Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, klamidia, alergi, toksik, maupun iritasi1,2.
terutama kornea. 3
Ada 3 bagian :
1. Konjungtiva palpebrae = konjungtiva tarsalis
2. Konjunctiva forniks
3. Konjunctiva bulbi.4
Gambar 2. Struktur anatomi dari conjungtiva
th
Dikutip dari Khurana AK. Disease of The Conjunctiva. Dalam: Comprehensive Ophthalmology. 4 edition. New Delhi:
New Age International(P) Limited; 2007
1. Konjungtiva Palpebra
Hubungannya dengan tarsus sangat erat. Gambaran dari glandula
Meiboom yang ada di dalamnya, tampak membayang sebagai garis sejajar
berwarna putih. Permukaan licin, dicelah konjunctiva terdapat kelenjar Henle.
Histologis : terdiri dari sel epitel silindris. Di bawahnya, stroma dengan bentuk
adenoid dengan banyak pembuluh getah bening.3
2. Konjungtiva Forniks
Strukturnya sama dengan konjungtiva palbebrae. Tetapi hubungan
dengan jaringan di bawahnya lebih lemah dan membentuk lekukan-lekukan.
Juga mengandung banyak pembuluh darah. Oleh karena itu, pembengkakan
pada tempat ini mudah terjadi, bila terdapat peradangan mata. Dengan berkelok-
keloknya konjungtiva ini, pergerakan mata menjadi lebih mudah. Dibawah
konjungtiva forniks superior terdapat glandula lakrimal dari Kraus. Melalui
konjungtiva forniks superior juga terdapat muara saluran air mata.3
3. Konjungtiva bulbi.
Menutupi sebagian permukaan anterior bola mata. Terpisah dari sklera
anterior oleh jaringan episklera dan kapsula Tenon. Tepian sepanjang 3mm dari
konjungtiva bulbar disekitar kornea disebut dengan konjungtiva limbal. Pada
area limbus, konjungtiva, kapsula Tenon, dan jaringan episklera bergabung
menjadi jaringan padat yang terikat secara kuat pada pertemuan korneosklera
di bawahnya. Pada limbus, epitel konjungtiva menjadi berlanjut seperti yang
ada pada kornea.
Lapisan epitel konjungtiva tediri dari dua hingga lima lapisan sel epitel silinder
bertingkat,superfisial dan basal. Sel epitel superfisial mengandung sel goblet bulat atau
oval yang mensekresi mukus. Mukus yang mendorong inti sel goblet ke tepi dan
diperlukan untuk dispersi lapisan air mata secara merata diseluruh prekornea. Stroma
konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superfisial) dan satu lapisan fibrosa
(profundal). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan dibeberapa tempat
dapat mengandung struktur semacam folikel tanpa stratum germativum.3
Konjungtiva palpebra dan forniks disuplai oleh cabang dari arcade arteri
periferal dan merginal kelopak mata. Konjungtiva bulbar disuplai oleh dua set
pembuluh darah: arteri konjungtiva posterior yang merupakan cabang dari arcade arteri
kelopak mata; dan arteri konjungtiva anterior yang merupakan cabang dari arteri siliaris
anterior. Cabang terminal dari arteri konjungtiva posterior beranastomose dengan arteri
konjungtiva anterior untuk membentuk pleksus perikornea.3
Persyarafan berasal dari N.V (I), yang berakhir sebagai ujung-ujung yang lepas
terutama dibagian palpebral. Pembuluh getah bening terdapat banyak sekali.
