Sie sind auf Seite 1von 22

LAPORAN KASUS

LOW BACK PAIN

DI SUSUN OLEH:

Ayu Devita Ashari

2012730128

DOKTER PEMBIMBING:

dr. Wiwin Sundawiyani , Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK RS ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH


SMF ILMU SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2017

1
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. D
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 48 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Tanjung Priok
Status : Menikah

B. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Nyeri pinggang kiri bawah sejak 2 hari SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang

Nyeri pinggang kiri bawah menjalar dari pangkal paha sampai tungkai kiri. Nyeri pertama
kali dirasakan kurang lebih 2 bulan yang lalu pada pinggang kiri menjalar hingga ujung kaki,
nyeri di rasakan seperti ditusuk tusuk. Nyeri dirasakan terus menerus dan sedikit berkurang
dengan berbaring serta bertambah berat jika pasien duduk dan berdiri sehingga menyebabkan
psien sulit duduk dan berjalan. Menurut pengakuan pasien, keluhan ini sudah di obati
beberapa kali ke klinik namun tidak juga membaik.
Sejak 2 hari SMRS keluhan semakin memberat, pasien tidak bisa duduk terlalu lama dan jika
berjalan harus di bantu oleh keluarga. Bab dan Bak masih bisa di lakukan di toilet namun
tidak bisa duduk dan berdiri terlalu lama. Nafsu makan pasein berkurang namun tidak terjadi
penurunan berat badan , tidak ada keluhan demam ,mual , muntah , batuk , kelemahan
anggota gerak serta baal. Bak dan Bab normal .Sebelumnya pasien adalah pekerja berat
selama 20 tahunan lebih yang sehari-hari mengangkat beban dan dengan badan membungkuk

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat jatuh pada daerah pinggang disangakal . Riwayat Hipertensi disangkal , riwayat
diabetes sejak 1 tahun terakhir , riwayat stroke disangkal , riwayat sakit jantung disangkal ,
riwayat keganasan dan tumor di sangkal .

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita hal yang serupa seperti pasien. Tidak ada
yang mengalami penyakit hipertensi, penyakit jantung dan riwayat penyakit dm.

Riwayat Pengobatan
Pasien sudah minum obat dari dokter umum beberapa kali namun keluhan tidak berkurang.

2
Riwayat Kebiasaan

Pasien memiliki kebiasaan merokok dan minum-minuman manis , pasien jarang berolahrga
dan suka mengangkat beban berat dengan posisi membungkuk

C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : pasien tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
GCS : 15  Eye: 4, Verbal: 5, Motorik: 6
Tanda Vital
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,5oC

D. STATUS GENERALIS
Kepala : normochepal
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : deviasi septum (-), sekret (-)
Telinga : normotia, sekret (-)
Mulut : bibir tampak lembab berwarna merah
Leher : tidak ada pembesaran KGB, tidak ada pembesaran tiroid
Thoraks
Inspeksi : pergerakan dada simetris, tidak ada lesi
Palpasi : vocal fremitus normal
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi
Paru : suara napas vesikular, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung : bunyi jantung I dan II normal, regular, tidak ada gallop dan murmur

Abdomen
Inspeksi : abdomen datar
Auskultasi : bising usus normal
Perkusi : timpani di seluruh region abdomen
Palpasi : nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegaly (-)

Ekstremitas
Superior : akral hangat, RCT < 2detik, edema (-), sianosis (-)
Inferior : akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-), sianosis (-)

E. STATUS NEUROLOGIS
Kesadaran : compos mentis

3
GCS : 15  Eye: 4, Verbal: 5, Motorik: 6
Rangsang Meningeal
Kaku kuduk : negatif
Kernig : negatif
Lasegue : positif
Brudzinski I, II: negative
Patrick : positif

F. PEMERIKSAAN NERVUS CRANIAL


1. Nervus Olfaktorius
Dextra Sinistra
Daya pembau Normosmia Normosmia

2. Nervus Optikus
Dextra Sinistra
Tajam Penglihatan Normal Normal
Lapang Pandang Normal Normal
Pengenalan Warna Normal Normal
Funduskopi
Papil edema Tidak dilakukan
Arteri:Vena

