Sie sind auf Seite 1von 14

SAP 3

KODE ETIK PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK

Oleh
Kelompok 9
Ni Luh Putu Ayu Indri Istadewati (1607531091) (27)
Gede Mahaputra Chrisandita (1607531095) (28)
Ni Kadek Ayu Semitayani (1607531120) (31)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
2018

0
1. Etika Umum dan Etika Profesional
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata ethos yang berarti ”karakter”. Nama
lain untuk etika adalah moralitas yang berasal dari bahasa Latin yaitu dari kata mores yang
berarti “kebiasaan”. Moralitas berfokus pada perilaku manusia yang “benar” dan “salah”.
Jadi etika berhubungan dengan pertanyaan bagaimana seseorang bertindak terhadap orang
lainnya.
1.1 Etika Umum
Etika umum berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam dilema etika
yang berakibat baik bagi satu pihak tetapi tidak baik bagi pihak lainnya, dengan
merumuskan apa yang baik untuk individu atau masyarakat dan menetapkan sifat
kewajiban atau tugas sehingga individu-individu memiliki kewajiban terhadap diri sendiri
maupun pihak lain. Berhubung tidak tercapai kesepakatan dikalangan para ahli filsafat
tentang apa yang “baik” dan apa yang menjadi “kewajiban”, maka mereka terbagi menjadi
dua kelompok. Kelompok pertama disebut ethical absolutists yang berpendapat bahwa ada
prinsip universal yang diterapkan pada setiap orang yang tidak berubah sepanjang masa.
Kelompok lain disebut ethical relativists yang berpendapat bahwa pertimbangan etis
ditentukan oleh perubahan kebiasaan dan tradisi yang berlaku dalam masyarakat di mana
mereka hidup.
Berhubung tidak ada seperangkat prinsip universal yang dapat dengan jelas
menunjukkan perilaku yang benar untuk segala situasi, maka para ahli etika
mengembangkan suatu kerangka pengambilan keputusan etika umum. Kerangka tersebut
meliputi enam langkah berikut:
- Dapatkan fakta-fakta yang relevan untuk pengambilan keputusan.
- Identifikasi masalah etika yang terkait dari fakta-fakta tersebut.
- Tentukan siapa yang terpengaruh oleh keputusan tersebut dan bagaimana pengaruhnya.
- Identifikasi alternatif-alternatif pengambil keputusan.
- Identifikasi konsekuensi dari setiap alternatif.
- Tetapkan pilihan etika.
1.2 Etika Profesional
Etika profesional lebih luas dari prinsip-prinsip moral. Etika tersebut mencakup
prinsip perilaku untuk orang-orang professional yang dirancang baik untuk tujuan praktis
maupun untuk tujuan idealistis. Oleh karena kode etik professional antara lain dirancang
untuk mendorong perilaku ideal, maka kode etik seyogyanya lebih tinggi dari undang-
undang tetapi dibawah ideal. Dalam kaitannya dengan akuntan publik, kepercayaan klien

1
dan pemakai laporan keuangan atas kualitas audit dan jasa profesional lainnya sangat
penting artinya.
Para praktisi harus menjaga klien agar memandang akuntan publik sebagai orang atau
orang-orang yang kompeten dan tidak bias. Apabila pemakai jasa berpendapat bahwa
akuntan publik tidak melaksanakan jasa yang bermanfaat (menurunkan risiko informasi),
maka nilai laporan audit dan laporan atestasi lainnya akan menurun dan permintaan akan
jasa-jasa tersebut dengan sendirinya akan berkurang pula. Oleh karena itu menjadi tuntutan
bagi kantor-kantor akuntan publik untuk berperilaku dengan tingkat profesionalitasnya yang
tinggi.

