Sie sind auf Seite 1von 10

HUBUNGAN FAKTOR RESIKO DENGAN TERJADINYA

NYERI PUNGGUNG BAWAH (LOW BACK PAIN) PADA


TENAGA KERJA BONGKAR MUAT (TKBM)
DI PELABUHAN BELAWAN MEDAN
TAHUN 2015

Nurzannah1, Makmur Sinaga2, Umi Salmah2


1
Mahasiswi Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKM USU
2
Dosen Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja FKM USU
Jl. Universitas No.21 Kampus USU Medan, 20155
Email: Nurzannah1@gmail.com

ABSTRACT

More than 70% humans had ever experience Low Back Pain (LBP) at the age of 35 – 55
years old. Some risk factors with LBP incidents is at the age over 35 years old, smoker, 5- 10
years work time, work position, overweight ans musculoskeletal disorder sufferer family
history, Body Mass Index (BMI), height, exercise routine, and work time.
The purpose of this research is to defind personal factors (age, IMT, work time, work
periode, smoking habit, exercise routine) and work factors (work load, work posture) with the
incidents of Low Back Pain with loading and unloading worker (TKBM) at Belawan harbor.
This research type is case control design with retrospektif characteristic. Population in this
research was 460 people with sample taken systematically random sampling that was 64
people. the data analysis in univariat and bivariat manner.
The research result showing at the age distributing (p=0.021 ; OR = 0.29), IMT (p =
0.613 ; OR = 0.312), work time (p = 0.019 ; OR = 0.247), Work periode (p = 1.000 ; OR =
1.552), smoking (p = 1.000 ; OR = 0.724), exercise (p = 0.021; OR = 0.259), work load (p =
0.042 ; OR = 0.304) , work posture (p = 0.039 ; OR = 0.294).
It is suggested to TKBM to exercising or warming up before doing physical
activity/work. To the TKBM Belawan harnor primer cooperative suggested to give
promotion about LBP prevention by paying attention to the rest time, workplace, liftload,
assist used, also protector tools for TKBM Belawan harbor.

Key Word: Low Back Pain, Age, Exercise Routine, Work Load, Work Posture

Pendahuluan Setiap pekerjaan merupakan beban


Undang- undang Nomor 13 tahun bagi pelakunya. Beban yang dimaksud
2003 pasal 86, ayat I a, menyatakan bahwa antara lain fisik, mental ataupun sosial.
setiap pekerja mempunyai hak untuk Seorang pekerja, seperti pekerja-pekerja
memperoleh perlindungan atas bongkar muat barang pelabuhan, memikul
keselamatan dan kesehatan kerja. lebih banyak beban fisik daripada beban
Perlindungan ini merupakan tugas pokok mental ataupun sosial. Hal ini dikarenakan
pelayanan kesehatan kerja yang meliputi sebagian besar waktu kerjanya adalah
pencegahan dan pengobatan terhadap berfokus pada kegiatan bongkar muat
penyakit umum dan penyakit akibat kerja, suatu barang yang diimpor dari luar ke
yang diatur dalam Permenakertrans Nomor pelabuhan setempat (Suma’mur, 2009).
03/Men/1982 dan Undang- undang Nomor Aktivitas fisik yang berat seperti
23 tahun 1992. mengangkat beban, menurunkan,
mendorong, menarik, melempar, Menurut hasil studi Departemen
memindahkan atau memutar beban dengan Kesehatan RI (2005) diketahui bahwa
menggunakan tangan atau bagian tubuh 40,5% pekerja mempunyai keluhan
lainnya disebut manual material handling gangguan kesehatan yang diduga terkait
dapat menyebabkan nyeri pinggang (low dengan pekerjaan yaitu16% penyakit otot
back pain). Nyeri pinggang akibat rangka yang disebut sakit punggung.
pekerjaan manual material handling, 50% World Health Organization (WHO) juga
di antaranya diakibatkan oleh aktivitas menyatakan bahwa di negara industri tiap
mengangkat beban, 9% karena mendorong tahun tercatat 2 – 5 % mengalami Nyeri
dan menarik beban, 6% karena menahan, Punggung Bawah (NPB). Kemudian
melempar, memutar, dan membawa beban National Safety Council melaporkan
(Nurwahyuni, 2012). bahwa sakit akibat kerja dengan frekuensi
Nyeri punggung bawah (low back kejadian yang paling tinggi adalah
pain) adalah nyeri di daerah punggung sakit/nyeri pada punggung bawah, yaitu
bawah yang disebabkan oleh masalah 22% dari 1.700.000 kasus (Tatilu, 2014).
saraf, iritasi otot atau lesi tulang. Nyeri Pada penelitian yang dilakukan oleh
punggung bawah dapat diikuti dengan Septiawan (2012), terhadap pekerja
cedera atau trauma punggung, tapi juga bangunan di PT. Mikroland Property
rasa sakit dapat disebabkan oleh kondisi Development Semarang, didapatkan hasil
degeneratif misalnya penyakit artritis, dari 49 sampel pekerja mengalami keluhan
osteoporosis atau penyakit tulang lainnya, nyeri punggung bawah. Dari 30 responden
infeksi virus, iritasi pada sendi dan cakram yang memiliki sikap kerja dengan resiko
sendi, atau kelainan bawaan pada tulang tinggi, terdapat 25 responden (83,3%)
belakang (Tatilu, 2014). mengalami keluhan nyeri punggung bawah
Penelitian di Amerika pada tahun dan 5 responden (16,7%) tidak mengalami
2004 menyatakan bahwa ada sekitar 60% keluhan nyeri punggung bawah.
