Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
SKENARIO A BLOK 2
KELOMPOK A5
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelasaikan tugas ini tanpa ada suatu halangan apapun.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang kita nanti –
nantikan syafaatnya di dunia dan di akhirat.
Dalam tugas ini kami menjelaskan hasil tutorial sekario A. Adapun tujuan kami menulis tugas ini
yang utama untuk memenuhi tugas dari dosen tutor yang membimbing kami dalam tutorial blok 2
skenario A.
Kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun untuk tugas kami.
Kami berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................
1
DAFTAR ISI...................................................................................................................
2
SKENARIO......................................................................................................................
3
I. Klarifikasi Istilah...............................................................................................
4
II. Identifikasi Masalah.........................................................................................
4
III. Analisis Masalah..............................................................................................
5
IV. Keterbatasan Ilmu Pengetahuan/Topik Pembelajaran......................................
15
V. Sintesis..........................................................................................................15
VI. Kerangka Konsep............................................................................................
29
VII. Kesimpulan/Resume......................................................................................29
Daftar Pustaka..................................................................................................................
30
2
SKENARIO A BLOK 2 2017
Seorang pengungsi, Tn. Rohingya laki-laki 30 tahun terdampar di pulau kosong. Selama
dalam pengungsian ia tidak makan dan minum selama 1 hari. Pada pagi hari berikutnya ia
merasa pusing, haus, lemas, dan bekeringat dingin. Pada siang harinya, iq detemukan oleh
seorang nelayan dan dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah terdekat. Dokter
melakukanpemeriksaan dengan menggunakan stetoskop dan tensimeter serta pemeriksaan
laboratorium, dinyatakan bahwa Tn. Rohingya mengalami gangguan keseimbangan cairan,
mineral, dan asam-basa. Setelah diberi air manis dan makanan, keluhan Tn. Rohingya mulai
berangsur berkurang. Setelah istirahat selama beberapa jam dan minum air putih yang cukup,
ia kelihatan lebih segar.
Hasil pemeriksaan:
Tekanan darah 100/70 mmHg, frekuensi nadi 120x/menit, frekuensi nafas 20x/menit, suhu
36,5oC.
3
I. KLARIFIKASI ISTILAH
a. Pengungsi : Orang yang mengungsi (KBBI)
b. Terdampar : Hanyut dan tercampak ke darat (KBBI)
c. Pulau kosong : Daratan yang dikelilingi air dan tidak berpenghuni (KBBI)
d. Pengungsian : Tempat pengungsi (KBBI)
e. Pusing : Dalam keadaan keseimbangan terganggu serasa keadaan
sekitar berputar (KBBI)
f. Lemas : susah bernafas atau tidak dapat bernafas (KBBI)
g. Keringat dingin : Keluh yang menyebabkan berasa dingin pada tubuh( (KBBI)
h. Rumah Sakit : Rumah sakit yang memberi layanan pengobatan, perawatan
Umum Daerah dari berbagai penyakit yang dilengkapi dokter ahli yang
dikelola oleh daerah (KBBI)
i. Stetoskop : Alat untuk melakukan oskultasi secara langsung (Dorland)
j. Tensimeter : Alat untuk menetapkan titik transisi dengan menguur
perbandingan tekanan uap (KBBI)
k. Laboratorium : Perbuatan memeriksa di tempat tertentu yang dilengkapi
Pemeriksaan peralatan untuk mengadakan percobaan (KBBI)
l. Mineral : Zat organik yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme
normal (KBBI)
m. Air Manis : Air yang mengandung gula (KBBI)
n. Berangsur : Sedikit demi sedikit bertambah atau berkurang (KBBI)
o. Segar : Nyaman dan ringan (KBBI)
p. Frekuensi : Jumlah kejadian suatu proses priodik dalam suatu waktu
(Dorland)
q. Arteri : Pembuluh darah tempat darah keluar dari jantung ke bagian
tubuh, pada sistmik membawa darah yang mengandung
oksigen (Dorland)
4
Alasan “Tn. Rohingya, laki-laki 30 tahun, terdampar di pulau kosong serta tidak makan dan
minum selama 1 hari” menjadi prioritas adalah karena hal tersebut merupakan penyebab
utama dari semua masalah.
Minuman:
1) Mengurangi kotoran dan racun tubuh, termasuk mineral organik.
2) Membantu dalam proses pencernaan dan mengantar makanan ke jaringan-jaringan
tubuh.
3) Menetralkan atau membakar lemak dan membantu menurunkan berat badan.
4) Melancarkan cairan tubuh seperti darah dan kelenjar getah bening.
5) Mengantarkan oksigen ke sel-sel.
6) Membantu dalam perawatan otot-otot.
7) Memberikan pelumas antara sendi-sendi dan organ-organ.
8) Mengatur suhu tubuh.
9) Merawat kulit agar tetap sehat.
10) Sebagai media untuk membantu dalam pemulihan tubuh.
5
2. Pagi harinya ia merasa pusing, haus, lemas, dan berkeringat dingin.
a. Bagaimana mekanisme pusing?
Karena tidak makan dan minum, sehingga berdampak pada turunnya glukosa darah
dan kurangnya suplai oksigen ke otak. Hal tersebutlah yang menyebabkan timbulnya
rasa pusing.