3. Nervus Okulomotorius
Dextra Sinistra
Ptosis - -
Gerakan Bola Mata
Baik Baik
 Medial
Baik Baik
 Atas
Baik Baik
 Bawah
Ukuran Pupil Pupil bulat isokor Ø ODS 3 mm
Refleks Cahaya
+ +
Langsung
Refleks Cahaya
+ +
Konsensual
Akomodasi Baik Baik

4. Nervus Trokhlearis
Dextra Sinistra
Gerakan Mata
Baik Baik
Medial Bawah

4
5. Nervus Trigeminus
Menggigit Normal
Membuka mulut Normal
Sensibilitas
 Oftalmikus + +
 Maksilaris + +
 Mandibularis + +
Refleks kornea Tidak dilakukan
Refleks bersin Tidak dilakukan

6. Nervus Abdusens
Dextra Sinistra
Gerakan mata ke lateral + +
Nistagmus Tidak dilakukan

7. Nervus Facialis
Dextra Sinistra
Mengangkat alis + +
Kerutan dahi + +
Menutup mata Normal Normal
Menyeringai Normal Normal

8. Nervus Vestibulochoclearis
Dextra Sinistra
Tes Romberg Tidak dilakukan
Past pointing Tidak dilakukan
Tes bisik Normal Normal
Tes Rinne
Tes Weber Tidak dilakukan
Tes Schwabach

9. Nervus Glosofaringeus & Nervus Vagus

Daya Kecap Lidah 1/3 belakang Tidak dilakukan


Uvula Letak di tengah
Menelan Normal

5
Refleks muntah Tidak dilakukan

10. Nervus Assesorius


Dextra Sinistra
Memalingkan kepala Baik Baik
Mengangkat bahu Baik Baik

11. Nervus Hipoglosus


Sikap lidah Tidak ada deviasi
Fasikulasi -
Tremor lidah -
Atrofi otot lidah -

G. PEMERIKSAAN MOTORIK
Anggota Gerak Atas
Dextra Sinistra
Bentuk Tidak ada deformitas
Kontur Otot Eutrofi Eutrofi
Kekuatan 5 5 5 5 5 5 5 5
Reflex Bisep + +
Reflex Trisep + +

Anggota Gerak Bawah


Dextra Sinistra
Bentuk Tidak ada deformitas
Kontur Otot Eutrofi Eutrofi
Kekuatan 5 5 5 5 5 5 5 5
Reflex Patella + +
Reflex Achilles + +

Refleks Patologis
Dextra Sinistra

6
Babinski - -
Chaddocck - -
Oppenheim - -
Gordon - -

H. PEMERIKSAAN SENSORIK

Dextra Sinistra
Rasa Raba
- Ekstremitas Atas + +
- Ekstremitas Bawah + +
Rasa Nyeri
- Ekstremitas Atas + +
- Ekstremitas Bawah + +
Rasa Suhu
- Ekstremitas Atas Tidak dilakukan
- Ekstremitas Bawah

Resume

Seorang pasien laki-laki, 48 tahun datang ke RSIJ cempaka putih dengan keluhan nyeri
pingggang kiri bawah menjalar sampai tungkai kiri sejak 2 bulan terakhir dan memberat sejak
2 hari yang lalu yang mengakibatkan pasien sulit duduk dan berjalan. Nyeri di rasakan seperti
ditusuk-tusuk, terus menerus dan berkurang bila berbaring. Pasien mengaku sudah berobat
bolak balik ke klinik umum namun tidak membaik . Pasien juga sulit berjalan dan sakit bila
duduk .

Pemeriksaan Penunjang
Hasil Nilai rujukan Satuan

Hemoglobin 13,7 11,7-15,5 g/dL

Leukosit 4,78 3.6-11 Ribu/µL

Hematokrit 42 35-47 %

Trombosit 235 150-440 Ribu/ µL

7
Eritrosit 5,45 3,8-5,2 10^6/ µL

MCV / VER 77 80-100 fL

MCH / HER 25 26-34 Pg

MCHC / KHER 35 32-36 g/dL

Hasil Nila rujukan satuan

GDS 85 70-200 Mg/dl

DIAGNOSA
• Diagnosa Klinis : Low Back Pain
• Diagnosa Etiologi : Spondilosis lumbalis
• Diagnosis Topis : Intervertebra lumbal 5 – sacral 1
• Diagnosis Patologis: Degeneratif.

