Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
[Yang Kekal]
Oleh Drs. St. MUKHLIS DENROS
Sesungguhnya mengenal Allah adalah suatu azas yang berdiri sendiri atas seluruh
kehidupan rohani. Dari sinilah kita mengenal para Nabi dan Rasul, mengenal tugas dan
sifatnya serta hajat manusia kepada risalahnya, mengenal mu’jizat, karomah dan kitab-
kitab samawi, mengenal malaikat, jin, ruh dan hari akhir.
Seseorang yang mengenal Allah pasti akan tahu tujuan hidupnya, tujuan mengapa ia
diciptakan dan untuk apa ia berada di atas dunia ini. Oleh sebab itu ia tidak akan
terpedaya oleh harta benda dunia. Sebaliknya seseorang yang tidak mengenal Allah, yang
pada gilirannya ia habiskan umurnya untuk mencari dunia, menikmatinya layaknya
seperti binatang saja;
”Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang mukmin dan beramal saleh ke
dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. dan orang-orang kafir
bersenang-senang (di dunia) dan mereka Makan seperti makannya binatang. dan
Jahannam adalah tempat tinggal mereka.”[Muhammad 47;12]
Seseorang yang mengenal Allah akan merasakan kehidupan yang lapang walau
bagaimanapun keadaannya. Seandainya ia seorang miskin ia akan sabar, sebab ia tahu
bahwa dibalik kehidupan fana ini ada kehidupan baqa [abadi] tempat kenikmatan.
Seandainya ia orang kaya ia bersyukur, sebab harta yang ada padanya sekarang ini
hanyalah titipan Allah yang diamanatkan padanya.
Allah bersifat Baqi [kekal] selama-lamanya tanpa diawali oleh sesuatu dan tanpa
diakhiri pula kejadian-Nya, karena kekal-Nya Allah maka mustahil Dia bersifat fana
[binasa], dalam firman-Nya dijelaskan pada surat Ar Rahman 55;26-27
”Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat
sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan
ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain
hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”(Ali-ImRan: 185)
Ayat di atas adalah merupakan ayat yang agung yang apabila dibaca mata menjadi
berkaca-kaca. Apabila didengar oleh hati maka ia menjadi gemetar. Dan apabila didengar
oleh seseorang yang lalai maka akan membuat ia ingat bahwa diRinya pasti akan
menemui kematian.
Memang perjalanan menuju akhirat merupakan suatu perjalanan yang panjang.
Suatu perjalanan yang banyak aral dan cobaan, yang dalam menempuhnya kita
memerlukan perjuangan dan pengorbanan yang tidak sedikit. Yaitu suatu perjalanan yang
menentukan apakah kita termasuk penduduk surga atau neraka.
Perjalanan itu adalah kematian yang akan menjemput kita, yang kemudian
dilanjutkan dengan pertemuan kita dengan alam akhirat. Karenakeagunganperjalananini,
Rasulullahtelahbersabda:
Maksudnyaapabilakitatahuhakekatkematiandankeadaanalamakhiratsertakejadia
n-kejadian di
dalamnyaniscayakitaakaningatbahwasetelahkehidupaniniakanadakehidupan
lain yang lebihabadi.[AgusHasanBashori, Lc]. Allah
SubhanahuwaTa’alaberfirman:
“Sedangkehidupanakhiratadalahlebihbaikdanlebihkekal.[Al A’la 87;17]
Allah bersifat baqi’ atau kekal sedangkan makhluk bersifat fana atau hancur, itulah
makanya dunia ini disebut dengan alam fana karena akan mengalami kehancuaran pada
saatnya setelah bermilyar-milyar tahun yang lalu diciptakan Allah, hal itu juga sudah
mengalami berbagai kehancuran yang dapat kita saksikan hari ini dari bekas-bekasnya,
seperti jurang yang dalam, lembah yang curam, lautan yang luas dan banyaknya
penemuan-penemuan oleh para ahli tentang sisa-sisa kehidupan masa lalu melalui
penggalian yang menemukan bangunan masa lalu atau adany sebuah komunitas yang
sudah hancur berabad-abad yang lalu.
KetikanabiLuthmenyuruhmerekameninggalkanprilakumaksiatdanmenyampaikanp
erintah Allah,
merekaingkardanmenolaknyasebagaiseorangnabidanmelanjutkanprilakumenyimpangmer
eka, sebagaibalasannyamerekadihancurkandenganbencanamengenaskan. [Film
KaryaHarunYahya, BencanaKaum Sodom].
