Sie sind auf Seite 1von 29

IMPLEMENTASI CARING DALAM PEMENUHAN

KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

KELOMPOK 4:

Ayu Khalifah (P17120016004)


Dwi Indriani (P17120016011)
Ike Zulviani (P17120016018)
Nadya Putri Harahap (P17120016025)
Rini Cahyani (P17120016032)
Widya Ika Larasati (P17120016039)

Tingkat 1A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA I

Jl. Wijayakusuma Raya No. 47 Cilandak Jakarta Selatan

Jakarta

2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala limpahan
rahmat-Nya penulisan makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah Caring Ibu Lindawati SKM. M. Kes yang telah
mempercayakan kepada kami membahas materi mengenai Implementasi Caring pada Pemenuhan
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit pada makalah yang telah disusun ini. Ucapan terima kasih pula
kepada semua teman-teman yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini.

Didalam makalah ini dijelaskan mengenai definisi dari caring, asuhan keperawatan pada klien
dengan kebutuhan cairan dan elektrolit, tinjauan kasus, skenario, pengkajian, pembahasan serta
sampai pada kesimpulan dan saran. Semoga bermanfaat untuk semua pihak yang membacanya. Commented [AA1]: Untuk kata pengantar tidak perlua
dimasukkan tetang isi dari makalah secara detail.

Dalam penyusunannya, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Hal ini disebabkan oleh kurangnya referensi yang mendukung dan lemahnya pengetahuan dan
keterampilan kami sebagai penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun Commented [AA2]: Buat alasan yang lebih masuk akal.
Kalau penyebabnya karena kurang referensi kenapa?
sangat diharapkan demi kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya. Perpustakaannya ngga ada buku? Kl tidak ada di
perpustakaan maka cari di perpustakaan lain. Jika alasannya
Akhir kata, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam kurang pengetahuan dan ketrampilan seharusnya di
tingkatkan bukan sebagai penyebab
penyusununan makalah ini, semoga di kesempatan berikutnya makalah ini dapat lebih baik dari
yang saat ini.

Jakarta, Februari 2017 Commented [AA3]: Bulan februari???

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………….… i


2
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………….... ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………………… 1
1.2 Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum ……………………………………………………………………....... 1
b. Tujuan Khusus ………………………………………………………………………... 1
1.3 Sistematika Penulisan …………………………………………………………………….. 2
BAB II
KERANGKA TEORITIS
2.1 Caring …………………………………………………………………………………….. 3
2.2 Prosedur Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit dengan Infus …………………… 7
2.3 Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Cairan Dan Elektrolit ……………………….. 13
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN SKENARIO
3.1 Skenario …………………………………………………………………………………. 34
3.2 Tinjauan Kasus ………………………………………………………………………….. 34
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Aplikasi Caring pada Tahap Pengkajian Keperawatan …………………………………. 40
4.2 Aplikasi Caring pada Tahap Perumusan Diagnosa Keperawatan ……………………… 41
4.3 Aplikasi Caring pada Tahap Perencanaan Keperawatan ……………………………….. 41
4.4 Aplikasi Caring pada Tahap Implementasi ……………………………………………... 42
4.5 Aplikasi Caring pada Tahap Evaluasi Keperawatan ……………………………………. 43
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………………… 45
5.2 Saran …………………………………………………………………………………….. 45
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Commented [AA4]: Adakah kasus yang menggambarkan
tentang cairan dan caring?
Kemampuan caring perawat terhadap pasien memiliki nilai-nilai perawatan yang
mengubah keperawatan dari pekerjaan menjadi profesi yang lebih terhormat. Caring tidak
hanya mempraktikan seni perawatan, memberi kasih sayang untuk meringankan penderitaan
pasien dan keluarganya, meningkatkan kesehatan dan martabat serta memperluas aktualitas
diri perawat (Fahriani, 2011).
Seorang perawat harus mempunyai sikap caring untuk memberikan asuhan keperawatan
yang bermutu sehingga dalam pelayanan kesehatan dapat memuaskan bagi klien. Kenyataan
hingga saat ini perawat masih terus melaksanakan tugas keperawatan yang hanya berorietasi
pada proses penyakit serta tindakan medis.
Oleh karena itu, sebagai perawat hal yang sangat penting adalah memahami konsep caring
dan mampu menanamkan dalam hati, untuk mampu memperlihatkan kemampuan soft skill
sebagai perawat, yaitu empati, bertanggung jawab, dan tanggung gugat, dan mampu belajar
seumur hidup.
Dan itu semua akan berhasil dicapai oleh perawat kalau mereka mampu memahami apa
itu caring. Saat ini, caring adalah isu besar dalam profesionalisme keperawatan. Mata ajaran
ini mendeskripsikan tentang keperawatan dasar dimana perawat akan mendalami konsep
sebagai dasar ilmu keperawatan. Diharapkan perawat mampu memahami tentang pentingnya
perilaku caring sebagai dasar yang harus dikuasai oleh perawat.
Caring sebagai suatu moral imperative (bentuk moral) sehingga perawat harus terdiri dari
orang-orag yang bermoral baik dan memiliki kepedulian terhadap kesehatan pasien, yang
mempertahankan martabat dan menghargai pasien sebagai seorang manusia, bukan melakukan
tindakan amoral pada saat melakukan tugas pendampingan keperawatan. Commented [AA5]: Sumber?

1.2 Tujuan Penulisan


a. Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mendapatkan gambaran dalam aplikasi
caring pada klien dengan kebutuhan cairan dan elektrolit.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah diharapkan mahasiswa/i mampu:

4
1. Untuk mengetahui pengertian dari caring.
2. Untuk mengetahui perawatan dan caring.
3. Untuk mengetahui asumsi caring.
4. Untuk mengetahui struktur ilmu caring dibangun dari sepuluh faktor carative
5. Untuk mengetahui Prosedur Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit dengan Infus.
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan masalah pemenuhan
kebutuhan cairan dan elektrolit.
7. Untuk mengetahui aplikasi caring pada asuhan keperawatan dengan masalah
pemenuhan kebutuhan cairan elektrolit.
1.3 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika dalam penyusunan makalah ini terdiri dari empat bab, yaitu: BAB I
PENDAHULUAN terdiri dari latar belakang, tujuan (umum dan khusus), sistematika
penulisan. BAB 2 KERANGKA TEORITIS terdiri dari definisi caring, perawatan dan caring,
asumsi caring, struktur ilmu caring dibangun dari sepuluh faktor carative, dan asuhan
keperawatan dengan gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit. BAB III PEMBAHASAN
membahas aplikasi caring pada tahap pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan
keperawatan, implementasi, evaluasi keperawatan. BAB IV PENUTUP terdiri dari
kesimpulan dan saran. Daftar Pustaka.

