Sie sind auf Seite 1von 26

BAB 7

GAMBARAN UMUM SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

LATAR BELAKANG PERLUNYA SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

Kebutuhan akan adanya sistem akuntansi bagi pemda tidak terlepas dari perkembangan
peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pengelolaan keuangan daerah :

1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara


2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
3. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggungjawab Keuangan Negara
4. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
5. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
6. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah
Berbasis Akrual
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah

Secara garis besar, seluruh peraturan perundang-undangan di atas mengamanatkan bahwa


dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD), maka setiap Kepala Daerah harus menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). SAP diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor
71 tahun 2010 berisi pedoman yang harus diikuti dalam rangka penyusunan dan penyampaian
laporan keuangan bagi setiap pemda. Dalam PP 71 tahun 2010 tersebut disebutkan bahwa SAP
adalah prinsip-prinsip akuntansi yang harus diterapkan dalam menyusun dan menyajikan
laporan keuangan pemda. Latar belakang diperlukan sistem akuntansi bagi pemda adalah agar
dapat menyusun laporan keuangan yang sesuai dengan SAP dalam rangka perwujudan
pengelolaan keuangan daerah yang transparan dan akuntabel.
Sistem akuntansi pemerintah daerah (SAPD) secara terperinci telah diatur dalam Peraturan
Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 64 tahun 2013. Dalam pasal 5 Permendagri 64
tahun 2013 disebutkan bahwa SAPD memuat pilihan prosedur dan teknik akuntansi dalam
melakukan identifikasi transaksi, pencatatan pada jurnal, posting ke dalam buku besar,
penyusunan neraca saldo, serta penyajian laporan keuangan.

RUANG LINGKUP SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH (SAPD)

Berdasarkan Permendagri 64 tahun 2013, SAPD terdiri atas :

1. Sistem akuntansi Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD)


PPKD adalah kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) yang
mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak sebagai bendaharan
umum daerah.
2. Sistem akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
SKPD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna
anggaran/pengguna barang.

Sistem akuntansi Pemda harus diselenggarakan oleh SKPD dan PPKD. SKPD sebagai entitas
akuntansi menyusun 5 jenis laporan keuangan yaitu Laporan Realisasi Anggaran (LRA),
Neraca, Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), dan Catatan Atas
Laporan Keuangan (CaLK). PPKD kemudian akan melakukan konsolidasi laporan keuangan
SKPD sehingga bisa disusun 7 jenis laporan keuangan pemerintah daerah sebagai entitas
pelaporan yang meliputi Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Perubahan Saldo
Anggaran Lebih (SAL), Neraca, Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan Ekuitas
(LPE), Laporan Arus Kas (LAK), dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH

Aset = Kewajiban + Ekuitas (1)

Aset + Belanja/Beban = Kewajiban + Ekuitas + Pendapatan (2)

Aset + Belanja/Beban + Pengeluaran Pembiayaan = Kewajiban + Ekuitas + Pendapatan +


Penerimaan Pembiayaan (3)

Persamaan 1 dapat digunakan untuk entitas pemda meskipun ekuitas dalam konsep akuntansi
pemda berbeda dengan akuntansi komersial.
Persamaan 2 menambahkan akun Pendapatan (LRA dan/atau LO), Belanja (akun LRA), dan
akun Beban (akun Laporan Operasional).

Persamaan 2 dikembangkan menjadi persamaan 3 karena adanya transaksi pembiayaan pada


sistem akuntansi PPKD. Oleh karena itu, untuk pencatatan sistem akuntansi SKPD cukup
menggunakan persamaan 2, sedangkan untuk sistem akuntansi PPKD dan Pemda secara
keseluruhan menggunakan persamaan 3.

PELAKSANA SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

a. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah


Kepala Daerah (Gubernur/Walikota/Bupati) adalah pemegang kekuasaan pengelolaan
keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah
yang dipisahkan. Pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah mempunyai
kewenangan :
 Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD dan pengelolaan barang
daerah
 Menetapkan kuasa pengguna anggaran/pengguna barang serta bendahara
penerimaan dan atau pengeluaran
 Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan daerah
 Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan piutang
daerah
 Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik daerah
 Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas tagihan dan
memerintahkan pembayaran.
b. Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah
Sekretaris Daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah berkaitan dengan
peran dan fungsinya dalam membantu Kepala Daerah menyusun kebijakan dan
mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah termasuk
pengelolaan keuangan daerah. Sekretaris Daerah selaku koordinator pengelolaan
keuangan daerah mempunyai tugas koordinasi di bidang :
 Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan APBD dan barang daerah
 Penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD
 Penyusunan Raperda APBD, perubahan APBD dan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD
 Tugas-tugas perencana daerah; PPKD dan Pejabat Pengawas Keuangan Daerah
 Penyusunan laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjwaban
pelaksanaan APBD
c. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD)
Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) selaku PPKD mempunyai
tugas :
1. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan daerah
2. Menyusun rencana APBD dan rancangan perubahan APBD
3. Melaksanakan fungsi BUD
4. Melakukan pengendalian pelaksanaan APBD
5. Menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD
6. Melaksanakan tugas lainnya berdasar kuasa yang dilimpahkan oleh Kepala Daerah

Kepala SKPKD dalam melaksanakan fungsinya selaku Bendahara Umum Daerah


(BUD) berwenang untuk :

1. Menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD


2. Mengesahkan DPA-SKPD/DPPA-SKPD
3. Melakukan pengendalian pelaksanaan APBD
4. Memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan pengeluaran kas
daerah
5. Melaksanakan pemungutan pajak daerah
6. Menetapkan Surat Penyediaan Dana (SPD)
7. Menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian pinjaman atas nama pemerintah
daerah
8. Melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah
9. Menyajikan informasi keuangan daerah
10. Melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan barang milik
daerah.