pekerja manual handling menderita nyeri Sedangkan dari 19 responden yang
dan cedera pada daerah punggung, dan hal memiliki sikap kerja dengan resiko
itu disebabkan karena aktivitas manual sedang, terdapat 10 responden (52,7%)
handling saat bekerja seperti mengangkat, mengalami keluhan nyeri punggung bawah
menarik serta memegang alat. Nyeri dan 9 responden (47,3%) tidak mengalami
punggung bawah adalah penyebab utama keluhan nyeri punggung bawah.
dari ketidak hadiran kerja di Inggris. Joice Ester Tatilu (2014)
Diperkirakan sekitar 3,5 juta hari kerja mengungkapkan bahwa dari 75 orang
hilang tahun 2008-2009 karena gangguan pekerja pembuat batu bata di kelurahan
muskuloskeletal terutama masalah nyeri Plangmongansari yang mengalami nyeri
punggung bawah (Munir, 2012). punggung bawah, terdapat 99% dengan
Di Australia Barat, L. M. Stracker sikap kerja berdiri, membungkuk, dan
menyatakan bahwa pada tahun 1995 ada jongkok yang tidak ergonomis.
8939 kasus yang disebabkan karena Sakinah (2012) menyatakan bahwa
manual handling atau sekitar 30% dari persentase terbesar yang mengalami nyeri
kasus, dari 8939 kasus sekitar 49% berupa punggung bawah terdapat pada kelompok
muskuloskeletal disorder, 88,8% berupa umur yang dikategorikan berusia muda (≤
keluhan pada otot dan tulang rangka. 35 tahun) yang mengalami keluhan yaitu 7
Adapun bagian tubuh yang terkena sekitar orang (26,9%) dan yang tidak mengalami
3% mengenai pada daerah leher, 23,3% keluhan yaitu 19 orang (73,1%) sedangkan
pada daerah bahu dan lengan, 65,4% pada pekerja batu bata dengan kategori berusia
daerah punggung dan 5% terjadi di daerah tua (>35 tahun) yang mengalami keluhan
anggota gerak bagian bawah (Munir, yaitu 17 orang (60,7%) dan yang tidak
2012). mengalami keluhan yaitu 11 orang
(39,3%). Berdasarkan uji yang dilakukan, saat bekerja perlu diatur agar dapat
terlihat bahwa ada hubungan yang dimanfaatkan menurut kekuatan yang
signifikan antara umur dengan keluhan maksimal. Dengan demikian otot akan
nyeri punggung bawah pada pekerja batu berprestasi dengan efesiensi yang tinggi
bata di Kelurahan Lawawoi Kabupaten dan keterampilan yang optimal
Sidrap. (Nurwahyuni, 2012).
Lebih dari 70% manusia dalam Pelabuhan Belawan adalah sebuah
hidupnya pernah mengalami LBP dengan pelabuhan dengan tingkat kelas utama
rata-rata puncak kejadian berusia 35-55 yang bernaung di bawah PT. Pelabuhan
tahun. Terdapat beberapa faktor resiko Indonesia (Pelindo) I. Pelabuhan ini
penting yang terkait dengan kejadian LBP merupakan salah satu pelabuhan bongkar
yaitu usia diatas 35 tahun, perokok, masa muat paling penting di Indonesia terletak
kerja 5-10 tahun, posisi kerja, kegemukan di kota Medan Sumatera Utara (Dephub
dan riwayat keluarga penderita RI, 2003). Pekerjaan bongkar muat
musculoskeletal disorder (Astuti, 2007). merupakan pekerjaan yang mengandalkan
Faktor lain yang dapat memengaruhi fisik dan lingkungan kerja memberikan
timbulnya gangguan LBP meliputi tambahan beban kerja bagi tenaga kerja
karakteristik individu misal body mass bongkar muat (TKBM). Setiap kegiatan
index (BMI), tinggi badan, kebiasaan hanya dapat dilaksanakan oleh TKBM
olahraga, dan masa kerja (Harianto, 2010). yang terdaftar di kantor pelabuhan
Proses kerja yang dilakukan oleh Belawan, terhimpun dalam satu wadah
tenaga kerja bongkar muat banyak yaitu Koperasi Upaya Karya bekerja sama
mengandung resiko terhadap kesehatan. dengan Perusahaan Bongkar Muat (PBM).