2. Kode Etik Profesi Akuntan Publik


Organisasi profesi akuntan di indonesia telah memiliki kode etik akuntan indonesia
yang terakhirditetapkan dalam Kongres VIII Ikatan Akuntan Indonesia pada tahun 1998
(berlaku efektif mulai tahun 2000). Kode etik tersebut bersumber dari kode etik AICPA, Edisi
Juni 1998 dan berlaku bagi semua akuntan anggota IAI yang tidak hanya terdiri dari akuntan
publik, tetapi juga meliputi akuntan manajemen, akuntan pendidik, dan akuntan pemerintah.
Sejak terbentuknya Institut Akuntan Publik Indonesia pada tahun 2007 kode etik tersebut
masih tetap berlaku untuk seluruh anggota IAI, namun khusus bagi para akuntan publik
anggota IAPI diberlakukan kode etik baru yang disebut Kode Etik Profesi Akuntan Publik
yang berlaku efektif tanggal 1 Januari 2010. Kode etik ini disusun IAPI dengan mengacu
pada Code of Ethics for Professional Accountants (IESBA-IFAC) Edisi tahun 2008. Pada teks
aslinya, Code of Ethics yang diterbitkan IFAC terdiri dari 3 bagian, masing-masing: Bagian
A-General Application of Code, Bagian B-Professional of Accountants in Public Practice,
dan Bagian C-Professional Accountants in Business. Namun karena bagian C dipandang
belum relevan untuk diadopsi oleh IAPI, maka hanya bagian A dan B yang diadopsi setelah
diterjemahkan dan dimodifikasi.
Dibandingkan dengan kode etik yang lama, sebenarnya kode etik baru ini substansinya
tidak berbeda tetapi pendekatan dan terminologi yang digunakan banyak berbeda. Kode etik
lama lebih bersifat rule base, sedangkan yang baru memuat banyak hal yang bersifat
principal base. Sifat principal base ini selalu menjadi ciri dari pernyataan
(pronouncements) standar yang diterbitkan IFAC. Sifat yang sama juga dijumpai pada teks
IFRS maupun ISA.
Kode Etik Profesi Akuntan Publik (Kode Etik) ini terdiri dari dua bagian, yaitu
Bagian A dan Bagian B. Bagian A dari Kode Etik ini menetapkan prinsip dasar etika profesi

2
dan memberikan kerangka konseptual untuk penerapan prinsip tersebut. Bagian B dari Kode
Etik ini memberikan ilustrasi mengenai penerapan kerangka konseptual tersebut pada situasi
tertentu.
Kode Etik ini menetapkan prinsip dasar dan aturan etika profesi yang harus diterapkan
oleh setiap individu dalam kantor akuntan publik (KAP) atau Jaringan KAP, baik yang
merupakan anggota IAPI maupun yang bukan merupakan anggota IAPI, yang memberikan
jasa profesional yang meliputi jasa assurance dan jasa selain assurance seperti yang tercantum
dalam standar profesi dan kode etik profesi. Untuk tujuan Kode Etik ini, individu tersebut di
atas selanjutnya disebut ”Praktisi”. Anggota IAPI yang tidak berada dalam KAP atau Jaringan
KAP dan tidak memberikan jasa profesional seperti tersebut di atas tetap harus mematuhi dan
menerapkan Bagian A dari Kode Etik ini. Suatu KAP atau Jaringan KAP tidak boleh
menetapkan kode etik profesi dengan ketentuan yang lebih ringan daripada ketentuan yang
diatur dalam Kode Etik ini.

