Sie sind auf Seite 1von 10

KERANGKA ACUAN

SOSIALISASI INDIKATOR MUTU


KESELAMATAN PASIEN

TIM MUTU KESELAMATAN PASIEN


PUSKESMAS BINAKAL

2017
KERANGKA ACUAN KEGIATAN SOSIALISASI
INDIKATOR KESELAMATAN PASIEN
PUSKESMAS BINAKAL
TAHUN 2017

I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang :
Isu tentang keselamatan pasien mendapatkan perhatian pemerintah
seperti yang dituangkan dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009.
Puskesmas wajib melaksanakan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti
diskriminasi dan efektif, dengan mengutamakan kepentingan pasien. Puskesmas wajib
memenuhi hak pasien memperoleh keamanan dan keselamatan selama dalam
perawatan di Puskesmas. Acuan bagi Puskesmas untuk pelaksanaan pogram
keselamatan pasien sesuai standar yang ditetapkan.
Rangkaian kegiatan upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien laksana
rantai tindakan yang kompleks dan terintegrasi yang diawali dari pengalaman
masyarakat sebagai pengguna layanan, proses pelayanan klinis dalam tingkatan mikro,
konteks organisasi sebagai fasilitator pelayanan klinis serta lingkungan eksternal yang
dapat mempengaruhinya.
Organisasi dengan fungsi manajemennya di Puskesmas memiliki peran penting
dalam program keselamatan pasien. Hal ini dikarenakan organisasi dan manajemen
berada di ranah latent failure terhadap kemungkinan terjadinya kesalahan medis pada
pasien. Oleh karena itu diperlukan eksplorasi yang lebih intensif untuk dapat
mengetahui peran organisasi dalam menciptakan manajemen keselamatan pasien yang
baik. Pelaksanaan fungsi dan kewajiban Puskesmas untuk menyediakan sarana dan
prasarana yang dikelola dengan baik melalui fungsi manajemen tersebut difokuskan
pada keselamatan pasien dan upaya peningkatan mutu pelayanan.
I.2 Tujuan :
A. Tujuan Umum :
Pelaksana Pelayanan di puskesmas BINAKAL dapat memahami dan melaksanakan
Keselamatan pasien Dengan benar, Sehingga Mutu pelayanan di puskesmas
BINAKAL terjamin.
B. Tujuan Khusus :
a) Pelaksana Pelayanan dapat melakukan identifikasi dan dokumentasi kejadian
tidak diinginkan (KTD), Kondisi Potensial Cidera (KPC), dan kejadian nyaris
cidera (KNC) dengan benar.
b) Pelaksana Pelayanan dapat menetapkan indikator pengukuran keselamatan pasien
meliputi: tidak terjadi kesalahan identifikasi pasien,tidak terjadi kesalahan
pemberian obat, tidak terjadi kesalahan prosedur tindakan medis dan
keperawatan, pengurangan terjadinya resiko infeksi silang di puskesmas, dan
tidak terjadi pasien jatuh.
c) Pelaksana pelayanan mampu menetapkan standar/prosedur layanan klinis yang
dibakukan berdasarkan prioritas fungsi dan proses pelayanan.
d) Keselamatan Pasien dalam menerima pelayanan di Puskesmas BINAKAL dapat
terjamin.
II. BENTUK KEGIATAN :
A. Sasaran :
Dalam Pelaksanaan sosialisasi Indikator keselamatan Pasien yang menjadi
sasaran utamamnya adalah Petugas Pelaksana pelayanan di Puskesmas BINAKAL
baik dari Unit Rawat jalan maupun Unit di Rawat inap. Dan nantinya informasi
Tentang sosialisasi indikator Keselamatan Pasien dapat diinformasikan kepada
Seluruh pengguna Layanan Puskesmas BINAKAL.
B. Indikator Sosialisasi :
I. Identifikasi pasien dengan benar
- Pengertian
Identifikasi adalah pengumpulan data dan pencatatan segala keterangan
tentang bukti–bukti dari seseorang sehingga kita dapat menetapkan dan
mempersamakan keterangan tersebut dengan individu seseorang. Pasien
adalah seorang individu yang mencari atau menerima perawatan medis.
Identifikasi pasien adalah suatu sistem identifikasi kepada pasien untuk
membedakan antara pasien satu dengan yang lain sehingga memperlancar atau
mempermudah dalam pemberian pelayanan kepada pasien
- Tujuan
Tujuan identifikasi pasien antara lain :
1. Untuk memberikan identitas pada pasien.
2. Untuk membedakan pasien.
3. Untuk menghindari kesalahan medis ( mal praktek )
- Identifikasi pasien dilakukan pada saat :
1. Pada saat sebelum pemberian obat.
2. Pada saat pemberian darah atau produk darah.
3. Pada saat sebelum pengambilan darah atau spesimen lain untuk pemeriksaan
klinis.
4. Pada saat sebelum pemberian pengobatan dan tindakan atau prosedur.
II. Cara memberikan obat yang benar
Persiapan pemberian obat
Ada 6 persyaratan sebelum pemberian obat yaitu dengan prinsip 6 benar :
1. Tepat Obat
Sebelum mempersiapkan obat ketempatnya Petugas harus memperhatikan kebenaran
obat sebanyak 3 kali yaitu ketika memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat,
saat obat diprogramkan, dan saat mengembalikan ketempat penyimpanan.
2. Tepat Dosis
Untuk menghindari kesalahan pemberian obat, maka penentuan dosis
harusdiperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti obat cair harus