Salah satunya adalah sikap kerja yang Oleh karena itu syarat untuk menjadi
dilakukan dengan menggunakan tubuh TKBM adalah bergabung dalam
mereka untuk mengangkut beban. Sesuai keanggotaan Koperasi Upaya Karya.
dengan observasi awal yang dilakukan, Kegiatan bongkar muat barang di
sering ditemukan tenaga kerja bongkar Pelabuhan Belawan di bagi dalam tiga
muat melakukan pekerjaan angkat-angkut bagian terdiri dari Stevedoring (pekerjaan
beban dengan cara manual yaitu hanya bongkar muat barang dari kapal ke
dengan menggunakan kekuatan tubuh dermaga dan sebaliknya), Corgodoring
yang ditaruh di punggung bagian bawah. (pekerjaan membawa barang dari dermaga
Hal tersebut dapat menimbulkan keluhan ke gudang dan sebaliknya), Receiveing /
nyeri punggung bawah pada pekerja Delivery pekerjaan mengambil barang
karena sikap tubuh mengangkat beban dari gudang ke atas kendaraan dan
seperti itu dilakukan secara berulang. sebaliknya). Kesiapan sumber daya
(Tatilu, 2014). manusia operasional dan tenaga kerja
Tenaga kerja bongkar muat bongkar muat merupakan salah satu
merupakan tenaga kerja yang berpotensi persyaratan operasional pelabuhan dalam
mengalami penyakit yang terkait dengan 24 jam (Polii, 2013).
pekerjaan yaitu keluhan nyeri punggung Pelabuhan belawan memiliki 4 sektor,
bawah dimana sikap kerja dari tenaga dalam hal ini peneliti melakukan penelitian
kerja bongkar muat yang mengangkut di sektor 1 yang terdiri dari 20 mandor
beban dengan posisi membungkuk dapat dengan sistem kerja secara bergilir yang
menyebabkan nyeri punggung bawah. memiliki jumlah pekerja sebanyak 460
Pada umumnya tenaga kerja bongkar muat orang. Tenaga kerja membawa barang dari
memerlukan kemampuan untuk kerja fisik palka kapal maupun sebaliknya secara
yang tinggi sehingga membutuhkan energi manual ke geladak kapal, menyusun
yang cukup banyak. Oleh karena itu, barang kedalam jala-jala barang, kemudian
gerakan atau posisi yang akan dilakukan dengan menggunakan container crane
diangkut dan disusun oleh tenaga kerja dengan terjadinya Low Back Pain pada
kedalam truk. Jenis pekerjaan yang TKBM Pelabuhan Belawan tahun 2015.
dilakukan adalah mengangkat biji sawit 2. Untuk mengetahui faktor pekerjaan
(cornel sawit), beras, semen, pupuk dan (beban kerja, sikap kerja) dengan
lainnya yang dikemas dalam sack terjadinya Low Back Pain pada TKBM
(karung). Kapal barang yang sandar di Pelabuhan Belawan tahun 2015.
dermaga dengan kapasitas berkisar 1300- Manfaat Penelitian
1600 ton dikerjakan oleh 2-3 tim a. Sebagai bahan masukan bagi
beranggotakan 12 orang/tim dalam waktu manajemen Primkop “Upaya Karya”
3-5 hari atau tergantung muatan dan Pelabuhan Belawan dalam upaya
ukuran kapal. pencegahan terjadinya Low Back Pain
Pekerjaan bongkar muat dilakukan pada tenaga kerja bongkar muat.
dengan menggunakan sistem borongan, b. Hasil penelitian ini diharapkan
bekerja sesuai kesepakatan dengan pihak bermanfaat dan dapat digunakan sebagai
pengguna jasa. Sehingga memungkinkan referensi untuk penelitian lebih lanjut.
waktu kerja melebihi 8 jam per hari. Jam Metode Penelitian
kerja dimulai pukul 08.00 pagi dan Jenis penelitian ini bersifat
istirahat siang pukul 11.30, kemudian retrospektif dengan desain case control,
dilanjutkan kembali pada pukul 13.00 dan sebagai kasus adalah TKBM yang
istirahat sore pukul 17.30. Untuk jam mengalami Low Back Pain dan kontrol
lembur sore dimulai pukul 17.30-19.00 TKBM yang tidak mengalami Low Back
dan jam lembur malam dimulai pukul Pain, data diperoleh dari catatan rekam
19.00-21.30. medika di Rumah Sakit Mitra Medica.
Dari hasil wawancara yang dilakukan, Penelitian ini dilaksanakan di Pelabuhan
pekerja mengatakan bahwa pernah Belawan 1, Kecamatan Medan Belawan.
mengalami low back pain terkait dengan Penelitian dimulai dari bulan januari
pekerjaan yang dilakukan. Dilihat dari sampai Maret 2015. Populasi dalam
data rumah sakit Mitra Medica ditemukan penelitian ini adalah seluruh pekerja
sebanyak 32 kasus kejadian low back pain. tenaga kerja bongkar muat (TKBM)
Rumah sakit mitra medica merupakan sebanyak 460 orang. Sampel dalam
rumah sakit rujukan yang di berikan oleh penelitian ini berdasarkan
pihak koperasi TKBM. a. Kelompok Kasus: sampel kasus dalam
Dari latar belakang di atas, peneliti penelitian ini adalah pekerja TKBM yang
tertarik untuk melakukan penelitian Low Back Pain. Data diperoleh dari rekam
mengenai hubungan faktor resiko dengan medik yang tercatat di Rumah Sakit Mitra
terjadinya nyeri punggung bawah (Low Medica dengan jumlah 32 kasus.