Terapi
- Medikamentosa : Gabapetin 2x150mg
- PCT 2x600mg
- Inj Metylprednisolon 2x125 mg

8
- Inj Ketorolac 3x1
- Non medika mentosa : fisioterapi, pemakaian korset, hindari menganggkat beban berat,
tidur pada bidang yang rata.
Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam

9
BAB I
PENDAHULUAN

Nyeri punggung bawah (NPB) atau Low Back Pain (LBP) adalah gejala yang paling
sering timbul di masyarakat kita. Sekitar 60-80% dari seluruh penduduk dunia pernah
mengalami paling tidak satu episode nyeri pungung bawah selama hidupnya (lifetime
prevalence) tanpa mengenal perbedaan umur dan jenis kelamin.1 Di Amerika Serikat nyeri
ini merupakan penyebab yang paling sering dari pembatasan aktivitas pada penduduk dengan
usia <45 tahun, urutan ke-2 untuk alasan paling sering berkunjung ke dokter, urutan ke-5
alasan perawatan di rumah sakit, dan alasan penyebab yang paling sering untuk tindakan
operasi.2
Nyeri dapat bervariasi dari berat dan berlangsung lama sampai sedang dan sebentar.
Ini akan membaik dalam beberapa minggu bagi kebanyakan orang. Kelompok Studi Nyeri
(Pokdi Nyeri) PERDOSSI (Persatuan Dokter Spesialis Saraf Indonesia) melakukan
penelitian pada bulan Mei 2002 di 14 rumah sakit pendidikan, dengan hasil menunjukkan
bahwa kejadian NPB meliput 18,37% dari seluruh kasus nyeri yang ditangani.1
Penelitian mengemukakan bahwa LBP adalah konsekuensi logis dari perkembangan
manusia dari kuadripedal menjadi bipedal sehingga walaupun etiologi LBP dapat bervariasi
dari yang paling ringan misalnya kelemahan otot sampai yang paling berat misalnya tumor
ganas tetapi sebagian besar LBP dalam masyarakat adalah akibat adanya faktor mekanik yang
tidak menguntungkan tulang punggung bagian bawah dalam fungsinya untuk menjaga posisi
tegak tubuh maupun selama pergerakan tubuh.3
Trauma merupakan salah satu penyebab nyeri punggung bawah yang paling sering
ditemukan dan pasien yang mengalami cedera seperti itu harus menjalani evaluasi yang
cermat.4 Dalam mengatasi masalah mengenai penyakit LBP dalam masyarakat maka
diperlukan kerjasama yang baik dari semua unsur yaitu pasien dan dokter dalam hal ini
dikhususkan peranan dari rehabilitasi medik di dalam upaya mengatasi nyeri yang berdampak
langsung terhadap kualitas hidup, pekerjaan atau aktivitas sehari – hari.

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI
Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut bawah kosta
(tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri juga bisa menjalar ke daerah
lain seperti punggung bagian atas dan pangkal paha.5 LBP atau nyeri punggung bawah
merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang
kurang baik.6

GAMBARAN ANATOMI
Anatomi tulang belakang :3
A. Kolum vertebra
Kolum vertebra terbentuk oleh unit-unit fungsional yang terdiri atas :
1. Segmen anterior
Bagian ini terutama berfungsi sebagai penyangga beban, dibentuk oleh korpus
vertebra yang dihubungkan satu dengan yang lainnya oleh diskus intervertebra.
Struktur ini masih diperkuat oleh ligament longitudinal posterior dan ligament
longitudinal anterior.
2. Segmen posterior
Bagian ini dibentuk oleh arkus, prosesus transverses dan prosesus spinosus. Satu
dengan yang lainnya dihubungkan oleh sepasang artikulasi dan diperkuat oleh
ligament serta otot.
B. Diskus intervertebra
Diskus intervertebra berfungsi sebagai penyangga beban dan sebagai peredam kejut.
Diskus dibentuk oleh annulus fibrosus yang merupakan anyaman serat-serat fibroelastik
sehingga berbentuk seperti gentong. Tepi atas dan bawah gentong melekat pada “end
plate” vertebra sedemikian rupa hingga terbentuk rongga antar vertebra. Rongga ini
berisi nucleus pulposus suatu bahan mukopolisakarida kental yang banyak mengandung
air.