Kepala SKPKD biasanya dijabat oleh Kepala Dinas/Badan Pengelola Keuangan Daerah
(D/BPKD).
d. Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang
Kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang mempunyai tugas:
1. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD);
2. Menyusun DPA-SKPD;
3. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja;
4. Melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya;
5. Melakukan pengujian atas tagihan dan memeintahkan pembayaran;
6. Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak;
7. Mengadakan iatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batasan anggaran
yang telah ditetapkan;
8. Menandatangani surat perintah membayar;
9. Mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya;
10. Mengelola barang milik daerah/kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab SKPD
yang dipimpinnya;
11. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang dipimpinnya;
12. Mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya;
13. Melaksanakan tugas pengguna anggaran/pengguna barang lainnya berdasarkan kuasa
yang dilimpahkan Kepala Daerah;
14. Bertanggungjawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Kepala Daerah melalui
Sekretaris Daerah.
Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang biasanya dijabat oleh Kepala Dinas/Kepala
Kantor/Kepala Badan/Kepala Biro/Kepala Sekretariat DPRD.

e. Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang


Pejabat pengguna anggaran/pengguna barang dalam melaksanakan tugas-tugasnya dapat
melimpahkan sebagian kewenangannya kepada kepala unit kerja pada SKPD selaku kuasa
pengguna anggaran/pengguna barang. Pelimpahan sebagian kewenangan pejabat
pengguna anggaran/pengguna barang berdasarkan pertimbangan tingkatan daerah, besaran
SKPD, besaran jumlah uang yang dikelola beban kerja, lokasi, kompetensi. Kuasa
pengguna anggaran/pengguna barang bertanggungjawab atas pelaksanaan tugasnya
kepada pengguna anggaran/pengguna barang. Pejabat yang dapat diusulkan/ditunjuk
sebagai kuasa pengguna anggaran/pengguna barang biasanya adalah Pejabat Eselon III
pada Sekretariat Daerah dan Pejabat Eselon III pada Badan/Dinas/Sekretariat DPRD

f. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan


Pejabat pengguna anggaran/barang dan kuasa pengguna anggaran/barang dapat menunjuk
pejabat pada unit kerja SKPD selaku Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK). PPTK
mempunyai tugas:
1. Menyusun rencana kegiatan kerja;
2. Mengendalikan pelaksanaan kegiatan;
3. Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan;
4. Menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan.

Pengguna anggaran/pengguna barang atau kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna


barang biasanya dapat menunjuk PPTK sebagai berikut:
1. Kepala Sub Bagian pada Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD
2. Kepala Sub Bidang/Kasubag pada Badan dan Kantor
3. Kepala Sub Dinas/Kepala Seksi/Kasubag pada Dinas
4. Kepala Seksi pada Kantor/Kecamatan/Kelurahan

g. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD


Untuk melaksanakan anggaran yang dimuat dalam DPA-SKPD, Kepala SKPD
menetapkan Pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD sebagai
Pejabat Penatausahaan keuangan SKPD (PPK-SKPD). PPK-SKPD mempunyai tugas:
1. Meneliti kelengkapan SPP-LS pengadaan barang dan jasa yang disampaikan oleh
bendahara pengeluaran dan telah diketahui/disetujui oleh PPTK;
2. Meneliti kelengkapan SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU, dan SPP-LS Gaji dan Tunjangan
PNS serta penghasilan lainnya yang ditujukan oleh bendahara pengeluaran;
3. Melakukan verifikasi SPP;
4. Menyiapkan SPM;
5. Melakukan verifikasi harian atas penerimaan;
6. Melaksanakan akuntansi SKPD;
7. Menyiapkan laporan keuangan SKPD. Kepala SKPD biasanya menetapkan Pejabat
Eselon IV atau Kasubag Keuangan pada sekretariat
Daerah/Dinas/Badan/Kantor/Sekretariat DPRD dan Sekretaris Kelurahan dan
Kecamatan sebagai PPK-SKPD

h. Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran


Bendaharan penerimaan merupakan pejabat fungsional yang ditunju untuk menerima,
menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang
pendapatan daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD. Sedangkan, bendahara
pengeluaran adalah pejabat fungsional yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan,
membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan
belanja daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.

Dari uraian diatas tentang struktur organisasi Pengelolaan Keuangan Daerah, dapat
disimpulkan bahwa pelaksana sistem akuntansi pemerintah daerah adalah Pejabat
Penatausahaan Keuangan (PPK) baik PPK-SKPD maupun PPK-SKPD. Dalam pelaksanaan
sistem akuntansi pemda perlu dilakukan koordinasi juga antara fungsi akuntansi PPK-SKPD
dengan bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran SKPD terkait dengan dokumen-
dokumen pelaksanaan anggaran STS, SP2D-LS, SPJ UP/GU/TU yang akan digunakan sebagai
dasar pencatata akuntansi. Selain itu, fungsi akuntasi PPK-SKPD juga harus berkoordinasi
dengan fungsi akuntansi PPKD. Hal ini dikarenakan sistem akuntansi pemda merupakan sistem
akuntansi konsolidasi. Dalam penyusunan laporan keuangan pemda PPKD bertugas melakukan
konsolidasi laporan-laporan keuangan SKPD menjadi laporan keuangan pemda.

BAB 8
SISTEM AKUNTANSI SKPD DAN PPKD

A. PENDAHULUAN
Sistem Akuntansi pemerintah Daerah (SAPD) diperlukan sbagai instrumen paling
penting dalam implementasi SAP berbasis akrual. SAPD didefinisikan sebagai
serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran,
sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer.
SAPD terdiri atas sistem akuntansi yang dilaksanakan oleh Satuan Kinerja Perangkt
Daerah (SKPD) dan sistem akuntansi yang dilaksanakan oleh Pejabat Pengelola
Keuangan daerah (PPKD).

B. SISTEM AKUNTANSI SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD)


Sistem Akuntansi SKPD terdiri dari 5 sub sistem akuntansi yaitu:
a. Akuntansi Pendapatan
b. Akuntansi Belanja dan Beban
c. Akuntansi Aset
d. Akuntansi Kewajiban
e. Akuntansi Koreksi dan Penyesuaian

C. AKUNTANSI PENDAPATAN SKPD


Akuntansi pendapatan merupakan serangkaian proses mulai pencatatan, penggolongan,
dan peringkasan transaksi dan/atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam
rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang berkenaan dengan pendapatan
pada SKPD yang dapat dilaksanakan secara manual atau terkomputerisasi. Pendapatan
pada SKPD terdiri atas dua jenis yaitu pendapatan LRA dan pendapatan-LO. Kedua
jenis pendapatan tersebut memerlukan pencatatan yang berbeda terutama dalam
penjurnalannya. Pendapatan-LO diakui pada saat: a) timbulnya hak atas pendapatan; b)
dapat terealisasi; c) pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber daya
ekonomi atau sudah diterima pembayaran secara tunai. Pendapatan LRA menggunakan
basis kas sehingga pendapatan LRA diakui pada saat: a) diterima direkening Kas
Umum Daerah; b) diterima oleh SKPD; atau c) diterima entitas lain di luar pemerintah
daerah atas nama BUD.
Pendapatan diklasifikasi berdasarkan sumbernya, secara garis besar ada 3 kelompok
pendapatan daerah yaitu:
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD):
 Pajak daerah
 Retribusi daerah
 Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
 Lain-lain PAD yang sah
b. Pendapatan Transfer:
 Bagi hasil/DAU/DAK/Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat
 Pendapatan transfer pemerintah lainnya
 Pendapatan transfer pemda
 Lainnya
 Bantuan keuangan
c. Lain-lain pendapatan daerah yang sah:
 Pendapatan hibah
 Dana darurat
 Pendapatan lainnya