Back Pain) pada tenaga kerja bongkar b. Kelompok Kontrol: sampel kontrol
muat (TKBM) di Pelabuhan Belawan dalam penelitian ini adalah pekerja TKBM
tahun 2015. yang tidak Low Back Pain. Data diperoleh
Rumusan Masalah dari rekam medik yang tercatat di Rumah
Bagaimana hubungan antara faktor Sakit Mitra Medica, yang ditentukan
resiko dengan terjadinya nyeri punggung dengan sistematik random sampling
bawah (Low Back Pain) pada tenaga kerja dengan jumlah 32 kontrol.
bongkar muat (TKBM) di Pelabuhan Data dalam penelitian adalah Data
Belawan tahun 2015. primer diperoleh dari hasil pengisian
Tujuan Penelitian kuesioner yang dibagikan kepada pekerja
1. Untuk mengetahui faktor personal bongkar muat di sektor 1 pelabuhan
(usia, IMT, masa kerja, lama kerja, Belawan. Data sekunder penelitian ini
kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga) diperoleh dari data instansi Primkop
TKBM pelabuhan Belawan dan rumah
sakit mitra medica. Data sekunder 3. Distribusi Proporsi Tenaga Kerja
penelitian ini diperoleh dari data instansi Bongkar Muat (TKBM) Berdasarkan Masa
Primkop TKBM pelabuhan Belawan dan Kerja di Pelabuhan Belawan I Medan
rumah sakit mitra medica. Tahun 2015, pada kelompok kasus dan
Metode analisis data dilakukan kelompok kontrol, masa kerja respoden
melalui analisis univariat dan bivariat. pada kelompok kasus < 4 tahun yaitu 7
Analisis univariat merupakan analisis yang orang (21.9 %) dan > 4 tahun yaitu 25
menitik beratkan kepada penggambaran orang (78.1 %) , sedangkan masa kerja
atau deskripsi data dari masing- masing responden pada kelompok kontrol< 4
veriabel independen meliputi faktor usia, tahun yaitu 17 orang (53.1 %) dan .> 4
IMT, masa kerja, lama kerja, kebiasaan tahun yaitu 15 orang (46.9 %).
merokok, kebiasaan berolahraga, beban 4. Distribusi Proporsi Tenaga Kerja
kerja, sikap kerja serta variabel dependen Bongkar Muat (TKBM) Berdasarkan
yaitu Low Back Pain. Analisis bivariat Lama Kerja di Pelabuhan Belawan I
digunakan untuk mendapatkan informasi Medan Tahun 2015, pada kelompok kasus
tentang hubungan variabel independen dan kelompok kontrol, lama kerja
meliputi faktor usia, IMT, masa kerja, respoden pada kelompok kasus < 8 jam
lama kerja, kebiasaan merokok, kebiasaan yaitu 3 orang (9.4 %) dan < 8 jam yaitu 29
berolahraga, beban kerja, sikap kerja, serta orang (90.6 %) , sedangkan lama kerja
variabel dependen yaitu Low Back Pain responden pada kelompok kontrol > 8 jam
dengan menggunakan uji chisquare dengan yaitu 2 orang (6.2 %) dan .> 8 jam yaitu 30
derajat kepercayaan 95%. Bila nilai p < orang (93.8 %).
0.05 maka uji statistik dikatakan 5. Distribusi Proporsi Tenaga Kerja
berhubungan secara bermakna. Bongkar Muat (TKBM) Berdasarkan
Kebiasaan Merokok di Pelabuhan Belawan
Hasil dan Pembahasan I Medan Tahun 2015, pada kelompok
Analisa Univariat kasus dan kelompok kontrol, yang
1. Distribusi Proporsi Tenaga Kerja merokok pada kelompok kasus yaitu 28
Bongkar Muat (TKBM) Berdasarkan orang (87.5 %) dan yang tidak merokok
Umur di Pelabuhan Belawan I Medan yaitu 4 orang (12.5 %) , sedangkan yang
Tahun 2015, pada kelompok kasus dan merokok pada kelompok kontrol yaitu 29
kelompok kontrol, umur respoden pada orang (90.6 %) dan yang tidak merokok
kelompok kasus < 25 tahun yaitu 14 orang yaitu 3 orang (9.4 %).
(43.8 %) dan > 25 – 65 tahun yaitu 6. Distribusi Proporsi Tenaga Kerja
18orang (56.2 %) , sedangkan umur Bongkar Muat (TKBM) Berdasarkan
responden pada kelompok kontrol < 25 Kebiasaan Olahraga di Pelabuhan Belawan
yaitu 24 orang (75.0 %) dan .> 25 – 65 I Medan Tahun 2015, pada kelompok
tahun yaitu 8 orang (25.0 %). kasus dan kelompok kontrol, kebiasaan
2. Distribusi Proporsi Tenaga Kerja olahraga respoden pada kelompok kasus
Bongkar Muat (TKBM) Berdasarkan sering yaitu 14 orang (43.8 %) dan jarang
Indeks Massa Tubuh (IMT) di Pelabuhan yaitu 18 orang (56.2 %) , sedangkan
Belawan I Medan Tahun 2015, pada kebiasaan olahraga responden pada
kelompok kasus dan kelompok kontrol, kelompok kontrol sering yaitu 24 orang
IMT respoden pada kelompok kasus < (75.0 %) jarang yaitu 8 orang (25.0 %).