11
PATOFISIOLOGI
Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang terangsang oleh
berbagai stimulus lokal (mekanis, termal, kimiawi). Stimulus ini akan direspon dengan
pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme
nyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses
penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang
selanjutnya dapat menimbulkan iskemia.7 Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi
pada jaringan dengan terlibatnya berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang
diakibatkan lesi primer pada sistem saraf.7
Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan. Pertama,
penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya nosiseptor dari nervi
nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan
bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan
kedua, penekanan mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di
mana terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan
timbulnya mechano-hot spot yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal. Hal
ini merupakan dasar pemeriksaan Laseque.7

ETIOLOGI
Dalam klinik LBP dibagi dalam 4 kelompok:3
1. LBP oleh faktor mekanik.
a. LBP oleh mekanik akut
Biasanya timbul bila tubuh melakukan gerakan secara mendadak melampaui batas
kemampuan sendi dan otot atau melakukan sesuatu untuk jangka waktu terlampau lama.
b.LBP oleh mekanik kronik (menahun)
Paling sering disebabkan oleh sikap tubuh yang jelek, yaitu sikap tubuh yang
membungkuk ke depan, kepala menunduk, perut membuncit dan dada kempes
mendatar. Sikap tubuh yang demikian mendorong Titik Berat Badan (TBB) tergeser ke
arah depan sebagai kompensasi agar keseimbangan tubuh tetap terjaga. Di samping
akibat sikap tubuh yang jelek, pergeseran TBB ke arah depan terlihat juga pada wanita-
wanita yang gemar memakai sepatu dengan tumit tinggi.
2. LBP oleh faktor organik
a. LBP osteogenik
1) Radang

12
2) Trauma
Tidak jarang LBP merupakan keluhan utama pada fraktur vertebra lumbal.
Lebih-lebih fraktur spontan akibat osteoporosis pada penderita usia lanjut. Jenis
fraktur ini sering disertai spondilolistesis L5-S1 dan L4-L58
3) Keganasan
Dapat bersifat primer, multiple myeloma atau sekunder akibat metastasis.
4) Kongenital
b. LBP diskogenik
Dalam hal ini proses primer terletak pada diskus intervertebralis. Bentuk dan
gangguan yang sering dijumpai ialah :
1) Spondilosis
2) Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
3) Spondilitis ankilosa
c. LBP neurogenik
1) Neoplasma
2) Arakhnoiditis
3) Stenosis kanal
3. Nyeri Rujukan
4. Nyeri Psikogenik

FAKTOR RESIKO
Faktor risiko terjadinya LBP adalah usia, kondisi kesehatan yang buruk, masalah
psikologik dan psikososial, artritis degeneratif, merokok, skoliosis mayor, obesitas, tinggi
badan yang berlebihan, hal yang berhubungan pekerjaan seperti duduk dan mengemudi dalam
waktu lama, duduk atau berdiri berjam-jam (posisi tubuh kerja yang statik), mengangkat dan
membawa beban yang berat, menarik beban, membungkuk, serta kehamilan.9

GAMBARAN KLINIK
Low back pain merupakan suatu gejala, bukan suatu penyakit dan memiliki banyak
penyebab.12 Secara umum digambarkan sebagai rasa nyeri antara batas kosta dan lipatan
bokong.12 Pada umumnya para penderita berusia dekade kedua. Keluhan nyeri dapat menjalar
dan tidak menjalar. Pada tahap yang lebih ringan, nyeri biasanya hanya di sekitar daerah
pinggang dan tidak menjalar, bisa juga dibedakan dengan nyeri akibat kekakuan atau hanya
pegal pada otot pinggang. Pada tahap yang lain, nyeri dirasakan dari daerah pinggang dapat

13
menjalar ke arah leher ataupun ke arah bokong, paha, belakang tumit dan telapak kaki. Jika
nyeri menjalar ke arah daerah leher dapat dipikirkan adanya spondilitis ankilosa, terlebih jika
nyeri terutama dirasakan pada waktu bangun pagi dan menghilang saat melakukan
pergerakan. Jika nyeri menjalar ke arah bokong, paha, belakang tumit hingga telapak kaki,
maka dapat dipikirkan adanya gejala iskias yang khas pada penderita HNP.10

