Sie sind auf Seite 1von 8

HUBUNGAN ANTARA USIA, JENIS KELAMIN DAN HIPERTENSI DENGAN

PREVALENSI HIPERURISEMIA DI PUSKESMAS TANJUNG KABUPATEN BREBES

The Correlation Between Age, Gender and Hypertension with The Prevalence of
Hyperuricemia at Tanjung Brebes Public Health Centre

Rizki Khoirun Hafidah, R.Vivi Meidianawaty, Donny Nauphar


Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon

ABSTRACT
Background : Hyperuricemia is an increase in blood uric acid levels above normal.
Hyperuricemia has always been associated with hypertension as well as age and gender.
Objective : This study aimed to find out the relation between age, gender and hypertension with
the prevalence of hyperuricemia in Puskesmas Tanjung Kabupaten Brebes.
Method : This was an analytical study with a cross section design. There were 70 people as
samples. Data were obtained by questioner and by measuring the uric acid, blood pressure,
glucose and body mass index. The data were analyzed with chi square and regression logistic.
Result : The results showed that most respondents were female with the mean of age was 50 year
and there was some significant relation between age (p=0.000), gender (p=0.02) and
hypertension (p=0.001) with hyperuricemia.
Conclusion : there was a significant correlation between age, gender and hypertension with
hyperuricemia, and hypertension.
Keywords : age, gender, hypertension, hyperuricemia, uric acid

ABSTRAK
Latar Belakang : Hiperurisemia adalah peningkatan kadar asam urat darah diatas normal.
Hipeurisemia selalu dikaitkan dengan hipertensi serta faktor usia dan jenis kelamin.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara usia, jenis kelamin dan
hipertensi dengan prevalensi hiperurisemia di Puskesmas Tanjung Kabupaten Brebes.
Metode : Penelitian ini bersifat analitik menggunakan rancangan potong lintang dengan sampel
berjumlah 70 orang. Data diperoleh melalui kuesioner serta pemeriksaan kadar asam urat,
tekanan darah, gula darah dan indeks massa tubuh. Data dianalisis menggunakan uji chi square
dan regresi logistik.
Hasil : Hasil penelitian memperlihatkan bahwa responden terbanyak berjenis kelamin perempuan
dengan usia 31-55 tahun dan secara statistik terdapat hubungan antara usia (p=0.000), jenis
kelamin (p=0.02), dan hipertensi (p=0.001) dengan hiperurisemia.
Simpulan : terdapat hubungan yang bermakna antara usia, jenis kelamin dan hipertensi dengan
hiperurisemia.
Kata Kunci : usia, jenis kelamin, hipertensi, hiperurisemia, asam urat.