18.5 yaitu 1 orang (3.1 %) dan 18.5 – 25.0 7. Distribusi Proporsi Tenaga Kerja
yaitu 31 orang (96.9%) , sedangkan IMT Bongkar Muat (TKBM) Berdasarkan
responden pada kelompok kontrol < 18.4 Beban Kerja di Pelabuhan Belawan I
yaitu 3 orang (9.4 %) dan > 18.4 - 25.0 Medan Tahun 2015, pada kelompok kasus
yaitu 29 orang (90.6%). dan kelompok kontrol, beban kerja ringan
pada kelompok kasus yaitu 9 (28.1%) dan
beban kerja sedang pada kelompok kasus Sikap Kerja di Pelabuhan Belawan I
yaitu 23 orang (71.9 %) , sedangkan beban Medan Tahun 2015, pada kelompok kasus
kerja ringan pada kelompok kontrol yaitu dan kelompok kontrol, sikap kerja sedang
18 orang (56.2 %) dan beban kerja sedang pada kelompok kasus yaitu 15 orang (46.9
yaitu 14 orang (43.8 %). pada kelompok kontrol yaitu 24 (75.0 %)
8. Distribusi Proporsi Tenaga Kerja dan sikap kerja tinggi yaitu 8 orang (25.0
Bongkar Muat (TKBM) Berdasarkan % ).

Analisa Bivariat

Umur Kasus Kontrol P Value OR (95 % CI)


N f N f
< 25 Tahun 14 43.8 24 75.0 0.021 0.259 (0.090 – 0.750)
25 – 65 Tahun 14 56.2 8 25.0
Total 32 100.0 32 100.0
IMT Kasus Kontrol P Value OR (95 % CI)
N f N f
< 18.4 1 3.1 3 9.4 0.613 0.312 (0.31 – 3.170)
18.5 – 25.0 31 96.9 29 90.6
Total 32 100.0 32 100.0
Masa Kerja Kasus Kontrol P Value OR (95 % CI)
N f N f
< 4 Tahun 7 21.9 17 53.1 0.019 0.247 (0.083 – 734)
≥ 4 Tahun 25 78.1 15 46.9
Total 32 100.0 32 100.0
Lama Kerja Kasus Kontrol P Value OR (95 % CI)
N f N f
> 8 jam 3 9.4 2 6.2 100.0 1.552 (0.241 – 9.974)
≤ 8 jam 29 90.6 30 93.8
Total 32 100.0
Merokok Kasus Kontrol P Value OR (95 % CI)
N f N f
Ya 28 87.5 29 90.6 100.0 0.724 (0.148 – 3.531)
Tidak 4 12.5 3 9.4
Total 32 100.0 32 100.0
Olahraga Kasus Kontrol P Value OR (95 % CI)
N f N f
Sering 14 43.8 24 75.0 0.021 0.259 (0.090 – 0.750)
(> 3 x seminggu)
Jarang 18 56.2 8 25.0
(< 3 x seminngu)
Total 32 100.0 32 100.0
Beban Kerja Kasus Kontrol P Value OR (95 % CI)
N f N f
Ringan 9 28.1 18 56.2 0.042 0.304 (0.108 – 0.861)
(75 – 100)
Sedang 23 71.9 14 43.8
(101 – 125)
Total 32 100.0 32 100.0
Sikap Kerja Kasus Kontrol P Value OR (95 % CI)
N f N f
Sedang 15 46.9 24 75.0 0.039 0.294 (0.102 – 0.848)
Tinggi 17 53.1 8 25.0
Total 32 100.0 32 100.0
1. Hubungan Umur TKBM dengan Beban yang berlebihan di tulang
kejadian Low Back Pain belakang jugaakan meningkatkan tekanan
Uji statistik chi-Square diperoleh di diskus invertebrate menyempit. Hal ini
nilai X2= 6.478b dan niali p. value adalah akan memperbesar kemungkinan
0.021 berarti nilai p value < 0.05 terjepitnya serabut saraf yang keluar dari
menunjukkan adanya hubungan yang foramen intervertebrata dan pembulu
bermakna proporsi TKBM yang darah kecil yang memperdarahi daerah
mengalami Low Back Pain pada TKBM lumbal. Otot yang dipersarafi diperdarahi
dengan umur > 25- 65 tahun dibandingkan oleh pembulu darah yang terjepit tersebut
TKBM yang mempunyai umur < 25 akan menurun kemampuannya dalam
tahun. Adapun besarnya beda dapat dilihat melakukan kontraksi dan relaksasi.
dari OR yang besarnya 0.259 (0.090 – Kelelahan otot lebih cepat timbul dan
0.750 ), artinya resiko terjadinya Low Back terjadilah nyeri.