DIAGNOSIS KLINIS LOW BACK PAIN


Diagnosis klinis LPB meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan neurologis
serta pemeriksaan penunjang.
 Anamnesis7
Dalam anamnesis perlu diketahui:
1. Awitan
Penyebab mekanis LBP menyebabkan nyeri mendadak yang timbul setelah posisi
mekanis yang merugikan. Mungkin terjadi robekan otot, peregangan fasia atau iritasi
permukaan sendi. Keluhan karena penyebab lain timbul bertahap.
2. Lama dan frekuensi serangan
LBP akibat sebab mekanik berlangsung beberapa hari sampai beberapa bulan.
Herniasi diskus bisa membutuhkan waktu 8 hari sampai resolusinya. Degenerasi diskus
dapat menyebabkan rasa tidak nyaman kronik dengan eksaserbasi selama 2-4 minggu.
3. Lokasi dan penyebaran
Kebanyakan LPB akibat gangguan mekanis atau medis terutama terjadi di daerah
lumbosakral. Nyeri yang menyebar ke tungkai bawah atau hanya di tungkai bawah
mengarah ke iritasi akar saraf. Nyeri yang menyebar ke tungkai juga dapat disebabkan
peradangan sendi sakroiliaka. Nyeri psikogenik tidak mempunyai pola penyebaran yang
tetap.
4. Faktor yang memperberat/memperingan
Pada lesi mekanis keluhan berkurang saat istirahat dan bertambah saat aktivitas. Pada
penderita HNP duduk agak bungkuk memperberat nyeri. Batuk, bersin atau manuver
valsava akan memperberat nyeri. Pada penderita tumor, nyeri lebih berat atau menetap
jika berbaring.
5. Kualitas/intensitas
Penderita perlu menggambarkan intensitas nyeri serta dapat membandingkannya
dengan berjalannya waktu. Harus dibedakan antara LBP dengan nyeri tungkai, mana yang
lebih dominan dan intensitas dari masing-masing nyerinya, yang biasanya merupakan

14
nyeri radikuler. Nyeri pada tungkai yang lebih banyak dari pada LBP dengan rasio 80-
20% menunjukkan adanya radikulopati dan mungkin memerlukan suatu tindakan operasi.
Bila nyeri LBP lebih banyak daripada nyeri tungkai, biasanya tidak menunjukkan adanya
suatu kompresi radiks dan juga biasanya tidak memerlukan tindakan operatif. Gejala LBP
yang sudah lama dan intermiten, diselingi oleh periode tanpa gejala merupakan gejala
khas dari suatu LBP yang terjadinya secara mekanis.
Walaupun suatu tindakan atau gerakan yang mendadak dan berat, yang biasanya
berhubungan dengan pekerjaan, bisa menyebabkan suatu LBP, namun sebagian besar
episode herniasi diskus terjadi setelah suatu gerakan yang relatif sepele, seperti
membungkuk atau memungut barang yang enteng.
Harus diketahui pula gerakan-gerakan mana yang bisa menyebabkan
bertambahnya nyeri LBP, yaitu duduk dan mengendarai mobil dan nyeri biasanya
berkurang bila tiduran atau berdiri, dan setiap gerakan yang bisa menyebabkan
meningginya tekanan intra-abdominal akan dapat menambah nyeri, juga batuk, bersin dan
mengejan sewaktu defekasi. Selain nyeri oleh penyebab mekanik ada pula nyeri non-
mekanik. Nyeri pada malam hari bisa merupakan suatu peringatan, karena bisa
menunjukkan adanya suatu kondisi terselubung seperti adanya suatu keganasan ataupun
infeksi.7

 Pemeriksaan Fisik7
Inspeksi :
Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang membuat nyeri
dan juga bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya lordosis serta adanya skoliosis.
Berkurang sampai hilangnya lordosis lumbal dapat disebabkan oleh spasme otot
paravertebral.
Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:
 Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah
 Ekstensi ke belakang (back extension)
 Fleksi ke depan (forward flexion)
 Lokasi dari HNP
 Nyeri LBP pada ekstensi ke belakang

Palpasi :

15
 Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya kemungkinan suatu
keadaan psikologis di bawahnya (psychological overlay).
 Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri dengan
menekan pada ruangan intervertebralis atau dengan jalan menggerakkan ke kanan ke
kiri prosesus spinosus sambil melihat respons pasien.