Fungsi terkait
a) Bendahara Penerimaan, bertugas antara lain:
1. Mencatat dan membukukan semua penerimaan pendapatan ke dalam buku kas
penerimaan;
2. Membuat rekap penerimaan harian yang bersumber dari pendapatan;
3. Melakukan penyetoran uang yang diterima ke kas daerah setiap hari.
b) Fungsi Akuntansi-PPK SKPD
1. Mencatat transaksi/kejadian pendapatan LO dan pendapatan LRA berdasarkan
bukti-bukti transaksi yang sah dan valid ke Buku Jurnal LRA dan Buku Jurnal
LO dan Neraca;
2. Melakukan posting jurnal transaksi/kejadian pendapatan LO dan pendapatan
LRA ke dalam Buku Besar masing-masing rekening;
3. Menyusun laporan keuangan, yang terdiri atas Laporan Realisasi Anggaran
(LRA), Laporan Operasional (LO), Neraca, dan Catatan atas Laporan
Keuangan.

Dokumen yang digunakan


a. Surat Setoran Pajak/Retribusi
b. Surat Tanda Setoran (STS)
c. Surat Ketetapan Pajak/Retribusi Daerah (SKP/SKR Daerah)
d. Surat Tanda Bukti Pembayaran (TBP)
e. SPJ Penerimaan yang dibuat oleh Bendahara Penerimaan SKPD
f. Rekapitulasi Penerimaan Harian (RPH)

Catatan yang digunakan


a. Buku Jurnal Umum
b. Buku Besar
c. Buku Besar Pembantu

Langkah-langkah
Dalam hal instansi pemungut pajak terpisah dari bendahara umum daerah (BUD), maka
pajak daerah dianggarkan dan dicatat pada SKPD tersebut. Sebaliknya apabila
pemungutan pajak dilakukan oleh pejabat pengelolaan keuangan daerah (PPKD) selaku
BUD, pajak daerah dianggarkan dan dicatat oleh PPKD. Sistem akuntansi pendapatan
SKPD yang dimaksud dalam hal ini adalah jika instansi pemungut pajak terpisah dari
PPKD. Berikut uraian langkah-langkah pencatatan akuntansi pendapatan SKPD yang
terdiri atas:
1. Pajak daerah
Pengakuan pendapatan SKPD dari pajak daerah tergantung pada berbagai jenis atau
metode penerimaan pendapatan yaitu:
 Official assessment (pengakuan pendapatan yang didahului dengan adanya
penetapan terlebih dahulu)
Ketika diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKP), SKPD telah berhak
mengakui pendapatan, meskipun belum diterima pembayarannya dari wajib
pajak dengan membuat jurnal finansial. Kemudian pada saat wajib pajak
membayar pajak yang terdapat dalam SKP tersebut, wajib pajak akan
menerima Tanda Bukti Pembayaran sebagai bukti telah membayar pajak
dengan membuat jurnal finansial dan jurnal realisasi anggaran. Selanjutnya,
bendahara penerimaan akan menyetorkan pendapatan tersebut ke kas daerah
dengan membuat jurnal finansial dan jurnal realisasi anggarannya.
 Self assessment (pengakuan pendapatan pajak yang didahului dengan
perhitungan sendiri oleh wajib pajak) dan dilanjutkan dengan pembayaran
oleh wajib pajak berdasarkan perhitungan tersebut
Ketika bendahara penerimaan SKPD menerima pembayaran pajak dari
wajib pajak atas pajak yang sudah dilakukan perhitungan sendiri oleh wajib
pajak, PPK-SKPD mengakui adanya pendapatan pajak LO dan pendapatan
pajak LRA dengan membuat jurnal finansial dan jurnal realisasi anggaran.
Selanjutnya, bendahara penerimaan menetorkan pendapatan ini ke kas
daerah. Selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan terhadap wajib pajak,
apabila ditemukan adanya kurang bayar maka akan diterbitkan Surat
Ketetapan Kurang Bayar. SKPD mengakui adanya penambahan pendapatan
LO ketika sudah memperoleh tambahan pembayaran yang dilakukan oleh
wajib pajak. Apabila ditemukan leih bayar maka akan diterbitkan surat
keterangan lebih bayar, kemudian SKPD mengakui adanya pengurangan
pendapatan LO.
 Pengakuan pendapatan pajak yang pembayarannya dilakukan di muka oleh
wajib pajak untuk memenuhi kewajiban selama beberapa periode ke depan
Ketika bendahara penerimaan SKPD menerima pembayaran pajak dari
wajib pajak atas pajak yang dibayar untuk periode tertentu , PPK-SKPD
akan mengakui adanya Pendapatan diterima di muka. Selanjutnya,
bendahara penerimaan akan menyetorkan pendapatan ini ke Kas Daerah,
berdasarkan dokumen penyetran tersebut atau STS (Surat Tanda Setoran).
Kemudian ada akhir periode akuntansi akan diterbitkan bukti memorial
untuk mengakui pendapatan LO.
2. Retribusi daerah
Dengan menggunakan basis akrual maka ketika diterbitkan Surat Ketetapan
Retribusi Daerah, SKPD telah berhak mengakui pendapatan meskipun belum
diterima pembayarannya dari wajib retribusi. Hal ini karena kriteria pendapatan
telah terbentuk telah terpenuhi. Pada saat wajib retribusi membayar retribusi yang
terdpat dalam SKR tersebut, wajib retribusi akan menerima Tanda Bukti
Pembayaran (TBP) seebagai bukti telah membayar retribusi. TBP juga enjadi dasar
bagi PPK SIPKD untuk mencatat pendapatan retribusi-LRA. Seanjutnya,
bendahara penerimaan akan menyetorkan pendapatan ini ke kas daerah. Selain
dengan kriteria yang telah dikatakan sebelumnya, pendapatan retribusi juga dapat
diakui ketika telah diterima pembayarannya. Wajib retribusi melakukan
pembayaran retribusi kemudian akan menerima TBP. Selanjutnya, bendahara
penerimaan akan menyetorkan pendapatan ini ke kas daerah.
D. AKUNTANSI BELANJA DAN BEBAN SKPD
Belanja disefinisikan sebagai semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah yang mengurangi saldo anggaran lebih dalam periode tahun anggaran
bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.
Belanja diakui saat terjadinya pengeluaran dari rekening kas umum negara/daerah
sehingga diukur secara cash bassis. Belanja merupakan akun dalam LRA. Beban
merupakan penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan
yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau
timbulnya kewajiban. Beban merupakan akun dalam Laporan Operasional (LO)
sebagai salah satu komponen laporan keuangan finansial yang bersifat accrual bassis.
Sistem dan prosedur akuntansi belanja dan beban terdiri atas 2 sub sistem yaitu:
1. Sub Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas – Pembebanan Langsung
2. Subsistem Akuntansi Pengeluaran Kas – Pembebanan Uang Persediaan (UP), Ganti
Uang Persediaan (GU), dan Tambahan Uang Persediaan (TU)