Pain pada TKBM yang mempunyai umur 3. Hubungan Masa Kerja TKBM
25- 65 tahun 0.259 kali lebih besar dengan kejadian Low Back Pain
dibandingkan TKBM dengan umur < 25 Uji statistik chi-Square diperoleh
tahun. nilai X2= 6.667b dan niali p. value adalah
Penelitian ini sesuai dengan kemu 0.019 berarti nilai p value < 0.05
penelitian Teguh prayugo (2012), bahwa menunjukkan adanya hubungan yang
usia memiliki hubungan yang bermakna bermakna proporsi TKBM yang
dengan keluhan subjektif pada punggung mengalami Low Back Pain pada TKBM
dengan nilai (OR 21, p value 0,02 < α dengan masa kerja > 4 tahun dibandingkan
0,05). TKBM yang mempunyai masa kerja < 4
Menurut Joko Susteyo (2008) tahun. Adapun besarnya beda dapat dilihat
mengatakan bahwa kondisi usia dari OR yang besarnya 0.247 (0.083 –
berpengaruh terhadap kemampuan kerja 734),artinya resiko terjadinya Low Back
fisik atau kekuatan otot seseorang. Pain pada TKBM yang mempunyai masa
Kemampuan fisik maksimal seseorang kerja > 4 tahun 0.247 kali lebih besar
dicapai pada usia 25-40 tahun dan akan dibandingkan TKBM dengan masa kerja <
terus menurun seiring dengan 4 tahun.
bertambahnya usia. Penelitian ini sejalan dengan Fathoni
2. Hubungan IMT TKBM dengan (2009), melakukan uji korelasi antara masa
Terjadinya Low Back Pain kerja dengan keluhan nyeri punggung
Uji statistik chi-Square diperoleh bawah. Dari hasil uji korelasi didapatkan
nilai X2= 1.067b dan niali p. value adalah nilai p = 0,018 karena p < 0,05 sehingga
0.613 berarti nilai p value > 0.05 dalam penelitian ini faktor masa kerja
menunjukkan tidak adanya hubungan yang responden memiliki hubungan dengan
bermakna proporsi TKBM yang keluhan nyeri punggung bawah.
mengalami Low Back Pain pada TKBM Sebuah studi yang dilakukan Suharto
,artinya resiko terjadinya Low Back Pain (2005), seseorang yang bekerja lebih dari 5
pada TKBM yang mempunyai IMT 18.5 – tahun meningkatkan risiko terjadinya LBP
25.0, 0.312 kali lebih besar dibandingkan dibandingkan kurang dari 5 tahun, dimana
TKBM dengan IMT < 18.4. paparan mengakibatkan rongga diskus
Dalam penelitian Sahrul Munir menyempit secara permanen dan juga
(2012), Tulang belakang terutama daerah mengakibatkan degenerasi tulang belakang
lumbal memegang peranan penting dalam yang akan menyebabkan nyeri punggung
menahan beban tubuh .mereka yang bawah kronis.
memiliki proporsi tubuh normal, maka
beban pada tulang belakangnya juga dalam
batas yang normal.
4. Hubungan Lama Kerja TKBM merokok 0.724 kali lebih besar
dengan kejadian Low Back Pain dibandingkan TKBM yang tidak merokok.
Uji statistik chi-Square diperoleh Uji statistik chi-Square diperoleh
nilai X2= 0.217b dan nilai p. value adalah nilai X2= 0.160b dan nilai p. value adalah
1.000 berarti nilai p value > 0.05 1.000 berarti nilai p value > 0.05
menunjukkan tidak adanya hubungan yang menunjukkan tidak adanya hubungan yang
bermakna proporsi TKBM yang bermakna proporsi TKBM yang
mengalami Low Back Pain pada TKBM mengalami Low Back Pain pada TKBM
dengan lama kerja > 8 jam dibandingkan dengan yang merokok dibandingkan
TKBM yang mempunyai lama kerja < 8 TKBM yang tidak merokok. Adapun
jam. Adapun besarnya beda dapat dilihat besarnya beda dapat dilihat dari OR yang
dari OR yang besarnya 1.552 (0.241 – besarnya 0.724 (0.148 – 3.531) , artinya
9.974), artinya resiko terjadinya Low Back resiko terjadinya Low Back Pain pada
Pain pada TKBM yang mempunyai lama TKBM yang mempunyai kebiasaan
kerja > 8 jam 1.552 kali lebih besar merokok 0.724 kali lebih besar
dibandingkan TKBM dengan lama kerja < dibandingkan TKBM yang tidak merokok.
8 jam. Penelitian ini sejalan dengan (Heru
Penelitian ini sejalan dengan Septiawan, 2013) hasil penelitian dapat
penelitian Nurwahyuni,dkk (2012), analisa diketahui bahwa tidak ada hubungan
hubungan antara lama kerja dengan antara kebiasaan merokok dengan keluhan
keluhan nyeri punggung bawah bahwa nyeri punggung bawah pada pekerja
responden yang mengalami keluhan nyeri bangunan di PT Mikroland Property
punggung bawah lebih tinggi pada Development. Hasil ini didasarkan pada
responden dengan lama kerja < 8 jam nilai p value yang diperoleh yaitu 0,548.
sehari yaitu 58 responden (81,7%). Perbandingan antara jumlah responden
Lamanya waku kerja berkaitan yang perokok berjumlah 46 orang (93,9%)
dengan keadaan fisik tubuh pekerja. dan yang bukan perokok 3 orang (6,1%).