3. Prinsip-prinsip Dasar Etika Profesi


Kode Etik baru terdiri dari 2 bagian yaitu:
- Bagian A memuat Prinsip Dasar Etika Profesi dan memberikan Kerangka Konseptual
untuk penerapan prinsip.
- Bagian B memuat Aturan Etika Profesi yang memberikan ilustrasi mengenai
penerapan kerangka konseptual pada situasi tertentu
3.1 Ancaman dan Pencegahan
Kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi dapat terancam oleh berbagai
situasi. Ancaman-ancaman tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Ancaman kepentingan pribadi, seperti kepentingan keuangan pada klien,
ketergantungan yang signifikan atas jumlah imbalan jasa professional yang
diperoleh dari suatu klien, kekhawatiran atas kemungkinan kehilangan klien.
b. Ancaman telaah-pribadi, seperti penemuan kesalahan yang signifikan ketika
dilakukan pengevaluasian kembali hasil pekerjaan praktisi.
c. Ancaman advokasi, seperti mempromosikan saham suatu entitas yang efeknya
tercatat di bursa (emiten) yang merupakan klien audit laporan keuangan.
d. Ancaman kedekatan seperti anggota tim perikatan merupakan anggota keluarga
langsung atau anggota keluarga dekat dari direktur atau pejabat klien.
e. Ancaman intimidasi, seperti ancaman atas pemutusan perikatan atau penggantian
tim perikatan.
3
Pencegahan yang dapat menghilangkan ancaman tersebut atau menguranginya
ke tingkat yang dapat diterima dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
- Pencegahan yang dibuat oleh profesi, perundang-undangan, atau peraturan.
- Pencegahan dalam lingkungan kerja, mencakup pencegahan pada tingkat institusi
dan pada tingkat perikatan.
3.2 Penyelesaian Masalah Yang Terkait dengan Etika Profesi
Dalam mengevaluasi kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi, Praktisi mungkin
diharuskan untuk menyelesaikan masalah dalam penerapan prinsip dasar etika profesi.
Ketika memulai proses penyelesaian masalah yang terkait dengan etika profesi, baik
secara formal maupun informal, setiap praktisi baik secara individu maupun bersama-
sama dengan koleganya,harus mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
− Fakta yang relevan
− Masalah etika profesi yang terkait
− Prinsip dasar etika profesi yang terkait dengan masalah etika profesi yang
dihadapi
− Prosedur internal yang berlaku
− Tindakan alternatif
Setelah mempertimbangkan hal-hal tersebut diatas, Praktisi harus menentukan
tindakan yang sesuai dengan prinsip dasar etika profesi yang diidentifikasi. Praktisi harus
mempertimbangkan juga akibat dari setiap tindakan yang dilakukan. Jika masalah etika
profesi tersebut tetap tidak dapat diselesaikan, maka Praktisi harus berkonsultasi dengan
pihak yang tepat pada KAP ( Kantor Akuntan Publik ) tempatnya bekerja untuk
membantu menyelesaikan masalah etika profesi tersebut.
Jika masalah etika profesi melibatkan konflik dengan, atau dalam, organisasi klien
atau pemberi kerja, maka Praktisi harus mempertimbangkan untuk melakukan konsultasi
dengan pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola perusahaan, seperti komite audit.

3.3 Prinsip Dasar Etika Profesi


Setiap Praktisi wajib mematuhi prinsip dasar etika profesi dibawah ini:
a. Prinsip Integritas
Setiap Praktisi harus tegas dan jujur dalam menjalin hubungan professional dan
hubungan bisnis dalam melaksanakan pekerjaan nya.
b. Prinsip Objektivitas
4
Setiap Praktisi tidak boleh membiarkan subjektivitas, benturan kepentingan, atau
pengaruh yang tidak layak ( undue influence ) dari pihak-pihak lain
memengaruhi pertimbangan professional atau pertimbangan bisnisnya.
c. Prinsip Kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian professional
(Professional Competence dan Due Care )
Setiap Praktisi wajib memelihara pengetahuan dan keahlian profesionalnya
pada suatu tingkatan yang dipersyaratkan secara berkesinambungan, sehingga
klien atau pemberi kerja dapat menerima jasa professional yang diberikan secara
kompeten berdasarkan kepentingan terkini dalam praktik, perundang-undangan dan
metode pelaksanaan pekerjaan. Setiap Praktisi harus bertindak secara professional
dan sesuai dengan standar profesi yang berlaku dalam memberikan jasa
profesionalnya.
d. Prinsip Kerahasiaan
Setiap Praktisi wajib menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh sebagai hasil
dari hubungan professional dan hubungan bisnisnya, serta tidak boleh mengungkapkan
informasi tersebut kepada pihak ketiga tanpa persetujuan dari klien atau pemberi
kerja, kecuali jika terdapat kewajiban untuk mengungkapkan sesuai dengan ketentuan
hokum atau peraturan lainnya yang berlaku. Informasi rahasia yang diperoleh dari
hubungan professional dan hubungan bisnis tidak boleh digunakan oleh Praktisi untuk
keuntungan pribadinya atau pihak ketiga.
e. Prinsip Perilaku Profesional
Setiap Praktisi wajib mematuhi hokum dan peraturan yang berlaku dan harus
menghindari semua tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.

