Sie sind auf Seite 1von 7

78 VOLUME 11 NO 2 DESEMBER 2015

SINDROMA HIPERVENTILASI

Iwan Sis Indrawanto*

Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Malang, Jl. Bendungan Sutami 188 A Sumbersari malang,
Lowokwaru, Kota Malang, 65145, Indonesia, (0341) 582060

Abstrak

Sindroma hiperventilasi merupakan gangguan yang sering didapatkan di Unit Gawat Darurat dimana penderita
mengeluh sesak dan nyeri dada. Penderita seringkali sangat panik dan ketakutan serta bernafas dengan cepat dan dalam.
Tak jarang dokter dan penderitanya menduga terkena serangan jantung/ angina pectoris atau gangguan pernafasan serius,
sehingga dilakukan berbagai pemeriksaan yang memberatkan secara finansial dan membuat penderita semakin meyakini
bahwa ia mengalami gangguan organik/ fisik. Sindroma ini merupakan gangguan psikiatrik yang pada umumnya terjadi
bersamaan/ mengikuti gangguan panik. hiperventilasi diketahui merupakan manifestasi dari
kecemasan atau serangan panik.(12,14,16)
Kata Kunci: Sindroma hiperventilasi, gangguan panik
Nancy Hanke mengatakan bahwa sindroma
hiperventilasi adalah suatu gangguan psikosomatik yang
Pendahuluan ditandai dengan adanya pernafasan yang cepat dan dangkal
Kasus Sindroma Hiperventilasi relatif sering sehingga terjadi penurunan PCO2 arteri dan selanjutnya
didapatkan di Unit Gawat Darurat (16) Dilaporkan juga terjadi gejala-gejala lainnya sebagai akibat penurunan PCO2
bahwa merupakan lebih dari 6% kasus kunjungan pada tersebut. Sindroma ini penampakannya dramatik. (11)
dokter spesialis dan bahkan lebih banyak lagi kasus dari
Gejala sindroma hiperventilasi dapat juga ditimbulkan
praktek dokter umum. (18)
di laboratorium dengan cara melakukan hiperventilasi atau
Sayangnya seringkali Sindroma Hiperventilasi tak dengan pemberian infus sodium laktat(12).
terdeteksi dengan baik oleh baik psikiater maupun internis,
karena seringkali penderita datang dengan gejala gangguan Insiden Dan Mortalitas
jantung, angina pectoris, asma atau gangguan sistem Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, bahwa
pernafasan lainnya (18) Seringkali penderita bahkan tak sindroma hiperventilasi relatif sering didapatkan di
menyadari bahwa dia sedang melakukan overbreathing, dan Emergency Department (16). Dikatakan juga merupakan lebih
pemeriksapun sering tak mendeteksi peningkatan dari 6% kasus kunjungan pada dokter spesialis serta lebih
kecepatan dan kedalaman respirasi penderita karena banyak lagi kasus di dokter umum.(22) Di Amerika serikat
perubahannya sangat ringan. Keluhan dan gejala baru insidens sindroma hiperventilasi mencapai lebih dari 10%
timbul bila keadaan tersebut berkelanjutan, sehingga kasus di bagian penyakit dalam.(16)
menyebabkan penurunan volume udara alveoli dan tekanan Insiden pada wanita lebih tinggi dibanding pada
CO2 arteri yang pada akhirnya akan menurunkan kadar lakilaki ya’ni antara 2:1 sampai 7:1.(16)
bikarbonat darah dan kemudian mulai menampakkan gejala Meskipun insiden sindroma hiperventilasi pada
klinis, seperti agitasi, pusing dan parestesi.(16,18) anggota keluarga derajat pertama adalah tinggi, tetapi faktor
Oleh karena hiperventilasi selain bisa merupakan genetik masih belum jelas keterlibatan-nya.(16)
gejala dari gangguan psikiatris juga dapat merupakan bagian Usia terbanyak adalah pada usia 15-55 tahun, meskipun
dari gejala penyakit fisik maka pemahaman tentang kasus yang dilaporkan ada pada semua usia kecuali
Sindroma hiperventilasi sangat perlu. Dengan demikian bayi.(16)
diharapkan penegakkan diagnosis dan penanganannya akan
Pada beberapa penderita, diagnosis sindroma
bisa lebih tepat.
hiperventilasi dapat dengan jelas ditegakkan, tetapi banyak
juga kasus yang salah diagnosis, dimana sindroma ini
Pengertian disalah-artikan sebagai gangguan organik.(16)
Sindroma hiperventilasi adalah suatu episoda yang Bahaya sindroma hiperventilasi adalah terjadinya
ditandai dengan adanya hyperpnea berupa pernafasan yang komplikasi dari jenis pemeriksaan-pemeriksaan medis yang
cepat dan biasanya dangkal, yang diikuti dengan sensasi dilakukan terlalu banyak dan seharusnya tak perlu (misalnya
subyektif berupa rasa takut atau panik, serta adanya pemeriksaan angiografi). Selain itu juga komplikasi sebagai
bermacam-macam keluhan fisik(12), sementara menurut akibat dari penanganan yang salah. Konsekwensinya adalah
Kaplan dalam Synopsis of Psychiatry edisi ke tujuh bukan hanya kondisi sindroma hiperventilasinya yang
dikatakan bahwa pola pernafasan pada penderita sindroma menimbulkan perasaan tak enak pada penderita, tetapi juga
hiperventilasi pada umumnya cepat dan dalam yang karena biaya pemeriksaan medis yang tinggi sebagai akibat
berlangsung selama beberapa menit.(13) Episoda serangan pemeriksaan yang dilakukan untuk menyingkirkan
sering berulang, dimana episode ulangan bagi penderita diagnosis lainnya yang lebih serius.(16)
sama menakutkannya dengan episode awal. Sindroma
SINDROMA HIPERVENTILASI 79