PENDAHULUAN urat menurun (90%) atau sintesis asam urat


Hiperurisemia adalah peningkatan meningkat atau gabungan keduanya
kadar asam urat darah diatas normal.1 (10%).2,3
Hiperurisemia terjadi akibat ekskresi asam
Hiperurisemia selalu dikaitkan masih belum diketahui secara lebih spesifik
dengan faktor penyakit kardiovaskular atau berdasar usia dan jenis kelamin karena
sindrom metabolik, terutama hipertensi. prevalensinya dikategorikan sama dengan
Peranan kausal keduanya masih menjadi kejadian penyakit sendi atau artritis
kontroversi. Menurut penelitian yang berdasarkan gejala dan/atau diagnosis yaitu
dilakukan oleh Feig et al tahun 2008, 44,47% pada usia >65 tahun.7 Penelitian ini
hiperurisemia dapat dijumpai pada 40-60% bertujuan untuk mengetahui hubungan
penderita hipertensi yang tidak diobati, 50% antara usia, jenis kelamin, dan hipertensi
penderita hipertensi yang menggunakan dengan prevalensi hiperurisemia pada
diuretika, >75% pada penderita hipertensi Puskesmas Tanjung Kabupaten Brebes.
kronik, dan 90% pada penderita hipertensi
onset baru. Penurunan fungsi ginjal pada METODE PENELITIAN
hipertensi, seperti iskemia vaskular dan Desain
perubahan aliran darah vaskular ginjal dapat Penelitian ini merupakan penelitian
berpengaruh terhadap metabolisme asam observasional bersifat analitik dengan
urat.4 metode cross sectional.
Hiperurisemia pula tidak pernah Subjek
lepas dari faktor usia dan jenis kelamin. Liu Subjek penelitian ini berjumlah 70 orang
et al tahun 2011 meneliti tentang prevalensi yang diperoleh dari populasi pasien dewasa
hiperurisemia pada setiap golongan usia dan berusia >30 tahun yang dipilih
jenis kelamin. Hasilnya menunjukkan, menggunakan teknik consecutive sampling,
21,6% prevalensi pada pria dan 8,6% pada dimana subjek dipilih berdasarkan kriteria
perempuan. Prevalensi hiperurisemia inklusi dan ekslusi sampai besar sampel
meningkat pada usia lebih dari 30 tahun terpenuhi. Kriteria inklusi penelitian ini
pada pria dan lebih dari 50 tahun pada adalah pasien wilayah kerja Puskesmas
perempuan. Hormon estrogen pada Tanjung Kabupaten Brebes yang berusia >30
perempuan disebut berpengaruh terhadap tahun dan bersedia menjadi responden.
kejadian hiperurisemia.5 Kriteria eksklusi penelitian ini adalah pasien
Prevalensi hiperurisemia pada dengan hiperurisemia genetik,
penduduk di Jawa Tengah adalah sebesar mengkonsumsi obat diuretik, makanan purin
24,3% pada laki-laki dan 11,7% pada yang tinggi, dan alkohol, mengalami gagal
perempuan.6 Prevalensi hiperurisemia di ginjal dan pasien yang tidak bersedia
Puskesmas Tanjung Kabupaten Brebes menjadi responden.
Sumber Data hiperurisemia (25.7%). Terlihat pada Tabel 1
Data primer berupa kuesioner berisikan responden hiperurisemia pada penelitian ini
pertanyaan yang berkaitan dengan riwayat 58.57% berjenis kelamin dan 15.71% laki-
hiperurisemia dan kadar asam urat laki. Berdasarkan usia, 57.14% responden
sebelumnya, riwayat hipertensi dan tekanan berusia 31-55 tahun dan 17.14% berusia >55
darah sebelumnya, kebiasaan mengkonsumsi tahun. Berdasarkan status hipertensi, 60%
purin yang tinggi, alkohol berlebihan, responden hiperurisemia menderita
riwayat diabetes melitus, dan hasil hipertensi.
pemeriksaan kadar asam urat, tekanan darah,
kadar gula darah, dan indeks massa tubuh. Tabel 2 Hubungan Usia dengan
Serta, data sekunder berupa rekam medis Hiperurisemia
untuk mengetahui identitas responden. Variabel p PR 95%CI
Usia - 0.032 3.0 1.09 – 9.93
Analisa Data Hiperurisemia
Analisa yang dilakukan adalah analisis
univariat, analisis bivariat dengan uji chi- Hasil pada Tabel 2 menunjukkan
square, dan analisis multivariat dengan uji hasil analisa bivariat dan multivariat. Hasil
regresi logistik. tersebut menunjukkan terdapat hubungan
yang bermakna antara faktor usia dengan
HASIL hiperurisemia (p<0.05). Nilai PR
Tabel 1 Karakteristik Responden (prevalence ratio) didapatkan >1 dan nilai
Variabel Hiperurisemia Non- Total interval kepercayaan yang tidak mencakup
hiperurisemia
Jenis kelamin angka 1 pada hasil tersebut menunjukkan
(orang, %)
Perempuan 41 (58.57) 9 (12.86) 50 bahwa usia merupakan faktor risiko yang
(71.4)
Laki-laki 11 (15.71) 9 (12.86) 20
berpengaruh terhadap hiperurisemia
(28.6) (PR=3.0; 95%CI=1.09 – 9.93).
Usia (orang, %)
31-55 tahun 40 (57.14) 9 (12.85) 49 (70)
>55 tahun 12 (17.14) 9 (12.85) 21 (30)
Status hipertensi Tabel 3 Hubungan Jenis Kelamin dengan
(orang, %)
Ya 42 (60) 7 (10) 49 (70) Hiperurisemia
Tidak 10 (14.3) 11 (15.7) 21 (30)
Variabel p PR 95%CI
Jenis kelamin - 0.02 4.0 1.2 – 11.6
Responden yang diperoleh sebanyak Hiperurisemia