6
maka tidak ada bahan yang dapat di metabolisme menjadi energi, sehingga tubuh
menjadi kekurangan energi dan lemas.
7
f. Pertolongan pertama yang harus dilakukan jika kita menemukan orang dengan gejala
tersebut?
Bantuan pertama dapat dilakukan dengan pemberian air mineral. Kemudian dibawa ke
rumah sakit terdekat untuk pemeriksaan dan penanganan selanjutnya.
8
c. Apa saja yang didapat menggunakan stetoskop dan tensimeter?
Stetoskop adalah sebuah alat medis akustik untuk memeriksa suara dalam tubuh.
Digunakan untuk mendengar suara jantung dan pernapasan, bias juga digunakan
untuk mendengar intestine dan aliran darah dalam arteri
Tensimeter adalah alat untuk mengukur tekanan darah. Tensimeter ada dua jenis
yaitu tensi meter digital dan tensi meter air raksa. Dengan menggunakan tensimeter
kita dapat mengetahui nilai tekanan darah kita normal atau tidak.
2) Tensimeter
Udara akan dipompa ke manset sekitar 20 mmHg di atas tekanan sistolik rata-rata
(sekitar 120 mmHg untuk rata-rata). Setelah itu perlahan-lahan udara akan dilepaskan
dari manset dengan mengendorkan knop pada tensimeter sehingga menyebabkan
tekanan dalam manset akan menurun. Secara perlahan manset akan mengempes, kita
akan mengukur osilasi kecil dalam tekanan udara dari manset lengan. Tekanan sistolik
merupakan tekanan di mana denyut nadi mulai terjadi atau bisa dikatakan sebagai
batas bawah. Kami akan menggunakan MCU untuk mendeteksi titik di mana osilasi
ini terjadi dan kemudian merekam tekanan dalam manset. Kemudian tekanan dalam
manset akan menurun lebih lanjut. Tekanan diastolik akan diambil pada titik di mana
osilasi mulai menghilang.
9
1.) Tensimeter
a) Sebelum menggunakan tensimeter, pesiapkan diri dengan posisi duduk.
Duduklah dengan lengan telanjang. Jika terdapat gulungan, pastikan gulungan
tidak ketat
b) Letakkan lengan secara bebas diatas meja, dengan posisi lengan sama tinggi
dengan jantung
c) Pasang manset tensimeter di lengan kira-kira 2.5 cm dari siku. Pastikan
manset tidak terlalu ketat
d) Beri tekanan pada manset dengan memompa atau memencet on off pada
tensimeter digital
e) Hentikan pemompaan setelah manset terasa kencang dilengan, maka tekanan
pada manset akan berkurang dan darah bisa mengalir lagi ke lengan bawah.
Pada tensimeter yang menggunakan stetoskop bunyi atau detak nadi yang
pertama kali muncul adalah tekanan sistolik dan bunyi atau detak nadi yang
terakhir kali terdengar adalah tekanan diastolik.
f) Sebelum melakukan pengukuran sekitar 30 menit, jangan melakukan aktifitas
yang terlalu berat, jangan merokok, jangan minum-minuman dan konsumsi
obat berkafein.
g) Anda perlu melakukan pengukurna 2-3 kali dengan selang minimal 2
menit,dan hitung rata-rata hasilnya
2.) Stetoskop
a) pasang earpiece pada telinga, pastikan menutup lubang telinga
b) buka diafragma stetoskop, putar penghubung tube dengan diafragma lalu ketuk
bagian diafragma apabila terdengar suara berarti diafragma sudah terbuka
c) Letakkan stetoskop dibagian arteri branchialis, agar stetoskop tidak lepas,
letakkan stetoskop dibawah manset spigmomanometer. Kemudian pompa
manset dengarkan sistol dan diastol.
f. Apa dampak dari gangguan keseimbangan cairan, mineral, dan asam basa bila tidak
ditangani?
Ketidakseimbangan volume terutama memengaruhi cairan ekstraseluler (ECF) dan
menyangkut kehilangan dan bertambahnya natrium dan air dalam jumlah yang relatif
sama,sehingga berakibat pada kekurangan atau kelebihan volume ekstraseluler(ECF).
Ketidakseimbangan osmotic terutama memengaruhi cairan intraseluler(ICF) dan
menyangkut bertambahnya atau kehilangan natrium dan air dalam jumlah yang
relative tidak seimbang.Gangguan osmotik umumnya berkaitan dengan hiponatremia
dan hipernatremia sehingga nilai natrium serum penting untuk mengenali keadaan ini.
Kadar dari kebanyakan ion didalam ruang ekstraseluler dapat berubah tanpa
disertai perubahan yang jelas dari jumlah partikel-partikel yang aktif secara osmotic
sehingga mengakibatkan perubahan komposisional.
10
1) Sistem penyangga (Buffer), yang dengan segera bergabung dengan asam atau
basa untuk mencegah perubahan konsenrasi ion hidrogen yang berlebihan. Cairan
tubuh bekerja dalam waktu yang singkat untuk meminimalkan perubahan. Sistem
penyangga tidak mengeliminasi ion-ion hidrogen dari tubuh atau menambahnya
ke dalam tubuh, tetapi hanya menjaga agar mereka tetap terikat sampai
keseimbangan kembali.
