Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
U
UNIVERSI
ITAS IND
DONESIA
HUBUNG
GAN WAR
RNA GIG
GI INSISIF
F SENTRA
AL RAHA
ANG ATA
AS
DENGAN USIIA, JENIS KELAMIIN DAN W
WARNA KULIT
K
(Analisis Value Menggunakaan Spektroofotometerr)
TESIS
HEN
NNY SUSA
ANTY
1
100.6785.6
641
F
FAKULTA S KEDOKT
TERAN GIG
GI
PROGRAM
M PENDIDIIKAN DOK
KTER GIGII SPESIALIIS
D
DEPARTEM
MEN PROS
STODONSIIA
JAKARTA
A
JUNI 2014
4
HUBUN
NGAN WA
ARNA GIIGI INSIS
SIF SENTR
RAL RAH
HANG
ATAS
S DENGAN USIA, JJENIS KE
ELAMIN DAN
D WAR
RNA
KULIT
(A
Analisis Value
V Menggunakan
n Spektroffotometer))
TESIS
Diajuka
an sebagai salah
s satu syyarat untuk
k memperolleh gelar Sp
pesialis
Prostodonsiaa
HALA
AMAN JUD
DUL
HENN
NY SUSAN
NTY
1000.6785.641
FA
AKULTAS KEDOKTE
ERAN GIGI
PROGRAM
P PENDIDIK
KAN DOKT
TER GIGI S
SPESIALIS
S
DE
EPARTEM
MEN PROST
TODONSIA
A
JJAKARTA
J
JUNI 2014
KATA PENGANTAR
Hanya oleh kasih dan karuniaMu, penulis dapat menyelesaikan tesis ini serta
seluruh persyaratan untuk menyelesaikan program pendidikan dokter gigi
spesialis dibidang prostodonsia. Sekalipun tesis ini ditulis dalam waktu yang
cukup singkat, tetapi penulis belajar dan mendapatkan banyak hal baru yang
nantinya kelak akan berguna bagi penulis baik sebagai profesional maupun
manusia biasa. Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk menyelesaikan program pendidikan dokter gigi spesialis bagian
Prostodonsia di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Penulis
menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, saya tidak
akan dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan baik. Untuk itu, pada
kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. drg. Farisza Gita, Sp. Pros (K) sebagai pembimbing pertama, Ketua Program
Studi spesialis Prostodonsia dan Pembimbing Akademis yang dengan
kesabaran selalu memberikan motivasi serta meluangkan waktu untuk
membimbing penulisan tesis ini dan yang membantu penulis dalam
menyelesaikan tugas akademis sehingga dapat menyelesaikan dengan baik.
2. Prof. Dr.Lindawati Kusdhany, drg., Sp. Pros (K) sebagai pembimbing kedua
dan pembimbing metodelogi penulisan dan analisa statistik yang telah
membimbing, memotivasi serta sabar dalam membimbing penulisan tesis ini.
3. drg. Roselani W. Odang, Sp. Pros (K) sebagai ketua tim penguji yang telah
memberikan pengarahan, kritik dan saran untuk memperbaiki dan
mengembangkan tesis ini.
4. drg.Chaidar Masulili, Sp. Pros (K) sebagai anggota tim penguji yang telah
memberikan pengarahan, kritik dan tanggapan untuk memperbaiki dan
mengembangkan tesis ini.
iv
5. drg. Muslita Indrasari, M.Kes, Sp. Pros (K) sebagai Kepala Departemen
Prostodonsia FKG UI dan anggota tim penguji yang memberikan arahan,
tanggapan dan kritik untuk menyempurnakan hasil tesis ini.
6. drg. Henni Koesmaningati, Sp. Pros (K) sebagai Sekretaris Departemen
Prostodonsia FKG UI.
7. drg. Sitti Fardaniah, Sp. Pros (K) yang menyemangati penulis selama
mengikuti Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Prostodonsia.
8. Seluruh staf pengajar Departemen Prostodonsia FKG UI yang tidak dapat
disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam melaksanakan studi, baik
dalam membuka wawasan maupun pengenalan teori dan teknik dalam masa
pendidikan spesialis prostodonsia yang penulis jalani.
9. Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Program Pendidikan
Dokter Gigi Spesialis Prostodonsia.
10. Rekan-rekan PPDGS Prostodonsia angkatan 2010 : Ami, Anggia, Astari,
Pinta, David, Dony, Siwan, dan Syahrial yang telah menyemangati, membantu
penulis selama menjalankan pendidikan.