2.3 Patofisiologi
Konjungtiva selalu berhubungan dengan dunia luar. Kemungkinan konjungtiva
terinfeksi dengan mikroorganisme sangat besar. Pertahanan Konjungtiva terutama oleh
karena adanya tear film atau lapisan air mata pada konjungtiva yang berfungsi untuk
melarutkan kotoran-kotoran dan bahan-bahan yang toksik kemudian mengalirkan
melalui saluran lakrimalis ke meatus nasi inferior.Lapisan air mata mengandung beta
lisin, lisosim, IgA, dan IgG yang berfungsi untuk menghambat pertumbuhan kuman.4
2. Discharge
Discharge atau sekret berasal dari eksudasi sel-sel radang. Kualitas dan
sifat alamiah eksudat (mukoid, purulen, berair, ropy, atau berdarah) tergantung
dari etiologinya.5
3. Chemosis
Adanya Chemosis atau edema konjungtiva mengarahkan kita secara
kuat pada konjungtivitis alergik akut tetapi dapat juga muncul pada
konjungtivitis gonokokal akut atau konjungtivitis meningokokal, dan
terutama pada konjungtivitis adenoviral. 5
9. Phlyctenules
Menggambarkan manifestasi lokal pada limbus karena alergi terhadap toxin yang
dihasilkan mikroorganisme. Phlyctenules dari konjungtiva pada mulanya terdiri dari
perivaskulitis dengan pengikatan limfositik pada pembuluh darah. Ketika berkembang
menjadi ulserasi dari konjungtiva, dasar ulkus mempunyai banyak leukosit
polimorfonuklear.5
10. Formasi pannus
Pertumbuhan konjungtiva atau pembuluh darah diantara lapisan Bowman dan
epitel kornea atau pada stroma yang lebih dalam. Edema stroma, yang mana
menyebabkan pembengkakan dan memisahkan lamela kolagen, memfasilitasi
terjadinya invasi pembuluh darah.5
2.7 Klasifikasi
Berdasarkan penyebab terjadinya, konjungtivitis dapat dibagi menjadi: (1) konjungtivitis
bakterial, (2) konjungtivitis viral (3) konjungtivitis alergi.
A. Konjungtivitis Bakterial
1. Konjungtivitis katarrhalis :
akut
subakut
kronis
2. Konjungtivitis purulenta
3. Konjungtivitis membranacea
B. Konjungtivitis Viral :
1. Inclussion Conjunctivitis
2. Keratokonjungtivitis epidemika
3. Pharyngo Conjungtivitis Fever
4. Konjungtivitis Hemoragik akut
5. Konjungtivitis New Castle Desease
C. Konjungtivitis alergi :
1. Konjungtivitis flikenularis
2. Konjungtivitis vernal
Keluhan :
1. Terasa seperti ada pasir atau ada benda asing dimata
2. Fotofobia
3. Bila terdapat secret yang menempel dikornea, dapat menimbulkan kemunduran visus
atau melihat halo (warna pelangi sekitar lampu)
4. Lakrimasi
5. Blefarospasme (mata sukar dibuka)
Gejala objektif :
Palpebral edema, konjungtiva palpebral merah, kasar, seperti beludru karena ada edema
dan infiltrasi. Konjungtiv bulbi injeksi konjungtiva banyak, kemosis, dapat ditemukan
pseudomembran pada infeksi dengan pneumokok. Kadang disertai perdarahan subkonjungtica
kecil-kecil baik di konjungtiva palpebrae maupun konjungtiva bulbi, yang biasanya disebabkan
pneumokokus atau virus. Blefarospasme, secret mucous, mukopurulen. Dapat disertai blefaritis,
bahkan kadang-kadang ulkus kornea marginal, keratitis pungtata superfisialis, ulkus kornea
dengan atau tanpa hipopion dapat terjadi peradangan akibat pneumokok. Konjungtivitis kataral
akut kadang-kadang dapat sembuh sendiri oleh resistensi tubuh setelah 1-2 minggu.
Pengobatan :
Jagalah kebersihan mata yang baik. Berikan antibiotika lokal dan sistemik, setelah secret
dibersihkan. Lokal dapat diberikan sebagai tetes atau salep seperti : tetramisin, achromisin,
kemicytin, neomycin, garamycin dsb, atau obat yang mengandung kemoterapeutika seperti
sulfasetamid. Minimal diberikan 3 kali sehari. Salep mata dapat inggal di dalam mata selama 3
jam, tetapi dapat menutupi kornea, sehingga penglihatan terganggu. Karena itu obat tetes dapat
diberikan pada siang hari, sedangkan pada malam hari diberikan salep mata. Mata tak boleh
ditutup, oleh karena banyak secret. Kalau ada ulkus kornea, ditambah dengan sulfas atropine 1%
2-3 tetes sehari. Keadaan umum diperbaiki. Lebih menguntungkan bila diketahui kuman
penyebabnya dari tes resistensi sehingga pengobatan dapat diberikan lebih terarah lagi. Pada
infeksi virus diberikan sulfasetamid, obat antivirus I.D.U diberikan pada infeksi dengan herpes
simpleks.
Penyulit yang sering terjadi, berupa ulkus kornea sebelah atas, yang dimulai dengan
infiltrate, kemudian pecah menjadi ulkus. Bisa terjadi pada stadium I atau II, dimana terdapat
blefarospasme dengan pembentukan secret yang banyak sehingga secret menumpuk dibawah
konjungtiva palpebral superior, ditambah lagi kuman gonokok mempunyai enzim proteolitik
yang merusak kornea dan hidupnya intraseluler sehingga dapat menimbulkan keratitis, tanpa
didahului kerusakan epitel kornea. Ulkus dapat cepat menimbulkan perforasi, menimbulkan
endoftalmitis, panoftalmi dan dapat berakhir dengan ptisis bulbi. Oleh karena itu setiap
konjungtivitis gonore harus diperhatikan korneanya, sehingga bila terdapat kelainan dapat cepat
diobati dengan tepat.