70 orang yang terdiri dari 52 orang


hiperurisemia (74.3%) dan 18 orang non-
Analisa selanjutnya pada Tabel 3 bahwa hipertensi merupakan faktor yang
menunjukkan terdapat hubungan yang paling berpengaruh terhadap kejadian
bermakna antara jenis kelamin dengan hiperurisemia (PR=5.623; 95%CI=1.296 –
hiperurisemia (p=0.02). Jenis kelamin 24.397).
merupakan faktor risiko hiperurisemia,
dimana orang yang berjenis kelamin PEMBAHASAN
perempuan memiliki kemungkinan 4 kali Hubungan Usia dengan Hiperurisemia
akan menderita hiperurisemia dibandingkan Hasil analisis penelitian ini sesuai
berjenis kelamin laki-laki (PR=4.0; dengan hasil penelitian yang dilakukan Liu
95%CI=1.2 – 11.6). et al tahun 2011 yang mengungkapkan
bahwa terjadi peningkatan kadar asam urat
Tabel 4 Hubungan Hipertensi dengan serum pada saat laki-laki berusia >30 tahun
Hiperurisemia atau perempuan berusia >50 tahun.5
Variabel p PR 95%CI Kejadian tersebut disebabkan adanya
Hipertensi - 0.001 7.0 2.0 – 21.30
pengaruh penurunan hormon estrogen saat
Hiperurisemia
usia menopause yang menjadikan ekskresi
Analisa bivariat lainnya pada Tabel 4 asam urat semakin menurun dan adanya
menunjukkan terdapat hubungan yang gangguan filtrasi ginjal yang mempengaruhi
bermakna antara hipertensi dengan sekresi dan ekskresi asam urat.5,12
hiperurisemia (p<0.05). Hipertensi Gangguan enzim urikinase akibat
merupakan faktor risiko hiperurisemia, faktor usia menyebabkan asam urat yang
dimana orang yang menderita hipertensi difiltrasi di glomerulus akan mengalami
memiliki kemungkinan 7 kali akan reabsorpsi dan sekresi pada tubulus
menderita hiperurisemia dibandingkan proksimal ginjal. Keadaan tersebut
dengan orang yang tidak menderita menyebabkan asam urat tidak dapat
hipertensi (PR=7.0; 95%CI=2.0 – 21.30). dimetabolisme lebih lanjut menjadi
allantoine yang lebih larut dan diekskresi
Tabel 5 Hasil Analisis Multivariat lewat urin.8,9,10
Variabel p PR 95%CI Penelitian lain menyebutkan bahwa
Usia 0.022 0.117 2.0 – 21.30
terjadi peningkatan prevalensi hiperurisemia
Jenis Kelamin 0.021 5.623 1.296 – 24.397
pada usia 45 – 64 tahun dibandingkan usia
Hasil analisa multivariat dengan uji 18 – 44 tahun. Pada penelitian tersebut
regresi logistik pada Tabel 5 menunjukkan didapatkan bahwa hal tersebut dapat
dipengaruhi juga oleh faktor pembawa vaskular ginjal yang akan meningkatkan
hiperurisemia pada laki-laki setelah usia sintesis asam urat melalui peningkatan
lebih dari 30 tahun.13 pelepasan laktat. Laktat sendiri bersifat
menghambat sekresi asam urat di tubulus
Hubungan Jenis Kelamin dengan ginjal dengan memblokir organic anion
Hiperurisemia transporter. Peningkatan produksi asam urat
Hasil analisa hubungan jenis kelamin terjadi karena iskemik menyebabkan
dengan hiperurisemia tersebut sesuai dengan pemecahan ATP menjadi adenosine dan
penelitian Liu et al bahwa kejadian xanthine yang juga akan meningkatkan
hiperurisemia meningkat pada perempuan pembentukan xanthine oksidase.
usia >50 tahun. Liu et al dan Hak et al dalam Peningkatan availibilitas substrat (xanthine)
penelitiannya mengungkapkan bahwa kadar dan enzim (xanthine oxidase)
asam urat mulai naik selama pubertas pada mengakibatkan meningkatnya pembentukan
laki-laki tetapi tetap rendah pada perempuan asam urat. Asam urat merupakan antioksidan
sampai menopause. Setelah menopause nilai penting dalam plasma apabila dalam kadar
pada perempuan meningkat hingga kira-kira normal. Peningkatan pembentukan asam urat
kadar laki-laki. Ketika perempuan berada di seimbang dengan peningkatan oksidan