11. Kepala Perpustakaan FKG UI beserta seluruh karyawan yang telah membantu
mendapatkan kepustakaan yang dibutuhkan dalam penulisan tesis serta
mengizinkan dalam menggunakan fasilitas perpustakaan.
12. Seluruh anggota staf dan klinik Prostodonsia, yaitu pak Suroto, Bapak Rapin,
mas Jarot, mbak Titin serta Mas Fadil yang telah membantu selama
menjalankan pendidikan.
13. Papa, Mama, yang tercinta Rene dan Jessica, Reni, Chandra, Ferdi, Gina, dan
keponakan Fei dan Stefy yang telah memberikan cinta, dukungan, kesabaran,
serta doa yang tulus dalam kehidupan penulis selama ini sehingga dapat
menyelesaikan tesis dan pendidikan.
14. Rekan klinik Eric, Arie, Monique, Dita, Ika, Devi, Sari, Zai, Enno, Ina, Fahmi,
Riri yang selalu menyemangati dan mendoakan penulis selama menjalankan
pendidikan.
15. Ms. Felicia Kor, Bu Susyana Suwadie dan tim M3i yang telah mendukung
penulis untuk menjalankan progam pendidikan spesialis.
v
Dalam kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan
semua pihak yang membantu. Penulis berharap semoga tesis ini dapat menjadi
berguna bagi ilmu kedokteran gigi khususnya dalam bidang Prostodonsia. Dengan
demikian kita sebagai profesi dokter gigi dapat lebih meningkat hasil perawatan.
Henny Susanty
vi
ABSTRAK
Kata kunci: Warna gigi, spektrofotometer, usia, jenis kelamin, warna kulit
viii
Universitas Indonesia
ABSTRACT
ix
Universitas Indonesia
x Universitas Indonesia
Gambar 5.4 Distribusi warna gigi insisif sentral, insisif lateral dan kaninus
berdasarkan value............................................................................. 28
Gambar 5.5 Kartu penentuan elemen warna gigi tiruan penuh berdasarkan
usia............. 31
Tabel 5.2 Perbedaan warna gigi anterior berdasarkan kelompok usia, jenis
kelamin dan warna kulit..................................................................... 29
DAFTAR LAMPIRAN
Tooth shade guide sangat penting untuk menyamakan warna gigi asli yang
hilang dengan restorasi yang akan digantikan. Metode yang biasa digunakan
untuk menyesuaikan warna dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu
metode visual (konvensional) dan alat digital.2, 3 Sebelumnya untuk menentukan
warna gigi dilakukan dengan menyamakan warna pada shade guide dengan warna
gigi. Penggunaan shade guide konvensional yang tidak sempurna untuk
menentukan warna gigi dapat mengakibatkan penentuan warna yang tidak
konsisten.2, 4 Menurut Chu, et al. penggunaan shade guide dengan metode visual
mempunyai kekurangan yaitu adanya subyektifitas penglihatan manusia, kedua
mata menerima warna yang sedikit berbeda.5 Faktor lain yaitu umur, jenis
kelamin, pengalaman operator, kelelahan mata operator, adanya defek penglihatan
warna dari operator, sumber cahaya yang digunakan, posisi pasien dan latar
belakang warna.1 Pengembangan terkini alat penentuan warna telah
mengeliminasi subyektifitas dari penyesuaian warna secara visual.
Spektrofotometer adalah alat untuk evaluasi penentuan warna. Alat digital ini
yaitu dengan mengukur jumlah cahaya yang terefleksi oleh objek pada jarak 1
sampai 25 nm sehingga dapat menghasilkan penentuan warna secara akurat dan
mengurangi subyektifitas penyesuaian warna yang ditentukan secara visual.4
Menurut penelitian Chen, et al. setelah mengevaluasi 26 penelitian tentang
perbedaan metode untuk mendapatkan, warna gigi didapatkan hasil bahwa
spektrofotometer adalah alat yang paling akurat untuk mendapatkan warna gigi.4
1 Universitas Indonesia
Menurut Sharma, et al., Herekar, et al. dan Jahangiri, et al., faktor usia,
jenis kelamin dan warna kulit menjadi pertimbangan dalam penentuan warna
elemen gigi tiruan terutama pada daerah anterior yang membutuhkan estetika
yang lebih baik.11, 12 Informasi mengenai hubungan antara warna gigi dan faktor
usia, jenis kelamin serta warna kulit masih terbatas. Persepsi di antara dokter gigi
menyatakan bahwa individu yang berkulit gelap mempunyai gigi berwarna
terang.9, 11-13
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa proses menua
mempengaruhi warna gigi yaitu menjadi lebih gelap. Sedangkan wanita
mempunyai warna gigi lebih terang dibandingkan pria.9, 11, 12, 14, 15 Namun pada
umumnya pada penelitian-penelitian tersebut menggunakan penentuan warna
gigi-gigi dengan shade guide konvensional, belum ada yang menggunakan
spektrofotometer.