2) Pusat pernapasan, yang mengatur pembuangan CO2 (dan, oleh karena itu, H2CO3)
dari cairan ekstraselular. Sistem pernapasan bekerja unutk mengeliminasi CO2
dan oleh karena itu, H2CO3 dari tubuh.
3) Ginjal, yang dapat mengeksresikan urin asam atau urin alkalin, sehingga
menyesuaikan kembali konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraselular menuju
normal selama asidosis atau alkalosis. Ginjal dapat mengeliminasi kelebihan
asam dan basa dari tubuh walaupun ginjal memberi respon yang lambat dari
pertahanan lainnya. Ginjal merupakan sistem pengatur asam-basa yang paling
kuat.
Pengaturan Pernapasan:
Garis pertahanan kedua terhadap asam-basa adalah pengaturan konsentrasi CO2 cairan
ekstraselular oleh paru-paru. Peningkatan PCO2 cairan ekstraselular akan menurunkan
pH, sedangkan penurunan PCO2 akan meningkatkan pH. Oleh karena itu, paru-paru
dapat secara efektif mengatur konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraselular.
11
Peningkatan ventilasi CO2 dari cairan ekstraselular yang melalui kerja massa akan
mengurangi konsentrasi ion hidrogen. Sebaliknya, penurunan ventilasi akan
meningkatkan CO2, jadi juga akan meningkatkan konsentrasi ion hidrogen dalam
cairan ekstraselular. Selain itu, jika konsentasi CO2 meningkat, konsentrasi H2CO3
dan konsentrasi ion hidrogen juga meningkat, sehingga menurunkan pH cairan
ekstraselular.
Ginjal:
Ginjal mengontrol keseimbangan asam-basa dengan mengeluarkan urin yang asam
atau basa. Pengeluaran urin asam akan menurunkan jumlah asam dalam cairan
ekstraselular, sedangkan pengeluaran urin basa berarti menghilangkan basa dari cairan
ekstraselular.
Keseluruhan mekanismenya sebagai berikut: Sejumlah ion hidrogen disaring terus
menerus ke dalam tubulus dan bila ion bikarbonat disekresikan ke dalam urin,
keadaan ini menghilangkan basa dari darah. Sebalinya, jika banyak ion hidrogen yang
disekresikan ke dalam lumen tubulus oleh sel-sel epitel tubulus, akan menghilangkan
asam dari darah. Bila lebih banyak ion hidrogen yang disekresikan daripada ion
bikarbonat yang disaring, akan terjadi kehilangan asam dari cairan ekstraselular.
Sebaliknya, bila lebih banyak bikarbonat yang disaring daripada hidrogen yang
disekresikan, akan terjadi kehilangan basa.
4. Setelah diberi air manis dan makanan, keluhan Tn. Rohingya mulai berangsur berkurang.
Setelah istirahat selama beberapa jam dan minum air putih yang cukup, ia kelihatan lebih
segar.
1. Apasaja kandunga air manis?
Gula Pasir mengandung energi sebesar 364 kilokalori, karbohidrat 94 gram, kalsium 5
miligram, fosfor 1 miligram.
2. Apa fungsi kandungan dari air manis?
Energi yang terkandung pada gula akan digunakan tubuh sebagai tenaga
5. Hasil pemeriksaan:
Tekanan darah 100/70 mmHg, frekuensi nadi 120x/menit, frekuensi nafas 20x/menit,
suhu 36,5oC.
a. Bagaimana tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi nafas, dan suhu normal untuk
usia 30 tahun?
1) Tekanan darah normal: 120/80 mmHg
12
2) Garis batas tekanan darah adalah 150/90 mmHg. Di atas garis batas tersebut
dinyatakan hipertensi.
3) Denyut jantung normal (istirahat): 60-100 denyut/menit.
4) Umumnya, nadi akan meningkat 20 denyutan setiap menitnya untuk setiap
kenaikan suhu satu derajat (oC). Para olahragawan biasanya mempunyai denyut
yang rendah, teteapi bila kurang dari 60 denyut per menit dianggap kurang normal
(=bradycardia). Frekuensi denyut jantung yang menetap melebihi 100 denyut per
menit biasa dianggap tidak normal, dinamakan takikardia (= tachycardia). Denyut
nadi bisa menjadi cepat karena macam-macam sebab, tetapi jarang sekali ada
penyebab yang bisa menurunkan denyut jantung. Ketegangan emosi, kelelahan,
kurang tidur, dan sebab lain dapat mempercepat denyut nadi sehingga harus
berhati-hati mengatakan denyut nadi yang cepat sebagai keadaan yang tidak
normal.
5) Frekuensi nafas normal orang dewasa: 12-20 nafas/menit
6) Frekuensi nafas diukut sambil meraba radial pulse pasian sehingga pasien tidak
sadar bahwa pasian sedang diobservasi.
7) Suhu normal orang dewasa adalah 36.5oC-37,2 oC
2) Cl 98,2 meq/L
Clorida (Cl-)
Nilai normal : 97 - 106 mEq/L SI unit : 97 - 106 mmol/L
Walau rendah kadar Clorida Tn. Rohingya, tetapi itu masih di rentang kadar
normal.
3) Glukosa 70mg/l
Nilai normal: 70 - 100 mg/dL
Pada umunya glukosa darah di periksa melalui darah kapiler. Kadar glukosa Tn.
Rohingya agak rendah tetapi masih tergolong normal.