Meskipun demikian, dikatakan bahwa angka mortalitas batas tersebut tertahan oleh elastic recoil dinding dada dan
sindroma hiperven-tilasi adalah sangat kecil.(16) volume inspirasi diluar level tersebut merupakan usaha
ekstra yang tampak sebagai kondisi dyspneu. Pada saat
Psikopatologi
penderita Sindroma hiperventilasi mengalami stres, terjadi
Keadaan hiperventilasi serta kelainan fungsi otonomik peningkatan kebutuhan untuk menarik nafas dalam-dalam,
lainnya adalah meru-pakan hal yang biasa terjadi sebagai namun hal tersebut terhambat oleh elastic recoil dinding dada,
respons normal terhadap rasa takut atau cemas akut.(1,12) sehingga individu berusaha memenuhi peningkatan
Namun penderita sindroma hiperventilasi cenderung lebih kebutuhannya tersebut dengan usaha ekstra, diantaranya
menekankan keluhan fisiknya dibanding situasi stresnya , dengan meningkatkan frekwensi nafas per menit, yang
dan cenderung menjadi gangguan berulang serta bersifat teramati sebagai dyspneu. Sensasi dyspneu ini menimbulkan
kronis, oleh karena itu keluhan utama yang sering kecemasan yang akan memicu individu tersebut untuk
dikeluhkan penderita hiperventilasi adalah adanya ‘ketidak- berusaha bernafas lebih dalam sehingga terjadilah
beresan’ pada dada atau jantung (kecemasan difokuskan hiperventilasi. Demikianlah selanjutnya kejadiannya
pada fisik yaitu pada gangguan fungsi organ vital). Karena berulang kembali bagaikan suatu lingkaran.(16)
itu penderitapenderita ini seringkali berobat justru pada
internist atau cardiologist. (12)
SHV
Mekanisme terjadinya sindroma hiperventilasi hingga
saat ini masih belum jelas, tetapi ada beberapa teori. Dari Pernafasan dada
segi penjelasan psikodinamika, dikatakan bahwa pada
penderita sindroma hiperventilasi terjadi penonjolan Hiperinflasi paru
disfungsi fisik untuk menggantikan “misfungsi
personal”,(12). Namun penjelasannya tidaklah sesederhana Berusaha nafas dalam Cemas
itu. Dikatakan bahwa memang keadaan yang memicu emosi terhambat oleh elastic recoil
dapat menyebabkan pernafasan per menit meningkat, yang
pada individu-individu tertentu berkembang menjadi dada
serangan sindroma hiperventilasi. Sayangnya seringkali
penderita tak bisa mengenali stres yang mana yang
menyebabkannya. Memang ada beberapa penderita yang
menyadari bahwa kondisi stres tertentu mendahului Dyspneu
terjadinya serangan, misalnya akan mempresentasikan
sesuatu dimuka orang banyak. Akan tetapi pada banyak Dikatakan juga bahwa kebiasaan bernafas yang salah
kasus menunjukkan bahwa penderita sebelumnya mampu juga merupakan faktor penyebab. Pengaruh budaya bahwa
melakukan hal semacam itu dengan baik tanpa terjadi perut yang kecil dan rata adalah body image yang baik,
serangan panik dan hiperventilasi. (1) Louis Vachon sehingga banyak orang berusaha bernafas dengan dada.
mengingatkan bahwa problema psikologis penderita Grief period, masa ‘anticipating harm’, juga dapat menyebabkan
sindroma hiperventilasi adalah kompleks. Seringkali pada pembentukan pola pernafasan dangkal, yang pada saatnya
penderita sindroma hiperventilasi kronis didapatkan akan menjadi serius dan menimbulkan serangan sindroma
kecemasan yang timbul bersamaan dengan psikopatologi hiperventilasi.(1)
lainnya, dan stres yang dikeluhkan penderita seringkali Cowley mengatakan bahwa Sindroma hiperventilasi
justru bukan sumber distresnya.(12) dan gangguan panik adalah dua keadaan yang saling
Menurut teori yang lain, diantaranya telah disepakati berhubungan erat. Kedua gangguan ini sering didapatkan
bahwa pada suatu populasi, stres tertentu dapat memicu terjadi bersamaan. Keduanya sama-sama bersifat serius,
respons respirasi yang berlebihan. Stres-stres tersebut tetapi juga dikatakan sama-sama mudah penanganannya.
antara lain adalah distres emosional, sodium laktat, kafein, Hubungan yang erat pada kedua jenis gangguan tersebut
isoproterenol, kolesistikinin, dan CO2.(2,3,21,7,8,16,20). juga ditunjukkan oleh adanya kesamaan dalam hal gejala,
Dari suatu studi dimana dilakukan pemberian infus laktat patofisiologinya, serta timbulnya serangan hiperventilasi
pada penyandang gangguan panik yang sedang tenang, pada saat terjadi episoda panik. Hal ini terjadi baik pada
dapat memicu terjadinya serangan panik. Dari hasil studi serangan panik yang ditimbulkan dengan sengaja di
tersebut, pada 80% dari penyandang gangguan panik terjadi laboratorium, maupun serangan panik spontan. Selain itu,
serangan panik, dan pada obyek yang normal hanya terjadi kedekatan antara kedua jenis gangguan tersebut juga dapat
10%. Dari 50% responder laktat mengalami hiperventilasi disimpulkan dari timbulnya serangan panik pada penderita
akut sebagai bagian dari reaksi panik.(16) gangguan panik (yang sedang diluar serangan) saat
Penjelasan lainnya tentang terjadinya sindroma melakukan hiperventilasi. Kesamaan lainnya adalah bahwa
hiperventilasi adalah pada mekanisme pernafasan. keduanya sama-sama membaik dengan dilakukannya latihan
Penderita sindroma hiperventilasi cenderung menggunakan pernafasan. (4)
thoraks atas untuk bernafas, bukannya diafragma, sehingga Newton mengatakan bahwa penyandang gangguan
menyebabkan terjadinya overinflasi paru dan bersifat panik dan sindroma hiperventilasi cenderung mempunyai
kronis. Pada orang normal, disaat istirahat tidal volume nilai ambang yang rendah terhadap respons fight or flight.
berada pada 35-45% vital capacity. Hiperinflasi paru diluar Meskipun stimulus pemicu terjadinya kedua macam
80 VOLUME 11 NO 2 DESEMBER 2015