Fungsi terkait
a. Pengguna anggaran
b. Bendahara Pengeluaran
c. Fungsi Akuntansi PPK-SPKD
d. Kuasa BUD

Dokumen yang diperlukan


a. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)
b. Surat Pertanggungjawaban (SPJ)

Catatan yang digunakan


a. Buku Jurnal Umum
b. Buku Besar
c. Buku Besar Pembantu

Langkah-langkah
a. Akuntansi Belanja dan Beban dengan mekanisme UP/GU/TU
1. Fungsi akuntansi PPK-SKPD menerima SP2D UP/GU/TU dari Kuasa BUD
melalui Pengguna Anggaran.
2. Secara berkala PPK-SKPD menerima SPJ dari Bendahara Pengeluaran SKPD.
Berdasarkan SPJ dan lampiran-lampirannya tersebut, fungsi akuntansi PPK-
SKPD mencatat transaksi realisasi belanja tersebut dengan membuat jurnal
finansial dan jurnal realisasi anggaran. Untuk transaksi pembelian barang dan
jasa yang menggunakan Uang Persediaan juga dibuat jurnal finansial dan jurnal
realisasi anggaran.
3. Jika pada akhir peride masih ada sisa UP di Bendahara Pengeluaran SKPD maka
harus disetorkan e rekening kas daerah.
4. Hasil penjurnalan tersebut secara berkala diposting ke buku besar sesuai dengan
kode rekening belanja.
5. Fungsi Akuntansi-PPK-SKPD juga dapat mencatat transaksi-transaksi ke dalam
buku pembantu yang berisi rincian item buku besar setiap rekening yang
dianggap perlu.
6. Pada akhir periode, fungsi akuntansi PPK-SKPD memindahkan saldo yang ada
di setiap buku besar ke dalam neraca saldo. Neraca saldo tersebut akan menjadi
dasar penyusunan laporan keuangan SKPD.
Prosedur ini pada praktiknya masih sering terjadi pengembalian kelebihan beban.
Dalam hal ini sistem dan prosedur akuntansi yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Setiap pengembalian kelebihan belanja ke rekening kas umum daerah harus
dilaporkan kepada bendahara pengeluaran SKPD yang terkait.
2. Setiap pengembalian kelebihan belanja harus disertai dengan dokumen berupa
STS
3. STS tersebut selanjutnya disampaikan kepada fungsi akuntansi PPK-SKPD
segera setelah terjadi pengembalian ke rekeing kas umum daerah tersebut.
4. Berdasarkan STS tersebut, fungsi akuntansi-PPK-SKPD membuat jurnal
finansial dan jurnal koreksi.
5. Hasil penjurnalan tersebut secara berkala diposting ke buku besar sesuai dengan
kode rekening belanja.
6. Fungsi akuntansi PPK-SKPD juga dapat mencatat transaksi-transaksi ke dalam
buku pembantu yang berisi rincian item buku besar setiap rekening yang
dianggap perlu.
7. Pada akhir periode, fungsi akuntansi PPK-SKPD memindahkan saldo yang ada
di setiap Buku Besar ke dalam Neraca Saldo. Neraca Saldo tersebut akan
menjadi dasar penyusunan laporan keuangan SKPD.
b. Akuntansi Belanja dan Beban dengan Mekanisme LS
Asumsi ini digunakan bahwa dana LS dari BUD lansung diterima oleh pihak ketiga
atau pihak lain yang telah ditetapkan. Belanja dan Beban LS dalam hal ini terdiri
atas:
1. LS Gaji dan Tunjangan
2. LS Barang dan Jasa dan Belanja Modal; dan
3. LS berupa Belanja Bunga, Hibah, Bantuan, dan Tak terduga
Langkah-langkah dalam melaksanakan prosedur akuntansi belanja adalah:
 PPK-SKPD mneriam SP2D-LS dari Kuasa BUD melalui Pengguna
Anggaran. Penjurnalan dapat dilakukan pada buku jurnal umum untuk
belanja LS. Untuk mekanisme gaji dan Tunjangan, meskipun dana yang
diterima oleh pegawai adalah jumlah netto, namun fungsi akuntansi SKPD
tetap mencatat belanja gaji dan tunjangan tersebut dalam jumlah bruto.
Sedangkan potongan PFK tidak perlu dicatat, karena pencatatannya sudah
dilakukan oleh fungsi akuntansi PPKD. Untuk mekanisme LS Barang dan
Jasa, seringkali terdapat potongan pajak sehingga dana yang diterima oleh
pihak ketiga adalah jumlah netto. Fungsi akuntansi PPK-SKPD tetap
mencatat dalam jumlah bruto dengan mencatat potongan tersebut dalam
akun hutang pajak dalam jurnal umum. Kemudian hasil penjurnalan secara
berkala diposting ke buku besar dengan kode rekening belanja.
 Fungsi akuntansi-PPKSKPD juga dapat mencatat transaksi-transaksi dalam
buku pembantu yang berisi rincian item buku besar setiap rekening yang
dianggap perlu.
 Pada akhir periode, fungsi akuntansi PPK-SKPD memindahkan saldo yang
ada di setiap Buku Besar ke dalam Neraca Saldo. Neraca Saldo tersebut
akan menjadi dasar penyusunan laporan keuangan SKPD.

E. AKUNTANSI ASET SKPD


Akuntansi aset adalah serangkaian proses mulai pencatatan, pengolongan, dan
peringkasan transaksi dan/atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam
rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang berkenaan dengan transaksi
dan/atau kejadian aset tetap pada SKPD yang akan dilaksanakan secara manual maupun
secara terkomputerisasi.

Pelaksana
Dalam prosedur akuntansi aset pelaksanaan pada tingkat SKPD dilaksanakan oleh
fungsi akuntansi PPK-SKPD

Dokumen
Doumen yang digunakan dalam prosedur akuntansi aset yaitu berupa bukti memorial
(berita acara penerimaan/serah terima barang, berita acara penyelesaian pekerjaan)
Catatan yang digunakan
a. Buku Jurnal Umum
b. Buku Besar
c. Buku Besar Pembantu

Langkah-langkah
1. Pembelian aset tetap
Akuntansi pembelan aset tetap pada hakikatnya sama dengan akuntansi belanja
modal seperti yg diuraikan sebelumnya.
2. Penghapusan aset tetap
Penghapusan aset tetap dapat erjadi karena penjualan, tukar menukar, hibah,
penyertaan modal, pemusnahan atau karena sebab-sebab lainnya.

