 3 gr/dl


Intoleran aktifitas b/d ketidakseibangan suplai dan kebutuhan O , ditandai
dengan:

Ds : -

Do : Pulse: 60 x/menit, RR: 25 x/menit , Hb: 3 gr/dl, BB = 50 Kg, TTV


3.
= 110/80

Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan konsentrasi Hb dalam darah,


ditandai dengan:

Ds: -

Do: Malaise, Konjungtiva anemis, Hb: 3 gr/dl, Suhu: 39 ºC

4.

Resiko infeksi b/d pertahanan tubuh yang tidak adekuat, ditandai dengan:

Ds: -

Do: Malaise, Asites +, BB= 10 kg, Wbc= 300 u/l, Rbc= 5 gr/dl

5.
Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit anemia b/d tidak mengenal
sumber informasi, ditandai dengan:

 Ds: Ibu pasien selalu bertanya dengan pertanyaan yang sama kepada
petugas kesehatan
6.
INTERVENSI
Diagnosa 1 : Hipetermic b/d reaksi tranfusi
Hasil yang diharapkan: mendemonstrasikan suhu dalam batas normal, bebas dari
kedinginan.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri:
 Pantau suhu pasien (derajat dan pola)
 Pantau suhu lingkungan, batasi/

tambahkan linen tempat tidur, sesuai Suhu ruangan/ jumlah selimut harus diubah
indikasi. untuk mempertahankan suhu mendekati normal.
 Berikan kompres mandi hangat  Dapat membantu mengurangi demam.

Kolaborasi:
 Berikan antipiretik, 
misalnya Digunakan untuk mengurangi demam dengan
asetaminofen. aksi sentralnya pada hipotalamus.
 Berikan selimut pendingin.  Digunakan untuk mengurangi demam.

Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia


Hasil yang diharapkan : menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang
tepat.

INTERVENSI RASIONALISASI
Mandiri
 Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan  Mengidentifikasi defisiensi, menduga
yang disukai. kemungkinan intervensi
 Tibang berat badan tiap hari  Mengawasi penurunan barat badan.
 Berikan makan sedikit dan frekuensi  Makan sedikit dapat menurunkan
sering dan atau makan diantara waktu kelemahan dan meningkatkan pemasukan
makan juga mencegah distensi gaster.
 Meningkatkan nafsu makan dan
 Berikan dan bantu hygiene mulut yang pemasukan oral, menurunkan pertumbuhan
baik; sebelum dan sesudah makan, bakteri meminimalkan kemungkinan
gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan infeksi.
lembut.
Kolaborasi  Membantu dalam membuat rencana diet
Konsul pada ahli gizi untuk memenuhi kebutuhan individual.
 Meningkatkan efektifitas program
Pantau pemeriksaan laboraturium mis, Hb, pengobatan, termasuk sumber diet nutrisi
albumin, protein. yang dibutuhkan.
 Bila ada lesi oral, nyeri dapat membatasi
Berikan diet halus, rendah serat, tipe makanan yang dapat ditoleransi pasien.
menghindari makanan panas, pedas atau  Meningkatkan masukan protein dan kalori.
terlalu asam sesuai indikasi
Berikan suplemen nutrisi mis. Ensure,
isocal.

Diagnosa 3 : Intoleran aktifitas b/d ketidakseibangan suplai dan kebutuhan O2


Hasil yang diharapkan : menunjukan penurunan tanda fisiologis intoleransi, mis. Nadi,
pernapasan dan TD masih dalam rentang normal dan Klien dapat mentoleransi aktivitas
& melakukan ADL dgn baik.
INTERVENSI RASIONALISASI
Toleransi aktivitas
 Menentukan penyebab intoleransi  Menentukan penyebab dapat membnatu
aktivitas&menentukan apakah penyebab menentukan intoleransi
dari fisik, psikis/motivasi
 Kaji kesesuaian aktivitas & istirahat klien  Terlalu lama bedrest dapat memberi
sehari-hari kontribusi pada intoleransi aktivitas
 Tingkatkan aktivitas secara bertahap,  Peningkatan aktivitas membantu
biarkan klien berpartisipasi dapat mempertahankan kekuatan otot, tonus
perubahan posisi, berpindah & perawatan
diri
 Pastikan klien mengubah posisi secara  Bedrest dalam posisi supinasi
bertahap. menyebabkan volume plasma→hipotensi
postural & syncope.
 Monitor gejala intoleransi aktivitas ketika  TV & HR respon terhadap ortostatis
membantu klien berdiri, observasi gejala sangat beragam.
intoleransi spt mual, pucat, pusing,
gangguan kesadaran&tanda vital
 Lakukan latihan ROM jika klien tidak
dapat menoleransi aktivitas  Ketidakaktifan berkontribusi terhadap
kekuatan otot&struktur sendi