4) K+ 3 meq/l
Nilai normal: 3,6 – 4,8 mEq/L SI unit :3,6 – 4,8 mmol/L
Kadar K+ pada Tn. Rohingya termasuk dalam kondisi Hipokalemia, Hipokalemia
adalah konsentrasi kalium dalam serum darah kurang dari 3,5 mmol/L. Jika dari
beberapa tes ditemukan kecenderungan Pedoman Interpretasi Data Klinik | 31
rendahnya konsentrasi kalium (contoh: 0,1-0,2 mmol/L/hari) akan lebih
mengkhawatirkan dibandingkan dengan nilai yang rendah pada satu pengukuran.
13
Kondisi hipokalemia akan lebih berat pada diare, muntah, luka bakar parah,
aldosteron primer, asidosis tubular ginjal, diuretik, steroid, cisplatin, tikarsilin,
stres yang kronik, penyakit hati dengan asites, terapi amfoterisin.
5) HCO3- 16 meq/l
Nilai normal : 21-28 mEq/L
Kadar HCo3- pada Tn. Rohingya termasuk dalam kondisi di bawah rentang
normal. Sistem buffer bikarbonat terdiri atas asam karbonat (H2CO3) dan
bikarbonat (HCO3). Secara kuantitatif, sistem buffer ini merupakan sistem buffer
utama dalam cairan ektraseluler.
Digambarkan dalam hubungan sebagai berikut :
Total CO2 mengandung : asam karbonat + bikarbonat
7) Hb 14 g/Dl
Nilai normal : 13 - 18 g/Dl SI unit : 8,1 - 11,2 mmol/L
Tn. Rohingya laki-laki 30 tahun termasuk ke dalam golongan laki laki dewasa,
kadar Hb pada darah Tn. Rohingya termasuk dalam rentang normal.
14
Keseimbangan a) Definisi a) Mekanisme a) Fungsi
Elektrolit elektrolit mempertaha elektrolit
3. nkan
keseimbanga
n elektrolit
Reaksi a) Definisi a) Mekanisme a) Perhitungan
4. Keseimbangan asam basa b) Penyebab pH
Asam Basa c) Akibat
Keisotonisan a) Isotonis a) Mekanisme a) Ukuran
Cairan Tubuh b) Hipotonis osmolaritas keisotonisan
5. c) Hipertonis b) Akibat sel tubuh
perbedaan
osmolaritas
V. Sintesis
1. Metode Henderson-Hasselbalch
Pengaturan kadar ion hidrogen/H+ (pH) cairan tubuh merupakan sudut pandang
terpenting terkait keseimbangan asam- basa tubuh, karena setiap perubahan pH dapat
menyebabkan gangguan metabolisme dan fungsi organ. Kadar ion H+ yang normal (pH darah
7,35–7,45) dipertahankan secara ketat oleh mekanisme keseimbangan asam basa tubuh,
sehingga fungsi sel berlangsung terbaik. Beberapa keadaan berpenyakit dapat menyebabkan
gangguan keseimbangan asam basa tubuh.
Persamaan Henderson-Hasselbalch yang berdasarkan reaksi hidrasi karbondioksida
(CO2 + H2O ↔ H2CO3 ↔ HCO3 – + H+), merupakan cara konvensional, yang
menggambarkan hubungan sederhana antara pH darah, tekanan sebagian CO2 (pCO2), dan
kadar ion bikarbonat plasma (HCO3 –): pH = 6,1 + log [HCO3 –]/0,03 × pCO2.
Persamaan Henderson-Hasselbalch, yang secara matematis menggambarkan
karakteristik disosiasi asam lemah (pKa) dan basa (pKb) dan pengaruhnya terhadap pH:
a. Uraikan ion HA
HA↔H+ + 𝐴−
b. Bentuk konstanta keseimbangan untuk disosiasi
[𝐻 + ][A− ]
Ka=
[𝐻𝐴]
c. Kalikan silang
[H+ ][𝐴− ] = Ka[HA]
d. Bagi kedua sisi dengan [𝐴− ]
Ka[HA]
[H+ ] =
[A− ]
e. Lakukan logaritma pada kedua sisi
[HA] [𝐻𝐴]
log[𝐻 + ] = log (Ka ) = log Ka+log
[𝐴− ] [𝐴− ]
f. Kalikan dengan -1
[𝐻𝐴]
-log[𝐻 + ] = −log Ka - log
[𝐴− ]
+
g. Ganti –log [H ] dan –log Ka masing-masing dengan pH dan pKa, maka:
15
h. Inversi suku yang terakhir menghilangkan tanda minus dan menghasilkan
persamaan Hendersen-Hasselbalch
Cairanintraselulerdanekstraselulerdariorganismemultiselulermemiliki pH yang
hampirkonstan.Pertahananterhadapperubahan pH adalahsistem buffer.Terdapat 2
buffer biologispentingyaitufosfatdanbikarbonat. Buffer fosfatberada di
setiapsitoplasma sel. Terdiridari H4PO2- sebagaipendonor proton dan HPO42-
sebagaiakseptor proton.
𝐻4 𝑃𝑂4− ⇌ 𝐻 + + 𝐻𝑃𝑂42−
Sistem buffer fosfat bekerja paling efektif pada pH mendekati pKa 6,86 dan
cenderung menolak perubahan pH antara 5,9-7,9. pH pad acairan ekstraseluler adalah
6,9-7,4.