Universitas Indonesia
1. Apakah ada perbedaan warna antara insisif sentral, insisif lateral dan
kaninus rahang atas?
2. Bagaimana hubungan warna gigi insisif sentral rahang atas berdasarkan
kelompok usia, jenis kelamin dan warna kulit?
1.2.2 Pertanyaan Khusus
1. Apakah ada hubungan warna gigi insisif sentral rahang atas antar
kelompok usia?
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Warna
Objek dengan tekstur dan komposisi yang berbeda akan menyerap dan
memantulkan sinar dalam derajat tertentu. Pertama kali Issac Newton
mendapatkan gambaran bahwa dengan melewatkan sinar tunggal cahaya putih
yang melalui prisma akan terpecah menjadi variasi warna yaitu biru murni, merah
murni dan kuning murni dengan gradasi diantaranya yang disebut spektrum.17
Pada dunia kedokteran gigi kita harus mengetahui tentang pigmen warna
untuk mendapatkan restorasi yang estetik. Warna primer adalah warna yang tidak
akan didapat dengan mencampurkan warna lain. Yang termasuk warna primer
adalah merah kuning dan biru.18 Warna sekunder didapatkan dengan mencampur
dua warna primer. Contoh pencampuran dari warna primer merah dengan warna
primer kuning akan menghasilkan warna jingga.18 Bila warna primer dan
sekunder disusun pada suatu bentuk roda warna atau lingkaran maka warna yang
secara langsung berlawanan satu sama lain dalam roda warna disebut warna
komplemen.19
6 Universitas Indonesia
Hue adalah apa yang umum disebut kualitas warna yang membedakan
warna satu dengan yang lain.9 Hue berhubungan erat dengan panjang gelombang
fisik cahaya. Warna gigi biasanya mempunyai hue pada kisaran kuning dan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pada gigi anterior biasanya sedikit terlihat ada perbedaan warna karena
posisi pada lengkung rahang lebih kedepan. Gigi insisif sentral berwarna lebih
terang dibandingkan gigi kaninus yang terlihat lebih kemerahan, kekuningan
dengan chroma warna yang lebih tinggi.21
Pada warna gigi juga terdapat gradasi dari daerah servikal ke arah insisal.
Warna pada servikal dipengaruhi dari pantulan cahaya gingiva sedangkan warna
pada insisal yang lebih translusen dapat dipengaruhi cahaya dari latar belakang
rongga mulut. Oleh karena itu untuk penelitian maka direkomendasikan oleh
beberapa peneliti bahwa bagian sepertiga tengah gigi dianggap dapat mewakili
warna gigi. 9, 13, 21
2.3.1 Usia
Universitas Indonesia
Klasifikasi tipe kulit Fitzpatrick dikembangkan sejak tahun 1975, sistem ini
mengklasifikasikan 6 warna kulit.1
Untuk jenis kelamin menurut Jahangiri, et al., Herekar, et al.dan Sharma et al.
ditemukan bahwa wanita mempunyai warna gigi lebih terang dibandingkan pria.9,
11, 12, 15
Shade tabs dapat disusun berdasarkan value dari terang ke gelap dengan urutan:
B1, A1, B2, D2, A2,C1, C2, D4, A3, D3, B3, A3,5, B4, C3, A4, C4. Walaupun
banyak yang menggunakan shade guide ini namun beberapa penelitian
menunjukkan hasil yang tidak konsisten dari penggunaan skala value karena
jumlah warna shade guide tidak mencukupi untuk penentuan warna gigi asli.5, 21
Universitas Indonesia
G
Gambar 2.4 Vaalue shade guidde 3 dimensi.26
Padaa shade guidde 3 dimensii terdapat 266 shade tabss. Cara mem
mbaca hasil
p
pada penenttuan warna yaitu
y angka pertama padda kode shadde guide meenunjukkan
v
value, makin tinggi nillai tersebut maka warnaa pada shadde guide maakin gelap.
