Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
ABSTRACT
Annona muricata (sirsak) and Derris elliptica (tuba) grow widespread in Indonesia and they are known as
herbal insecticides. The major active compound of sirsak seed are annonain and squamosin which are
included acetogenin compound. The active compound of tuba root is rotenon. The aim of the experiment is to
evaluate of hexan and methanol extract of Annona muricata and Derris elliptica against Chrysomya bezziana
in vitro. These extract with the concentration of 1 and 2% were added to the larvae at the satage of early L2
and L3 0.05% Counahos and water were used as positive and negative control, respectively. The larvae were
observed in 24 hours. Theresults showed that all L2 died at all oncentration when treated with methanol
extract of sirsak or methanol and hexane extract of tuba root. Methanol and hexane extract of sirsak with 1
and 2% concentrations killed 26 and 46% L3, respectively. Methanol and hexane extract of sirsak seed and
tube root decreased pupae weight of L3 significantly (P < 0.05). The two plants are potential to be used for
controlling of Chrysomya bezziana but further in vivo trial is needed.
Key Words: Chrysomya bezziana, In Vitro, Derris elliptica, Annona muricata
ABSTRAK
Tanaman sirsak (Annona muricata) dan akar tuba (Derris elliptica) banyak tumbuh di Indonesia dan
dikenal dapat digunakan sebagai insektisida botanis. Senyawa aktif utama biji sirsak adalah annonain dan
squamosin yang termasuk golongan senyawa asetogenin, sedangkan senyawa aktif akar tuba adalah rotenon.
Tujuan penelitian ini adalah menguji keefektifan biji sirsak dan akar tuba yang masing-masing diekstrak
dengan heksan dan metanol, terhadap larva Chrysomya bezziana secara in vitro. Larva yang digunakan adalah
L2 awal dan L3 yang diberi perlakuan dengan menambahkan ekstrak heksan dan metanol biji sirsak dan akar
tuba masing-masing dengan konsentrasi 1 dan 2%. Kontrol positif dan negatif masing-masing menggunakan
coumaphos 0,05% dan H2O dengan menggunakan pengemulsi Tween 20 1%. Pengamatan dilakukan dalam
24 jam. Hasil penelitian menunjukkan semua larva L2 yang diberi perlakuan dengan ekstrak metanol biji
sirsak, ekstrak metanol dan heksan akar tuba, mati pada semua konsentrasi. Sementara itu, L2 yang diberi
ekstrak heksan biji sirsak konsentrasi 1 dan 2% mematikan masing-masing 26 dan 46%. Pada L3 yang diberi
perlakuan, terjadi penurunan bobot pupa yang berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol yang diberi air (P
< 0,05), baik pada biji sirsak dan akar tuba yang diekstrak dengan metanol dan heksan. Kedua tanaman ini
sangat potensial digunakan untuk pengendalian penyakit myiasis yang disebabkan oleh larva Chrysomya
bezziana. Namun perlu dilakukan pengujian lanjutan secara in vivo.
Kata Kunci: Chrysomya Bezziana, In Vitro, Derris Elliptica, Annona Muricata
1013
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
dari suku annonaceae dilaporkan mempunyai Larutan kemudian disaring dengan kertas
toksisitas yang cukup efektif terhadap serangga saring kasar. Sisa serbuk diekstrak kembali
dari beberapa ordo seperti Lepidoptera, dengan menambahkan 50 ml metanol atau
Coleoptera, Homoptera dan Diptera (LI et al., heksan teknis dan dikocok kembali seperti di
1990; LONDERSHAUSEN et al., 1991b; MITSUI atas. Larutan disaring lagi dan dikumpulkan
et al., 1991). Senyawa Annonain, squamosin dengan hasil saringan yang pertama. Larutan
dan rotenon bersifat sitotoksik dan neurotoksik kemudian diuapkan di atas waterbath sampai
sehingga menimbulkan kematian sel pada semua metanol atau heksan menguap. Proses
serangga. Apabila senyawa ini kontak atau ekstraksi ini diulang hingga memperoleh
masuk ke dalam tubuh maka akan menghalangi sejumlah ekstrak biji sirsak dan akar tuba yang
ikatan enzim NADH dengan sitokrom c- dibutuhkan.
reduktase dan sitokrom komplek sub unit I
yang berada di dalam mitokondria serangga.