5
BAB II

KERANGKA TEORITIS

2.1. CARING

A. Definisi caring
Caring sangatlah penting untuk keperawatan. Caring adalah fokus pemersatu untuk
praktek keperawatan. Perilaku caring juga sangat penting untuk tumbuh kembang,
memperbaiki dan meningkatkan kondisi atau cara hidup manusia (Blais, 2007).
Caring juga merupakan sikap peduli, menghormati dan menghargai orang lain, artinya
memberi perhatian dan mempelajari kesukaan – kesukaan seseorang dan bagaimana
seseorang berfikir dan bertindak. Memberikan asuhan (Caring) secara sederhana tidak
hanya sebuah perasaan emosional atau tingkah laku sederhana, karena caring merupakan
kepedulian untuk mencapai perawatan yang lebih baik, perilaku caring bertujuan dan
berfungsi membangun struktur sosial, pandangan hidup dan nilai kultur setiap orang yg
berbeda pada satu tempat ( Dwidiyanti, 2007 ).
Maka kinerja perawat khususnya pada perilaku caring menjadi sangat penting dalam
mempengaruhi kualitas pelayanan dan kepuasan pasien terutama di rumah sakit, dimana
kualitas pelayanan menjadi penentu citra institusi pelayanan yang nantinya akan dapat
meningkatkan kepuasan pasien dan mutu pelayanan ( Potter & Perry, 2005 ).
Perilaku caring dalam keperawatan adalah hal yang sangat mendasar. Caring adalah
kegiatan langsung untuk memberikan bantuan, dukungan, atau membolehkan individu
(kelompok) melalui antisipasi bantuan untuk meningkatkan kondisi individu atau
kehidupan George (2002) dikutip dalam Leininger (1979). Commented [AA6]: Benar referensinya? Kenapa bisa thn
2002 di kutip di buku tahun 1979
Leininger dalam Farland, (2002) mengemukakan juga bahwa caring adalah kebutuhan
Commented [AA7]: Tidak ada dalam daftar pustaka?
dasar manusia yang esensial, caring adalah keperawatan, caring adalah penyembuhan,
caring adalah jantung dan jiwa keperawatan, caring adalah kekuatan, caring adalah ciri-
ciri istimewa dari keperawatan sebagai suatu profesi atau disiplin.

B. Perawatan dan Caring

Menurut Leininger yang dikutip dalam Kozier dkk (2004) menjelaskan bahwa perawatan
dan caring adalah :

6
1. Caring meliputi tindakan-tindakan membantu, mendukung dan menfasilitasi orang lain
atau kelompok yang mempunyai kebutuhan yang nyata atau yang dipikirkan sebelumnya.
2. Caring berfungsi untuk meningkatkan kondisi manusia. Hal ini menekankan aktivitas yang
membantu dari seseorang dan kelompok yang didasarkan kepada model yang membantu
mendefinisikan secara budaya.
3. Caring sangat penting bagi perkembangan manusia, pertumbuhan dan kelangsungan
hidupnya.
4. Perilaku-perilaku caring meliputi rasa nyaman, perhatian, kasih, empati, minat,
keterlibatan, kegiatan konsultasi kesehatan, perilaku membantu, cinta, pengasuhan,
keberadaan, perilaku melindungi, perilaku memberikan stimulasi, penghilangan stress,
dukungan, kelembutan, sentuhan dan kepercayaan.
5. Asumsi-asumsi caring perawat
Caring merupakan kekuatan yang sangat penting dalam hubungan antara pasien dengan
perawat, dan suatu kekuatan untuk melindungi dan meningkatkan martabat pasien. Sebagai
contoh, dibimbing oleh kerangka kerja ini para perawat menggunakan sentuhan dan ucapan
yang jujur untuk menegaskan kepada pasien sebagai manusia, bukan objek-objek, dan
membantu mereka membuat pilihan-pilihan dan menemukan arti dalam pengalaman sakit
mereka (Kozier, 2004).

b. Asumsi Caring

Watson mengemukakan sebelas asumsi yang berhubungan dengan caring, yaitu :

1. Perhatian dan kasih sayang merupakan kekuatan batin yang utama dan universal.
2. Kasih sayang yang bermutu dan caring adalah penting bagi kemanusiaan, tetapi
sering diabaikan dalam hubungan antar sesama.
3. Kemampuan untuk menyokong ideologi dan ideal caring di dalam praktek
keperawatan akan mempengaruhi perkembangan dari peradaban dan menentukan
kontribusi keperawatan kepada masyarakat.
4. Caring terhadap diri sendiri adalah prasyarat bagi caring terhadap orang lain.
5. Keperawatan selalu memegang konsep caring di dalam berhubungan dengan orang
lain dalam rentang sehat-sakit.

7
6. Caring adalah esensi dari keperawatan dan merupakan fokus utama dalam praktek
keperawatan.
7. Pelayanan kesehatan secara signifikan telah menekankan pada human care.
8. Pondasi caring keperawatan dipengaruhi oleh tekhnologi medis dan birokrasi
institusi.
9. Penyediaan dan perkembangan dari human care menjadi isu yang hangat bagi
keperawatan untuk saat ini maupun masa yang akan datang.
10. Human care hanya dapat diterapkan secara efektif melalui hubungan interpersonal.
11. Kontribusi keperawatan kepada masyarakat terletak pada komitmen pada humancare
(Nurachmah, 2001).

c. Struktur ilmu caring dibangun dari sepuluh faktor carative, yaitu:

1. Membentuk sistem nilai humanistik-altruistik.


Watson mengemukakan bahwa asuhan keperawatan didasarkan pada nilai-nilai
kemanusiaan (humanistik) dan perilaku mementingkan kepentingan orang lain
diatas kepentingan pribadi (altruistik). Hal ini dapat dikembangkan melalui
pemahaman nilai yang ada pada diri seseorang, keyakinan, interaksi, dan kultur
serta pengalaman pribadi. Semua ini dirasa perlu untuk mematangkan pribadi
perawat agar dapat bersikap altruistik terhadap orang lain.