K
Kode huruff menunjuk
kkan hue, L berarti berwarna
b kuuning, M merupakan
m
p
pertengahan
n warna kun
ning dan meerah sedanggkan R adallah warna kemerahan.
k
A
Angka terak
khir pada shaade tab menuunjukkan chhroma, makiin tinggi nilaainya maka
m
makin tinggii chroma.26
2
2.4.3 Spektrrofotometer
Universitas
s Indonesia
Untuk Indonesia,nama dagang dari elemen gigi tiruan akrilik yang umum
dijumpai di pasaran yaitu Ortolux, New Ace dan Ivostar. Warna yang tersedia dari
Ortolux adalah A1, A2, A3, A3,5, A4, B2, B4, C1, C2, D4 sedangkan warna
yang tersedia pada New Ace dan Ivostar tersedia 16 warna lengkap standard.
Untuk menyamakan warna antara shade guide gigi tiruan shade guide 3
dimensi maka diperlukan adanya tabel konversi dari Vita.26 Tabel konversi Vita
berguna untuk menyamakan warna antara berbagai macam shade guide. Konversi
dilakukan dengan melihat baris dari tabel sesuai warna shade guide awal yang di
pakai, misalnya bila dengan shade guide 3 dimensi didapatkan hasil warna 2M2
maka sama dengan warna A2 pada standard shade guide.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
1,2,4,5,6,7,8,10,11
Pasien tidak bergigi
Pasien bergigi
Usia 11,12,14,15,22,23,24
Spektrofotometer
4,5, 26 ,27,28,29
Jenis Kelamin 9, 11,12,14,15
1,9, 11,12,13
Warna kulit
Warna gigi asli
7,9,10,11,12,25,30
Warna elemen gigi tiruan
17,18,19,20,21,
Hue, Chroma, Value
Universitas Indonesia
Usia Warna geligi anterior atas
(diwakili gigi Insisif sentral)
Jenis Kelamin
ditentukan dengan
Warna Kulit spektrofotometer
Kerangka konsep pada penelitian ini adalah faktor usia, jenis kelamin dan
warna kulit dapat mempengaruhi penentuan warna gigi. Eratnya kaitan warna
dengan estetik maka diwakili dengan gigi insisif rahang atas.
3.2 Hipotesis
1. Terdapat perbedaan warna antara insisif sentral, insisif lateral dan kaninus
rahang atas.
2. Terdapat hubungan warna gigi insisif sentral rahang atas berdasarkan
kelompok usia, jenis kelamin dan warna kulit.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Dengan demikian,
n=
P1 – P2
Kriteria Inklusi
Berusia 18 tahun ke atas
22 Universitas Indonesia
Kriteria Eksklusi
Analisis Univariat, untuk mengetahui distribusi kelompok usia, jenis kelamin dan
warna kulit, dan juga hasil penentuan warna gigi dengan menggunakan
spektrofotometer.
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan warna gigi insisif
sentral, insisif lateral dan kaninus serta untuk mengevaluasi hubungan usia, jenis
kelamin, warna kulit dengan warna gigi.
↓
Menjelaskan tahap penelitian yang akan dilakukan
↓
Meminta kesediaan subjek untuk mengikuti penelitian dengan menandatangani
informed consent dan mengisi data pribadi
↓
Universitas Indonesia
Penelitian ini telah diajukan ke komisi etik dan telah disetujui pada tanggal
2 Januari 2014 dengan nomor 2/Ethical Clearence/FKGUI/IV/2014.
Universitas Indonesia
HASIL
Kelompok usia
Remaja 15 17,9
Dewasa 29 34.5
Jenis kelamin
Perempuan 42 50
Laki-laki 42 50
Warna kulit
Tipe 3 34 40,5
Tipe 4 50 59,5
40 35,7% 35,7%
34,5%
30
24,4%
20,7%
20 17,1%
10
0
A1 A2 A3 A4 B1 B2 B3 C1 C2 C3 D2 D3 D4
Remaja Dewasa Pralansia dan lansia
Gambar 5.1 Distribusi warna gigi berdasarkan kelompok usia.