Akibatnya sel kehilangan energi dan Uji in vitro
pernafasan sel akan terhenti (LOUNDERHAUSEN
et al., 1991b). Metode uji in vitro untuk ekstrak biji sirsak
Khasiat kedua tanaman tersebut sebagai dan esktrak tuba untuk L2 mengacu pada
insektisida telah diujikan pada Callobruchus metode KUMARASINGHE et al. (2002), dan uji
analis (hama biji kacang hijau) (KARDINAN, terhadap L3 menggunakan metoda SPRADBERY
2000); Pediculus humanus (kutu kepala) et al., (1983). Uji in vitro dilakukan pada
(SOSROMARSONO, 1990); Plutella xylostella L. ekstrak biji sirsak dan akar tuba dalam
(hama kubis dan lobak) (LEATEMIA dan ISMAN, berbagai konsentrasi, yaitu 1 dan 2%. Kontrol
2004); kutu anjing (HEYNE, 1987); Nilaparvata positif menggunakan asuntol 0,05% yang
lugens (wereng coklat) dan Crocidolomia mengandung coumaphos. Sebagai pengemulsi
binotalis (ulat kubis) (PRIJONO, 1994). digunakan Tween 20 1%. Uji ini dilakukan
Dari penelitian yang telah terdahulu perlu pada larva instar 2 awal untuk mengetahui efek
dilakukan pengujian secara in vitro keefektifan racun perut sedangkan pada larva L3 untuk
biji sirsak dan akar tuba terhadap larva lalat mengetahui efek racun kontak. Uji L2
Chrysomya bezziana. dilakukan dalam cawan petri kecil berdiameter
3 cm. Sebanyak 2 ml ekstrak heksan atau
metanol dari biji sirsak atau akar tuba dalam
MATERI DAN METODE berbagai konsentrasi (1 dan 2%) di dalam
cawan petri dimasukkan sepuluh L2 C.
Koleksi biji sirsak dan akar tuba bezziana awal dan diamati selama 24 jam.
Jumlah larva yang hidup dan yang mati
Biji sirsak diperoleh Bogor berasal dari dihitung. Setiap isolat dilakukan 5 kali
Pelabuhan Ratu. Akar tuba diperoleh dari ulangan. Kontrol negatif menggunakan air,
Jember (Jawa Timur). sedangkan kontrol positif menggunakan
asuntol 0,05%. Uji terhadap L3 dilakukan di
dalam pot obat plastik yang diisi dengan
Pembuatan ekstrak biji sirsak dan akar ekstrak metanol atau heksan dari biji sirsak dan
tuba akar tuba dengan konsentrasi yang sama
dengan yang dilakukan pada L2. L3 dicelupkan
Biji sirsak dikupas, sehingga hanya daging ke dalam ekstrak metanol dan heksan selama
bijinya yang tersisa. Daging biji sirsak digiling 10 detik, kemudian larva dikeringkan dengan
sehingga menjadi serbuk. Akar tuba dipotong- kertas saring. Selanjutnya, larva dipindahkan
potong dan dimasukkan ke dalam oven agar ke vermikulit dan diamati sampai menjadi
kering, sehingga mudah digiling. Pembuatan pupa. Masing-masing perlakuan menggunakan
ekstrak heksan dan metanol dilakukan di 5 ulangan, dan masing-masing ulangan
Departemen Toksikologi menurut metode memerlukan 30 larva, sehingga jumlah L3
PRIJONO (1994). Sepuluh gram serbuk daging yang digunakan 750 larva. Jumlah larva yang
biji sirsak dan akar tuba ditambahkan 100 ml menjadi pupa dihitung dan ditimbang
metanol atau heksan teknis (1 : 10), lalu bobotnya, kemudian diamati sampai menetas.
dikocok selama dua jam dengan alat pengocok.