2. Menanamkan keyakinan dan harapan ( faith-hope).


Pemahaman ini diperlukan untuk proses carative. Selain menekankan
pentingnya obat-obatan untuk curative, perawat juga perlu memberi tahu individu
alternatif pengobatan lain yang tersedia (mis., meditasi, relaksasi, atau kekuatan
penyembuhan oleh diri sendiri atau secara spritual). Dengan mengembangkan
hubungan perawat-klien yang efektif, perawat memfasilitasi perasaan optimis,
harapan, dan rasa percaya.
3. Mengembangkan sensitivitas untuk diri sendiri dan orang lain.
Seorang perawat dituntut untuk mampu meningkatkan sensitivitas terhadap
diri pribadi dan orang lain serta bersikap lebih otentik. Perawat juga perlu
memahami bahwa pikiran dan emosi seseorang merupakan jendela jiwanya.
4. Membina hubungan saling percaya dan saling bantu (helping-trust).

8
Ciri hubungan helping-trust adalah harmonis, empati, dan hangat. Hubungan
yang harmonis haruslah hubungan yang dilakukan secara jujur dan terbuka, tidak
dibuat-buat.
5. Meningkatkan dan menerima ungkapan perasaan positif dan negatif.
Perawat memberikan waktunya dengan mendengarkan semua keluhan dan
perasaan pasien.
6. Menggunakan proses pemecahan masalah kreatif
Penggunaan sistematis metoda penyelesaian masalah untuk pengambilan
keputusan. Perawat menggunakan metoda proses keperawatan sebagai pola pikir
dan pendekatan asuhan kepada pasien.
7. Meningkatkan belajar mengajar transpersonal.
Memberikan asuhan mandiri, menetapkan kebutuhan personal, dan
memberikan kesempatan untuk pertumbuhan personal pasien.
8. Menyediakan lingkungan yang suportif, protektif, atau memperbaiki mental, fisik,
sosiokultural, dan spiritual.
Perawat perlu mengenali pengaruh lingkungan internal dan eksternal pasien
terhadap kesehatan kondisi penyakit pasien.
9. Membantu memuaskan kebutuhan-kebutuhan manusia.
Perawat perlu mengenali kebutuhan komperhensif diri dan pasien. Pemenuhan
kebutuhan paling dasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat selanjutnya.
10. Memberikan keleluasaan untuk kekuatan ekstensial-fenomenologis-spiritual.
Ketiga faktor ini membantu seseorang mengerti kehidupan dan kematian.
Selain itu, ketiganya dapat membantu seseorang untuk menemukan kekuatan dan
keberanian untuk menghadapi kehidupan dan kematian.

2.2. Prosedur Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit dengan Infus


a. Definisi Commented [AA8]: Definisi tentang apa?

Proses memasukan jarum abocath ke dalam pembuluh darah vena yang kemudian
disambungkan dengan selang infuse dengan selang infuse dan dialirkan cairan infuse. Commented [AA9]: Definisi dari mana sumbernya?

Keadaan-keadaan yang umumnya memerlukan pemasangan infuse adalah:


1. Perdarahan dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah).
2. Trauma abdomen berat (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)

9
3. Fraktur khususnya di pelvis dan femur (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
4. Heart stroke (kehilangan cairan tubuh pada dehidrasi)
5. Diare dan demam (mengakibatkan dehidrasi)
6. Luka bakar luas (kehilangan banyak cairan tubuh)
7. Semua trauma kepala, dada, dan tulang punggung(kehilangan cairan tubuh dan
komponen darah)
8. Dehidrasi
9. Klien yang memakai obat-obat tertentu, seperti diuretic (dapat menyebabkan eksresi air
dan sodium) dan steroid (dapat menyebabkaneksresi potassium).
b. Tujuan
1. Memberikan sejumlah cairan kedalam tubuh ke dalam pembuluh darah vena untuk Commented [AA10]: Mohon diganti kalimatnya karena
terlalu banyak kata “ke dalam”
menggantikan kehilangan cairan tubuh atau zat-zat makanan.
2. Sebagai media pemberian obat.
c. Indikasi
Pemasangan infuse diindikasikan pada klien dengan:
1. Pemberian cairan intravena (intravenous fluids)
2. Pemberian nutrisi parenteral (langsung masuk ke darah) dalam jumlah terbatas.
3. Pemberian kantong darah dan produk darah
4. Pemberian obat yang terus-menerus (kontinyu)
5. Pra dan pasca bedah
6. Dipuasakan
7. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi besar
dengan resiko perdarahan dipasang jalur infuse intravena untuk persiapan jka terjadi syok,
juga untuk memudahkan pemberian obat).
8. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya resiko dehidrasi
(kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembulh darah kolaps (tidak
teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.
d. Kontraindikasi
1. Inflamasi (bengkak,nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infuse.
2. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan untuk
pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis (cuci darah).

10
3. Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh darah vena kecil yang aliran
darahnya lambat (Misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).

e. Hal-hal yang perlu diperhatikan Commented [AA11]: Sumbernya dari mana?