 Pemeriksaan Neurologik11
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah kasus nyeri punggung bawah
adalah benar karena adanya gangguan saraf atau karena sebab yang lain.
1. Pemeriksaan sensorik
Bila nyeri punggung bawah disebabkan oleh gangguan pada salah satu saraf tertentu
maka biasanya dapat ditentukan adanya gangguan sensorik dengan menentukan batas-
batasnya, dengan demikian segmen yang terganggu dapat diketahui.
2. Pemeriksaan motorik
Dengan mengetahui segmen otot mana yang lemah maka segmen mana yang
terganggu akan diketahui, misalnya lesi yang mengenai segmen L4 maka musculus
tibialis anterior akan menurun kekuatannya.
3. Pemeriksaan reflek
Reflek tendon akan menurun pada atau menghilang pada lesi motor neuron bawah dan
meningkat pada lesi motor atas.
4. Tes-tes Provokasi
a. Tes lasegue (straight leg raising)
Tungkai difleksikan pada sendi coxae sedangkan sendi lutut tetap lurus. Saraf ischiadicus
akan tertarik. Bila nyeri punggung dikarenakan iritasi pada saraf ini maka nyeri akan
dirasakan pada sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari pantat sampai ujung kaki.
b. Crossed lasegue
Bila tes lasegue pada tungkai yang tidak sakit menyebabkan rasa nyeri pada tungkai yang
sakit maka dikatakan crossed lasegue positif. Artinya ada lesi pada saraf ischiadicus atau
akar-akar saraf yang membentuk saraf ini.
c. Tes Kernig
Sama dengan lasegue hanya dilakukan dengan lutut fleksi, setelah sendi coxae 900 dicoba
untuk meluruskan sendi lutut.
d. Patrick sign (FABERE sign)

16
FABERE merupakan singkatan dari fleksi, abduksi, external, rotasi, extensi. Pada tes ini
penderita berbaring, tumit dari kaki yang satu diletakkan pada sendi lutut pada tungkai
yang lain. Setelah ini dilakukan penekanan pada sendi lutut hingga terjadi rotasi keluar.
Bila timbul rasa nyeri maka hal ini berarti ada suatu sebab yang non neurologik misalnya
coxitis.
e. Chin chest maneuver
Fleksi pasif pada leher hingga dagu mengenai dada. Tindakan ini akan mengakibatkan
tertariknya myelum naik ke atas dalam kanalis spinalis. Akibatnya maka akar-akar saraf
akan ikut tertarik ke atas juga, terutama yang berada di bagian thorakal bawah dan lumbal
atas. Jika terasa nyeri berarti ada gangguan pada akar-akar saraf tersebut.

 Pemeriksaan Penunjang2
Beberapa macam metode diagnostik yang dapat dipakai untuk memastikan penyebab LBP:
1. Laboratorium : pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan cairan cerebrospinal.
2. Foto polos tulang belakang khususnya daerah lumbosakral yang bermanfaat untuk
diagnostik faktor mekanik, osteogenik, dan sebagian diskogenik.
3. Pemeriksaan Elektromiografi, merupakan diagnosis pasti untuk membuktikan adanya
keterlibatan radiks pada kasus-kasus tertentu.
4. Pemeriksaan mielografi (untuk indikasi tertentu).

PENATALAKSANAAN
Pada prinsipnya penanganan LBP terdiri dari:2
1. Obat-obatan
Langkah pertama adalah pemberian obat-obatan untuk mengurangi nyeri tanpa
menghiraukan penyebab dasar LBP. Obat yang diberikan dapat berupa golongan
analgetika, dimana golongan ini terdiri dari analgetika antipiretik dan analgetika narkotik.
Yang umum digunakan adalah analgetik antipiretik yang bekerja menghambat sintesa dan
pelepasan “endogenous pain substance” sehingga mencegah sensitisasi reseptor nyeri. Di
samping itu dikenal pula obat yang mempunyai potensi anti-inflamasi di samping
analgetik yaitu obat anti inflamasi non steroid.

2. Penanganan Rehabilitasi Medik


Program Rehabilitasi Medik
1. LBP oleh faktor mekanik akut.