Buffer bikarbonat berkerja menjaga kestabilan pH darah. Sistem buffer bikarbonat
terdiri dari asam carbonat (H2CO3) sebagai donor proton dan bikarbonat (HCO2)
sebagai akseptor proton.
Sistem buffer bikarbonat (pKa= 3,57 pada 37oC) berkerja efektif pada pH
mendekati 7,4
16
Untuk menghitung pH darahdapatdigunakanrumus:
dimana 6,1 adalah pKa dari seluruh reaksi, pCO2 ditulis dalam kilopascal (kPa,
biasanya 4,6 – 6,7 kPa), dan 0,33 adalah koefisien corresponding solubility CO2dalam
air.
Interpretasi Metode Henderson-Hasselbalch dalam skenario :
[HCO3 ]
pH=pKa+log
0,03 × pCO2
16
pH=6,1+log
0,03 × 22
pH=6,1+log 16,67
pH=6,1+1,22=7,32 (pH yang ditunjukkan kurang dari batas pH normal
yaitu 7,35-7,45 sehingga bersifat asam dan dapat disimpulkan mengalami kekurangan
cairan tubuh)
17
Sebagaimana telah diuraikan di atas tentang cara analisis hasil pemeriksaan asam-basa.
Secara cepat gangguan keseimbangan asam-basa dapat diketahui bila:
a. pH darah arteri tidak normal (pH: 7,35-7,45), pH<7,35 asidemia, pH>7,45 alkalemia.
b. PaCO2 tidak normal (35-45mmHg).
c. Konsentrasi bikarbonat tidak normal (22-26mEq/L).
d. SBE antara 3 dan -3.
Berat ringan gangguan keseimbangan asam-basa berdasarkan nilai PaCO2 dan SBE.
Menurut Fencl-Steward :
SID=Na+CL-=128-98,2=29,8MEQ/ L (ASIDOSIS)
Dimana SID normal = 30-40 meq/L(Setara Ph 7,4)
SID <30 ADIOSIS SID>40 ALKALOSIS
3. Keseimbangan Elektrolit
Cairan tubuh terdiri dari air dan elektrolit. Elektrolit adalah senyawa dalam larutan yang
berdisosiasi menjadi partikel yang bermuatan positif dan negatif, di dalam tubuh elektrolit
mempengaruhi proses metabolisme. Pemeliharaan tekanan osmotik dan distribusi beberapa
kompartemen cairan tubuh manusia adalah fungsi utama keempat elektrolit mayor, yakni natrium
(Na+), kalium (K+), klorida (Cl-), dan bikarbonat (HCO3-).
1. Fisiologi Natrium
Natrium adalah kation terbanyak dalam cairan ekstrasel, jumlahnya bisa mencapai 60 mEq
perkilogram berat badan dan sebagian kecil (sekitar 10-14 mEq/L) berada dalam cairan intrasel4,8.
Lebih dari 90% tekanan osmotik di cairan ekstrasel ditentukan oleh garam yang mengandung natrium,
khususnya dalam bentuk natrium klorida (NaCl) dan natrium bikarbonat (NaHCO3).
Jumlah natrium dalam tubuh merupakan gambaran keseimbangan antara natrium yang masuk
dan natrium yang dikeluarkan. Pemasukan natrium yang berasal dari diet melalui epitel mukosa
saluran
cerna dengan proses difusi dan pengeluarannya melalui ginjal atau saluran cerna atau keringat di
kulit. Pemasukan dan pengeluaran natrium perhari mencapai 48-144 mEq. Ekskresi natrium terutama
dilakukan oleh ginjal. Pengaturan eksresi ini dilakukan untuk mempertahankan homeostasis natrium,
yang sangat diperlukan untuk mempertahankan volume cairan tubuh
2. Fisiologi Kalium
18
Sekitar 98% jumlah kalium dalam tubuh berada di dalam cairan intrasel. Konsentrasi kalium
intrasel sekitar 145 mEq/L dan konsentrasi kalium ekstrasel 4-5 mEq/L (sekitar 2%). Jumlah
konsentrasi kalium pada orang dewasa berkisar 50-60 per kilogram berat badan (3000-4000 mEq).
Pemasukan kalium melalui saluran cerna tergantung dari jumlah dan jenis makanan.
Orang dewasa pada keadaan normal mengonsumsi 60-100 mEq kalium perhari (hampir sama
dengan konsumsi natrium). Kalium difiltrasi di glomerulus, sebagian besar (70- 80%) direabsorpsi
secara aktif maupun pasif di tubulus proksimal dan direabsorpsi bersama dengan natrium dan klorida
di lengkung henle. Kalium dikeluarkan dari tubuh melalui traktus gastrointestinal kurang dari 5%,
kulit dan urine mencapai 90%.
3. Fisiologi Klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel. Jumlah klorida pada orang dewasa
normal
sekitar 30 mEq per kilogram berat badan. Sekitar 88% klorida berada dalam cairan ekstraseluler dan
12% dalam cairan intrasel. Konsentrasi klorida pada bayi lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak
dan
dewasa.