4. Aturan Etika Profesi


Bagian B kode etik memuat Aturan Etika Profesi yang terdiri dari 10 seksi yang
tersebar dalam 224 paragraf. Bagian B memberikan ilustrasi tentang penerapan kerangka
konseptual dari contoh-contoh pencegahan yang dipelukan untuk mengatasi ancaman
terhadap kepatuhan pada prinsip dasar. Karena sifarnya contoh-contoh, maka untuk
menghindari agar tidak keliru penafsirannya oleh praktisi, pada paragraf 200.1 dijelaskan
bahwa contoh-contoh yang diberikan pada bagian B bukan merupakan daftar lengkap
mengenai situasi yang dihadapi praktisi yang dapat menimbulkan ancaman terhadap
kepatuhan pada prinsip dasar. Oleh Karena itu, tidak cukup bagi praktisi untuk hanya
mematuhi contoh-contoh yang diberikan, melainkan harus juga menerapkan kerangka
5
konseptual dalam setiap situasi yang dihadapinya. Sepuluh seksi dalam bagian B kode etik
tersebut meliputi:
- Seksi 200 Ancaman Pencegahan
- Seksi 210 Penunjukan Praktisi, KAP, atau Jaringan KAP
- Seksi 220 Benturan Kepentingan
- Seksi 230 Pendapat Kedua
- Seksi 240 Imbalan Jasa Profesional dan Bentuk Remunerasi
- Seksi 250 Pemasaran Jasa Profesional
- Seksi 260 Penerimaan Hadiah atau Bentuk Keramah-tamahan
- Seksi 270 Penyimpanan Aset Milik Klien
- Seksi 280 Objektifitas – Semua Jasa Profesional
- Seksi 290 Independensi dalam Perikatan Assurance
4.1 Seksi 200 Ancaman dan Pencegahan
- Semua praktisi tidak boleh terlibat dalam setiap bisnis, pekerjaan atau aktifitas
yang dapat integritas, objektifitas, atau reputasi profesinya yang dapat
mengakibatkan pertentangan dengan jasa professional yang diberikannya
- Kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi dapat terancam oleh berbagai situasi.
Ancaman- ancaman tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Ancaman kepentingan pribadi;
b. Ancaman telaah pribadi;
c. Ancaman advokasi;
d. Ancaman kedekatan; dan
e. Ancaman intimidasi
Contoh- contoh situasi yang dapat menimbulkan ancaman kepentingan pribadi bagi
praktisi mencakup antara lain:
a. Kepentingan keuangan pada klien atau kepemilikan bersama dengan klien atas
suatu kepentingan keuangan
b. Ketergantungan yang signifikan atas jumlah imbalan jasa profesional yang
diperoleh dari suatu klien
Contoh-contoh situasi yang dapat menimbulkan ancaman telaah pribadi mencakup
antara lain:
a. Penemuan kesalahan yang signifikan ketika dilakukan pengevaluasian kembali
hasil pekerjaan praktisi
b. Pelaporan mengenai operasi system keuangan setelah keterlibatan praktisi
6
dalam perancangan atau pengimplementasiannya
Contoh-contoh situasi yang dapat menimbulkan ancaman advokasi mencakup antara lain:
a. Mempromosikan saham suatu entitas yang efeknya tercatat di bursa (“emiten”)
yang merupakan klien audit laporan keuangan
Contoh-contoh situasi yang dapat menimbulkan ancaman kedekatan mencakup antaralain:
a. Anggota tim perikatan merupakan anggota keluarga langsung atau keluarga
dekat dari direktur atau pejabat klien
b. Anggota tim perikatan menerima hadia atau perlakuan istimewa dari klien,
kecuali nilainya secara jelas tidak signifikan,
Contoh-contoh situasi yang dapat menimulkan ancaman intimidasi mencakup antara lain:
a. Ancaman atas pemutusan perikatan atau penggantian tim perikatan
b. Ancaman atas litigasi
4.2 Seksi 210 Penunjukan Praktisi, Kap, Atau Jaringan Kap
Penerimaan Klien
- Sebelum menerima suatu klien baru, setiap Praktisi harus mempertimbangkan
potensi terjadinya ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi
yang diakibatkan oleh diterimanya klien tersebut. Ancaman potensial terhadap
integritas atau perilaku profesional antara lain dapat terjadi dari isu-isu yang dapat
dipertanyakan yang terkait dengan klien (seperti pemilik, manajemen, atau
aktivitasnya)
- Pencegahan yang tepat mencakup antara lain:
a. Memperoleh pemahaman tentang klien, pemilik, manajer, serta pihak yang
bertanggung jawab tata kelola dan kegiatan bisnis perusahaan, atau
b. Memastikan adanya komitmen dari klien untuk meningkatkan praktik tata
kelola perusahaan atau pengendalian internalnya
Penerimaan Perikatan
Setiap Praktisi hanya boleh memberikan jasa profesionalnya jika memiliki
kompetensi untuk melaksanakan perikatan tersebut. Sebelum menerima perikatan, setiap
praktisi harus mempertimbangkan setiap ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip-prinsip
dasar etika profesi yang dapat terjadi dari diterimanya perikatan tersebut. Sebagai contoh:
Ancaman kepentingan pribadi terhadap kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-
hatian profesional dapat terjadi ketika tim perikatan tidak memiliki kompetensi yang
diperlukan untuk melaksanakan perikatan dengan baik.
Benturan Kepentingan
7
Setiap praktisi harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk
mengidentifikasi setiap situasi yang dapat menimbulkan benturan kepentingan, karena
situasi tersebut dapat menyebabkan ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika
profesi. Sebagai contoh, ancaman terhadap objektifitas dapat terjadi ketika praktisi
bersaing secara lanfsung dengan klien atau memiliki kerjasama usaha atau kerjasama
sejenis lainnya dengan pesaing utama klien. Ancaman terhadap objektifitas atau
kerahasiaan dapat terjadi ketika praktisi memberikan jasa profesional untuk klien-klien
yang kepentingannya saling berbeturan atau kepada klien-klien yang
sedang saling berselisih dalam suatu masalah atau transaksi.
Pendapat Kedua
Ketika diminta untuk memberikan pendapat keuda, setiap praktisi harus
mengevaluasi signifikansi setiap ancaman dan jika ancaman tersbut merupakan ancaman
selain ancaman yang secara jelas tidak signifikan, maka pencegahan yang tepat harus
dipertimbangkan dan ditetapkan untuk menghilangkan ancaman tersebut
atau menguranginya ke tingkat yang dapat diterima.
Imbalan Jasa Profesional dan Bentuk Remunerasi Lainnya
Signifikansi setiap ancaman harus dievaluasi dan jika ancaman tersebut
merupakan ancama selain ancaman yang secara jelas tidak signifikan, maka pncegahan
yang tepat harus dipertimbangkan dan ditetapkan untuk menghilangkan ancaman
tersebut atau menguranginya ke tingkat yang dapat diterima.
Pemasaran Jasa Profesional
Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi dapat terjadi
ketika praktisi mendapatkan suatu perikatan melalui iklan atau bentuk pemasaran
lainnya. Sebagai contoh, ancaman kepentingan pribadi terhadap kepatuhan pada perilaku
profesional dapat terjadi ketika jasa profesional, hasil pekerjaan, atau produk yang
ditawarkan tidak sesuai dengan prinsip perilaku profesional.
Penerimaan Hadiah atau Bentuk Keramah-Tamahan Lainnya
Ancaman kepentingan pribadi terhadap objektifitas dapat terjadi ketika hadiah
dari klien diterima, atau ancaman intimidasi terhadap objektifitas dapat terjadi
sehubungan dengan kemungkinan dipublikasikannya penerimaan hadiah tersebut.
Penyimpanan Aset Milik Klien
Setiap Praktisi tidak boleh mengambil tanggung jawab penyimpanan uang atau
asset lainnya milik klien, kecuali jika diperbolehkan oleh ketentuan hokum yang berlaku
dan jika demikian, praktisi wajib menyimpan asset tersebut sesuai dengan ketentuan
8
hokum yang berlaku.
Objektifitas – Semua Jasa Profesional
Dalam memberikan jasa profesionalya, setiap praktisi harus mempertimbangkan
ada tidaknya ancaman terhadap kepatuhan pada pinsip dasar objektifitas yang dapat terjadi
dari adanya kepentingan dalam, atau hubungan dengan klien maupun direktur, pejabat,
atau karyawannya. Sebagai contoh, ancaman kedekatan terhadap kepatuhan pada prinsip
dasar objektifitas dapat terjadi dari hubungan keluarga, hubungan kedekatan pribadi, atau
hubungan bisnis.