1. Pada klien yang sangat muda dan manula mempunyai vena yang mudah “kabur”. Jadi
perawat harus berhati-hati terhadap dua kelompok tersebut. Pada klien dengan obesitas
umumnya juga sulit ditemukan vena superficial. Gunakan spalk untuk membantu fiksasi
infus.
2. Jika memungkinkan, tanyakan klien lokasi penusukan yang diinginkan.
3. Pilih lokasi penusukan yang paling memungkinkan:
a. Hindari penusukan pada kulit yang terdapat luka, kulit yang terinfeksi atau bagian yang
mengalami penurunan sensasi (misalnya hemiparesis setela stroke). Terkadang perawat
perlu untuk melakukan palpasi untuk menentukan lokasi penusukan.
b. Hindarkan penusukan pada area pergelangan tangan dan lengan tangan atas.
c. Pilih terlebih dulu bagian distal
d. Hindarkan menusuk dibagian tangan dominan.
e. Bila klien pernah dilakukan mastektomi, maka hindarkan penusukan disisi ekstrimitas
yang dilakukan mastektomi.
4. Ukuran abocath untuk anak-anak adalah 22-24 sedangkan pada klien dewasa adalah 24-
26 agar mengurangi trauma penusukan dan aliran infuse cukup sesuai kebutuhan.
5. Gunakan sudut 5-15 derajat pada saat penusukan untuk klien manula karena letak vena
lebih superficial
6. Lakukan pengawasan terhadap pemberian terapi cairan …setelah pemasanga infus.
7. Perawat harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan aliran infuse,
seperti posisi lengan,posisi dan kepatenan abocath, ketinggian botol infuse, dan ukuran
abocath.
8. Instruksikan klien untuk memberitahu perawat jika terdapat tanda dan gejala inflamasi
dan flebitis seperti kemerahan, bengkak, dan nyeri pada lokasi penusukan infuse minta
klien juga untuk memberitahu jika terdapat darah pada selang infuse atau aliran infuse
menjadi terlalu lambat atau terlalu cepat dari biasanya.

11
9. Ajarkan klien untuk meninggikan botol infuse jika klien berpindah tempat. Misalnya: ke
toilet. Minta klien agar tidak membuat lokasi penusukan infuse menjadi basah terkena
air.
10. Minta klien juga untuk memakai pakaian yang mudah untuk dipakai dan dilepaskan
seperti kemeja.
11. Penempatan kanula pada vena proksimal (kubiti atau lengan bawah) sangat dianjurkan
untuk larutan infuse dengan osmolaritas >500mOsm/L. hindarkan vena pada punggung
tangan jika mungkin, terutama pada pasien usia lanjut.
12. Jangan gunakan vena bagian punggung tangan jika anda memberikan : asam
amino+glukosa ; glukosa+elektrolit; DS atau NS yang telah dicampur dengan obat suntik
atau meylon dan lain-lain.
13. Pemasangan infuse dapat menyebabkan beberapa komplikasi, seperti:
a. Hematoma, yakni darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya pembuluh
darah arteri vena, atau kapiler terjadi akibat ujung jarum infus melewati pembuluh
darah.
b. Infiltrasi, yaitun masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar (bukan pembuluh
darah), terjadi akibat ujung jarukm infuse melewati pembuluh darah.
c. Tromboflebitis, atau bengkak (inflamasi) pada pembuluh vena, terjadi akibat infus
yang dipasang tidak dipantau secara ketat dan benar.
d. Emboli udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi darah, terjadi akibat
masuknya udara yang ada dalam cairan infuse ke dalam pembuluh darah.
e. Rasa perih/sakit
f. Reaksi alergi.
14. Perawat harus mengetahui jenis cairan infuse yang diberikan pada klien, seperti
disebutkan dalam table di bawah ini: Commented [AA12]: Sumber dari mana?

Jenis cairan infuse.

Jenis Deskripsi
Cairan Osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum( konsentrasi ion
Hipotonik Na+ lebih rendah dibandingkan serum). Sehingga larut dalam
serum. Maka cairan “ditarik” dari dalam pembuluh darah keluar ke
jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas

12
rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel
yang dituju. Digunakan pada keadaan sel “mengalami” dehidrasi,
misalnya pada pasien cuci darah (dialysis) dalam terapi diuretic,
juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan
ketoasidosis diabetic. Komplikasi yang membahayakan adalah
perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam embuluh darah sel,
menyebabkan kolaps, kardiovaskuler dan meningkatkan tekanan
inkranial (dalam otak) pada beberapa orang . contohnya adalah
NaCl 45%, dan Dekstrosa 2,5%.
Cairan
Osmolaritas (tingkat kepekatan)cairannya mendekati serum
Isotonik
(bagian cair dari kmponen darah). Sehingga terus berada di dalam
pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami
hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah erus
menurin). Memiliki resiko terjadinya overload (kelebihan cairan),
khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi.
Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal
saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0.9%).
Cairan Osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkanserum, sehingga
Hipertonik “menarik” cairan dan elektrolit dan jaringan dan sel ke dalam
pembuluh darah, mampu menstabilkan tekanan darah,
meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak),
penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya:
dextrose 5% NaCl 45% hipertonik, dextrose 5%+ Ringer-Lactate,
Dextrose 5%+NaCl 0.9% produk darah (darah), dan albumin.
Kristaloid Bersifat isotonic, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume
cairan ( volume expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu
yang singkat , dan berguna pada pasien yang ememrlukan cairan
segera. Misalnya : Ringer Laktat dan garam fisiologis.
Koloid Ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak
akan keluar dari membrane kapiler, dan tetap berada dalam

13
pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik, dan dapat menarik
cairan dari luar pembuluh darah contohnya: albumin dan steroid.

f. Prosedur Pemasangan Infus

Persiapan Alat

1. Sarung tangan bersih


2. Kapas alcohol
3. Tourniquet
4. Pengalas
5. Kassa steril
6. Plester
7. Abocath
8. Infus set
9. Betadin
10. Botol infuse (kolf)
11. Bak spuit

14
Persiapan lingkungan
1. Jaga privasi klien

Persiapan Klien

1. Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan Commented [AA13]: Jelaskan apa tujuan tindakan