dilengkapi alat tetes, gelas ukur, spuit atau sendok khusus, alat untuk membelah
tablet dan lain-lain sehingga perhitungan obat benar untuk diberikan kepada pasien.
3. Tepat pasien
Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang diprogramkan dengan
cara mengidentifikasi kebenaran obat dengan mencocokkan nama, nomor register,
alamat dan program pengobatan pada pasien.
4. Tepat cara pemberian obat
Petugas menjelaskan tentang obat yang diberikan apakah melalui oral, intravena,
intramuskuler, intrakutan, atau di oles/obat luar
5. Tepat waktu
Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan waktu yang diprogramkan, karena
berhubungan dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari obat.
6. Tepat pendokumentasian
Petugas melakukan dokumentasi obat : mencatat di register obat dengan memilah
obat dengan pengawasan khusus; mengandung unsur napza atau tidak.
III. Tidak terjadi kesalahan prosedur tindakan medis dan keperawatan
Setiap petugas pada unit kerja harus memiliki
- Ada SOP untuk menjalankan pelayanan
- Dokter menegakkan diagnosa didasarkan pada gejala klinis, pemeriksaan
laboratorium, dan anamnese pasien
- Kompetensi petugas yang sesuai dengan tugas yang diberikan terutama yang
bertugas di unit Rawat Jalan, UGD, Poned, maupun di Pustu, Polindes/ponkesdes.
- Perawat/bidanmembuat rencana asuhan keperawatan/asuhan kebidanan berdasarkan
data klinis dan keluhan pasien, serta melakukan kolaburasi dengan medis atau
tenaga profesi lain sesuai dengan kebutuhan asuhan keperawatan/asuhan kebidanan.
IV. Mencegah terjadinya infeksi silang
Infeksi silang dapat terjadi antara perawat-klien, lingkungan-klien, petugas-petugas
lainnya. Pencegahan dilakukan dengan pemakaian
- APD dengan benar
- cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
- mengelola limbah/sampah medis dengan benar
- menggunakan peralatan (khusus untuk satu orang pasien)
- menggunakan dispossible syringe/alat sekali pakai
- mengelola linen dengan benar
V. Mencegah resiko jatuh
- Orentasikan pasien dengan lingkungan sekitarnya
- Informasikan kepada pasien alat bantu panggilan darurat
- Posisikan alat bantu panggilan darurat agar mudah dijangkau
- Posisikan barang-barang pribadi dalam jangkauan pasien
- Menyediakan pegangan yang kokoh di kamar mandi, kamar dan lorong
- Posisikan sandaran tempat tidur penderita pada posisi yang rendah ketika pasien
beristirahat dan posisikan sandaran tempat tidur yang nyaman ketika pasien tidur
- Posisikan rem tempat tidur terkunci pada saat berada dalam lingkungan perawatan
- Menjaga roda kursi roda pada posisi terkunci ketika stasioner
- Gunakan alas yang nyaman, baik, dan tepat pada pasien
- Gunakan lampu malam hari yang terang atau pencahayaan tambahan
- Kondisikan permukaan lantai kamar mandiselalu bersih, dan tidak tergenang air
sabun.
- Menjaga lantai kamar perawatan selalu bersih dan kering
- Segera bersihkan sisa tumpahan cairan yang ada di lantai
- Kondisikan daerah perawatan yang rapi
- Terapkan kegiatan yang aman ketika membantu pasien pada saat akan ke tempat
tidur dan meninggalkan tempat tidur
A. Target Kinerja :
a) Tercapainya pencatatan dan pelaporan indikator klinis tentang keselamatan pasien dari
setiap Unit (Rawat jalan, minimal 90 % dari seluruh Unit setiap bulan.
b) Tercapainya Peningkatan Mutu Pelayanan melalui Tingakat Keselamatan pasien yang
benar dan baik.
c) Tercapainya analisis data indikator klinis setiap bulan
d) Terlaksananya pengukuran kepuasan pasien rawat jalan, rawat inap dangawat darurat
setiap 6 (enam) bulan sekali.
e) Terlaksananya Audit Intrenal Puskesmas minimal 2 kali/ tahun untuk 1-4 kasus
f) Terlaksananya peningkatan mutu SDM 1 kali/ tahun untuk 1-2 unit kerja.
B. Pelaksana :
Dalam setiap kegiatan Sosialisasi Indikator Keselamatan Pasien ini ini tidak dapat
hanya dilaksanakan oleh Tim Keselamatan pasien saja, namun juga membutuhkan
dukungan ataukerja sama baik secara lintas program ataupun Lintas sektor berikut
penjabaran dari fungsi masing masing pelaksana :
1). Kepala Puskesmas :
Kepala Puskesmas disini berfungsi sebagai penanggung jawab wilayah, artinya
sebagai pejabat yang memiliki kewenangan dalam memberikan keputusan
secara kolegial bila terjadi Kejadian yang membutuhkan tindakan yang dapat
berakibat hukum.
2). Tim Mutu Keselamatan pasien :
Memiliki tugas melakukan Sosialisasi, Audit,Monitoring serta Evaluasi
terhadap Pelaksanaan Indikator Keselamatan Pasien.dalam Kegiatan sosialisasi
Indikator keselamatan Pasien dapat dijabarkan sbb:
1. Indikator Identifikasi Pasien dengan benar
2. Indikator Cara Memberikan obat yang benar
3. Indikator Tidak terjadi Kesalahan prosedur dan tindakan Medis
4. Indikator Mencegah terjadinya Infeksi silang
5. Indikator Mencegah Resiko jatuh