5. Independensi
Seksi 290 menjelaskan dengan sangat rinci persyaratan independensi bagi Tim
Assurance, KAP, dan Jaringan KAP. Mengingat demikian banyak paragraph yang mengatur
persyaratan independensi dalam Seksi 290 Kode Etik, maka tidak semua paragraph di kutip
dalam buku ini. Beberapa paragraph penting pada awal Seksi 290 antara lain berbunyi
sebagai berikut:
- Independensi yang diatur dalam Kode Etik ini mewajibkan setiap Praktisi untuk
bersikap sebagai berikut:
a. Independensi dalam pemikiran.
b. Independensi dalam penampilan.
- Penggunaan kata “independensi” yang berdiri sendiri dapat menimbulkan
kesalahpahaman, yang dapat menyebabkan pengamat beranggapan bahwa seseorang
yang menggunakan pertimbangan profesional harus bebas dari semua pengaruh
hubungan ekonomi, hubungan keuangan, maupun hubungan lainnya.
5.1 Pendekatan Konseptual Atas Independensi
- Anggota tim assurance , KAP, atau Jaringan KAP harus menerapkan kerangka
kerja konseptual yang terdapat dalam Bagian A dari Kode Etik ini sesuai dengan
situasi yang dihadapinya.
- Sifat setiap ancaman terhadap independensi dan penerapan pencegahan yang tepat
untuk menghilangkan ancaman tersebut atau menguranginya ke tingkat yang dapat
diterima sangat beragam, tergantung karakteristik perikatan assurance,
seperti perikatan audit laporan keuangan.
5.2 Ilustrasi Ancaman-Ancaman Terhadap Independensi Dalam Perikatan Assurance
dan Pencegahannya
Pada paragraf 290.100 s.d 290.214 diberikan ilustrasi ancaman-ancaman terhadap
9
independensi dalam Perikatan Assurance dan pencegahannya. Ancaman tersebut
diilustrasikan timbul ketika adanya: (a) Kepentingan keuangan; (b) Pinjaman dan
penjaminan yang diberikan oleh Klien Assurance; (c) Hubungan bisnis yang dekat dengan
Klien Assurance; (d) Hubungan keluarga dan hubungan pribadi dengan Klien Assurance;
(e) Personil KAP yang bergabung dengan Klien Assurance; (f) Personil Klien Assurance
yang bergabung dengan KAP; (g) Rangkap jabatan personil KAP sebagai Direktur atau
Pejabat Klien Assurance; (h) Keterkaitan yang cukup lama antara personil senior KAP
dengan Klien Assurance; (i) Imbalan jasa professional.
a. Kepentingan Keuangan
- Kepentingan keuangan pada klien assurance dapat menimbulkan ancaman
kepentingan pribadi.
- Pertimbangan mengenai beragamnya kepentingan keuangan harus dilakukan dalam
mengevaluasi jenis kepentingan keuangan
Pertimbangan mengenai perlu tidaknya pencegahan tambahan yang diperlukan
untuk mengurangi ancaman ke tingkat yang dapat diterima harus dilakukan sampai
dengan dilepaskannya kepentingan keuangan atau dikeluarkannya personil terkait dari
tim assurance.
b. Pinjaman dan penjaminan yang diberikan oleh Klien Assurance
- Pinjaman atau penjaminan pinjaman yang diberikan kepada KAP oleh klien assurance
yang merupakan bank atau institusi sejenis tidak akan menimbulkan ancaman terhadap
independensi jika pinjaman atau penjaminan tersebut diberikan melalui prosedur,
kondisi, dan persyaratan yang lazim, dan jumlah pinjaman tersebut tidak material bagi
KAP dan klien assurance
c. Hubungan Bisnis Yang Dekat Dengan Klien Assurance
- Pembelian barang atau jasa dari klien assurance oleh anggota tim assurance , KAP, atau
Jaringan KAP tidak menimbulkan ancaman terhadap independensi selama transaksi
tersebut dilakukan berdasarkan prosedur, kondisi, dan persyaratan yang lazim. Namun
demikian, transaksi tersebut mungkin memiliki sifat atau besaran yang sedemikian
rupa yang dapat menimbulkan ancaman kepentingan pribadi.
Pencegahan tersebut mencakup antara lain: (a) Menghapus atau mengurangi besaran
transaksi; (b) Mengeluarkan personel yang bersangkutan dari tim assurance ; (c)
Mendiskusikan hal-hal yang terkait dengan transaksi tersebut dengan pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola perusahaan, seperti komite audit