2. Berikan klien posisi supine atau semifowler dengan lengan diluruskan

Langkah-langkah

1. Cuci tangan
2. Pasang sarung tangan bersih
3. Cek cairan yang digunakan dengan menggunakan prinsip 5 benar medikasi, warna,
kejernihan, tanggal kadaluarsa
4. Buka set infus
5. Pasang roller klem selang infus 2-4 cm di bawah ruang udara. Roller klem dalam posisi
“off”
6. Buka segel botol cairan infus
7. Masukan ujung set infus ke dalam botol cairan infus tanpa harus menyentuh area steril
8. Isi ruang udara dengan cara memijit ruang udara sehingga berisi 1/3 sampai½bagian
9. Buka roller klem dan aliran cairan infus sampai keluar dari ujung selang ke bengkok
10. Periksa adanya udara di sepanjang selang
11. Pasang kembali roller klem dala kondisi “of”
12. Tutup ujung selang dengan penutupnya atau dengan menggunakan jarum+penutup
spuit
13. Pasang pengalas
14. Pasang tourniquet 10-12 cm di atas lokasi penusukan
15. Minta klien untuk mengepalkan tangannya
16. Pilih vena yang akan ditusukan (utamakan dari arah distal)
17. Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol dari arah dalam ke arah
luar (gerakan sirkular). Jangan menyentuh area yang telah dibersihkan

15
18. Tarik kulit ke arah distal berlawanan dengan arah penusukan vena semakin terlihat dan
tidak berubah posisi. Jangan menyentuh area steril
19. Masukan jarum abocath secara perlahan ke lokasi penusukan dengan sudut 20-30
derajat
20. Jika terlihat darah masuk ke dalam kateter abocath maka mengindikasikan posisi
kateter abocath sudah masuk ke dalam pembuluh darah vena
21. Tarik jarum abocath perlahan dan stabilisasi kateter abocath dengan satu tangan
22. Masukan kateter abocath lebih dalam mengikuti arah pembuluh darah. Hati-hati
terdapat tindakan ini karena dapat menyebabkan edema jika pembuluh darah pecah
23. Lepaskan tourniquet
24. Pasang roller klem dalam posisi “on” sehingga caira infus dapat mengalir melalui
selang infus ke arah pembuluh darah. Tetesan cairan infus hanya sebagai maintenance
25. Fiksasi bagian badan kateter abocath dengan plester hipoalergenik seperti posisi pita
menyilang
26. Tambahkan fiksasi di atas badan kateter abocath
27. Berikan desinfektan di area penusukan
28. Pasang kassa steril di area penusukan. Dapat juga memakai “transparan dressing”
29. Fiksasi kembali area penusukan di atas kassa yang dipasang. Jika memakai
“transparant dresing” maka tidak diperlukan fiksasi karena langsung melekat di tubuh
klien
30. Fiksasi juga selang infus
31. Atur tetesan infus sesuai kolaborasi dokter
32. Tulis tanggal dan waktu pemasangan infus. Tulisan ini dapat ditempelkan di atas kassa
infus atau selang infus
33. Rapihkan alat dan klien
34. Lepaskan sarung tangan
35. Cuci tangan
36. Dokumentasi

16
BAB III

TINJAUAN KASUS DAN SKENARIO Commented [AA14]: Untuk tinjauan kasus sebaiknya
dalam bentuk narasi dan gambaran kasus dalam bentuk
A. PARA PEMERAN narasi atau cerita. Skenario sebaiknya berada dibelakang
atau sebagai lampiran
1. Perawat I :

2. Perawat II :

3. Perawat III :

4. Pasien :

5. Anak Pasien :

6. Dokter :

B. Prolog
Pasien bernama Tn. S berumur 33 tahun, tanggal 2 Januari 2017 pada pukul 20.00 WIB
dilarikan ke Rumah Sakit G oleh istrinya yang langsung dirujuk ke ruang ICU, keadaan
umumnya komposmentis Nadi:60 suhu:37°C TD:120/90mmHg RR:20x/menit, pasien
mengeluh lemas pada seluruh tubunya akibat diare, frekuensi BAB sebanyak 7-8x sehari, feses
encer berwarna kuning, feses bercampur darah, terdapat sedikit lendir dan berbau obat, mukosa Commented [AA15]: Maksudnya?
mulut terlihat kering, turgor kulit tidak elastis, serta konjungtiva anemis.

1. Fase Perkenalan

(suatu pagi datanglah seorang perawat ke ruangan)

Perawat I : Selamat pagi bu rosa. ( nilai kratif 1 : pembentukan nilai humanistik dan altruistik,
dan nilai karatif 4 : mengembangkan hubungan saling percaya dan saling membantu
)

Pasien : Selamat pagi sus.

Perawat I : Perkenalkan saya perawat .... , kebetulan saya sedang bertugas diruangan ini, dari
pukul 07.00 sampai pukul 14.00 siang nanti. Disini saya suster yang bertanggung
jawab untuk merawat ibu. (nilai karatif 4 : mengembangkan hubungan saling
percaya dan saling membantu )

Pasien : Ya sus terima kasih.

17
Perawat I : Ibu kesini dengan siapa ? (nilai karatif 1 : Pembentukan nilai Hmanistik dengan Commented [AA16]: Ibunya baru datang dari rumah ke
RS atau sudah di rawat di ruang perawatan?
Mengenali karakteristik klien dengan menanyakan keluarga klien)

Pasien : Bersama anak saya sus.

Perawat I : siapa nama anak ibu ?

Pasien : Dicky, tapi dia sedang keluar mencari makan sus.

Perawat I : ya sudah bu kalau begitu, saya pamit dulu apabila ada yg ingin dibantu bisa pencet
belnya, maka saya akan datang. (Nilai karatif 3 : Menumbuhkan sensivitas terhadap
diri sendiri dan orang lain dengan menawarkan bantuan terhadap masalah yang
dihadapi klien serta memenuhi kebutuhan klien).

2. Tahap Pengkajian

Perawat I : bu Rosa bagaimana kabar ibu hari ini ?

Pasien : Untuk sekarang lumayan agak mendingan sus, tapi di lain waktu suka terasa
pusing tiba-tiba sus dan sudah BAB 4x dalam sehari

Perawat I : Seberapa sering ibu merasa lemas dan pusing ? (sambil mempertahankan kontak
mata dengan pasien) (Nilai karatif 4 : Mengembangkan hubungan saling
membantu dengan mempertahankan kontak mata dengan klien dan berbicara
dengan suara lembut)

Pasien : Biasanya saya merasa sering pusing dan lemas ketika hari menjelang siang atau
saat merasa lapar. (nilai karatif 5: meningkatkan dan menerima ekspresi
perasaan positif maupun negatif dengan memberikan kesempatan kepada klien
untuk mengekspresikan perasaannya)

Perawat I : Kalau boleh saya tau sejak kapan ibu merasakan hal itu ?