Jumlah klorida dalam tubuh ditentukan oleh keseimbangan antara klorida yang masuk dan yang
keluar. Klorida yang masuk tergantung dari jumlah dan jenis makanan. Kandungan klorida dalam
makanan sama dengan natrium. Orang dewasa pada keadaan normal rerata mengkonsumsi 50-200
mEq klorida per hari, dan ekskresi klorida bersama feses sekitar 1-2 mEq perhari.
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 (dua) parameter penting, yaitu: volume
cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur
keluaran garam dan air dalam urin sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan
abnormal dari air dan garam tersebut.
1. Pengaturan volume cairan ekstrasel
Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri dengan menurunkan
volume plasma dan juga sebaliknya. Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk pengaturan
tekanan darah jangka panjang. Pengaturan volume cairan ekstrasel dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
a. Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake & output) air
Untuk mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka harus ada
keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh. Hal ini terjadi
karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen dan antara tubuh dengan lingkungan luarnya.
Water turnover dibagi dalam:
1. External fluid exchange, pertukaran antara tubuh dengan lingkungan luar.
2. Internal fluid exchange, pertukaran cairan antar berbagai kompartmen, seperti proses filtrasi dan
reabsorpsi di kapiler ginjal.
b. Memperhatikan keseimbangan garam
Seperti halnya keseimbangan air, keseimbangan garam juga perlu dipertahankan
19
sehingga asupan garam sama dengan keluarannya. Kelebihan garam yang dikonsumsi harus
diekskresikan dalam urin untuk mempertahankan keseimbangan garam.
Ginjal mengontrol jumlah garam yang diekskresi dengan cara:
1. Mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan Laju Filtrasi
Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate(GFR).
2. Mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal
Jumlah Na+ yang direabsorbsi juga bergantung pada sistem yang berperan mengontrol
tekanan darah. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur reabsorbsi Na+ dan
retensi Na+ di tubulus distal dan collecting. Retensi Na+ meningkatkan retensi air
sehingga meningkatkan volume plasma dan menyebabkan peningkatan tekanan darah
arteri .
Selain sistem renin-angiotensin-aldosteron, Atrial Natriuretic Peptide (ANP) atau hormon
atriopeptin menurunkan reabsorpsi natrium dan air. Hormon ini disekresi oleh sel atrium jantung jika
mengalami distensi akibat peningkatan volume plasma.
Penurunan reabsorpsi natrium dan air di tubulus ginjal meningkatkan eksresi urin
sehingga mengembalikan volume darah kembali normal.
20
sistem endokrin, hormon-hormon yang berperan saat tubuh mengalami kekurangan cairan adalah
Angiotensin II, Aldosteron, dan Vasopresin/ ADH dengan meningkatkan reabsorpsi natrium dan air.
Sementara, jika terjadi peningkatan volume cairan tubuh, maka hormone atripeptin (ANP) akan
meningkatkan ekskresi volume natrium dan air . Perubahan volume dan osmolaritas cairan dapat
terjadi pada beberapa keadaan. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan
elektrolit diantaranya ialah umur, suhu lingkungan, diet, stress, dan penyakit.
21
5) Pusat pernapasan, yang mengatur pembuangan CO2 (dan, oleh karena itu, H2CO3)
dari cairan ekstraselular. Sistem pernapasan bekerja unutk mengeliminasi CO2 dan
oleh karena itu, H2CO3 dari tubuh.
6) Ginjal, yang dapat mengeksresikan urin asam atau urin alkalin, sehingga
menyesuaikan kembali konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraselular menuju
normal selama asidosis atau alkalosis. Ginjal dapat mengeliminasi kelebihan asam
dan basa dari tubuh walaupun ginjal memberi respon yang lambat dari pertahanan
lainnya. Ginjal merupakan sistem pengatur asam-basa yang paling kuat.
Pengaturan Pernapasan:
Garis pertahanan kedua terhadap asam-basa adalah pengaturan konsentrasi
CO2 cairan ekstraselular oleh paru-paru. Peningkatan PCO2 cairan ekstraselular akan
menurunkan pH, sedangkan penurunan PCO2 akan meningkatkan pH. Oleh karena
itu, paru-paru dapat secara efektif mengatur konsentrasi ion hidrogen cairan
ekstraselular. Peningkatan ventilasi CO2 dari cairan ekstraselular yang melalui kerja
massa akan mengurangi konsentrasi ion hidrogen. Sebaliknya, penurunan ventilasi
akan meningkatkan CO2, jadi juga akan meningkatkan konsentrasi ion hidrogen
dalam cairan ekstraselular. Selain itu, jika konsentasi CO2 meningkat, konsentrasi
H2CO3 dan konsentrasi ion hidrogen juga meningkat, sehingga menurunkan pH cairan
ekstraselular.
22
CO2 dibentuk secara terus menerus dalam tubuh melalui proses metabolisme
intraselular. Setelah dibentuk, CO2 berdifusi dari sel masuk ke dalam cairan
interstisial dan darah, dan aliran darah mentranspor CO2 ke paru-paru, tempat CO2
berdifusi ke dalam alveoli dan kemudian ditransfer ke atmosfir melalui ventilasi paru-
paru. Rata-rata normal sekitar 1,2 mol/liter CO2 yang terlarut di dalam cairan
ekstraselular. Bila kecepatan pembentukan CO2 metabolik meningkat, PCO2 cairan
ekstraselular juga meningkat, dan sebaliknya. Bila kecepatan ventilasi paru
ditingkatkan, CO2 dihembus keluar dari paru-paru dan PCO2 dalam cairan
ekstraselular menurun. Oleh karena itu, perubahan ventilasi paru atau kecepatan
pembentukan CO2 oleh jaringan dapat mengubah PCO2 cairan ekstraselular.