Begitulahsejarahmencatat, betapabanyaknyadarimakhluk Allah yang
hancurdisampingmemangmasanyaakanhancurataukarenaazab yang ditimpakan Allah
karenakezhaliman, maksiatdandosa yang dilakukanpadahalsudahadaRasuldannabi yang
membimbingmereka, tapimerekadustakan.
“danberapabanyaknyaumat-umat yang telah Kami binasakansebelummereka
yang merekaitulebihbesarkekuatannyadaripadamerekaini, Makamereka (yang
telahdibinasakanitu) telahpernahmenjelajah di beberapanegeri. Adakah (mereka)
mendapattempatlari (darikebinasaan)?” [Qaf 50;36]
Referensi;
1."Kitab Tauhid" karyaSyaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.
Penerbit: Kantor KerjasamaDa'wahdanBimbingan Islam, Riyadh 1418 H. As Sunnah
Online
2.AgushasanBashori, Lc, kumpulankhutbahjum’at ,
3.FilmKaryaHarunYahya, BencanaKaum Sodom].
4. Al Qur'an danterjemahannya, Depag RI, 1994/1995
5. Kumpulan CeramahPraktis, Drs. MukhlisDenros, 2009
http://mukhli.blogspot.co.id/2015/06/10-al-baqi-yang-kekal.html
96. AL BAQI'
(Dzat Yang Maha Kekal)
Segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah Ta’ala baik dilangit maupun
dibumi tidak ada yang sia-sia dan semuanya bersifat sementara. Tidak ada
satupun yang diciptakan Allah Ta’ala dalam keadaan kekal dan segala
sesuatu yang bersifat sementara pasti akan hancur.
Bahkan syurga dan neraka adalah kekal selama dikehendaki oleh Allah
Ta'ala. Dengan kata lain kekekalan syurga dan neraka tidak sama dengan
kekekalan Allah Ta'ala. Karena Allah Ta'ala adalah Tuhan yang Maha Esa
dan tidak ada satupun yang setara dengan-Nya.
Syurga dan neraka dikatakan kekal karena sehari disana (akhirat) sama
seperti seribu hari didunia. Sehingga apabila seseorang masuk neraka selama
satu bulan, maka sama seperti 30 ribu tahun hidup didunia. Hal ini sangat
berbeda dengan kekekalan Allah Ta'ala.
Hanya Allah-lah Dzat Yang Maha Kekal yang tidak akan pernah mati. Oleh
sebab itu hendaknya kita bergantung hanya kepada Allah Ta’ala Dzat Yang
Maha Kekal dan jangan sekali-kali bergantung kepada sesuatu yang bersifat
sementara.
Segala sesuatu yang bersifat sementara pasti ada proses. Seperti
manusia pada awalnya bayi, anak-anak, remaja, dewasa, tua, mati.
Begitupun juga dengan yang lain, semuanya ada proses dan pasti akan
binasa.
Akan tetapi kebanyakan manusia selalu bergantung dengan ciptaan-ciptaan
Allah Ta’ala. Banyak sekali yang bergantung dengan manusia, bergantung
dengan harta, bergantung dengan jabatan, bergantung dengan ilmu dan lain
sebagainya. Padahal semuanya itu bersifat sementara dan pasti akan binasa.
Sebagai contohnya seseorang yang bergantung dengan sejumlah uang yang
dia depositkan di bank. Seorang isteri yang bergantung dengan suaminya,
seorang anak yang bergantung dengan orang tuanya dan lain sebagainya.
Didalam hidup ini Allah Ta’ala sering kali membuktikan bahwa harta, ilmu,
dan lain sebagainya tidak bisa memberikan manfaat dan mudhorat. Sebagai
contohnya seseorang yang sakit parah. Walaupun hartanya banyak, ilmunya
tinggi dan lain sebagainya, apabila Allah Ta’ala belum menghendaki dia
sembuh maka semua itu tidak ada gunanya.
Kekekalan Allah Ta'ala tidak hanya DzatNya tetapi juga sifat dan
perbuatanNya. Jika Allah Ta'ala mempunyai sifat Ar Rahim, yaitu akan
memasukkan hambaNya yang beriman dan bertaqwa kedalam syurga, maka
ketentuan-Nya tersebut kekal tidak akan berubah. Begitu juga Al Muntaqim,
yaitu Allah Ta'ala akan memasukkan orang-orang yang ingkar kedalam
neraka. Maka ketentuan Allah Ta'ala ini juga kekal tidak akan berubah.