Pekerjaan fisik yang berat akan Diperkirakan hal ini disebabkan oleh
mempengaruhi kerja otot, kardiovaskuler, penurunan pasokan oksigen ke cakram dan
sistem pernapasan, dan lainnya. Jika berkurangnya oksigen darah akibat nikotin
pekerjaan berlangsung dalam waktu yang terhadap penyempitan pembuluh darah
lama tanpa istirahat, kemampuan tubuh arteri. Kebiasaan merokok dapat
akan menurun dan dapat menyebabkan menyebabkan nyeri punggung karena
kesakitan pada anggota tubuh (Suma’mur, perokok memiliki kecenderungan untuk
1989). mengalami gangguan pada peredaran
5. Hubungan Kebiasaan Merokok darahnya, termasuk ke tulang belakang
TKBM dengan kejadian Low Back (Ruslan A Latif, 2007).
Pain 6. Hubungan Kebiasaan Olahraga
Uji statistik chi-Square diperoleh TKBM dengan kejadian Low Back
nilai X2= 0.160b dan nilai p. value adalah Pain
1.000 berarti nilai p value > 0.05 Uji statistik chi-Square diperoleh
menunjukkan tidak adanya hubungan yang nilai X2= 6.478b dan nilai p. value adalah
bermakna proporsi TKBM yang 0.021 berarti nilai p value < 0.05
mengalami Low Back Pain pada TKBM menunjukkan adanya hubungan yang
dengan yang merokok dibandingkan bermakna proporsi TKBM yang
TKBM yang tidak merokok. Adapun mengalami Low Back Pain pada TKBM
besarnya beda dapat dilihat dari OR yang yang jarang berolahraga dibandingkan
besarnya 0.724 (0.148 – 3.531), artinya TKBM yang sering berolahraga. Adapun
resiko terjadinya Low Back Pain pada besarnya beda dapat dilihat dari OR yang
TKBM yang mempunyai kebiasaan besarnya 0.259 (0.090 – 0.750) , artinya
resiko terjadinya Low Back Pain pada menyebabkan metabolisme tubuh semakin
TKBM yang mempunyai kebiasaan meningkat sehingga kebutuhan O2
olahraga 0.259 kali lebih besar semakin besar dan frekuensi denyut nadi
dibandingkan TKBM tidak berolahraga. meningkat.
Dengan meningkatkan kekuatan dan Grandjean (1993) menyatakan bahwa
fleksibilitas otot punggung, beban akan selama berlangsungnya kontraksi otot
terdistribusi secara merata dan mengurangi statis, pembuluh darah ditekan oleh
beban hanya pada tulang belakang. Selain tekanan dari dalam jaringan otot, sehingga
sebagai upaya preventif misalnya dengan menghambat sirkulasi darah ke jaringan
peregangan, olahraga ternyata dapat juga otot.
mengurangi gejala nyeri bila sudah terjadi 8. Hubungan Sikap Kerja TKBM
gangguan nyeri punggung bawah (Syahrul dengan kejadian Low Back Pain
Munir, 2012). Uji statistik chi-Square diperoleh nilai
Hal ini sesuai dengan teori tersebut. X2= 5.317b dan niali p. value adalah 0.039
Oleh karena itu untuk mencegah NPB berarti nilai p value < 0.05 menunjukkan
penting dilakukan olahraga. Olahraga yang adanya hubungan yang bermakna proporsi
dianjurkan untuk mencegah NPB adalah : TKBM yang mengalami Low Back Pain
Low impact aerobic (seperti jalan kaki, pada TKBM yang mempunyai sikap kerja
bersepeda atau berenang) sebaiknya tinggi dibandingkan TKBM yang
dilakukan 30 sampai 45 menit 3 – 5 kali mempunyai sikap kerja sedang. Adapun
dalam seminggu yang diawali dengan besarnya beda dapat dilihat dari OR yang
pemanasan dan diakhiri dengan besarnya 0.294 (0.102 – 0.848), artinya
pendinginan. resiko terjadinya Low Back Pain pada
7. Hubungan Beban Kerja TKBM TKBM yang mempunyai sikap kerja tinggi
dengan kejadian Low Back Pain 0.294 kali lebih besar dibandingkan
Uji statistik chi-Square diperoleh TKBM dengan sikap kerja sedang saat
nilai X2= 5.189b dan nilai p. value adalah bekerja.