Diagnosa 4 : Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan konsentrasi Hb dalam


darah
Hasil yang diharapkan : menunjukan perfusi adekuat, mis. TTV stabil, membrane mukosa
warna merah muda, pengisian kapiler baik, haluaran urin adekuat, mental seperti biasa.
INTERVENSI RASIONALISASI
Mandiri:
 Awasi tanda vita, kaji pengisian kapiler,  memberikan informasi tentang derajat
warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku. keadekuatan perfusi jaringan dan
membantu menentukan kebutuhan
 Tinggikan kepala tempat tidur sesuai intervensi.
toleransi  Meningkatkan ekspansi paru dan
memaksimalkan oksigenasi untuk
 Awasi upaya pernapasan; auskultasi bunyi kebutuhan seluler.
napasperhatikan bunyi adventus.  Dispena, gemericik menunjukan GJK
karena regangan jantung lama, peningkatan
kompensasi curah jantung.
 Selidiki keluhan nyeri dada, palpitasi
 Iskemia seluler mempengaruhi jaringan
miokardial/ potensial resiko infark.

Kolaborasi:
 Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan
 Awasi pemeriksaan laboraturium, mis. Hb
pengobatan respon terhadap terapi.
dan jumlah SDM, GDA.
 Meningkatkan jumlah sel pembawa
oksigen.memperbaiki defisiensi untuk
 Berikan SDM darah lengkap/ packed. menurunkan risiko perdarahan.
Produk darah sesuai indikasi. Awasi ketat  Memaksimalkan transport oksigen ke
untuk komplikasi tranfusi. jaringan.
 Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi. Transplantasi susum tulang dilakukan pada
 Siapkan intervensi pembedahan sesuai kegagalan sumsum tulang/ anemia aplastik.
indikasi.

Diagnosa 5 : Resiko infeksi b/d pertahanan tubuh yang tidak adekuat


Hasil yang diharapkan : mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/ menurunkan risiko
infeksi.
INTERVENSI RASIONALISASI
Mandiri:
 Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh  mencegah kontaminasi silang/ kolonisasi
pemberi perawatan dan pasien. bacterial.
 Pertahankan teknik aseptic ketat pada  Menurunkan risiko kolonisasi/ infeksi
prosedur/ perawatan luka. bakteri.
 Pantau/ batasi pengunjung.  Membatasi pemajanan pada bakteri/
infeksi.
 Pantau suhu. Catat adanya menggigil dan  adanya proses inflamasi/ infeksi
takikardia dengan atau tanpa demam. membutuhkan evaluasi pengobatan.

Kolaborasi:
 Ambil specimen untuk kultur/ sensitivitas
sesuai indikasi.  Membedakan adanya infeksi,
mengidentifikasi pathogen khusus dan
 Berikan antiseptic topical; antibiotic mempengaruhi pilihan pengobatan.
sistemik.  Mungkin digunakan secara propilaktik
untuk menurunkan kolonisasi atau untuk
pengobatan proses infeksi local.
Diagnosa 6 : Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit anemia b/d tidak
mengenal sumber informasi.
Hasil yang diharapkan : Ps mampu Menjelaskan kembali tentang proses penyakit,
mengenal kebutuhan perawatan dan pengobatan tanpa cemas.
INTERVENSI RASIONALISASI
Mandiri:
 Berikan informasi tentang anemia spesifik. Memberikan daras pengetahuan sehingga
px atau keluarga dapat membuat pilihan
 Tinjau tujuan dan persiapkan untuk yang tepat.
pemeriksaan diagnostic.  Ansietas/ takut tentang ketidaktahuan
meningkatkan tingkat stress, meningkatkan
beban jantung. Pengetahuan tentang apa
yang diperkirakan menurunkan ansietas.
 Jelaskan bahwa darah diambil untuk
 Ini sering merupakan kekuatiran yang
pemeriksaan laboraturium tidak akan
tidak diungkapkan yang dapat memperkuat
memperburuk anemia.
ansietas pasien.
 Diskusikan pentingnya hanya meminum
 Kelebihan dosis obat besi dapat menjadi
obat yang diresepkan.
toksik.
 Sarankan minum obat dengan makanan
 Besi paling baik diabsorpsi pada lambung
atau segera setelah makan.
kosong.
 Pemberian obat dengan Z-track.
 Mencegah ekstrakvasasi(kebocoran)
dengan nyeri yang menyertai.
 Gunakan jarum terpisah untuk mengambil Obat dapat mewarnai kulit.
obat dan injeksi.

Das könnte Ihnen auch gefallen