Tidak seperti manusia yang sewaktu-waktu bisa berubah. Sekarang baik,
besok berubah menjadi tidak baik.
Apabila Allah Ta'ala menentukan orang-orang yang ingkar masuk kedalam
neraka, maka diakhirat kelak ketentuan-Nya tersebut pasti akan terjadi dan
tidak akan berubah. Karena tidak ada perubahan bagi sunnah-sunnah Allah
Ta'ala.
Kalau Allah Al Baqi’ maka selain Allah adalah fana. Termasuk diri kita yang
suatu saat pasti akan mati (musnah) dan akan kembali kepada Allah.
Walaupun semua yang dilangit dan dibumi hancur (musnah) Allah tetap ada.
Sedangkan kapan waktu kita kembali hanya Allah yang tahu. Mungkin
malam ini, besok pagi, seminggu lagi, setahun lagi dan seterusnya. Oleh
sebab itu jangan sekali kita sia-siakan waktu ini. Sebelum batas waktu itu
datang, manfaatkanlah waktu-waktu yang tersisa untuk amal ibadah atau
amal sholeh.
Surat Al Anbiya' (21) : 34, 35
34. Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum
kamu (Muhammad); Maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal?
35. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu
dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya).
Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.
Segala sesuatu yang ada dilangit dan dibumi ini adalah ciptaan Allah. Dan
semuanya bersifat fana (sementara). Oleh sebab itu satu-satunya yang
bersifat kekal hanyalah Allah SWT. Maka dari itu jangan sampai kita
bergantung di pohon yang rapuh, seperti makhluk, jabatan, harta, ilmu, dan
lain sebagainya, karena semuanya akan musnah. Hendaklah kita bergantung
hanya kepada Dzat yang Maha Kekal. Yang selalu kaya dan tidak pernah
miskin, yang selalu berkuasa, yang selalu hidup dan tidak pernah mati. Akan
tetapi kenapa kebanyakan manusia bergantung kepada sesuatu yang bersifat
fana? Hal ini dikarenakan sedikit sekali dari manusia ini yang kenal dan
yakin kepada Allah.
A. Sisi Tafakkurnya
Seberapa banyak kita bergantung dengan hukum-hukum Allah Ta'ala dan
seberapa banyak kita bergantung dengan hukum-hukum yang dibuat oleh
manusia?
Apabila Allah Ta'ala menentukan hukum bahwa orang fasik akan masuk
neraka dan orang beriman serta bertaqwa masuk syurga, maka ketentuan-
Nya tersebut sifatnya kekal dan tidak akan pernah berubah.
D. Sikap Orang Bertaqwa
Apapun yang ada didunia ini adalah bersifat sementara dan pasti akan
binasa. Harta sebanyak apapun suatu saat nanti akan bisana. Manusia
sehebat apapun suatu saat nanti akan binasa. Jabatan setinggi apapun suatu
saat nanti akan binasa. Begitu juga dengan hal-hal yang lain.
Oleh sebab itu bagi orang-orang yang bertaqwa, dia hanya bergantung
kepada Allah Ta'ala baik didunia maupun diakhirat kelak. Karena Allah
Ta'ala yang mempunyai dunia dan akhirat, dan hanya Dia yang bisa
menyelamatkan hamba-hambaNya baik didunia maupun diakhirat. Dan
hanya Allah satu-satuNya Dzat Yang Maha Kekal yang tidak akan pernah
mati untuk selama-lamanya. KekuasaanNya tidak akan pernah berkurang
dan kekayaan-Nya tidak akan pernah habis.
Didalam hidup ini Allah Ta'ala telah memberikan kebebasan kepada manusia
untuk memilih. Apakah memilih jalan kefasikan atau jalan ketaqwaan. Akan
tetapi ingatlah...!! bahwasannya kita nanti pasti akan bertemu dengan Allah
Ta'ala diakhirat kelak. Dan kita pasti akan dimintai pertanggung jawabannya.
Sedikitpun kita tidak bisa mengelak, karena Allah Ta'ala Maha Mengetahui
dan para Malaikat yang ditugaskan untuk mencatat amal perbuatan manusia
juga mengetahui. Apabila kita memilih kefasikan, maka kita akan masuk
neraka. Apabila kita memilih jalan ketaqwaan, maka kita akan masuk
syurga.
http://www.syafaatushsholawatindonesia.wapsite.me/files/96.ALBAQI.txt