Sie sind auf Seite 1von 38

PENGANTAR

Petunjuk pelaksanaan pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah ini merupakan revisi
dari petunjuk pelaksanaan yang dibuat sebelumnya yang dapat digunakan sebagai acuan
dalam pelaksanaan pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah atau pengukuran
kadastral. Revisi ini dibuat dengan memperhatikan aspek-aspek baik teknis maupun non-
teknis yang berkembang di lapangan dan mempengaruhi kualitas hasil pengukuran. Revisi ini
ditujukan agar hasil yang diperoleh sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Dengan adanya buku petunjuk pelaksanaan pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah
ini diharapkan pelaksanaan kegiatan pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah dapat
dilaksanakan semakin baik di masa mendatang dan terdapat keseragaman dalam penyajian
hasil pengukuran.

Dalam penyusunan buku petunjuk pelaksanaan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
kritik dan saran terbuka bagi penyempurnaan buku ini.

Jakarta, 11 Maret 2014


Direktur Penetapan Batas Bidang Tanah dan Ruang,

Ir. Heru Susanto W.


NIP. 19540315 198203 1 004

Petunjuk Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Batas Bidang Tanah


1
DAFTAR ISI

1. PENDAHULUAN 3

2. DASAR HUKUM 4

3. AZAS PENGUKURAN KADASTRAL 5

4. KOMPONEN TERKAIT 6

5. PERSYARATAN PENGAJUAN PERMOHONAN PENGUKURAN BIDANG TANAH 7

6. PROSEDUR PELAKSANAAN PENGUKURAN DAN PEMETAAN BIDANG TANAH 8

7. BIAYA 16

8. PENGGUNAAN BIAYA OPERASIONAL PELAKSANAAN PELAYANAN PENGUKURAN 18

BIDANG TANAH YANG DITETAPKAN BATASNYA

9. PETA BIDANG TANAH 20

Petunjuk Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Batas Bidang Tanah


2
1. PENDAHULUAN
Salah satu tugas pokok dan fungsi Direktorat Penetapan Batas Bidang Tanah dan Ruang
adalah pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah untuk keperluan permohonan
HGU. Pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah disebut juga pengukuran kadastral,
yaitu pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah dalam rangka pendaftaran tanah
(Recht Cadastre). Selain dalam rangka permohonan hak, memperhatikan perkembangan
yang terjadi sampai pada saat ini, pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah juga
dilaksanakan dalam rangka untuk mengetahui luas dan juga pengukuran ulang untuk
mengikatkan pada sistem koordinat nasional bagi bidang-bidang HGU lama yang masih
memiliki sistem koordinat lokal.

Pelaksanaan pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah ini berdasarkan Peraturan
Menteri Negara Agraria atau Kepala Badan Pertanahan Nasional (PMNA/Ka.BPN) Nomor
3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
1997 tentang Pendaftaran Tanah dilaksanakan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota
untuk luas bidang tanah sampai dengan 10 Ha, Kantor Wilayah BPN Provinsi untuk luas
bidang tanah 10 Ha s/d 1.000 Ha, dan BPN RI untuk bidang tanah dengan luasan diatas
1.000 Ha. Pengukuran kadastral ini di BPN RI dilaksanakan oleh Sub-Direktorat Batas
Bidang Tanah, Direktorat Penetapan Batas Bidang Tanah dan Ruang (Dit. PB2TR), Deputi
Bidang Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah.

Dalam pelaksanaannya, pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah di BPN RI dapat
dilimpahkan kepada Kantor Wilayah BPN Provinsi, demikian juga dari Kantor Wilayah
BPN Provinsi kepada Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dengan pertimbangan hal-hal
sebagai beikut :

a. Beban pekerjaan tinggi (jumlah permohonan pengukuran dan pemetaan batas


bidang tanah yang diterima dalam satu tahun anggaran berjalan sangat banyak);
b. Ketersediaan tenaga, peralatan dan target pagu DIPA tahun anggaran bersangkutan;
c. Karakteristik kondisi lapangan (permasalahan) pada lokasi pengukuran dan
pemetaan batas bidang tanah yang memerlukan pendekatan lokal pada saat
pelaksanaan pengukuran.

Apabila pelaksanaan pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah dilimpahkan,


sebagai ‘pemberi pekerjaan’ atau pihak yang melimpahkan pekerjaan perlu melakukan
kegiatan supervisi. Hal ini dimaksudkan agar pelaksanaan pengukuran sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan. Selain itu, wajib bagi Kantor Wilayah yang menerima
pelimpahan untuk melaporkan hasil pengukuran disertai dengan cetak peta dan file
elektronik Peta Bidang Tanah yang telah dibuat agar data base yang ada di BPN RI dapat
diperbaharui.

Produk dari pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah adalah Peta Bidang Tanah
(PBT). Sebagai salah satu kegiatan dalam rangka pendaftaran tanah, PBT bukan
merupakan bukti kepemilikan tanah oleh karena produk akhir dari kegiatan pendaftaran
tanah dan sebagai bukti yang kuat atas hak atas tanah adalah sertipikat. Batas-batas
bidang tanah yang tergambar pada PBT merupakan batas-batas yang dimohon oleh

Petunjuk Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Batas Bidang Tanah


3
pemohon HGU. Petugas ukur mengukur batas-batas yang ditunjukkan oleh pemohon
HGU dimana sebelum pengukuran dilaksanakan telah dipasang tanda batas oleh
pemohonnya.