Pasien : Sudah cukup lama. Dan belakangan ini semakin sering

Perawat I : Apakah ibu memiliki riwayat penyakit tertentu ?

Pasien : Saya memang memiliki riwayat anemia keturunan sus

18
Perawat I : Apakah keluarga yang lain memiliki riwayat penyakit yang sama?

Pasien : Ibu saya menderita penyakit yang sama

Perawat I : Apakah saudara ibu ada yang menderita penyakit yang sama juga ?

Pasien : Tidak ada

Perawat I : Baiklah kalo begitu saya akan mengkonsultasikan keluhan ibu pada dokter
penanggung jawab. Saat jam makan siang nanti saya akan kembali

Pasien : Oh begitu, baik sus

3. Tahap diagnosa

Setelah perawat berbincang pada pasien, perawat pun bergegas menuju ke ruangan dokter

Perawat I :”(tok...tok) permisi dok”

Dokter : “Iya sus, silahkan duduk, ada keperluan apa ?”

Perawat I : “Ini dok, ada pasien yang bernama ..... ia berusia 33 tahun datang
kerumah sakit dengan keluhan badannya lemas dan sedikit pusing, Commented [AA17]: Pasien baru datang?

ditambah dia sudah 4 kali buang air besar dalam sehari.”

Dokter :”Baik saya akan menuju keruangan pasien untuk memeriksa


keadannya.”

Perawat I :”Baik dok, silahkan. (perawat ikut mendampingi dokter).

4. Tahap perencanaan

Setelah diperiksa, dokter meminta perawat untuk melakukan tindakan pemasangan

infus pada ibu ....

Dokter : “ Baik kalau begitu langsung saja berikan tindakan pemasangan infus
untuk memenuhi kebutuhan cairan.”

Perawat I :” Baik dok, saya akan segera melakukan tindakan tersebut”.

19
5. Tahap implementasi

Perawat pun segera menyiapkan alat-alat untuk melakukan tindakan pemasangan infus.

Perawat I : Permisi ibu, disini saya akan melakukan tindakan pemasangan infus
karena ibu harus segera mendapatkan pemenuhan cairan, agar cairan
ibu terpenuhi. Sebelum saya melakukan tindakan, ada yang ingin ibu
tanyakan ?” (Nilai karatif 2 : Menanamkan sikap penuh harapan Commented [AA18]: Jelaskan apa itu pemasangan infus
dan tanyakan apakah yang bersangkutan bersedia (informed
dengan Memberi informasi pada klien tentang tindakan keperawatan consent)

yang akan diberikan)

Pasien :”Baiklah sus saya bersedia, tapi sebelumnya ada yang mau saya
tanyakan sus, apakah di infus itu berbahaya atau tidak sus, lalu ada
efek sampingnya tidak sus ?”

Perawat I :”Tidak ada efek sampingnya bu, tetapi pada saat dimasukkan jarum, Commented [AA19]: Benar kah tidak ada efek
sampingnya?
agak sedikit sakit, naah nanti ibu tarik nafas ya bu dan jangan ditarik
tangannya, bagaimana bu, apakah ibu sudah mengerti ? tolong kerja
samanya ya bu..” ( nilai karatif 2 : menanamkan sikap penuh harapan
dengan memberi informasi pada klien tentang pengobatan yang akan
diberikan)

Pasien : “Iya sus, saya sudah mengerti.

Perawat I : “baik bu, saya akan memulai tindakan memasang infus”

Pasien :”Aduh agak sedikit sakit ya sus (Meringis, menahan kesakitan).

Perawat II :”Iya bu memang reaksinya seperti itu, ibu rileks saja ini tidak ada efek
sampingnya, jadi ibu tidak usah khawatir ya bu.

Pasien :”Oh begitu sus, makasih ya sus”.

Perawat II :”Iya sama-sama bu, baiklah bu saya kembali keruangan , kalau ada
apa-apa tolong pencet bel saja bu atau panggil keruangan. Selamat
beristirahat ya bu..

20
Setelah perawat selesai melakukan tindakan, beberapa jam kemudian dokter masuk

kembali untuk memeriksa keadaan pasien.

Dokter :”Selamat siang bu rosa”.

Pasien :”Siang dok”.

Dokter :”Perkenalkan saya dokter diki, saya dokter penanggung jawab ibu
disini, saya akan memeriksa keadaan ibu, tadi ibu sudah dipasang
infus, sekarang saya akan memeriksa kondisi ibu”.

Anak :”Dok, ibu saya mau diapain lagi, tadi ibu saya sudah ditusuk, kasihan
ibu saya dok, jangan diapa-apain lagi”.

Dokter :”Tenang saja dek, ibu kamu akan baik-baik saja. Saya akan
memberikan yang terbaik untuk ibu kamu”.

Pasien :” Iya de tidak usah khawatir, dokter sudah berpengalaman pasti dia
akan memberikan yang terbaik”.

Anak :”Iya bu, aku gak mau ibu kenapa-kenapa, aku mau ibu cepat
sembuh”.

Dokter :”naah, sekarang bagaimana kondisi ibu sudah agak mendingan apa
masih ada keluhan ?”

Pasien :”Saya masih sering merasakan pusing dok, pusingnya gak hilang-
hilang, terus kalo melihat pandangan itu agak burem”.

Dokter :”Coba sebentar saya periksa dulu ya bu”.

Sementara itu dokter sedang memeriksa keadaan pasien tersebut dan setalah diperiksa

Ternyata pasien tersebut kekurangan darah dan harus segera diberikan tindakan

transfusi darah.

6. Tahap Evaluasi dan Terminasi

21
3 hari kemudian dokter didampingi perawat untuk mengecek kembali keadaan pasien

dan pasien tersebut keadaannya sudah mulai membaik.

Dokter :”Selamat sore bu..

Pasien :”Selamat sore dok.

Dokter :”Bagaimana keadaannya sekarang bu pusingnya sudah hilang apa


belum bu ?

Pasien :”Sudah mulai membaik dok dan sudah tidak pusing lagi”.

Dokter :”waaah, bagus kalau begitu bu, wajah ibu juga sudah telihat lebih
segar dan mungkin hari ini ibu sudah bisa pulang bu”.