gangguan tersebut serta respons stresnya cenderung sama, peningkatan binding protein selama terjadinya alkalosis
namun manifestasi gejala kedua gangguan tersebut respiratorik. Keadaan ini menyebabkan terjadinya
berbeda. Pada penderita sindroma hiperventila-si gejalanya hipokalsemia. Kondisi hipokalsemi akut dapat
terfokus pada keluhan somatik sesuai dengan perubahan menyebabkan tetani, spasme karpopedal, twitching otot,
fisiologis yang diakibatkan oleh hiperventilasi. Sedangkan munculnya tanda Chovstek dan Trousseau, serta pada
pada gangguan panik cenderung bermanifest dalam bentuk gambaran EKG terdapat pemanjangan interval QT.(16)
keluhan psikiatris, seperti takut mati, atau kecenderungan Bila kondisi alkalosis ini tak segera terkoreksi, keadaan akan
terjadinya claustrophobia.(16 ) semakin memburuk dan bisa berakibat fatal. Sementara itu,
hipokalemik bisa juga terjadi, meskipun jarang, dimana hal
Fisiopatologi
ini dapat menyebabkan kelemahan umum.(16)
Penderita sindroma hiperventilasi bernafas dengan
Sering juga terjadi hipopospatemia akut dan kondisi ini
cepat dan dangkal yang umumnya tak disadari oleh
memperburuk parestesi serta kelemahan umum yang
penderita sendiri. Keadaan ini mengakibatkan CO2 banyak
terjadi. Dilaporkan juga bahwa paraestesi lebih sering terjadi
keluar sehingga CO2 tubuh menurun, dan sebagai
pada ekstremitas atas dan umumnya bilateral. Pada
akibatnya, maka darah menjadi terlalu bersifat basa (blood
kasuskasus paraestesi yang unilateral, 80% kasus mengena
alkalosis).(9,14,18) Kondisi alkalosis menyebabkan arteri
pada sisi kiri.(8,16)
vasokonstriksi dan mengakibatkan aliran darah tertahan.
Selanjutnya O2 tak terangkut dengan baik ke jaringan atau Pada duapertiga penderita sindroma hiperventilasi
organ. Oleh karena itu, pasokan O2 ke otakpun menurun kronis menunjukkan penurunan pCO2 persisten dengan
bahkan hingga 50%, serta terjadi penurunan aliran darah ke kompensasi ekskresi HCO3 per renal, agar pH darah
otak yang mencapai 2% untuk setiap mmHg penurunan terkoreksi sampai mendekati normal. Usaha kompensasi
pCO2.(20) Sebagai akibat penurunan pasokan darah ke otak yang kronis ini akan mempercepat timbulnya gejala
tersebut, terjadilah gejala awal, berupa pandangan kabur, bilamana mereka mengalami stres tambahan yang memicu
yang disusul merasa pusing/ dizzy, rasa ringan di kepala, terjadinya hiperventilasi. Hal ini disebabkan karena
tegang, cemas, jittery, dan nervous, sampai penderita menjadi cadangan asam basa fisiologis mereka sedikit.(16)
gelisah dan serasa ingin menangis, lemah dan bingung serta Gejala rasa baal disekitar mulut dikatakan sering juga
agitasi.(16,18,20) Banyak penderita mengeluhkan adanya terjadi, begitu juga keluhan mulut lainnya berupa mulut
gejala depersonali-sasi dan halusinasi visual.(16) Karena kering karena penderita cenderung bernafas dengan
kebutuhan yang amat sangat terhadap O2, penderita mulut.(16)
menjadi merasa tercekik. Selanjutnya bila keadaan ini tak Seperti telah dijelaskan diatas, pemberian infus laktat