17
Tirah baring total disertai pemanasan setempat seperti infra merah, kompres air hangat,
bantal panas. Biasanya kesembuhan 4-5 hari.
2. LBP oleh faktor mekanik
Tatalaksana ditujukan pada latihan-latihan untuk menghilangkan hiperlordosis
tersebut. Pada prinsipnya untuk :
- Latihan penguatan dinding perut, otot gluteus maksimus
- Latihan peregangan untuk otot yang memendek, terutama otot punggung dan
hamstring.
3. LBP oleh karena fraktur kompresi
Dikenal dua macam penanganan :
- Konsevatif : tirah baring 4-6 minggu disusul mobilisasi dengan korset untuk 4-6
minggu lagi, bila jenis fraktur stabil. Bila tidak stabil, diperlukan tirah baring yang
lebih lama (6-8 minggu)
- Operatif : Tindakan operatif merupakan indikasi bila kedudukan fragmen fraktur
jelek, sedangkan reposisi sulit dilakukan secara konservatif.
4. Osteoporosis
Penanganannya latihan-latihan, pemasangan korset, pemanasan dangkal.
5. Keganasan
Terhadap fraktur patologik yang mungkin terjadi atau instabilitas tulang belakang
dapat diberikan korset.
6. Hernia Nukleus Pulposus
Penanganannya : konservatif
- Tirah baring selama 3-5 hari dengan alas keras selama fase akut, dengan posisi semi
Fowler
- Terapi fisik Shortwave Diathermy
- Traksi pelvis
- Latihan-latihan yang pada prinsipnya untuk memperkuat otot-otot tulang belakang

3. Tindakan Operatif
- Kegagalan konservatif (kekambuhan sering terjadi)
- Adanya gangguan neurologis yang progresif (kelemahan otot)
- Nukleolisis, merupakan metoda alternatif setelah operatif gagal.

Modalitas Fisik
18
a. Terapi Panas
- Infra Red, mempunyai daya tembus yang superfisial, dapat memberikan rasa nyaman
karena dapat mempengaruhi hantaran perasaan sakit oleh serabut aferen.
- Microwave diathermy, prinsip pemanasan melalui elektromagnetik potensial. Daya
tembus dapat mencapai subkutis, lemak, dan otot.
- Shortwave Diathermy, prinsip pemanasan melalui potensial listrik.
- Ultrasound Diathermy, prinsip pemanasan dengan high frequency vibration, memiliki
daya tembus yang paling besar.
b. Terapi Dingin
Cold packs dan masase dengan balok es dapat digunakan sebagai terapi dingin.
c. Stimulasi Listrik (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation)
Dapat digunakan pada LBP akut atau kronik untuk menurunkan rasa nyeri
d. Massage
Efek yang timbul dalam pemberian massage adalah bersifat reflektoris dan mekanik.
e. Latihan
 Relaksasi, berbaring di alas yang kaku dengan punggung lurus dan lutut ditekuk. Atur
nafas dalam hitungan dua-dua. Kepalkan tangan lalu biarkan relaksasi, rasakan
menyebar dari lengan ke punggung.
 Pelvic tilt, tekan punggung ke bawah sehingga datar seluruhnya dan menempel dasar
selama 5-10 hitungan sebelum relaksasi kembali.
 Lutut ke dada, tarik lutut kiri bergantian dengan kanan ke dada dengan kedua tangan.

 William Flexion Exercise


William flexion exercise adalah program latihan yang terdiri atas 7 macam
gerak yang menonjolkan pada penurunan lordosis lumbal (terjadi fleksi lumbal).
William flexion exercise telah menjadi dasar dalam manajemen nyeri pinggang bawah
selama beberapa tahun untuk mengobati beragam problem nyeri pinggang bawah
berdasarkan temuan diagnosis. Dalam beberapa kasus, program latihan ini digunakan
ketika penyebab gangguan berasal dari facet joint (kapsul-ligamen), otot, serta
degenerasi corpus dan diskus. Tn. William menjelaskan bahwa posisi posterior pelvic
tilting adalah penting untuk memperoleh hasil terbaik. Adapun tujuan dari william
flexion exercise adalah untuk mengurangi nyeri, memberikan stabilitas lower trunk
melalui perkembangan secara aktif pada otot abdominal, gluteus maximus, dan

19
hamstring, untuk menigkatkan fleksibilitas/elastisitas pada group otot fleksor hip dan
lower back (sacrospinalis), serta untuk mengembalikan/menyempurnakan
keseimbangan kerja antara group otot postural fleksor & ekstensor.