Pada pemeriksaan mikroskopik dapat dilihat diplokokus yang intraseluler, didalam sel
epitel dan leukosit, disamping diplokokus yang ekstraseluler. Adanya gonokok ekstraseluler
menunjukkan prosesnya sudah menahun. Morfologi dari gonokok sama dengan meningokok,
untuk membedakannya dilakukan tes maltose.
Pengobatan :
Penderita dirawat di kamar isolasi
Mata dibersihkan setiap ¼ jam dengan kapas basah, lalu diberi salep mata penisilin. Kalau
sudah agak tenang, diberikan tiap jam.
Penisilin tetes mata diberikan dalam bentuk larutan penisilin G 10.000-20.000 unit/ ml
setiap menit sampai 30 menit. Kemudian salep mata diberikan setiap 5 menit selama 30
menit. Disusul dengan pemberian salep mata penisilin setia jam selama 3 hari.
Sistemik : penisilin 50.000 U/kg BB, intramuskuler atau sulfa peroral
Jika setelah 3 hari berturut-turut pemeriksaan menunjukkan gonokok (-), baru penderita
boleh dipulangkan
Jika ada kelainan kornea, ditambah dengan sulfas atropine ½% 3 kali sehari satu tetes.
1. Non Farmakologi
Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana
cara menghindari kontaminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Perawat dapat memberikan
intruksi pada pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata yang
sehat, mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain lap,
handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah untuk membersihkan mata yang sakit.
2. Farmakologi
Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bakterial tergantung temuan agen
mikrobiologinya. Sebelum mendapatkan hasil kultur bakteri penyebab konjugtivitis dilakukan
penatalaksanaan terapi empirik.3 Terapi sistemik diberikan pada pasien dengan infeksi N.
gonorrhoeae and N. meningitidis. Norfloxacin 1.2 gm sehari selama 5 hari, Cefoxitim 1.0 gm or
cefotaxime 500 mg. IV atau ceftriaxone 1.0 gm IM perhari selama 5 hari, atau Spectinomycin 2.0
gm IM selama 3 hari.1 Antibiotik topikal seperti tetes mata chloramphenicol (1%), gentamycin
(0.3%) atau framycetin 3-4 kali sehari. bila tidak merespon dapat diberikan antibiotik topikal
seperti ciprofloxacin (0.3%), ofloxacin (0.3%) atau gatifloxacin (0.3%).1,10
Irigasi conjunctival dengan larutan garam fisiologis dua kali suatu sehari membantu
dengan pemindahan material yang mengganggu. pemberian Anti-Inflammatory dan obat
penghilang sakit seperti ibuprofen dan paracetamol dapat diberi selama 2-3 hari untuk
mengurangi keluhan yang dialami pasien. Pemberian steroids tidak direkomendasikankarena
dapat memperberat infeksi ke jaringan kornea.1
Prognosis
Konjungtivitis bakterial umumnya baik dan dapat sembuh sendiri tanpa penobatan yang
berlangsung 10-14 hari dan jika diobati berlangsung 1-3 hari. Penyulit konjungtivitis yang
disebabkan oleh golongan gonokokus karena dapat masuk ke dalam darahyang menyebabkan
septikemia dan meningitis. Konjungtivitis bakterial menahun mungkin tidak dapat sembuh
sendiri dan menjadi masalah pengobatan yang menyulitkan.1
Terapi
Kasus ringan : terapi edukasi (menghindari allergen, kompres dingin, ruangan sejuk,
lubrikasi, salep mata), pemberian antihistamin (topical levokabastin, emestadine), vasokonstriktor
(phenileprine, tetrahidrolozine), mast cell stabilizer (cromolin sodium 4% alomide)
Kasus sedang-berat : mast cell stabilizer (cromolin sodium 4% alomide), antiinflamasi
steroid topika (ketorolac 0,5%), kortikosteroid topical atau agen modulator siklosporin. Pada
pasien denga sheld ulcer bias diberikan sikloplegik yang agresif (atropine 1%, homatropin 5%,
atau skopolamin 0,25%) dan antibiotic topikal
Dapat diberikan antihistamin sistemik.8