teratasi, otak semakin ‘kacau’ dan memberikan perintah pada penyandang gangguan panik yang sedang tenang dapat
yang salah sehingga penderita menjadi lepas kendali serta memicu terjadinya serangan panik, dimana 50% dari
berperilaku kacau, dan merasa ketakutan. Rasa takut ini responder laktat ini mengalami hiperventilasi akut sebagai
menyebabkan sistem syaraf berreaksi melepas adrenalin bagian dari reaksi panik. Dari studi ini didapatkan bahwa
yang menyebabkan terjadinya dilatasi pupil dan wajah serta ternyata level laktat pada penyandang gangguan panik lebih
tangan dan kaki menjadi dingin dan kaku (numb), gemetar tinggi dan bertahan lebih lama dalam darah dibanding
serta berkeringat dingin. Juga terjadi jantung berdebar, kontrol. Hal ini menunjukkan keterlibatan metabolisme
menyebabkan tekanan darah meningkat dan penderita yang abnormal dari laktat sebagai patofisiologinya,
menjadi lemah bahkan pingsan. Juga bisa timbul rasa nyeri meskipun abnormalitasnya belum terrinci.(16)
dada, yang tentunya berbeda dengan nyeri dada angina,
dimana pada Sindroma hiperventilasi nyeri dada disebabkan Diagnosis
penderita melakukan pernafasan dada secara Pada Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan
berlebihan.(16,24,18) Jiwa III (PPDGJ III), sindroma hiperventilasi dikatakan
Kondisi terjadinya pergeseran ke kiri kurva disosiasi sebagai psychogenic hyperventilation, dan digolongkan dalam
HbO2 dan vasokon-striksi karena menurunnya pCO2, pada disfungsi otonomik somatoform sistem respiratori.
penderita penyakit jantung koroner dapat menyebabkan Disebutkan dalam PPDGJ III tersebut bahwa gejala yang
iskemia miokardial. Hal ini berbahaya bagi penderita usia tampak pada penderita disfungsi otonomik somatoform
tua, yang kemungkinan menderita stenosis arteri adalah keluhan yang seolah terjadi gangguan pada sistem
koroner.(16) atau organ yang sebagian besar atau seluruhnya diinervasi
dan dikendalikan oleh sistem syaraf otonomik.
Selain itu, timbulnya refleks vasokonstriksi seperti
Gejalagejalanya pada umumnya ada dua macam, yaitu yang
yang telah disebutkan diatas, juga mempengaruhi kulit dan
menunjukkan gangguan fisik organ atau sistem mana yang
usus, yang bermanifestasi dalam bentuk perut kembung,
terlibat. Macam pertama, adalah yang terbanyak, ditandai
bleching, flatus, dan peningkatan tekanan epigastrium karena
adanya tanda obyektif terjadinya bangkitan otonomik,
aerophagia.(16)
seperti palpitasi, berkeringat, flushing, serta tremor. Macam
Kondisi alkalosis juga membuat tubuh berreaksi kedua, adalah ditandai adanya gejala-gejala yang lebih
membentuk mekanisme buffer, untuk mempertahankan pH idiosinkras, subyektif, dan tidak spesifik, seperti perasaan
mendekati normal. Reaksi ini menyebabkan terjadinya sakit atau nyeri, rasa terbakar, berat, dan rasa kembung atau
perubahan metabolik akut yang disebabkan oleh pergeseran distended, yang merujuk pada organ atau sistem tertentu dari
komposisi beberapa elektrolit intraseluler dan adanya penderita sebagaimana juga yang terjadi pada sistem
SINDROMA HIPERVENTILASI 81