usia menopause terjadi peningkatan kadar dalam plasma. Peningkatan jumlah oksidan
asam urat dari usia pramenopause. Kadar tersebut menyebabkan stress oksidatif yang
urat serum pada perempuan tidak akan semakin meningkatkan sintesis asam
menunjukan peningkatan yang signifikan urat akibat semakin menurunnya produksi
pada usia 40-49, tetapi meningkat saat nitrit oksidase (NO) dan parahnya disfungsi
pertambahan usia yaitu >50 tahun. Kejadian endotel yang terjadi.4,8,9,10,14
ini disebabkan oleh ekskresi fungsional asam Perkembangan iskemik vaskular
urat yang lebih tinggi pada perempuan dan ginjal yang mempengaruhi metabolisme
dapat disebabkan oleh pengaruh perbedaan asam urat dibuktikan oleh Franco dan
status hormonal, yaitu hormon estrogen.5,12 Quiroz pada sebuah penelitian eksperimen
tikus dengan kadar asam urat normal yang
Hubungan Hipertensi dengan diberi infus angiotensin II atau penghambat
Hiperurisemia sintesis nitrit oksidase. Setelah iskemik ini
Pengaruh hipertensi terhadap muncul, hipertensi mulai berkembang dan
hiperurisemia diketahui bahwa hipertensi tetap ada bahkan ketika pemberian infus
akan meningkatkan risiko terjadinya iskemia angiotensin II atau penghambat nitrit
oksidase dihentikan.15,16 Penelitian lain pada SIMPULAN DAN SARAN
tikus dengan hiperurisemia, ketika uricase Berdasarkan hasil penelitian yang
inhibitor dihentikan setelah iskemik vaskular dilakukan pada Puskesmas Tanjung
ginjal dan inflamasi endotel terjadi, tekanan Kabupaten Brebes tentang hubungan usia,
darah akan meningkat jika tikus tetap pada jenis kelamin dan hipertensi dengan
diet rendah garam.17 prevalensi hiperurisemia dapat disimpulkan
Peningkatan asam urat juga bahwa terdapat hubungan antara faktor usia
berhubungan dengan disfungsi endotel dan dengan hiperurisemia dan paling banyak
peningkatan aktifitas sistem renin- ditemukan pada usia 31 – 55 tahun
angiotensin di plasma vaskular yang (57.14%), terdapat hubungan bermakna
menstimulasi terjadinya vasokonstriksi antara jenis kelamin dengan hiperurisemia
vaskular ginjal akibatnya terjadilah dan jenis kelamin merupakan faktor risiko
peningkatan resistensi vaskular ginjal yang yang mempengaruhi hiperurisemia dengan
dapat meningkatkan kadar asam urat dengan prevalensi terbanyak berjenis kelamin
cara menurunkan aliran darah ginjal. perempuan (58.57%), terdapat hubungan
Selanjutnya menyebabkan penurunan sekresi bermakna antara hipertensi dengan
asam urat di tubulus ginjal dan eksresi asam hiperurisemia dan hipertensi merupakan
urat dari ginjal. Beratnya hipertensi pula faktor risiko yang paling mempengaruhi
akan mengakibatkan penurunan perfusi terjadinya hiperurisemia dengan prevalensi
ginjal yang dapat menstimulasi reabsorpsi 60%.
urat.4,10 Penelitian selanjutnya sebaiknya
Penggunaan obat diuretik pada melakukan penelitian juga pada populasi lain
hipertensi dapat pula meningkatkan risiko dengan melibatkan pasien usia <30 tahun
hiperurisemia, terutama diuretik jenis tiazid. untuk memperluas generalisasi hasil
Asam organik efek tiazid disekresi ke penelitian, melakukan matching responden
tubulus ginjal dan dapat berkompetisi perempuan dan laki-laki agar
dengan sekresi asam urat, sehingga terjadi perbandingannya sama dan melakukan
penurunan sekresi asam urat ke ginjal.18 penelitian lain dengan memperhitungkan
Menurut Feig et al, hiperurisemia dapat faktor perancu dalam penelitian ini yang
dijumpai pada 40-60% penderita hipertensi masih belum dapat dikendalikan.
yang tidak diobati dan 50% penderita
hipertensi yang menggunakan diuretika.4
DAFTAR PUSTAKA