Pasien :”Iya makasih dok, waaahh ternyata sekarang saya boleh pulang dok ?

Dokter :”Iya bu, karna setelah saya periksa ternyata kebutuhan cairan ibu
sudah terpenuhi, dan nanti 10 menit lagi perawat akan masuk ke
ruangan untuk melepaskan infuse ibu,

Pasien :”Baik dok, terimakasih ya dok..”

22
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Aplikasi Caring pada Tahap Pengkajian Keperawatan

1. Pengertian Pengkajian
Adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis untuk dikaji dan
dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik,
mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan. Commented [AA20]: Menurut siapa? Sumber dari mana?

2. Aplikasi caring Commented [AA21]: Buat dengan menggunakan sumber


atau jurnal akan lebih baik
 Perawat memperkenalkan diri dan ucapkan salam saat pertama kali kontak dengan klien
yaitu saat proses wawancara berlangsung (nilai karatif 4 : mengembangkan hubungan
saling percaya, dan saling membantu)
 Perawat melakukan pengkajian secara menyeluruh (pengkajian yang holistik/bio-psiko-
sosio-spritual-kultural) ( nilai karatif 1 : pembentukan nilai Humanistik dan Altruistik)
 Saat berkomunikasi dengan klien harus selalu tersenyum dengan klien,
mempertahankan kontak mata dengan klien, berbicara dengan suara lembut, posisi
perawat berhadapan dengan klien saat berkomunikasi ( nilai karatif 4 : mengembangkan
hubungan saling percaya, dan saling membantu)
 Perawat menunjukan perhatian kepada klien dengan menyakan keadaan/keluhan yang
dirasakan serta dengan begitu dapat juga diperoleh informasi mengenai keadaan klien (
nilai karatif 5 : meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif maupun negatif)
 Perawat memiliki pendekatan yang konsisiten pada klien (nilai karatif 1: pembentukan
nilai humanistik dan altruistik)
 Menghargai dan menghormati pendapat, hak dan keputusan klien (nilai karatif 1:
pembentukan nilai humanistik dan altruistik)
 Memberikan kesempatan pada klien untuk mengekspresikan perasaannya (nilai karatif
5: meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif maupun negatif)
 Mengungkapkan bahwa perawat menerima kelebihan dan kelemahan klien (nilai karatif
5: meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif maupun negatif)
 Mendorong klien untuk mengungkapkan harapan terhadap kondisi saat ini (nilai karatif
5: meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif maupun negatif)

23
 Menjadi pendengar aktif pada setiap keluhan pasien baik yang menyenangkan maupun
tidak menyenangkan (nilai karatif 5: meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan
positif maupun negatif)
 Perawat memberikan dukungan moral, rasa aman dan nyaman kepada klien (nilai karatif
8: menciptakan lingkungan yang suportif, protektif dan korektif dan atau perbaikan
fisik, mental, sosiokultural, dan spiritual.)

4.2 Aplikasi Caring pada Tahap Perumusan Diagnosa Keperawatan

1. Diagnosa Keperawatan

Adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko
perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan
menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito,2000). Commented [AA22]: Tidak ada dalam daftar pustaka

2. Aplikasi Caring Commented [AA23]: Buat berdasarkan referensi atau


jurnal
 Mendampingi dan menenangkan klien ketika menghadapi masalah atau penderitaan (nilai
karatif 3 : menumbuhkan sensitivitas / kepekaan terhadap diri sendiri atau orang lain)
 Melibatkan klien dan keluarga dalam menentukan masalah keperawatan dan prioritas
(nilai karatif 6 : menggunakan metode sistematis dalam menyelesaikan masalah untuk
pengambilan keputusan secara kreatif dan individualistik )
 Memberikan motivasi pada klien untuk mengahadapi penyakitnya secara realistik ( nilai
karatif 2: menanamkan sikap penuh harapan)

4.3 Aplikasi Caring pada Tahap Perencanaan Keperawatan

1. Perencanaan
Adalah Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih dari
status kesehatan saat ini kestatus kesehatan yang di uraikan dalam hasil yang di harapkan
(Gordon,1994). asuhan perawatan dari satu perawat ke perawat lainnya. Sebagai hasil, Commented [AA24]: Tidak ada dalam daftar pustaka

semua perawat mempunyai kesempatan untuk memberikan asuhan yang berkualitas tinggi
dan konsisten. Rencana asuhan keperawatan tertulis mengatur pertukaran informasi oleh
perawat dalam laporan pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis juga mencakup
Commented [AA25]: Potter buku tahun 1997 atau 2005?
kebutuhan klien jangka panjang (potter,1997) Tidak konsisten dengan daftar pustaka

24
2. Aplikasi Caring Commented [AA26]: Buat sesuai referensi dan jurnal

 Merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proses keperawatan sesuai dengan


masalah kien ( nilai karatif 6 : menggunakan metode sistematis dalam menyelesaikan
masalah untuk pengambilan keputusan secara kreatif dan individualistik )
 Menetapkan rencana keperawatan bersama dengan klien dan keluarga (Melibatkan klien
dan keluarga dalam menentukan maslah keperawatan dan prioritas (nilai karatif 6 :
menggunakan metode sistematis dalam menyelesaikan masalah untuk pengambilan
keputusan secara kreatif dan individualistik )
 Perawat mendiskusikan kondisi klien dan memberikan umpan balik pada klien (nilai
karatif 4 : mengembangkan hubungan saling percaya, dan saling membantu)

4.4 Aplikasi Caring pada Tahap Implementasi

1. Pengertian Implementasi
Implementasi adalah Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.
Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-
faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.
2. Aplikasi Caring Commented [AA27]: Sesuaikan dengan referensi dan
jurnal
 Memberikan informasi pada klien tentang tindaka keperawatan dan pengobatan yang
akan diberikan (nilai karatif 2 : menanamkan sikap penuh harapan )
 Membantu klien untuk alternatif tindakan keperawatan dan pengobatan yang telah
ditetapkan (nilai karatif 2 : menanamkan sikap penuh harapan )
 Mendorong klien melakukan hal-hal positif atau bermanfaat terkait dengan proses
penyembuhannya (nilai karatif 2 : menanamkan sikap penuh harapan )
 Menawarkan bantuan terhadap masalah yang dihadapi klien serta memenuhi
kebutuhan klien (nilai karatif 3: menumbuhkan sensitivitas atau kepekaan terhadap diri
sendiri dan orang lain)
 Melibatkan klien dan keluargadalam setiap tindakan (nilai karatif 6: menggunakan
metode sistematis dalam penyelesaian masalah untuk mengambil keputusan secara
kreatif dan individualistik)