F. AKUNTANSI KEWAJIBAN SKPD


Prosedur akuntansi kewajiban pada SKPD diperlukan dalam rangka pencatatan atas
pengakuan hutang jangka pendek yang muncul dari transaksi SKPD. Hutang jangka
panjang tidak diperkenankan pada tingkat SKPD

Pelaksana
Dalam prosedur akuntansi kewajiban pelaksana pada tingkat SKPD dilaksanakan oleh
fungsi akuntansi SKPD.

Dokumen
1. Bukti Memorial
2. Dokumen lainnya

Catatan akuntansi yang digunakan


a. Buku Jurnal Umum
b. Buku Besar
c. Buku Besar Pembantu

Langkah-langkah
Ketika SKPD melakukan suatu transaksi pembelian barang dan penggunan jasa yang
telah dilaksanakan namun pelunasan belum dilakukan oleh SKPD, fungsi PPK-SKPD
akan mengakui adanya utang jangka pendek. Ada beberapa cara yaitu pada saat
pelunasan belum dilakukan, pada saat melakukan pembayaran dengan mekanisme UP,
dan untuk pembayaran dengan mekanisme LS.

G. AKUNTANSI UNTUK KOREKSI KESALAHAN DAN PENYESUAIAN SKPD


Lampiran II Permendagri 64 tahun 2013 juga mengatur tentang jurnal koreksi dan
penyesuaian bagi SKPD. Dokumen yang digunakan sebagai jurnal koreksi dan
enyesuaian pada tingkat SKPD berupa bukti memorial. Untuk melakukan koreksi atas
terjadinya kesalahan pencatatan, berdasarkan dokumen atau bukti koreksi terkait,
fungsi akuntansi SKPD membuat bukti memorial terkait koreksi kesalahan pencatatan.
Selanjutnya bukti memorial tersebut diotorisasi oleh pengguna anggaran dan kemudian
digunakan sebagai dasar fungsi akuntansi PPKD untuk membuat koreksi atas jurnal
yang salah catat tersebut.
Catatan Akuntansi yang Digunakan

Catatan yang digunakan dalam akuntansi hutang pada tingkat SKPD terdiri dari
beberapa catatan berikut: Buku Jurnal Umum, Buku Besar, Buku Besar Pembantu

Langkah – Langkah

 Ketika SKPD melakukan suatu transaksi pembelian barang dan penggunaan jasa yang
telah dilaksanakan namun pelunasan belum dilakukan oleh SKPD, fungsi PPK-SKPD
akan mengakui adanya utang jangka pendek akibat transaksi tersebut. Jurnal yang
dibuat adalah Beban (D) terhadap Utang Belanja (K).
 Untuk transaksi pembelian aset tetap dan pelunasan belum dilakukan, fungsi akuntansi
PPK-SKPD membuat jurnal Aset tetap (D) terhadap Utang Belanja (K).
 Pada saat SKPD melakukan pembayaran dengan mekanisme UP, maka fungsi
akuntansi PPK-SKPD mencatat utang belanja (D) terhadap Kas di Bendahara
Pengluaran (K).
 Untuk pembayaran dengan mekanisme LS maka fungsi akuntansi PPK SKPD mencatat
Utang Belanja (D) terhadap R/K PPKD (K).
AKUNTANSI UNTUK KOREKSI KESALAHAN DAN PENYESUAIAN SKPD

Untuk melakukan koreksi atas terjadinya kesalahan pencatatan, berdasarkan dokumen atau
bukti koreksi terkait, fungsi akuntansi SKPD membuat bukti memorial terkait koreksi
kesalahan pencatatan. Selanjutnya diotorisasi oleh pengguna anggaran dan kemudian
digunakan sebagai dasar fungsi akuntansi PPKD untuk membuat koreksi atas jurnal yang salah
catat tersebut. Akuntansi koreksi kesalahan diatur terperinci pada PSAP Nomor 10 dalam PP
71 Tahun 2010. Contoh apabila SKPD melakukan transaksi persediaan dengan pendekatan
beban dan metode periodik, maka jurnal penyesuaiannya adalah Persediaan (D) terhadap
Beban Persediaan (K).

SISTEM AKUNTANSI PADA PEJABAT PENGELOLA KEUANGAN DAERAH (PPKD)

Sesuai dengan Lampiran II Pemendagri Nomor 64 tahun 2013 yang secara terperinci mengatur
sistem dan prosedur akuntansi pemda yang terdiri dari:

I. Akuntansi Pendapatan PPKD


Fungsi yang terkait dalam pelaksanaan akuntansi pendapatan PPKD adalah
a. Bendahara [enerimaan, bertugas antara lain:
1) Mencatat dan membukukan semua penerimaan pendapatan ke dalam buku kas
penerimaan
2) Membuat rekap penerimaan harian yang bersumber dari pendapatan
3) Melakukan penyetoran uang yang diterima ke kas daerah setiap hari
b. Fungsi akuntansi PPKD
1) Mencatat transaksi/kejadian pendapatan LO dan pendapatan LRA ke buku
jurnal LRA dan buku jurnal LO dan Neraca
2) Melakukan posting jurnal transaksi/kejadian pendapatan LO dan pendapatan
LRA ke dalam buku besar masing – masing rekening
3) Menyusun laporan keuangan, yang terdiri dari LRA, LPSAL, LO, LPE, Neraca,
LAK, CaLK.

Dokumen, berupa:

a. Surat bukti transfer dana pembayaran dari kantor pelayanan perbendaharaan


negara/ nota kredit bank.
b. Surat tanda bukti penerimaan (untuk lain – lain pendapatan daerah yang sah)
c. Bukti transfer dan atau bukti penerimaan lainnya.
Catatan yang digunakan. Meliputi: Buku jurnal umum, buku besar dan buku
besar pembantu

Langkah - Langkah, berikut contoh jurnal berdasarkan jenisnya:

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)