Ginjal:
Ginjal mengontrol keseimbangan asam-basa dengan mengeluarkan urin yang
asam atau basa. Pengeluaran urin asam akan menurunkan jumlah asam dalam cairan
ekstraselular, sedangkan pengeluaran urin basa berarti menghilangkan basa dari cairan
ekstraselular.
Keseluruhan mekanismenya sebagai berikut: Sejumlah ion hidrogen disaring
terus menerus ke dalam tubulus dan bila ion bikarbonat disekresikan ke dalam urin,
keadaan ini menghilangkan basa dari darah. Sebalinya, jika banyak ion hidrogen yang
disekresikan ke dalam lumen tubulus oleh sel-sel epitel tubulus, akan menghilangkan
asam dari darah. Bila lebih banyak ion hidrogen yang disekresikan daripada ion
bikarbonat yang disaring, akan terjadi kehilangan asam dari cairan ekstraselular.
Sebaliknya, bila lebih banyak bikarbonat yang disaring daripada hidrogen yang
disekresikan, akan terjadi kehilangan basa.
23
e. Langkah-Langkah untuk Menilai Gas Darah
a. Perhatikan pH (jika menurun klien mengalami asidemia, dengan dua sebab asidosis
metabolik atau asidosis respiratorik; jika meningkat klien mengalami alkalemia
dengan dua sebab alkalosis metabolik atau alkalosis respiratorik; ingatlah bahwa
kompensasi ginjal dan pernafasan jarang memulihkan pH kembali normal, sehingga
jika ditemukan pH yang normal meskipun ada perubahan dalam PaCO2 dan HCO3
mungkin ada gangguan campuran)
b. Perhatikan variable pernafasan (PaCO2 ) dan metabolik (HCO3) yang berhubungan
dengan pH untuk mencoba mengetahui apakah gangguan primer bersifat respiratorik,
metabolik atau campuran (PaCO2 normal, meningkat atau menurun; HCO3 normal,
meningkat atau menurun; pada gangguan asam basa sederhana, PaCO2 dan HCO3
selalu berubah dalam arah yang sama; penyimpangan dari HCO3 dan PaCO2 dalam
arah yang berlawanan menunjukkan adanya gangguan asam basa campuran).
c. Langkah berikutnya mencakup menentukan apakah kompensasi telah terjadi (hal ini
dilakukan dengan melihat nilai selain gangguan primer, jika nilai bergerak yang sama
dengan nilai primer, kompensasi sedang berjalan).
d. Buat penafsiran tahap akhir (gangguan asam basa sederhana, gangguan asam basa
campuran.
24
7. Alkalosis metabolik terkompensasi sebagian. Ventilasi yang tidak adekuat serta
pH lebih dari 7,50.
8. Hipoksemia yang tidak terkoreksi. Tekanan oksigen kurang dari 60 mmHg walau
telah diberikan oksigen yang adekuat
9. Hipoksemia terkoreksi. Pemberian O2 dapat mengoreksi hipoksemia yang ada
sehingga normal.
10. Hipoksemia dengan koreksi berlebihan. Jika pemberian oksigen dapat
meningkatkan tekanan oksigen melebihi normal. Keadaan ini berbahaya pada bayi
karena dapat menimbulkan retinopati of prematurity, peningkatan aliran darah
paru, atau keracunan oksigen. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan yang
lain seperti konsumsi dan distribusi oksigen.
Tujuan:
a. Menilai tingkat keseimbangan asam dan basa
b. Mengetahui kondisi fungsi pernafasan dan kardiovaskuler
c. Menilai kondisi fungsi metabolisme tubuh
Indikasi:
a. Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik
b. Pasien deangan edema pulmo
c. Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS)
d. Infark miokard
e. Pneumonia
f. Klien syok
g. Post pembedahan coronary arteri baypass
h. Resusitasi cardiac arrest
i. Klien dengan perubahan status respiratori
j. Anestesi yang terlalu lama
25
Penyebab alkalosis metabolik sebgai berikut.
Alkalosis yang disebabkan oleh pemberian diuretika (kecuali penghambat
karbonik anhidrase).
Kelebihan aldosteron.
Memuntahkan isi lambung.
Disebabkan oleh penyerapan obat alkalin.
3. Asidosis Respiratorik
Asidosis repiratorik disebabkan oleh penurunan ventilasi dan peningkatan
PCO2. Asidosis respiratorik terjadi akibat kondisi patologis yang merusak pusat
pernapasan atau yang menurunkan kemampuan paru untuk mengliminasi CO2.
Sebagai contoh, kerusakan pusat pernapasan di medula oblongata.
Pada asidosis repiratorik, respons kompensasi yang tersedia adalah (1)
penyangga cairan tubuh, dan (2) ginjal, yang membutuhkan waktu beberapa hari
untuk mengkompensasi gangguan.
4. Alkalosis Respiratorik
Disebabkan oleh peningkatan ventilasi dan penurunan PCO2. Alat utama untuk
kompensasi adalah penyangga kimiawi cairan tubuh dan kemampuan ginjal untuk
meningkatkan eksresi bikarbonat.