1. Putra, T.R. Sudoyo, A.W. (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. EGC,
Jakarta. 2009.
2. Murray, R .K . and Granner , D .K . Harpers biochemistry 24th ed. Lange medical book,
California. 1996.
3. Price, Sylvia A. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 6. EGC. 2006.
4. Feig DI, Kang DH, Johnson RJ. Uric Acid and Cardiovascular Risk. N Eng J Med. 2008. pp:
1811-21.
5. Liu B, Wang T, Zhao HN, Yue WW, Yu HP, Liu CX, et al. The Prevalence of
hyperuricemia in China: a Meta-Analysis. BMC Public Health. 2011;11:832.
6. Hensen, Putra TR. Hubungan konsumsi purin dengan hiperurisemia pada Suku Bali di
daerah pariwisata pedesaan. J Peny Dalam. 2007;8(1).
7. Puskesmas Tanjung. Profil Pusesmas Tanjung. Puskesmas Tanjung Kabupaten Brebes;
2013.
8. Berry CE and JM Hare. 2004. Xanthine Oxidoreductase and Cardiovascular Disease:
Molecular Mechanism and Pathophysiological Implications. Am J Physiol, pp: 589-606. -9
9. Hediger MA, Johnson RJ, Miyazaki H, Endou H. 2005. Molecular Physiology of Urate
Transport. Am J Physiol, pp: 125-33.
10. Heinig M and RJ Johnson. 2006. Role of Uric Acid in Hypertension, Renal Disease, and
Metabolic Syndrome. Cleveland Clinic Journal of Medicine, pp: 1059-64.
11. Dincer HE, Dincer AP, Levinson DJ. Asymptomatic hyperuricemia treat or no treat. Cleve
ClinJMed. 2002;69(8):594-608
12. Hak AE and Choi H. Menopouse, Postmenopausal Hormone use and Serum Urid Acid
Levels in US Women-The Third National Healt and Nutrition Examination Survey. Arthrit
Res Therapy. 2008.
13. Krishnan E, Baker JF, Furst DE, Schumacher HR Jr: Gout and the risk of acute myocardial
infarction. Arthritis Rheum 2006, 54:2688-2696.
14. Messerli FH, Frohlich ED, Dreslinski GR, Suarez DH, Aristimuno GG. Serum uric acid in
essential hypertension: an indicator of renal vascular involvement. Ann Intern Med
1980;93(6):817–821. [PubMed: 7447188]
15. Franco M, Tapia E, Santamaria J, et al. Renal cortical vasoconstriction contributes to
development of salt-sensitive hypertension after angiotensin II exposure. J Am Soc Nephrol
2001;12:2263–71. [PubMed: 11675402]
16. Quiroz Y, Pons H, Gordon KL, et al. Mycophenolate mofetil prevents salt-sensitive
hypertension resulting from nitric oxide synthesis inhibition. Am J Physiol Renal Physiol
2001;281:F38–F47. [PubMed: 11399644]
17. Watanabe S, Kang DH, Feng L, et al. Uric acid, hominoid evolution, and the pathogenesis of
saltsensitivity. Hypertension 2002;40:355–60. [PubMed: 12215479]
18. Neal MJ. At a Glance Farmakologi Medis. Jakarta: Erlangga; 2006

Das könnte Ihnen auch gefallen