1. PAD melalui penetapan
Ketika PPKD menerbitkan dokumen ketetapan yang mengindikasikan
adanya hak pemda atas suatu pendapatan. Berdasarkan dokumen tersebut
fungsi Akuntansi PPKD membuat jurnal Piutang Pajak (D) Terhadap
Pendapatan Pajak LO (K). Pada saat wajib pajak membayar pajak yang
terdapat dalam SKP tersebut, wajib pajak akan menerima Tanda Bukti
Pembayaran sebagai bukti membayar pajak. TBP juga dasar bagi PPKD
untuk mencatat pendapatan pajak tersebut dengan jurnal Kas di Kas Daerah
(D) terhadap Piutang Pajak (K).
Jurnal realisasi anggaran yang perlu dibuat yaitu perubahan SAL (D)
terhadap Pendapatan Pajak-LRA (K).
2. PAD Tanpa Penetapan
Ketika pihak ketiga melakukan pembayaran PAD Tanpa Penetapan
kemudian akan menerima TBP. Berdasarkan dokumen tersebut fungsi
akuntansi PPKD akan mencatat jurnal yaitu Kas di Kas Daerah (D)
terhadap Pendapatan Pajak LO (K). Jurnal realisasi anggaran yang pelu
dibuat yaitu Perubahan SAL (D) terhadap Pendapatan Pajak LRA (K).
3. PAD dari Hasil Eksekusi Jaminan
Pihak ketiga melakukan pembayaran uang jaminan bersamaan dengan
pembayaran perizinan, misal perizinan pemasangan iklan, kemudian akan
menerima TBP. Fungsi akuntansi PPKD akan mencatat jurnal yaitu Kas di
Kas Daerah (D) terhadap Utang jaminan (K).
Pada saat pihak ketiga tidak menunaikan kewajibannya, PPKD akan
mengeksekusi uang jaminan yang sebelumnya telah disetorkan. Fungsi
akuntansi PPKD akan membuat bukti memorial terkait eksekusi jaminan.
Fungsi akuntansi PPKD akan membuat jurnal yaitu Utang Jaminan (D)
terhadap Pendapatan Hasil Eksekusi Jaminan-LO (K). Jurnal Realisasi
anggaran yang perlu dibuat yaitu Perubahan SAL (D) terhadap Pendapatan
Hasil Eksekusi Jaminan-LRA (K).
b. Pendapatan Transfer/Dana Perimbangan
Fungsi akuntansi PPKD menerima Laporan Posisi Kas Harian dari BUD.
Laporan ini yang dilampiri oleh tembusan Bukti Transfer/Nota Kredit akan
menjadi dokumen sumber untuk penjurnalan akuntansi pendapatan. Dari
laporan posisi kas harian ini, fungsi akuntansi PPKD dapat diidentifikasi
penerimaan kas yang berasal dari dana perimbangan. Berdasarkan dokumen
tersebut, fungsi akuntansi PPKD mencatat jurnal finansial yaitu Kas di Kas
Daerah (D) terhadap Pendapatan Transfer-LO (K). Jurnal realisasi anggaran
yang perlu dibuat yaitu Perubahan SAL (D) terhadap Pendapatan Transfer-
LRA(K).
Namun, pendapatan tranfer sering ditentukan oleh persyaratan – persyaratan
yang diatur untuk penyaluran alokasi tersebut. Oleh karena itu, pengakuan
pendapatan transfer dilakukan bersanaan dengan diterimanya kas pada
Rekening Kas Umum Daerah atau dengan basis kas. Fungsi Akuntansi PPKD
akan mencatat “Piutang Pendapatan” didebit dan “Pendapatan Transfer LO
(Sesuai rincian objek terkait)” di kredit dengan jurnal finansial yaitu Piutang
pendapatan transfer (D) terhadap Pendapatan Transfer-LO (K). Jurnal finansial
dalam penerimaan piutang di atas adalah Kas di Kas Daerah (D) terhadap
Piutang Pendapatan transfer (K). Jurnal realisasi anggaran yang perlu dibuat
yaitu perubahan SAL (D) terhadap Pendapatan Transfer-LRA (K).
c. Lain – lain pendapatan Daerah yang sah
Contoh yaitu pendapatan hibah baik berupa uang maupun aset tetap. Naskah
perjanjian hibah yang ditandatangani belum dapat dijadikan dasar pengakuan
pendapatan hibah-LO, mengingat adanya proses dan persyaratan untuk
realisasi pendapatan hibah tersebut. Fungsi akuntansi PPKD mengakui
pendapatan hibah bersamaan dengan diterimanya kas pada rekening kas umum
daerah dengan jurnal yaitu Kas di Kas Daerah (D) dan Pendapatan Hibah-LO
(K). Jurnal realisasi anggaran juga perlu dibuat untuk hibah berupa uang yaitu
Perubahan SAL (D) dan Pendapatan Hibah-LRA (K). Khusus untuk hibah
barang berupa aset tetap, fungsi akuntansi PKD mencatat Aset tetap (D)
terhadap Pendapatan Hibah-LO (K).
Transaksi terjadinya surplus penjualan aset non lancar-LO berasal dari aktivitas
pelepasan investasi dengan jurnal yaitu Kas di Kas Daerah (D) terhadap
Investasi Jangka Panjang (K) dan Surplus pelepasan investasi jangka panjang-
LO(K). Jurnal realisasi anggaran yang perlu dibuat yaitu Perubahan SAL (D)
terhadap Penerimaan Pembiayaan (K).