3). Promkes ( Promosi Kesehatan ):


Membantu memberikan Penyuluhan dan usaha Promotif lainnya, Untuk
Penyebaran informasi Keselamatan Pasien kepada Masyarakat.
4). Petugas Pelaksana Pelayanan
Sebagai Ujung tombak dalam melaksanakan indikator dalam keselamatan
pasien.

C. Metode Kerja :
Dalam Kegiatan Sosialisasi Indikator Keselamatan pasien dapat dijabarkan sebagai
berikut :

Pertemuan Internal tim Pelaksana Keselamatan pasien untuk


membahas Persiapan pelaksanaan sosialisasi indikator keselamatan
pasien

Membuat Undangan bagi seluruh Pelaksana pelayanan dan lintas terkait


untuk mengahdiri acara sosialisasi Indikator keselamatan pasien

Tim Keselamatan pasien melaksanakan Sosialisasi Indikator keselamatan


pasien di Puskesmas induk sesuai waktu yang disepakati kepada seluruh
pelaksana pelayanan Puskesmas BINAKAL.

Tim Pelaksana Keselamatan pasien Melakukan Monitoring dan Evaluasi


terhadap hasil Pelaksanaan Sosialisasi Indikator keselamatan pasien
yang sudah dilakukan.

Tim pelaksana keselamatan pasien melakukan audit dan rencana


tindak lanjut terhadap hasil dari evaluasi dan monitoring pelaksanaan
sosialisasi keselamatan pasien.

Tim pelaksana keselamatan psien melakukan moniotoring secara


berkala terhadap evaluasi dari pelaksanaan audit indikatot keselamtan
pasien.
D. Peralatan / Instrumen :
Dalam Pelaksanaan kegiatan Sosialisasi keselamatan Pasien dibutuhkan alat
yang menunjang dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.:
a) Materi Indikator Keselamatan pasien.
b) Undangan
c) Laptop dan LCD
d) ATK.
e) Daftar Hadir
f) Notulensi.
III. SISTEM MONITORING DAN PENILAIAN KINERJA :
Sistem monitoring dan penilaian kinerja Pelaksanaan Sosialisasi Indikator
keselamatan Pasien dilakukan secara internal oleh tim Keselamatan Pasien ,
dengan melakukan audit terhadap pelaksanaan Kegiatan keselamatan pasien
apakah sudah sesuai dengan prosedur dan standart yang dilakukan.
IV. PENUTUP :
Secara umum Kerangka Acuan ini kami guna sebagai acuan kerja kami agar
dapat dicapai hasil yang maksimal dengan mempertimbangkan berbagai faktor
yang sudah kami jelaskan pada bab sebelumnya.
Keberhasilan pelaksanaan program kesehatan bukan semata-mata hanya karena
faktor pelaksana tapi juga dukungan oleh beberapa pihak terkait. Oleh karena itu
Puskesmas BINAKAL berharap adanya dukungan baik dari lintas sektor, tokoh
agama, tokoh masyarakat, kader dan lainnya.
Kami menyadari bahwa penyusunan Kerangka acuan ini masih jauh dari
sempurna oleh karena itu kami mohon saran dan kritik demi perbaikan di masa
mendatang.

Mengetahui
Kepala Puskesmas BINAKAL Ketua Tim Keselamatan Pasien

Das könnte Ihnen auch gefallen