10
d. Hubungan Keluarga Dan Hubungan Pribadi Dengan Klien Assurance
- Ketika anggota keluarga langsung dari anggota tim assurance merupakan direktur,
pejabat, atau karyawan klien assurance yang dalam kedudukannya memiliki
pengaruh langsung. Oleh karena itu, satu-satunya pencegahan yang tepat untuk
mengurangi ancaman ke tingkat yang dapat diterima adalah dengan
mengeluarkan personil tersebut dari tim assurance.
e. Personil Kap Yang Bergabung Dengan Klien Assurance
Ketika anggota tim assurance, rekan, atau sebelumnya pernah menjadi rekan dari
KAP telah bergabung dengan klien assurance, signifikansi setiap ancaman kepentingan
pribadi, ancaman kedekatan, atau ancaman intimidasi yang terjadi akan tergantung dari
faktor-faktor sebagai berikut: (a) Kedudukan individu tersebut dalam klien assurance; (b)
Lingkup keterlibatan yang akan terjadi antara individu tersebut dengan tim assurance;
(c) Lamanya jangka waktu yang telah berlalu sejak individu tersebut tidak lagi menjadi
bagian dari tim asssurance atau KAP; (d) Posisi sebelumnya dari individu tersebut dalam tim
assurance atau KAP.
f. Personil Klien Assurance Yang Bergabung Dengan Kap
- Ancaman kepentingan pribadi, ancaman telaah pribadi, dan ancaman kdedkatan
dapat terjadi ketika mantan pejabat , direktur, atau karyawan klien assurance
bergabung dengan KAP dan menjadi bagian dari tim assurance.
Signifikansi setiap ancaman akan tergantung dari faktor-faktor sebagai
berikut: (a) Kedudukan individu tersebut dalam klien assurance; (b) Lamanya waktu
yang telah berlalu sejak individu tersebut tidak lagi menjadi bagian dari klien
assurance ; dan (c) Peran individu tersebut dalam tim assurance .
g. Rangkap Jabatan Personil Kap Sebagai Direktur Atau Pejabat Klien Assurance
- Kewajiban sebagai sekretaris perusahaan ( corporate secretary ) sangat beragam, yaitu
mulai dari kewajiban yang bersifat administrative. Ancaman telaah pribadi atau
ancaman advokasi dapat terjadi ketika personil KAP merangkap jabatan sebagai
sekretaris perusahaan klien assurance , karena situasi tersebut dapat
mengesankan hubungan yang dekat antara KAP dengan klien assurance.
h. Keterkaitan Yang Cukup Lama Antara Personil Senior Kap Dengan Klien
Assurance
Ancaman kedekatan dapat terjadi ketika personel senior yang sama digunakan
dalam perikatan assurance untuk suatu periode yang cukup lama. Signifikansi setiap
ancaman yang terjadi akan tergantung dari faktor-faktor sebagai berikut: (a) Lamanya
11
personel tersebut sebagai anggota tim assurance ; (b) Peran personel tersebut dalam tim
assurance ; (c) Struktur KAP; dan (d) Sifat perikatan assurance.
Signifikansi setiap ancaman harus dievaluasi dan, jika ancaman tersebut