II. Akuntansi Belanja dan Beban PPKD


Fungsi terkait. Dalam prosedur akuntansi belanja dan beban pelaksanaan pada tingkat
PPKD dilaksanakan oleh Fungsi Akuntansi PPKD.
Dokumen, yang digunakan: SP2D-LS, Nota Debit Bank, dan Bukti Pengeluaran
Lainnya.
Catatan Akuntansi yang Digunakan, yaitu: Buku Jurnal Umum, Buku Besar, dan
Buku Besar Pembantu
Langkah – langkah.
a. Beban Bunga
Berdasarkan dokumen perjanjian utang, fungsi akuntansi PPKD membuat bukti
memorial terkait pengakuan beban bunga untuk diotorisasi oleh PPKD.
Selanjutnaya fungsi akuntansi PPKD membuat jurnal penyesuaian untuk mengakui
beban bunga periode berjalan yaitu Beban Bunga (D) terhadap Utang Bunga (K).
Selanjutnya, dilaksanakan proses penatausahaan untuk pembayaran beban bunga
tersebut. Berdasarkan SP2D pengeluaran kas untuk pelunasan utang bunga tersebut,
fungsi akuntansi PPKD mencatat Utang Bunga (D) terhadap Kas di Kas Daerah
(K). Jurnal Realisasi anggaran yang dibuat yaitu Belanja Bunga (D) terhadap
Perubahan SAL (K).
b. Beban Subsidi
Berdasarkan tagihan/permohonan dari penerima subsidi yang telah melaksanakan
prestasi sesuai persyaratan subsidi, fungsi akuntansi PPKD membuat bukti
memorial terkait pengakuan beban subsidi untuk diotorisasi oleh PPKD. Fungsi
akuntansi PPKD membuat jurnal untuk mengakui beban subsidi periode berjalan
yaitu Beban Subsidi (D) terhadap Utang Belanja Subsidi (K). Selanjutnya
dilaksanakan proses penatausahaan untuk pembayaran beban bunga tersebut.
Berdasarkan SP2D pengeluaran kas untuk pelunasan utang tersebut, fungsi
akuntansi PPKD mencatat Utang Belanja Subsidi (D) terhadap Kas di Kas Daerah
(K). Jurnal realisasi anggaran yang dibuat yaitu Belanja Subsidi (D) terhadap
Perubahan SAL (K).
c. Beban Hibah
Beban Hibah belum diakui pada saat oenandatanganan Naskah Perjanjian Hibah
Daerah (NPHD) antara pemda dengan masyarakat. Pengakuan beban hibah baru
dilakukan saat penyaluran hibah karena kepastian beban tersebut belum dapat
ditentukan berdasarkan NPHD. Penandatanganan NPHD masih perlu
ditindaklanjuti dengan penerbitan dokumen pencairan. Untuk itu atas pengakuan
beban hibah setelah ada penyaluran, fungsi akuntansi PPKD membuat jurnal
finansial yaitu Beban Hibah (D) terhadap Kas di Kas Daerah (K). Jurnla realisasi
anggaran yang dibuat yaitu Belanja Hibah (D) terhadap Perubahan SAL (K).
d. Beban Bantuan Sosial
Realisasi Beban Bantuan Sosial dilakukan melalui proses penatausahaan yang
dimulai dari pengajuan SPPM pembuatan SPM hingga penerbitan SP2D.
Berdasarkan SP2D pembayaran beban bantuan sosial tersebut, fungsi akuntansi
membuat jurnal finansial yaitu Beban Bantuan Sosial (D) terhadap Kas di Kas
Daerah (K). Jurnal realisasi anggaran yang dibuat yaitu Belanja Bantuan Sosial (D)
terhadap Perubahan SAL (K).
e. Beban Transfer
Pengakuan beban transfer bersamaan dengan penyaluran dana transfer dari
rekening kas umum daerah berdasarkan peraturan kepala daerah tentang penetapan
belanja transfer yang terkait. Fungsi akuntansi PPKD membuat pengakuan beban
transfer berdasarkan bukti penyaluran memorial tersebut, fungsi akuntansi PPKD
membuat jurnal finansial yaitu Beban Transfer (D) terhadap Kas di Kas Daerah (K).
Jurnal realisasi anggaran yang dibuat yaitu Belanja Transfer (D) terhadap
Perubahan SAL (K).

III. Akuntansi Pembiayaan PPKD


Yaitu serangkaian proses mulai pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi
dan/atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang berkenaan dengan penerimaan kas atau
pengeluaran kas dari transaksi pembiayaan pada PPKD yang dapat dilaksanakan secara
manual maupun terkomputerisasi.
Pelaksana. Dalam prosedur ini pelaksanaan pada tingkat PPKD dilaksanakan oleh
fungsi akuntansi PPKD.
Dokumen, meliputi: Perda tentang Pertanggungjawaban pelaksanaan APBD (Untuk
SilPA) dan Perda tentang Dana Cadangan, Nota kredit bank, bukti penerimaan
pembayaran, laporan posisi kas harian, SP2D (untuk pengeluaran pembiayaan), dan
dokumen lainnya.
Catatan Akuntansi yang digunakan: Buku Jurnal Umum, Buku Besar dan Buku
Besar Pembantu
Langkah - Langkah meliputi:
a. Fungsi akuntansi PPKD menerima Laporan Posisi Kas Harian dari BUD. Laporan
ini akan menjadi dokumen sumber untuk penjurnalan akuntansi pembiayaan.
b. Dari laporan posisi kas harian ini, fungsi akuntansi PPKD dapat mengidentifikas
penerimaan kas dan pengeluaran kas yang berasal dari kegiatan pembiayaan.
Penerimaan pembiayaan dapat berupa penggunaan SilPA tahun lalu, pencairan dana
cadangan, dll
c. Kemudian, fungsi akuntansi PPKD mencatat transaksi penerimaan kas pada jurnal
yaitu
1) Untuk transaksi penerimaan pembiayaan terdiri atas
a) Pencairan Dana Cadangan, jurnal finansial: Kas di Kas Daerah (D) dan
Dana Cadangan (K). Jurnal realisasi anggaran: Perubahan SAL (D) dan
Penerimaan pembiayaan-pencairan dana cadangan (K).
b) Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, jurnal finansial: Kas di
Kas Daerah (D) dan Investasi Permanen-Penyertaan Modal (K). Jurnal
realisasi anggaran: Perubahan SAL (D) dan Pembiayaan-Hasil Penjualan
Kekayaan yang Dipisahkan (K).
c) Penerimaan Pinjaman Daerah. Jurnal finansial: Kas di Kas Daerah (D) dan
Kewajiban jangka panjang (K). Jurnal Realisasi Anggaran: Perubahan SAL
(D) dan Penerimaan Pembiayaan-Penerimaan Pinjaman (K)
2) Untuk transaksi pengeluaran pembiayaan terdiri atas
a) Pembentukan Dana Cadangan, jurnal finansial: Dana Cadangan (D) dan Kas
di Kas Daerah (K). Jurnal realisasi anggaran: Pembiayaan-Pembentukan
Dana Cadangan (D) dan Perubahan SAL (K).
b) Penyertaan Modal Pemda, Jurnal Finansial: Investasi Permanen-Penyertaan
Modal (D) dan Kas di Kas Daerah (K). Jurnal realisasi anggaran:
Pengeluaran Pembiayaan-Penyertaan Modal (D) dan Perubahan SAL (K).
c) Pembayaran Pokok pinjaman Daerah, Jurnal Finansial: Kewajiban jangka
panjang (D) dan Kas di Kas Daerah (K). Jurnal realisasi anggaran:
pembiayaan-Pembayaran Pokok Pinjaman (D) dan Perubahan SAL (K).
d. Hasil penjualan tersebut secara berkala diposting (dipindahkan) ke buku besar dan
buku pembantu sesuai dengan kode rekening pembiayaan.
e. Pada akhir periode, fungsi akuntansi PPKD memindahkan saldo yang ada di setiap
Buku Besar ke dalam Neraca Saldo. Neraca Saldo tersebut akan menjadi dasar
penyusunan laporan keuangan PPKD.
IV. Akuntansi Aset (Khususnya investasi jangka panjang) PPKD

Pelaksana. Dalam prosedur ini pelaksanaan pada tingkat PPKD dilaksanakan oleh
fungsi akuntansi PPKD.

Dokumen, meliputi: Bukti Memorial dan Dokumen Lainnya.