Edukasi
Edukasi penderita (Proper Back Mechanism):
- Proper Body Mechanism
Waktu berdiri : - Bila berdiri dalam waktu lama, selingi dengan periode jongkok
sebentar.
- Bila mengambil sesuatu di tanah, jangan membungkuk tapi tekuklah
pada lutut.
Waktu berjalan : - Berjalan dengan posisi tegak, rileks, dan jangan tergesa
gesa.
20
Waktu duduk : - Busa kursi jangan terlalu lunak.
- Punggung kursi mempunyai kontur bentuk S, seperti kontur tulang
punggung.
- Kursi jangan terlalu tinggi sehingga bila duduk, lutut lebih rendah dari
paha.
- Bila duduk seluruh punggung harus sebanyak mungkin kontak dengan
punggung kursi.
Waktu tidur : - Waktu tidur punggung dalam keadaan mendatar, alas tidur sebaiknya
yang keras. Gunakan bantal kepala yang tidak terlalu tinggi atau terlalu
rendah untuk menjaga kelengkungan tulang leher dan tulang punggung
tetap dalam keadaan normal. Gunakan bantal di bawah lutut agar lutut
tetap dalam keadaan tertekuk.
- Ketika tidur dengan posisi menyamping atau miring, tekuk sedikit lutut,
letakkan bantal antara kedua lutut.
Saat mengangkat barang, terlebih dahulu tekuk lutut dan berjongkok, jaga
punggung agar tetap lurus dan kepala juga lurus selama mengangkat. Pastikan benda
selalu menempel pada tubuh, selama mengangkat dan membawanya. Jangan mendadak
atau menyentak mengangkat dan jangan memutar atau menyamping. Ketika membawa
suatu benda, gunakan postur yang tepat yaitu berdiri tegak. Jangan terlalu membungkuk
ketika berjalan. Membawa dengan beban di depan dan menempel ke tubuh.
- Olahraga: Pada penderita LBP dimana kondisi punggung belum stabil harus menghindari
olahraga yang bersifat beregu. Yang dianjurkan adalah olahraga perorangan yaitu
berenang dan jogging.1

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Lubis I. Epidemiologi Nyeri Punggung Bawah. Dalam : Meliala L, Suryamiharja A,


Purba JS, Sadeli HA., editor. Nyeri Punggung Bawah. Kelompok Studi Nyeri
PERDOSSI. 2003.
2. Bener et al. Obesity and Low Back Pain.Coll. Antropol, 2003, 27: 95-104.
3. Sengkey L., Angliadi LS, Mogi TI., Gessal J. Low Back Pain. Dalam : Bahan Kuliah
Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
FK UNSRAT. Manado. 2006. Hal: 79-90.
4. Kurt JI, et al. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam; Editor edisi bahasa
Indonesia, Asdie AH. Jakarta : EGC, 199. Hal.90.
5. Rakel D. Low Back Pain. 2003. Downloaded from: http://www.clinicalevidence.com
Mei 2013.
6. Maher, Salmond & Pellino. 2002. Low Back Pain Syndroma. Philadelpia: FA
DavisCompany.
7. Meliala L. Patofisiologi Nyeri pada Nyeri Punggung Bawah. Dalam: Meliala L, Nyeri
Punggung Bawah, Kelompok Studi Nyeri Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
Jakarta, 2003.
8. Harsono. Kapita Selekta Neurologi, Edisi Kedua.Yogyakarta: Gajahmada University
Press. 2007.
9. Sjamsuhidrajat R, 1 W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2.Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran – EGC. 2004. 756-763.
10. Priguna Sidharta. Sakit Neuromuskuloskeletal dalam Praktek, Jakarta : Dian Rakyat.
1996.
11. Jean-Jacques Abitbol, MD, FRCSC; Edgar G. Dawson, M.D. Regis W. Haid, Jr.,
M.D.Treatment and Prevention of Lumbar Disc Herniations Pulposus [Online] 2007
[cited April 2013]; Available from http://www.Spineuniverse.com
/displayarticle.php/article28.html.
12. Barr KP, Harrast MA. Low Back Pain. In : Braddom, RL. Physical Medicine and
Rehabilitation. Edisi ke-4. Philadelpia: Elsevier Inc. 2011. Hal: 187.

22

Das könnte Ihnen auch gefallen