otonomik. Diagnosanya meliputi kombinasi keterlibatan 1. Anamnesis


sistem otonomik yang nyata, keluhan tambahan subyektif Pada penderita sindroma hiperventilasi akut, pada
yang non spesifik, dan secara persisten keluhan mengarah anamnesa didapatkan bahwa umumnya setiap terjadi
pada organ atau sistem tertentu sebagai sumber penyebab serangan disertai dengan terjadinya agitasi dan kecemasan.
terjadinya gangguan serta gejala klinisnya.(5) Seringkali didapatkan adanya riwayat nyeri dada mendadak,
Banyak penderita gangguan ini, mengalami stres dyspnea, dan gangguan neurologis (pusing, perasaan lemah,
psikologik, atau kesulitan dan problema yang timbulnya dan paraestesi) yang didahului oleh adanya situasi stres
berkaitan dengan gangguan ini; tetapi hal tersebut tidak emosional.(16)
proporsionil pada penderita meskipun penderita Penderita juga banyak mengeluh merasa tercekik,
memenuhi kriteria diagnosis yang lengkap.(5) bingung, gelisah, bahkan kadang-kadang terdapat keluhan
Pada beberapa dari gangguan-gangguan ini, dapat juga depersonalisasi serta halusinasi visual.
terjadi beberapa kelainan kecil fungsi fisiologis, seperti Pada penderita sindroma hiperventilasi kronis
hiccough, flatulence, dan hiperventilasi, tetapi kelainan-kelainan didapatkan riwayat keluhan-keluhan fisik yang
ini bukan satu-satunya penyebab terjadinya gangguan utama bermacammacam dan berulang, serta pada umumnya
fungsi fisiologis organ atau sistem yang terkait.(5) penderita telah menjalani berbagai macam pemeriksaan
Sebagai acuan diagnosis, PPDGJ III memberikan medis, dan telah didiagnosis bermacam-macam. Dari
kriteria atas disfungsi otonomik somatoform sebagai anamnesa yang teliti didapatkan juga bahwa banyak diantara
berikut (5) penderita hiperventilasi kronis mengalami gangguan obsesi
1. Adanya gejala bangkitan otonomik, seperti palpitasi, kompulsi, mengalami hambatan seksual dan problema
berkeringat, tremor, flushing, yang persisten dan dalam perkawinan, dan umumnya memiliki tingkat adaptasi
mengganggu penderita, yang rendah terhadap stres.(16)
2. Adanya gejala-gejala subyektif tambahan sesuai 2. Pemeriksaan fisik
dengan organ atau sistem yang terlibat. Dari pemeriksaan fisik pada penderita hiperventilasi
3. Terdapat preokupasi dan distres tentang kemungkinan akut, didapatkan adanya tachipnea, dan hiperpnea yang
terjadinya gangguan serius (tetapi seringkali tidak jelas. Juga didapatkan nyeri dada yang atipikal, meskipun
terpastikan) pada organ atau sistem tersebut, yang kadangkadang menyerupai serangan angina. Serangan ini
tidak berrespons terhadap penjelasan dan reassurance cenderungberlangsung lama hingga berjam-jam, tidak
yang berulang-ulang oleh banyak dokter. seperti serangan angina pektoris yang hanya berlangsung
4. Tidak didapatkan adanya bukti-bukti kelainan struktur beberapa menit. Keluhan nyeri dada ini menurun dengan
atau fungsi organ atau sistem yang dikeluhkan. dilakukannya aktifitas fisik, bukannya justru terpicu seperti
halnya angina, serta tidak membaik dengan pemberian
Menurut Newton, sindroma hiperventilasi bisa terjadi nitroglycerine. Seringkali didapati adanya dispnea, agitasi,
dalam bentuk akut maupun kronis. Yang akut jarang terjadi pusing, dan parestesi, dimana hal ini merupakan gambaran
(hanya 1%) dan lebih mudah terdiagnosis, karena yang khas pada penderita muda dan sehat yang mengalami
penampakan klinisnya dramatis, sedangkan sindroma hiperventilasi.
hiperventilasi kronis sering terjadi bersamaan dengan gejala Kadang-kadang bisa timbul wheezing paru-paru karena
gangguan pernafasan, gangguan jantung, neurologis atau terjadinya bron-chospasme akibat
gangguan gastro intestinal dimana gangguan-gangguan ini hipokarbia.(22,8,9,16,23,18)
bisa juga terjadi bukan karena hiperventila-sinya, tetapi oleh Pada palpasi dinding dada, terraba adanya tenderness,
gangguan fisik yang lain.(16,18) Selain itu, penderita terutama pada thoraks bagian atas, yang terjadi karena
hiperventilasi kronis pada awalnya nampak seperti kelemahan ligamen dan otot dinding dada.(16)
menunjukkan gejala gangguan organik serius, tetapi Bisa juga didapatkan spasme karpopedal, yang
kemudian tampak bahwa gejala-gejalanya tersebut disebabkan oleh karena terjadinya hipokarbia akut yang
atipikal.(16) mengakibatkan turunnya level kalsium serta pospat yang
Sindroma hiperventilasi perlu dicurigai pada penderita terionisasi, yang pada gilirannya akan menyebabkan
muda yang tidak mempunyai faktor resiko gangguan kontraksi tangan dan kadang-kadang juga pada kaki.Kondisi
jantung dan datang dengan keluhan nyeri dada, terutama hipokalsemik ini kemungkinan juga dapat menyebabkan
bila disertai keluhan paraestesia serta keluhan spasme terjadinya tanda Chovstek dan Trosseau.(16)
karpopedal. Tetapi dalam menegakkan diagnosanya harus Newton mengatakan bahwa kadang-kadang bisa
hati-hati karena banyak kemungkinan adanya gangguan didapatkan tremor, midriasis, pallor, tachycardia dan
organis yang serius sebagai penye-babnya.(16) manifestasi kecemasan, bahkan seringkali juga didapatkan
Untuk menegakkan diagnosis, dibutuhkan anamnesis adanya halusinasi dan depersonalisasi.(16)
riwayat penyakit yang teliti serta pemeriksaan fisik dan bila Pada sindroma hiperventilasi kronik, didapatkan suatu
perlu test laboratoris untuk menyingkirkan kemungkinan hal yang khas ya’ni adanya keluhan yang banyak tanpa
penyebab organis.(12,16) disertai tampilan fisik yang sesuai. Pada observasi,
didapatkan penderita nampak bernafas ‘desah’ dengan
frekwensi 2-3 kali tiap menitnya. Seperti halnya pada
82 VOLUME 11 NO 2 DESEMBER 2015