26
osmolaritas CES dan CIS normalnya sama, tidak terjadi perpindahan neto H2O masuk atau
keluar sel.
Terdapat dua faktor yang diatur untuk mempertahankan keseimbangan cairan di
tubuh: volume CES dan osmolaritas CES. Meskipun regulasi kedua faktor ini berkaitan erat,
keduanya bergantung pada jumlah relatif NaCl dan H2O di tubuh, penyebab mengapa
keduanya dikontrol dan mekanismenya sangatlah berbeda:
Volume CES harus diatur secara ketat untuk membantu mempertahankan tekanan
darah. Pemeliharaan keseimbangan garam sangat penting dalam regulasi jangka-panjang
volume CES.
Osmolaritas CES harus diatur secara ketat untuk mencegah membengkaknya atau
menciutnya sel. Pemeliharaan keseimbangan cairan sangat penting dalam mengatur
osmolaritas CES.
Setiap keadaan yang menyebabkan penambahan atau pengurangan H2O bebas (yaitu,
penambahan atau pengurangan H2O yang tidak disertai oleh penambahan atau pengurangan
zat terlarut yang setara) menyebabkan perubahan osmolaritas CES. Jika terjadi defisit H2O
bebas di CES, zat terlarut menjadi terlalu pekat dan osmolaritas CES meningkat (yaitu,
menjadi hipertonik). Jika terjadi kelebihan H2O di CES, zat terlarut menjadi terlalu encer dan
osmolaritas CES menjadi terlalu rendah (yaitu, menjadi hipotonik). Ketika osmolaritas CES
berubah dalam kaitannya dengan osmolaritas CIS, terjadi osmosis, dengan H2O yang keluar
atau masuk sel, bergantung, masing-masing, pada apakah CES lebih pekat atau lebih encer
daripada CIS.
Cairan tubuh bersifat isotonik pada osmolaritas 300 miliosmol/liter (mOsm/liter) Jika
terlalu banyak terdapat H20 dibandingkan dengan zat terlarut, cairan tubuh menjadi
hipotonik, yang berarti cairan tubuh terlalu encer dengan osmolaritas kurang dari 300
mOsm/liter. Namun, jika terjadi defisit H20 relatif terhadap zat terlarut, cairan tubuh menjadi
terlalu pekat, atau hipertonik, dengan osmolaritas lebih besar daripada 300 mOsm/liter.
Hipertonisitas CES, kelebihan konsentrasi zat terlarut di CES, biasanya berkaitan
dengan dehidrasi, atau keseimbangan negative H2O bebas. Selama hipertonisitas CES, sel
menciut karena H2O keluar. Penyebab hipertonisitas (dehidrasi) dehidrasi dan hipertonisitas
yang menyertainya dapat ditimbulkan melalui tiga cara utama :
1. Insufisiensi pemasukan H2O, seperti yang terjadi pada perjalanan di gurun pasir atau
kesulitan menelan
2.Pengeluaran H2O yang berlebihan, seperti yang dapat terjadi pada berkeringat, muntah,
atau diare berlebihan (meskipun baik H2O maupun zat terlarut keluar selama keadaan-
keadaan ini, H2O relatif lebih banyak hilang sehingga zat terlarut yang tertinggal menjadi
lebih pekat)
3.Diabetes inspidus, penyakit yang ditandai oleh defisiensi vasopressin
Hipotonisitas CES biasanya berkaitan dengan hidrasi berlebihan (yaitu, kelebihan H2O
bebas). Ketika terjadi keseimbangan H2O positif, CES menjadi lebih encer daripada normal.
Selama hipotonisitas CES, sel membengkak karena kemasukan H2O.Penyebab hipotonisitas
(hidrasi berlebihan) Setiap surplus H2O bebas biasanya segera diekskresikan diurine
sehingga hipotonisitas biasanya tidak terjadi. Namun, hipotonisitas dapat timbul melalui tiga
cara:
Pasien dengan gagal ginjal yang tidak dapat mengekskresikan urine encer mengalami
hipotonisitas jika mereka mengonsumsi lebih banyak H2O daripada zat terlarut.
Hipotonisitas dapat terjadi secara sementara pada orang sehat jika H2O masuk secara cepat
dalam jumlah sedemikian besar sehingga ginjal tidak dapat berespons dengan cepat untuk
mengeluarkan kelebihan H2O.
27
Hipotonisitas dapat terjadi ketika tubuh menahan kelebihan H2O tanpa zat terlarut akibat
sindrom sekresi vasopresin yang tidak sesuai (syndrome of inappropriate secretion of
vasopressin).
28
VI. KERANGKA KONSEP
a. Metode
a. HCO3 rendah
Asidosis Metabolik Henderson-
b. Na rendah
Hasselbalch
c. pCO2 rendah
b. Metode Fenci
Stewart
Diberi air manis dan makanan,
minum air putih yang cukup , dan
istirahat selama beberapa jam
Segar kembali
VII. KESIMPULAN
Tn. Rohingya laki-laki 30 tahun merasa pusing, haus, lemas, dan bekeringat dingin serta
tekanan darah rendah, denyut nadi tinggi, pH darah rendah, dan natrium rendah mengalami
asidosis metabolik.
29
VIII. DAFTAR PUSTAKA
30