merupakan ancaman selain ancaman yang secara jelas tidak signifikan, maka
pencegahan yang tepat harus dipertimbangkan dan diterapkan untuk mengurangi ancaman
tersebut ke tingkat yang dapat diterima. Pencegahan tersebut mencakup
antara lain: (a) Merotasi personel tersebut dengan mengeluarkannya dari tim assurance ; (b)
Melibatkan Praktisi lainnya yang bukan merupakan anggota tim assurance untuk menelaah
hasil pekerjaan yang telah dilakukan oleh personel tersebut atau untuk memberikan saran
yang diperlukan; atau (c) Melakukan penelaahan mutu internal secara independen
i. Imbalan Jasa Profesional
- Imbalan Jasa Profesional – suatu Besaran yang Relatif
Ancaman kepentingan pribadi dapat terjadi ketika proporsi jumlah imbalan
jasa professional yang diperoleh dari suatu klien assurance demikian signifikan
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan imbalan jasa yang diperoleh KAP yang
menyebabkan ketergantungan pada suatu klien assurance atas hilangnya klien
assurance tersebut.
- Imbalan Jasa Profesional yang telah lekat waktu
Ancaman kepentingan pribadi dapat terjadi ketika imbalan jasa professional
dari klien assurance belum terlunasi untuk jangka waktu yang cukup lama . Pada
umumnya pelunasan imbalan jasa professional tersebut harus terjadi sebelum
laporan assurance berikut diterbitkan.
- Besaran Imbalan Jasa Profesional
Ancaman kepentingan pribadi dapat terjadi ketika KAP menerima perikatan
assurance dengan jumlah imbalan jasa professional yang secara signifikan lebih
rendah dari jumlah yang dikenakan oleh KAP sebelumnya atau yang ditawarkan
KAP lain.
- Imbalan Jasa Profesional yang Bersifat Kontinjen
Imbalan jasa professional yang bersifat kontijen merupakan imbalan jasa
professional yang besarnya ditentukan berdasarkan hasil dari suatu transaksi atau
pekerjaan yang dilakukan. Untuk tujuan, suatu imbalan jasa professional tidak
bersifat kontijen jika imbalan jasa professional tersebut telah ditetapkan oleh
pengadilan atau otoritas publik lainnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Al Haryono Yusuf. 2014. Auditing Pengauditan Berbasis ISA. Yogyakarta: Sekolah Tinggi
Ekonomi Yayasan Keluarga Pahlawan Negara.
Inovarizka. 2009. Etika profesional.
Https://inovarizka.wordpress.com/2009/06/22/etika-profesional/. Diakses pada: 28
Februari 2016.
Pratami, Ari. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik.
Http://etikap.blogspot.co.id/2011/08/seorang-akuntan-publik.html. Diakses pada: 28
Februari 2016.
Ryan. 2014. Prinsip dan Standar Akuntansi
Http://ryanrahmadi99.blogspot.co.id/2014/01/normal-0-false-false-false-in-x-none-
x.html. Diakses pada: 28 februari 2016

13

Das könnte Ihnen auch gefallen