Untuk kelompok usia remaja didapatkan distribusi warna yang terbanyak
adalah pada value terang yaitu pada warna A1 dan B2 sebanyak 35,7 persen. Pada
gambar 5.1 terlihat distribusi warna gigi hanya ada di A1, A2, A3 dan B2
Universitas Indonesia
40 33,,3%
28,6%
30
19% 19%
20 Perem
mpuan
10 Laki‐laaki
0
A1
A A3 B1 B3 C2 D2
2 D4
Gambar 5.2 Distribusi w
warna gigi berd
dasarkan jenis kkelamin.
Untuuk jenis kelamin perem
mpuan didap
patkan hasil distribusi warna
w gigi
y
yang terbany
yak adalah warna
w A1 sebbanyak 33,3 persen dan warna B2 seebanyak 19
p
persen. .
Dari hasil penenntuan warna pada jenis kelamin lakki-laki didapatkan hasil
d
distribusi waarna gigi yaang terbanyaak adalah waarna B2 sebaanyak 28,6 persen dan
w
warna A3 seebanyak 19 persen.
p
80
70
60
50
40 Gigi I1
34,5 32,1%
30 Gigi I2
26,2%
% Gigi C
20
10
0
paling
1 ( p 2 (tterang) 3
3 ( agak 4
4 (gelap) 5 ( paling
terrang) tterang) gelap)
Gambar 5.3
5 Distribusi warna gigi berrdasarkan warnna kulit.
Universitas
s Indonesia
80
70
60
50
40 Gigi I1
30 Gigi I2
Gigi C
20
10
0
1 ( paling 2 (terang) 3 ( agak terang) 4 (gelap) 5 ( paling gelap)
terang)
Gambar 5.4 Distribusi warna gigi Insisif sentral, insisif lateral dan kaninus berdasarkan value.
Pada gambar 5.4 terlihat gambaran distribusi warna gigi insisif sentral,
insisif lateral dan kaninus yang diukur dengan menggunakan spektrofotometer.
Dari 84 subjek terlihat hasil yang menunjukkan bahwa kecenderungan warna
gigi insisif sentral didapatkan dari paling terang 6% dan yang terbanyak adalah
warna terang sebanyak 66,7%. Pada warna insisif lateral tidak terdapat warna
paling terang, warna paling banyak didapatkan adalah warna terang sebanyak
Universitas Indonesia
Setelah itu pada penentuan warna gigi yang terdapat 5 value dibuat
menjadi 2 kelompok warna gigi (terang dan gelap) untuk analisis bivariat, warna
gigi dengan value 1 dan 2 menjadi value terang sedangkan warna gigi dengan
value 3 sampai 5 menjadi kategori value gelap.
Tabel 5.2 Perbedaan warna gigi anterior berdasarkan kelompok usia, jenis kelamin dan warna
kulit
Terang Gelap N p
Kelompok Usia
Remaja 11 4 15 0,024*
Dewasa 26 3 29
Pra-lansia dan 24 16 40
lansia
Jenis kelamin
Perempuan 31 11 42 0,807
Laki-laki 30 12 42
Universitas Indonesia
Tipe 3 21 13 34 0,066
Tipe 4 40 10 50
Keterangan:
*Bermakna (p<0.05)
Pada tabel 5.2, pada penentuan warna gigi berdasarkan usia didapatkan
hasil p 0,024 dimana p<0,05 yang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna
antara usia dengan perbedaan warna gigi. Pada kelompok remaja warna gigi
banyak pada kategori terang yaitu pada value 1 dan 2 sedangkan pada lansia
terjadi peningkatan pada warna gigi kategori gelap yaitu pada value 3,4 dan 5.
Hasil penelitian pada jenis kelamin perempuan yang berwarna gigi terang
31 dari 42 yaitu sekitar 73,8 persen sedangkan pada jenis kelamin laki-laki yang
berwarna gigi terang sekitar 30 orang dari 42 yaitu sekitar 71,4 persen. Dari hasil
uji chi-square didapatkan p 0,807 dimana p> 0,005 yang menunjukkan tidak ada
hubungan antara jenis kelamin terhadap penentuan warna gigi.
Pada tabel 5.2 terlihat subjek dengan warna kulit tipe 4 yang mempunyai
gigi dengan value yang terang sebanyak 40 subjek yaitu sebesar 80 persen lebih
banyak dari warna kulit tipe 3 dengan gigi yang mempunyai value terang
sebanyak 21 subjek yaitu sebesar 61,7 persen. Namun dari hasil uji Chi-Square
didapatkan p 0,066 dimana p>0,05 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
warna kulit dalam penentuan warna gigi.
Gambar 5.5 Kartu penentuan elemen warna gigi tiruan penuh berdasarkan usia.