1014
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
1015
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
Tabel 2. Rata-rata persentase dan simpangan baku bobot pupa L3 setelah perlakuan dengan perendaman
10 detik
Jenis ekstrak/perlakuan Rata-rata bobot pupa (mgr) ± SD Penurunan bobot pupa (%)
a
Akuades + Tween 20 1% 33,85 ± 1,57 0,0
Metanol biji sirsak 1% 23,13b ± 2,48 31,2
Metanol biji sirsak 2% 19,28c ± 2,43 43,0
b
Heksan biji sirsak 1% 25,66 ± 1,13 24,2
Heksan biji sirsak 2% 24,38b ± 2,93 28,0
c
Metanol akar tuba 1% 18,60 ± 1,78 45,0
Metanol akar tuba 2% 17,34c ± 2,60 48,8
Heksan akar tuba 1% 17,21c ± 2,78 49,2
c
Heksan akar tuba 2% 15,56 ± 1,37 54,0
Asuntol 0,05% 17,89c ± 2,59 47,1
yang diberi perlakuan dengan ekstrak metanol perlakuan mengalami penurunan bobot pupa
biji sirsak 1 dan 2% (P < 0,05), sedangkan antara 24 – 54% yang berbeda nyata dengan
perlakuan dengan menggunakan ekstrak biji kontrol yang diberi perlakuan dengan air. Perlu
sirsak, ekstrak metanol akar tuba dan ekstrak dilakukan uji secara in vivo untuk mengetahui
heksan akar tuba tidak berbeda antara potensi biji sirsak dan akar tuba untuk
konsentrasi 1 dan 2% (P > 0,05). Hasil ini pengendalian myiasis di lapangan.
membuktikan bahwa ekstrak metanol lebih
baik dari ekstrak heksan biji sirsak, sedangkan
untuk akar tuba kedua ekstrak sama baiknya. UCAPAN TERIMAKASIH
Akar tuba mempunyai efek yang sama dengan
asuntol baik yang diekstrak dengan metanol Penulis mengucapkan terimakasih kepada
maupun dengan heksan teknis. Sementara itu, Eko Setyo Purwanto, Lilis Solihat dan Yayan
biji sirsak yang diekstrak dengan metanol Daryani yang telah membantu di laboratorium
maupun heksan teknis mempunyai efek racun Entomologi Bbalitvet. Penelitian ini didanai
kontak yang lebih rendah daripada efek yang dari APBN tahun anggaran 2005.
diakibatkan oleh asuntol, kecuali yang
diekstrak dengan metanol 2%. DAFTAR PUSTAKA
1016
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
LAETAMIA, J.A. and M.B. ISMAN. 2001. Crude seed Ecological Theory and Integrated Pest
extract of Annona squamosa (Annonaceae) as Management Practice. Wiley. New York. pp.
a potential botanical insecticide. Faculty of 251 – 297.
Agricultural Sciences. Plant Science. 248-
2357 Main Mall. University of British MITSUI, T., S. ATSUSAWA., K. OHSAWA., I.
Columbia. Vancouver. BC. Canada. YAMAMOTO., T. MIYAKE and T. UMEHARA.
1991. Search for insect growth regulators In
LAETAMIA, J.A. and M.B. ISMAN. 2004. Efficacy of Pesticides and the future: Toxicological
crude seed extracts of Annona squamosa Studies of Risks and Benefits. Rev. Pestic.
againts diamondback moth, Plutella xylostella Toxicol. I. North Carolina State University.
L. in the greenhouse. Inter. J. Pest. Manag. Raleigh. North Carolina.
50(2): 129 –133.
PRIJONO, D. 1994. Teknik Pemanfaatan Insektisida
LI X, H., Y.H. HUI, J.K. RUPPRECHT, Y.M. LIU, K.V. Botanis. Fakultas Pertanian Institut Pertanian
WOOD, D.L. SMITH, C.J. CHANG and J.L. MC Bogor.
LAUGHLIN. 1990. Bullatacin, bullatacinone,
squamone, a new bioactive acetogenin, from PRIJONO, D. 2003. Teknik ekstraksi, uji hayati, dan
the bark of Annona squamosa. J. Natur. Prod. aplikasi senyawa bioaktif tumbuhan.
53(1): 81 – 86. Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan.
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
LONDERSHAUSEN, M., W. LEICHT, F. LIEB, hlm. 62.
H. MOESCHLER and H. WEISS. 1991a.
Molecular mode of action of Annonins. Pest. SOSROMARSONO, S. 1990. Peranan Sumber Hayati
Sci. 33(4): 427 – 438. dalam Pengelolaan Serangga dan Tungau
Hama. Seminar Pengelolaan Serangga Hama
LONDERSHAUSEN, M., W. LEICHT, F. LIEB, dan Tungau dengan Sumber Hayati, Bandung.
H. MOESCHLER and H. WEISS. 1991b.
Annonins - Mode of action of acetogenins SPRADBERY, J.P., R.S. TOZER and A.A. POND. 1983.
isolated from Annona squamosa. Pest. Sci. The efficacy of some acaricides against
33(4): 443 – 445. Screwworm Fly larvae. Aus. Vet. J. 60: 57 -
1017