Catatan Akuntansi yang digunakan: Buku Jurnal Umum, Buku Besar dan Buku
Besar Pembantu

Langkah - Langkah meliputi:

1) Perolehan investasi jangka panjang, jurnal finansial: Investasi permanen-


Penyertaan Modal (D) dan Kas di Kas Daerah (K). Jurnal Realisasi anggaran:
Pengeluaran Pembiayaan-Penyertaan Modal (D) dan Perubahan SAL (K).
2) Hasil Investasi
a) Metode biaya (biasanya untuk kepemilikan kurang dari 20%) laba yang
diperoleh perusahaan daerah tidak mempengaruhi nilai investasi yang dimiliki
pemerintah daerah. Jurnal finansial: Piutang Lainnya (D) dan Pendapatan Hasil
Pengelola Kekayaan Daerah Dipisahkan-LO (K).
Pada saat perusahaan daerah (investee) membagikan dividen tunai kepada
pemerintah daerah maka fungsi akuntansi PPKD membuat jurnal: Kas di Kas
Daerah (D) dan Piutang Lainnya (Dividen) (K). Jurnal realisasi anggaran:
Perubahan SAL (D) dan Pendapatan Hasil Pengelola Kekayaan Daerah
Dipisahkan-LRA(K).
b) Metode ekuitas (biasanya untuk kepemilikan lebih dari 20 %) hak atas laba
tersebut menambah saldo jumlah investasi yang dimiliki pemerintah daerah
dengan jurnal finansial: Investasi jangka panjang (D) dan pendapatan hasil
pengelola kekayaan daerah dipisahkan-LO(K).
Pada saat investee membagikan dividen jurnal finansial: Kas di Kas Daerah (D)
dan Investasi Jangka Panjang (K). Jurnal Realisasi Anggaran: Perubahan SAL
(D) dan Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan daerah Dipisahkan-LRA(K)
3) Pelepasan Investasi
a) Pelepasan investasi jangka pendek, jurnal finansial: Kas di Kas Daerah (D)
terhadap Investasi Jangka Pendek (K) dan Pendapatan Bunga LO (K). Jurnal
realisasi anggaran: perubahan SAL (D) dan Pendapatan Bunga-LRA (K).
b) Pelepasan investasi jangka panjang, jurnal finansial: Kas di Kas Daerah (D)
terhadap Investasi Jangka Panjang (K) dan surplus pelepasan investasi jangka
panjang (K). Jurnal realisasi anggaran: perubahan SAL (D) dan penerimaan
pembiayaan (K).

Hasil penjualan di atas secara berkala di posting ke buku besar dan buku pembantu
sesuai dengan kode rekening yang terkait. Pada akhir periode PPKD memindahkan
saldo yang ada di setiap buku besar ke dalan neraca saldo. Neraca saldo tersebut
akan menjadi dasar penyusunan laporan keuangan PPKD.

V. Akuntansi Kewajiban PPKD

Pelaksana. Dalam prosedur ini pelaksanaan pada tingkat PPKD dilaksanakan oleh
fungsi akuntansi PPKD.

Dokumen, meliputi: Bukti Memorial dan Dokumen Lainnya.

Catatan Akuntansi yang digunakan: Buku Jurnal Umum, Buku Besar dan Buku
Besar Pembantu

Langkah - Langkah meliputi:

a) Fungsi akuntansi PPKD membuat bukti memorial..


b) Fungsi akuntansi PPKD membuat jurnal
 Penerimaan kas dari pinjaman, jurnal finansial: Kas di Kas Daerah (D) dan
Kewajiban Jangka Panjang (K). Jurnal realisasi anggaran: Perubahan SAL
(D) dan Penerimaan Pembiayaan-Pinjaman (K).
 Reklasifikasi pokok pinjaman yang akan jatuh tempo, jurnal finansial:
Kewajiban jangka panjang (D) dan Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
(K).
 Pembayaran pokok pinjaman yang jatuh tempo, jurnal finansial: Bagian
lancar utang jangka panjang (D) dan Kas di Kas Daerah (K).
Jurnal realisasi Anggaran: Pengeluaran Pembiayaan-pembayaran pokok
pinjaman (D) dan Perubahan SAL (K).
c) Hasil penjualan di atas secara berkala di posting ke buku besar dan buku pembantu
sesuai dengan kode rekening yang terkait. Pada akhir periode PPKD memindahkan
saldo yang ada di setiap buku besar ke dalan neraca saldo. Neraca saldo tersebut
akan menjadi dasar penyusunan laporan keuangan PPKD.

VI. Akuntansi Konsolidator PPKD

Pelaksana. Dalam prosedur ini pelaksanaan pada tingkat PPKD dilaksanakan oleh
fungsi akuntansi PPKD.

Dokumen, Laporan posisi kas harian, Nota kredit, tembusan SP2D-LS, SP2D
UP/GU/TU, dan dokumen lainnya.

Catatan Akuntansi yang digunakan: Buku Jurnal Umum, Buku Besar dan Buku
Besar Pembantu

Langkah - Langkah meliputi:

a) Fungsi akuntansi PPKD menerima Laporan Posisi Kas Harian dari BUD.
b) Fungsi akuntansi PPKD mengidentifikasi aliran kas dari BUD/Kasda ke bendahara
pengeluaran SKPD dan sebaliknya. Fungsi akuntansi PPKD mencatat jurnal umum
yaitu
1) Aliran dana dari Kasda ke Bendahara Pengeluaran SKPD: R/K-SKPD (D) dan
Kas di Kas Daerah (K).
2) Aliran dana dari Bendahara Penerimaan SKPD ke Kasda: Kas di Kas Daerah
(D) dan R/K-SKPD (K).
c) Hasil penjualan di atas secara berkala di posting ke buku besar dan buku pembantu
sesuai dengan kode rekening yang terkait. Pada akhir periode PPKD memindahkan
saldo yang ada di setiap buku besar ke dalan neraca saldo. Pada akhir periode, fungsi
akuntansi PPKD membuat jurnal eliminasi untuk penggabungan laporan keuangan
seluruh SKPD dan PPKD (selaku BUD) dengan jurnal: R/K-PPKD (D) dan R/K-
SKPD(K).
VII. Akuntansi untuk Koreksi Kesalahan dan Penyesuaian PPKD
Lampiran II Pemendagri 64 tahun 2013 juga mengatur tentang jurnal koreksi dan
penyesuaian bagi PPKD. Fungsi Akuntansi membuat bukti memorial terkait kesalahan
pencatatan. Kemudian, bukti tersebut diotorisasi oleh PPKD dan kemudian digunakan
untuk membuat koreksi atas jurnal yang salah catat tersebut. Contoh yaitu dalam
penyusunan cadangan piutang tak tertagih. Setiap akhir tahun berdasarkan laporan
neraca atau laporan golongan umur piutang pemerintah daerah akhir periode, fungsi
akuntansi PPKD akan membuat cadangan piutang tak tertagih, jurnal penyesuaiannya
yaitu Beban Penyisihan Piutang (D) dan Penyisihan Piutang tak Tertagih (K).

Das könnte Ihnen auch gefallen