penderita Sindroma hiperventilasi akut, pada palpasi terraba Penanganan


adanya tenderness dinding dada.(16) Penanganan terhadap sindroma hiperventilasi bisa
Dalam pengamatan, penderita sindroma hiperventilasi berupa perawatan pra rumah sakit, perawatan di rumah
tampak pola pernafasannya normal/ tidak terlalu sakit , dan perawatan pasca rumah sakit.
overventilasi saat dilakukan wawan-cara psikiatris. Dengan
· Perawatan pra rumah sakit
berbicara teratur, dengan sendirinya terjadi pengaturan
volume pernafasan. Yang perlu ditangani adalah kondisi Pada penanganan awal penderita hiperventilasi
cemas/ panik yang merupakan underlying factor terjadinya dengan kausa yang belum jelas, dianjurkan agar segera
sindroma.(12) merujuk penderita ke rumah sakit untuk pemeriksaan yang
lebih lengkap. karena banyaknya kemungkinan penyebab
3. Laboratoris : gangguan fisik yang serius. (16)
Karena gejala klinisnya meragukan, maka tidak jarang Newton mengatakan bahwa apabila etiologi organis
dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan yang berlebihan dan yang lebih serius belum tersingkirkan, tidak
mahal untuk mencari penyebab organiknya.(16) direkomendasikan untuk menyuruh penderita bernafas
Untuk menyingkirkan hipoksia sebagai penyebab dalam kantung kertas, karena pada penderita infark miokard
hiperventilasi, sebaiknya dilakukan pengukuran saturasi O2, akut, tehnik ini dapat menyebabkan kematian. Juga pada
karena pada penderita sindroma hiperventilasi didapatkan penderita hiperventilasi kausa organik lainnya seperti
saturasi O2 dalam darah adalah normal. Bila dicurigai oedema pulmo atau asidosis metabolik, peningkatan pCO2
adanya asidosis, perlu dilakukan analisa gas darah, dimana dan penurunan O2 bisa membahayakan. Selain itu, Newton
analisa ini juga dapat digunakan untuk mengkonfirmasi juga mengatakan bahwa, melakukan teknik pernafasan
adanya alkalosis respiratorik kronis dengan kompensasi dalam kantung kertas seringkali tak berhasil karena
pada sebagian besar kasus, dimana pada penderita sindroma seringkali penderita kesulitan melakukannya, juga karena
hiperventilasi didapatkan pH nya mendekati normal, CO2 sendiri merupakan pemicu kimia terjadinya kecemasan
dengan pCO2 dan pHCO3 menurun.(16) pada penderita-penderita ini.(16
4. Studi Imaging · Perawatan di Rumah Sakit
Pemeriksaan radiografi dada hanya dilakukan apabila Menurut Kaplan, terapi awal yang dianjurkan adalah
didapatkan resiko tinggi adanya kelainan jantung atau paru, dengan bernafas dalam kantung kertas, menghisap kembali
atau apabila pada pemeriksaan fisik didapatkan kelainan CO2 yang dihembuskan. (12). Tentunya hal ini hendaknya
yang mengarah ke kelainan organik dada. Pada kasus-kasus dilakukan setelah penyebab organik telah disingkirkan
sindroma hiperventilasi yang sudah jelas, tidak dianjurkan seperti telah disebutkan diatas. Adapun tehnik melakukan
dilakukan pemeriksaan radiologis, karena seringkali pernafasan dalam kantung kertas adalah sebagai berikut : (9)
didapatkan gambaran yang normal, bahkan gambaran · Tangkupkan kantung kertas menutupi hidung dan
normal inipun seringkali didapatkan pada kasus-kasus yang mulut dengan rapat.
meragukan.(16) · Bernafaslah perlahan-lahan, dengan menghirup dan
menghembuskan udara didalam kantung kertas,
5. Pemeriksaan lainnya ·
sedikitnya 10 kali.
Elektrokardiografi
· Kemudian lepaskan kantung kertas dan bernafaslah
Dengan pemeriksaan elektrokardiografi umumnya dengan cara normal diluar kantung kertas beberapa
didapatkan perubahan pola, antara lain interval QT menit.
memanjang, depresi / elevasi ST, dan terbaliknya · Ulangi lagi prosedur diatas beberapa kali sampai
gelombang gejalagejala mereda.
T.(16) · Bila setelah keadaan membaik kemudian terjadi
· Skrining toksikologi.(16) gejalagejala kembali, ulangi lagi proses diatas.
Setelah keadaan kritis berhasil terlewati (dan kausa
organis tersingkirkan), dapat dilakukan simple reassurance
Diagnosis banding serta diberikan penjelasan pada penderita tentang
Kondisi hiperventilasi dengan gejala klinis yang jelas bagaimana hiperventilasi dapat menyebabkan terjadi-nya
dapat saja terjadi pada berbagai macam gangguan fisik, gejala-gejala klinis pada penderita. Bila perlu diberikan
mulai dari keadaan patologi batang otak (misalnya karena demonstrasi dengan cara penderita secara sengaja
trauma), atau adanya gangguan metabolisme (misalnya, dibimbing untuk melakukan hiperventilasi dan bersama
ketosis diabetikum), hingga penyakit-penyakit pemeriksa memantau apa yang terjadi. Cara ini biasanya
kardiopulmoner (misalnya, emboli pulmoner) dan terbukti efektif. (16)
keracunan bahan eksogen (misalnya, salisilat). Untuk Penanganan dengan cara menekan toraks bagian atas
membantu memperjelas diagnosis banding, diperlukan secara fisik dan kemudian meminta penderita
penelusuran riwayat penyakit, pemeriksaan adanya gejala menghembuskan nafas secara maksimal. Hal ini dapat
dan tanda-tanda klinis lainnya, serta test-test laboratorium menurunkan hiperinflasi paru sebagai akibat dari
sesuai dengan gangguan organik yang dicurigai.(12,16,23) kecenderungan penderita untuk bernafas dengan
SINDROMA HIPERVENTILASI 83