25
 Bersedia memenuhi kebutuhan dasar dengan iklas (nilai karatif 9: memenuhi KDM
dalam rangka mempertahankan kebutuahan dan martabat manusia)
 Menghargai klien dan privasi klien ketika sedang memenuhi kebutuhannya (nilai
karatif 9: memenuhi KDM dalam rangka mempertahankan kebutuahan dan martabat
manusia)
 Memberikan kesempatan kepada klien dan keluarga untuk melakukan hal-hal yang
bersifat ritual demi proses kesembuhannya tetapi yang tidak merugikan (nilai karatif
10: mengijinkan untuk terbuka eksistensi fenomenologis dimensi spiritualitas
penyembuhan)
 Mampu memfasilitasi kebutuhan klie dan keluarga terhadap keinginan melakukan
terapi alternatif sesuai pilihannya atau terap komplementer (nilai karatif 10:
mengijinkan untuk terbuka eksistensi fenomenologis dimensi spiritualitas
penyembuhan)
 Memotivasi klien dan keluarga untuk berserah diri pada tuhan yang maha esa (nilai
karatif 10: mengijinkan untuk terbuka eksistensi fenomenologis dimensi spiritualitas
penyembuhan)
 Membimbing klien untuk melakukan tindakan keperawatan ( nilai karatif 1 :
pembentukan nilai humanistik dan altruistik)
 Perawat menunjukan sikap sabar dalam melakukan proses keperawatan pada klien
(nilai karatif 3: menumbuhkan sensitifitas atau kepekaan terhadap diri sendiri dan
orang lain)
 Perawat menyarankan kepada klien bila ada kesulitan/menemui masalah segera
menghubungi perawat (nilai karatif 4 : mengembangkan hubungan saling percaya, dan
saling membantu)
 Perawat Memiliki rasa empati misalnya menolong klien dalam menghilangkan rasa
sakit sesegera mungkin

4.5 Aplikasi Caring pada Tahap Evaluasi Keperawatan

1. Pengertian Evaluasi
Adalah criteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan
proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana

26
proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan
antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya.

2. Aplikasi Caring Commented [AA28]: Sesuaikan dengan referensi dan


jurnal
 Melibatkan pasien dan keluarga dalam setiap evaluasi tindakan keperawatan (nilai
karatif 6 : menggunakan metode sistematis dalam menyelesaikan masalah untuk
pengambilan keputusan secara kreatif dan individualistik )
 Meyakinkan klien tentang kesediaan perawat untuk menjelaskan perkembangan
yang terjadi pada klien (nilai karatif 7:meningkatkan proses pembelajaran dalam
hubungan interpersonal)
 Menyiapkan klien dan keluarga ketika akan menghadapi situasi berduka (nilai
karatif 10: mengijinkan untuk terbuka eksistensi penomenologis dimensi
spiritualitas)

27
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kita sebagai perawat, hal yang sangat penting adalah memahami konsep caring dan
mampu menanamkan dalam hati, untuk mampu memperlihatkan kemampuan soft skill sebagai
perawat, yaitu empati, bertanggung jawab, dan tanggung gugat, dan mampu belajar seumur
hidup. Karena Caring merupakan kekuatan yang sangat penting dalam hubungan antara
pasien dengan perawat, dan suatu kekuatan untuk melindungi dan meningkatkan martabat
pasien.

Dalam kasus yang sering ditemukan di Rumah Sakit yaitu seringnya pemakaian infus
pada pasien. Dalam pemasangan infus, kita sebagai perawat perlu memperhatikan sikap
Caring kita saat melakukan pemasangan infus. Agar pasien merasa diperhatikan yang
dilakukan oleh perawat. Kita sebagai perawat juga jangan lupa menulis asuhan keperawatan
dan apa saja yang kita lakukan kepada pasien.

5.2 Saran

Kita sebagai tenaga kesehatan yaitu perawat, harus tetap melakukan sikap caring kepada
pasien. Walaupun kita sedang mengalami masalah, kita tetap harus memperhatikan pasien.
Karena dari sikap caring kita kepada pasien dapat menimbulkan rasa kenyamanan dan selalu
diperhatikan. Kita sebagai perawat juga jangan lupa menulis asuhan keperawatan dan apa saja
yang kita lakukan kepada pasien.

28
DAFTAR PUSTAKA

Aryani, Ratna dkk. 2009. Prosedur Klinik Pada Mata Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:
Trans Info Media.

Blais.2007. Praktik keperawatan profesional konsep perspektif Edisi 4.Jakarta: EGC

Berman, Audrey dkk. 2009. Kozier dan Erb: Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Edisi 5.
Diterjemahkan oleh: Eny Meiliya, Esty Wahyuningsih, Devi Yulianti. Jakarta: EGC.

Dwidiyanti, M. 2007. Caring.Semarang : Hapsari.


Fahriani, T.2011. Analisis budaya organisasi berhubungan dengan perilaku caring perawat
pelaksana di ruang rawat inap RSSA Malang. Tesis Program Pascasarjana Universitas
Airlangga Program Studi Ilmu Keperawatan FK. Surabaya: Universitas Airlangga.
Hidayat, Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah. 2005. Buku Saku Praktikum: Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta: EGC.

Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi, Konsep, dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Kozier, B., et al. 2004. Fundamental of Nursing: Concepts, Process and Practice. (7th ed). New
Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Nurachmah.2001. Nutrisi dalam Keperawatan. Jakarta: CV.INFOMEDIA.
Potter, P.A, &Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, proses, dan
praktik (Yasmin Asih, dkk, Penerjemah). (Edisi 4).Jakarta: EGC.

29

Das könnte Ihnen auch gefallen