0.042 berarti nilai p value < 0.05 Sikap kerja mempunyai hubungan
menunjukkan adanya hubungan yang dengan keluhan nyeri punggung bawah.
bermakna proporsi TKBM yang Hal ini sesuai dengan kajian pustaka yang
mengalami Low Back Pain pada TKBM menyatakan bahwa sikap kerja yang salah,
yang mempunyai beban kerja sedang canggung, dan di luar kebiasaan akan
dibandingkan TKBM yang mempunyai menambah risiko cidera pada bagian
beban kerja ringan. Adapun besarnya beda sistem muskuloskeletal (Rahmaniyah Dwi
dapat dilihat dari OR yang besarnya 0.304 Astuti, 2007). Pernyataan tersebut juga
(0.108 – 0.861) , artinya resiko terjadinya didukung hasil penelitian dilakukan oleh
Low Back Pain pada TKBM yang (Diana Samara, 2005) tentang sikap kerja
mempunyai beban kerja sedang 0.304 kali membungkuk dan memutar selama bekerja
lebih besar dibandingkan TKBM dengan sebagai faktor risiko nyeri punggung
beban kerja ringan. bawah menunjukan bahwa sikap kerja
Hal ini disebabkan karena semakin membungkuk memperbesar risiko nyeri
tinggi aktivitas tubuh maka semakin tinggi punggung bawah sebesar 2,68 kali
peningkatan aliran darah untuk mensuplai dibandingkan dengan pekerja dengan sikap
zat makanan dan O2 ke jaringan otot badan tegak.
sehingga jantung berkontraksi lebih cepat Kesimpulan dan Saran
dan kuat yang akhirnya akan a. Kesimpulan
meningkatkan frekuensi denyut nadi. 1. Ada hubungan antara umur dengan
Adiputra (2002) menjelaskan bahwa nyeri punggung bawah (p. value =
semakin tinggi aktivitas tubuh 0.021).
2. Tidak ada hubungan antara Indeks penyakit akibat kerja pada TKBM di
Massa Tubuh (IMT) dengan nyeri pelabuhan Belawan.
punggung bawah (p. value = 0.613).
3. Ada hubungan antara masa kerja Daftar Pustaka
dengan nyeri punggung bawah 1. Astuti, Rahmaniyah Dwi. 2007.
(p. value = 0.019) Analisa Pengaruh Aktivitas Kerja
4. Tidak ada hubungan antara lama kerja dan Beban Angkat Terhadap
dengan nyeri punggung bawah Keluhan Musculusceletal.
(p. value = 1.000). https://www.google.co.id/ejournal.
5. Tidak ada hubungan antara kebiasaan Diakses pada tanggal 5 januari 2015.
merokok dengan nyeri punggung 2. Departemen Kesehatan RI. 2003.
bawah (p. value = 1.000). Modul Pelatihan Bagi Fasilitator
6. Ada hubungan antara kebiasaan Kesehatan
olahraga dengan nyeri punggung Kerja. DepKes RI. Jakarta.
bawah (p. value = 0.021). www.perpustakaan.depkes.go.id/cgi-
7. Ada hubungan antara beban kerja bin/koha/opac. Diakses pada tanggal
dengan nyeri punggung bawah 14 januari 2015
(p. value = 0.042). 3. Fathoni H. 2009. Hubungan Sikap
8. Ada hubungan antara sikap kerja Dan Posisi Kerja Dengan Low Back
dengan nyeri punggung (p. value = Pain Pada Perawat Di RSUD
0.039). Purbalingga. Jurnal Keperawatan
b. Saran Soedirman (The Soedirman Journal
1. Bagi Tenaga Kerja Bongkar Muat Of Nursing).
(TKBM) perlu melakukan olahraga http://juke.kedokteran.unila.ac.id/ .
atau peregangan otot sebelum Diakses pada tanggal 25 januari 2015.
melakukan aktivitas fisik/kerja 4. Halimah. 2009. Karasteristik
mengangkat, menahan dan Penderita Nyeri Punggung Bawah
memindahkan beban karena (NPB) yang Rawat Inap di Rumah
peregangan otot sangat baik untuk Sakit Umum dr. Pirngadi Medan
kelenturan otot tulang belakang. Tahun 2009-2010.
Olahraga yang dianjurkan untuk repository.usu.ac.id. Diakses pada
mencegah nyeri punggung bawah tanggal 7 februari 2015.
seperti jalan kaki, bersepeda atau 5. Harianto, R. 2010. Buku Ajar
berenang sebaiknya dilakukan 30 Kesehatan Kerja. Jakarta: Buku
sampai 45 menit atau 3 - 5 kali Kedokteran EGC.
seminggu. 6. Joko Susetyo, Titin Isna. 2008.
2. Memberikan informasi kepada pekerja Prevalensi Keluhan Subyektif Atau
TKBM tentang sikap kerja Kelelahan Karena Sikap Kerja
membungkuk dan memutar selama Yang Tidak Ergonomis Pada
bekerja mempunyai resiko lebih besar Pengrajin Perak. http://www.e-
terkena nyeri punggung bawah 2,68 jurnal.com/2014/09/prevalensi-
kali dibandingkan dengan sikap kerja keluhan-subyektif-atau.html
badan tegak. 7. Suma’mur. 2009. Higiene
3. Memberikan informasi kepada Perusahaan dan Keselamatan
Primkop “Upaya Karya” pelabuhan Kerja. Sagung Seto: Jakarta
Belawan tentang adanya kejadian nyeri 8. Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi
punggung bawah (Low Back Pain) untuk Keselamatan Kesehatan
pada pekerjanya sehingga dapat Kerja dan Produktivitas. Surakarta:
dicarikan solusi untuk mengatasi UNIBA press.
masalah tersebut, serta pencegahan

Das könnte Ihnen auch gefallen