menggunakan toraks atas sehingga paru-parunya lainnya, didapatkan bahwa kombinasi medikasi yaitu
menunjukkan kondisi hiperinflasi selama siklus pemberian imipramine dan terapi perilaku menunjukkan
pernafasan.(16) respons per-baikan 90% pada penderita yang menjalani
Langkah yang berikutnya adalah membimbing terapi selama 12 bulan. Dr. Liebowitz menyarankan terapi
penderita bernafas dengan menggunakan perut, dengan dimulai dengan salah satu (medikasi atau terapi perilaku)
diafragma. Bernafas dengan cara ini, sangat memperbaiki lebih dulu, dan kemudian bila respons inisial kurang
kondisi dispnea dan bahkan dapat memperbaiki kondisi memadai dapat dilakukan kombinasi keduanya. Sedang
klinis lain yang menyertainya. Untuk membiasakan hal ini, untuk mengu-rangi kemungkinan terjadinya kekambuhan,
penderita sebaiknya dirujuk ke fisioterapis guna dilatih Dr.Liebowitz menganjurkan terapi lanjutan selama 6-8
teknik bernafas dengan diafragma.(16) bulan setelah bebas serangan atau terbebas dari fobia
Penggunaan preparat Benzodiazepin dikatakan cukup menghindar. Saat medikasi, dilakukan penurunan dosis
efektif untuk penderita ini, tetapi dibutuhkan waktu yang secara perlahan dalam waktu mingguan hingga bulanan, dan
cukup lama. Juga jenis-jenis terapi yang bertujuan penderita diikuti secara ketat untuk memantau terjadinya
mengurangi stres, pemberian preparat beta bloker, serta kekambuhan panik serta kemungkinan timbulnya
antidepresan trisiklik terbukti efektif menurunkan withdrawal.(8)
intensitas dan frekwensi terjadinya serangan sindroma Diluar serangan akut hiperventilasi, penderita
hiperventilasi.(8,16,19) gangguan cemas kronis seringkali mempunyai kebiasaan
Untuk kasus-kasus hipeventilasi berat, dapat dilakukan over ventilasi dengan seringkali melakukan desah yang
sedasi dengan bahan- bahan kimia. Meskipun dikatakan dalam. Penderita harus diingatkan agar menghindari
bahwa cara ini cukup efektif dan manusiawi, penggunaan kebiasaan ini. Penderita diajarkan bernafas dengan hidung,
dalam jangka waktu lama tidak dianjurkan di Emergency bukan dengan mulut, dengan demikian minute volume
Room.(16) terbatasi. (12) Komplikasi
Komplikasi terutama diakibatkan oleh prosedur
· Perawatan Pasca Rumah Sakit diagnostik invasif seperti angiografi, atau oleh hal-hal yang
Secara logika, hal paling mudah dilakukan adalah diakibatkan oleh hiperventilasi secara tak langsung, seperti
menghindari keadaan- keadaan yang menimbulkan trauma yang terjadi karena terjatuh waktu pingsan saat
kecemasan. Tetapi hal ini tentu akan sangat membatasi serangan hiperventilasi.(16)
gerak penderita. (1)
Prognosa
Penderita sebaiknya dirujuk ke psikiater, psikolog atau
ke dokter keluarga sebagai rawat jalan selanjutnya. Penderita Sindroma Hiperventilasi cenderung
mengalami eksaserbasi berulang kali selama hidupnya.
Sebagaimana disebutkan diatas, pemberian
Suatu penelitian melaporkan bahwa pada satu seri nyeri
benzodiazepin, antidepresan trisiklik atau beta bloker cukup
dada dari 45 penderita yang diperiksa dengan angiografi dan
efektif untuk pengobatan penderita sindroma
didapatkan gambaran koroner yang normal, ternyata
hiperventilasi, meskipun memerlukan waktu cukup lama
kemudian terdiagnosis sindroma hiperventilasi. Setelah
dan harus dilakukan oleh psikiater. Jenis antidepresan
lebih dari 3,5 tahun diikuti, ternyata didapatkan 60% dari
clomipramine dikatakan lebih poten dari imipramine.
penderitapenderita tersebut masih sering datang kembali
Imipramine adalah 5-HT uptake blocker yang lemah,
dengan keluhan nyeri dada dan 40% menjalani rawat inap
sehingga diperlukan dosis yang besar untuk bisa mencegah
kembali untuk memastikan tidak adanya infark miokard.
eksaserbasi terjadinya serangan panik.(8)
Pada anakanak, gangguan Sindroma hiperven-tilasi
Banyak diantara penderita sindroma ini juga menderita cenderung menetap sampai dewasa.(16)
gangguan lainnya seperti agorafobi, yang kemungkinan bisa
Wheeler mengatakan bahwa pada penelitian-penelitian
mendahului gejala klinis dari Sindroma hiperventilasi.
awal, serangan panik dikategorikan sebagai Effort Syndrome,
Dikatakan bahwa penanganan terhadap gangguan
dimana dikatakan bahwa 90% penderita masih
primernya ini dapat memperbaiki sindroma
menunjukkan gejala setelah 20 tahun kemudian, meskipun
hiperventilasi.(8)
sebenarnya secara sosial mereka mampu berfungsi dengan
Joseph Goldberg mengatakan bahwa selain ketiga baik.(10)
macam medikasi diatas, pemberian anti depresan lainnya
Sebagai penutup dari tulisan ini, sesuai dengan
seperti golongan SSRI atau MAOI dengan jangka waktu
pernyataan Kaplan, dalam menangani kasus sindroma
relatif panjang juga efektif untuk pengobatan.
hiperventilasi, berlaku kaidah terapi seperti pada penderita
Disamping itu disarankan pula penggunaan Cognitive Gangguan Konversi, ya’ni terapist jangan mensuport
Behavioural Therapy sebagai terapi tambahan atau alternatif. keyakinan penderita akan adanya kelainan fisik, tetapi juga
Terapi ini diarahkan pada koreksi hiperventilasi dengan cara harus berhati-hati agar jangan sampai merusak hubungan
mengajarkan tehnik pernafasan diafragma dan relaksasi. terapeutis dengan penderita. Dengan bijaksana dan hatihati
Juga Cognitive Behavioural Therapy digunakan untuk terapist merancang sesion terapi dengan berpusat pada
menghilangkan avoidance behaviour, serta mencegah distres penderita, serta harus berorientasi pada eksplorasi
kekambuhan. Hasil penelitian mengatakan bahwa hasil yang meliputi semua aspek situasi kehidupan penderita.
terapi dengan menggunakan keduanya cukup baik bagi Hubungan terapeutik yang suportif dan dependable, serta
sebagian besar penderita. Pada penelitian di multisenter dikombinasi dengan penggunaan antidepresan/ anticemas
84 VOLUME 11 NO 2 DESEMBER 2015