Universitas Indonesia
PEMBAHASAN
` Pada penelitian ini terdapat perbedaan warna gigi yang bermakna antara
gigi insisif sentral, insisif lateral dan kaninus. Sampai saat ini warna satu set
elemen gigi tiruan akrilik yang dijual tidak berbeda antara gigi geligi satu dengan
yang lain. Untuk didapatkan hasil gigi tiruan penuh yang tampak lebih alami
diharapkan warna gigi dapat lebih disesuaikan terutama pada bagian anterior.
Karena penelitian ini bertujuan untuk pemilihan warna gigi pada pasien
tidak bergigi dimana gigi tiruan biasanya mempunyai warna yang sama maka gigi
Universitas Indonesia
Untuk aplikasi klinis dari hasil penelitian ini dibuat kartu pedoman untuk
penentuan warna gigi tiruan penuh berdasarkan usia, dengan cara menentukan 2
pilihan warna gigi berdasarkan usia. Pada pasien diperlihatkan dua pilihan warna
dengan shade guide atau dapat juga dengan menyusun elemen gigi anterior yang
dibagi menjadi dua pilihan warna yang berbeda sesuai dengan usia. Setelah pasien
mencoba gigi tiruan malamnya, pasien dapat memilih warna elemen gigi tiruan
sesuai keinginan pasien dari dua warna tersebut.
Universitas Indonesia
KESIMPULAN
7.1 Kesimpulan
1. Terlihat gambaran distribusi warna gigi insisif sentral, insisif lateral dan
kaninus yang diukur dengan menggunakan spektrofotometer.
Kecenderungan value warna gigi insisif sentral dimulai dari warna paling
terang dengan yang terbanyak adalah warna terang. Sebaliknya gigi insisif
lateral warna yang paling banyak didapatkan adalah warna terang dan
diikuti dengan agak terang. Sedangkan pada warna gigi kaninus
didapatkan kecenderungan warna yang paling banyak adalah agak terang.
2. Adanya hubungan yang bermakna antara usia dengan perbedaan warna
gigi. Pada kelompok remaja warna gigi lebih banyak pada kategori terang
sedangkan pada lansia terjadi peningkatan pada warna gigi kategori gelap.
3. Terdapat perbedaan yang bermakna antara warna gigi insisif sentral,
insisif lateral dan kaninus. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin
menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap warna gigi.
4. Pada penelitian ini terlihat subjek dengan warna kulit tipe 4 mempunyai
value yang terang lebih banyak dari warna kulit tipe 3, namun tidak ada
hubungan warna kulit dalam warna gigi.
5. Panduan dalam pemilihan warna gigi tiruan usia remaja dan dewasa adalah
A1, B2, untuk usia pralansia dan lansia adalah A3, C3
7.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan oleh peneliti untuk penelitian selanjutnya
yaitu
Data hasil penelitian berguna untuk panduan pemilihan warna gigi tiruan
yang tersedia di pasaran dalam pembuatan gigi tiruan penuh sehingga
mendapatkan hasil yang estetis.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Kepada Yth,
Bapak/Ibu/Sdr.
Di tempat
Universitas Indonesia
Perlu Bapak/Ibu/Sdr ketahui bahwa surat kesediaan tersebut tidak mengikat dan
Bapak/Ibu/Sdr dapat mengundurkan diri dari penelitian ini kapan saja selama
penelitian berlangsung.
Jakarta, ____________2014
Henny Susanty
Universitas Indonesia
Saya dengan sadar dan tanpa paksaan bersedia berpartisipasi dalam penelitan
tersebut di atas.
Jakarta, __________2014
Universitas Indonesia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Warna Kulit
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Universitas Indonesia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Warna gigi I2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Warna gigi C
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Universitas Indonesia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Universitas Indonesia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Uji Kruskal-Wallis
Ranks
gelap 41 173.62
Total 252
a,b
Test Statistics
Gigi
Chi-Square 60.883
df 4
b. Grouping Variable:
Value
Universitas Indonesia
Uji Chi-Square
Crosstab
value warna I1
Dewasa Count 26 3 29
Total Count 61 23 84
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 84
Universitas Indonesia
Crosstab
value warna I1
laki-laki Count 30 12 42
Total Count 61 23 84
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 84
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,50.
Universitas Indonesia
Crosstab
value warna I1
tipe 4 Count 40 10 50
Total Count 61 23 84
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 84
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,31.
Universitas Indonesia