secara hati-hati dapat menurunkan kecemasan dan Ley: Lecture 7: Anxiety Disorders: Etiology Biological
frekuensi serangan sindroma hiperven-tilasi.(12) Factors, AbnormalPsychology,http://ubcounseling.
Sayangnya, seringkali penanganan penderita sindroma buffalo.edu/Abpsy/lecture7.html, 1987:p 197.
hiperventilasi gagal menghilangkan keyakinan adanya Michelson, D, et al: Outcome Assessment and Clinical
kelainan somatik, manakala keluhan/ kondisi fisik sudah Improvement in Panic Disorder: Evidence From
merupakan fokus dominan dalam kehidupan penderita.(12) a Randomized Controlled Trial of Fluoxetine and
Placebo, American Journal Psychiatry 155:11,
November 1998, 1570-1576.
Daftar Pustaka Newton,EW:HyperventilationSyndrome,emedicine,http:
Anderson, BA: Panic and Hyperventilation Syndrome, / /www.emedicine.com/emerg/topic270.htm, 1999.
Healing Panic, How To Treat Your Own Panic Scully, JH: Hyperventilation Syndrome, Psychiatry, 3rd
Disorder, edition, InfoMed, 1996, 176.
http://www’healingpanic.com/chap2.html, 1995- Saunders, WB: Hyperventilation Syndrome, Modern
1998. Clinical Psychiatry, 10th ed, 1982, 584.
Biber,B, Alkin.T: Panic Disorder Subtypes: Different Woods, S.W, et al: Carbon Dioxide Sensitivity In Panic
Responses to CO2 Challenge, American Journal Anxiety, Archive General Psychiatry 43, September
Psychiatry 156:5, May 1999, 739- 748. 1986, 900- 909.
Ben-Zion,IZ, et al: Enhancement of CO2-Induced Wilson,D: Intracranial Pressure/ Physiology of
Anxiety in Healthy Volunteers With The hyperventilation, picuBOOK an on-line resource
Serotonin Agonist Metergoline, American Journal for pediatric critical care,
Psychiatry, 156: 10, October,1999, 1635-1637. http://pedsccm.wustl.edu/All-Net/
Cowley DS, Roy-Byrne PP: Hyperventilation and panic english/neurpage/protect/vent-3.htm, 1999.
disorder, American Journal Med 1987 Nov;83(5): Web Psychiatry Club: Cardiovascular Sign During Panic
92937, PubMed QUERY, Attacks, Mental Health Self-Help Corner, , File://
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ A:\Mental And Emotional Health Cardiovascular
htbinpost/Entrez/query? db=m&form= 6&Dopt= Sign During Panic Attacks.htm, January,1,1997.
r&uid=88046907, 1999. Web Psychiatry Club: Cardiovascular Risk in Panic
Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Pelayanan Disorder, Mental Health Self-Help Corner, File://
Medik: Disfungsi Otonomik Somatoform, PPDGJ A:\Mental And Emotional Health Cardiovascular risk
III, cetakan I, 1993, 216-217. in Panic Disorder .htm,January,1,1997.
Gorman, JM, et al: Anxiogenic Effect Of CO2 And Web Psychiatry Club: Panic Disorder And
Hyperventilation In Patients With Panic Cardiovascular Problems, Mental Health Self- Help
Disorder, American Journal Psychiatry 151: 4, April Corner, File/ /A:\Mental and Panic disorder and
1994, 547553. cardiovascular problem. Htm, January,1,1997
Gorman, JM, et al : Respons To Hyperventilation in a Web Psychiatry Club: Panic Disorder And
Group Of Patients With Panic Disorder, American Cardiovascular Risk: Conclusion, Mental Health
Journal Psychiatry 147:7, July 1984, 857- 861 Self-Help Corner, File://A:\Mental And Emotional
Goldberg,J: Panic Disorder as a Chronic Illness, Online Health Panic Disorder And Cardiovascular Risk
Coverage from the 149th Annual Meeting of the Conclusion.httm, January,1,1997.
American Psychiatric Association May 5-8, 1996,
http:/
/medscape.com./Medscape/CNO/1996/APA/APA
-
05.07.96/APA15a-5.7.96.html, January,1,1,1997.
Griffith, HW: Hyperventilation Syndrome ( Panic
Attack ), Complete GuidetoPediatric Symptoms,
Illness&Medications,1989,http://208.229.231.93/
health/Library/pedilllsymp/pedillsymp220.html.
Gelder, M, et al: Anxiety, Obsessive-compulsive, and
dissosiative disorders, Oxford Textbook of
Psychiatry, 3rd ed, 1996, 178.
Hanke, N: Hyperventilation Syndrome, Handbook Of
Emergency Psychiatry, Copyright 1984.
Kaplan,H I, Sadock, BJ: Hyperventilation Syndrome,
Respiratory Disorder, Comprehensive Textbook Of
Psychiatry/ VI, vol 2, 6th ed, 1501-1503.
Kaplan and Saddock’s: Hyperventilation Syndrome,
Synopsis Of Psychiatry, 7th ed, 1994: 760.

Das könnte Ihnen auch gefallen