Peta Bidang tanah merupakan media dasar bagi panitia pemeriksaan tanah dalam
pelaksanaan tugas pemeriksaan tanah untuk mengklarifikasi kebenaran batas-batas
bidang tanah di lapangan, apakah telah sesuai dengan fakta penguasaan tanahnya atau
adanya penguasaan pihak lain di lapangan. PBT terlebih dahulu harus diverifikasi oleh
panitia pemeriksa tanah “B” sebelum di kutip sebagai surat ukur untuk lampiran
sertipikat. PBT dapat direvisi atau bahkan dapat dibatalkan apabila berdasarkan
pemeriksaan tanah oleh Panitia Pemeriksa Tanah “B”atau berdasarkan bukti-bukti yang
sah menurut hukum di dalamnya terdapat penguasaan atau pemilikan pihak lain.

Mengingat bahwa pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah yang dilaksanakan
adalah dalam rangka pendaftaran tanah, maka PBT yang diterbitkan dalam rangka
permohonan HGU dalam waktu lima tahun harus ditindak lajuti dengan permohonan
haknya. Batas-batas yang tergambar pada PBT yang lebih dari lima tahun dapat
berubah oleh karena kejadian alam atau perbuatan manusia sehingga perlu dicek
kembali kesesuaiannya apabila lebih dari masa tersebut. Oleh karena itu, PBT yang telah
melebihi batas waktu berlakunya harus diperbaharui atau direvisi dengan dilengkapi
persyaratan dan ketentuan sebagaimana permohonan baru. PBT dapat dibatalkan
apabila dalam pemeriksaan tanahnya ditemukan bahwa bidang yang dimohon tidak
disertai bukti perolehan tanah. Selain itu PBT dapat batal dengan sendirinya apabila izin
lokasinya telah berakhir/dicabut namun pemohon tidak melakukan perolehan tanah
sama sekali atau terjadi perubahan batas penguasaan atau pemilikan.

2. DASAR HUKUM
Peraturan yang melandasi pelaksanaan pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah
adalah sebagai berikut :
1. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok Pokok Agraria.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
3. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Badan Pertanahan Nasional.
4. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional.
5. Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3
Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.
6. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia.
7. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan.

Petunjuk Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Batas Bidang Tanah


4
8. Petunjuk Teknis Pendaftaran Tanah Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Materi Pengukuran dan
Pemetaan.
9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.02/2010 tentang Indeks dalam
Rangka Penghitungan Penetapan Tarif Pelayanan PNBP pada Badan Pertanahan
Nasional.
10. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 237/KMK.02/2010 tentang Persetujuan
Penggunaan Sebagian Dana Penerimaan Negara Bukan Pajak pada Badan
Pertanahan Nasional.

3. AZAS PENGUKURAN KADASTRAL


Pendaftaran tanah di Indonesia dilaksanakan berdasarkan prinsip pendaftaran tanah
dengan kekuatan bukti, yaitu produk yang dihasilkan harus mempunyai kekuatan hukum
pembuktian di pengadilan, sehingga dapat memberikan jaminan kepastian hukum
kepada masyarakat.

Pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah dalam rangka pendaftaran tanah dengan
kekuatan bukti harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

a. Data pengukuran (data ukur lapangan, gambar ukur, peta bidang, peta dasar
pendaftaran, surat ukur) yang diperoleh harus dapat mengkonstruksi kembali
(rekonstruksi) batas-batas bidang tanah yang bersangkutan di lapangan; dan
b. Batas-batas bidang tanah ditetapkan dengan persetujuan pemilik yang berbatasan
(contradicture delimitasi).
Untuk memperoleh hasil pengukuran yang memenuhi kriteria diatas, pengukuran dan
pemetaan batas bidang tanah harus diikatkan pada titik dasar teknik atau witness marks
(titik obyek tetap yang dapat diidentifikasi di kemudian hari, dapat berupa obyek alami
maupun titik tetap buatan manusia) agar dapat direkonstruksi kembali batas-batasnya.
Disamping itu, pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah harus dilaksanakan
dengan standar ketelitian yang ditetapkan, seperti dengan melakukan jumlah
pengamatan tertentu, membuka tutupan kanopi atau lainya yang dapat menyebabkan
multipath, dan lain sebagainya.

Untuk menghindari terjadinya penerbitan sertipikat pada lokasi yang sama, hasil
pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah harus dipetakan pada peta dasar
pendaftaran tanah. Yang dimaksud peta dasar pendaftaran tanah adalah peta rupa bumi
yang digunakan sebagai media dasar untuk memetakan bidang-bidang tanah yang telah
bersertipikat/terdaftar. Dalam satu Kantor Pertanahan, peta dasar yang digunakan untuk
pemetaan bidang-bidang tanah harus tunggal yang mencakup seluruh wilayah
administrasi. Peta dasar yang digunakan untuk pemetaan bidang-bidang tanah biasanya
peta skala dasar skala 1/1.000 atau 1/2.500 untuk pemetaan bidang-bidang tanah yang
luasnya kecil dan 1/10.000 atau 1/25.000 untuk pemetaan bidang-bidang tanah yang

Petunjuk Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Batas Bidang Tanah


5
luasnya besar, misalnya bidang-bidang tanah HGU. Disamping itu, petugas ukur harus
terlebih dahulu melakukan check plot pada peta dasar pendaftaran tanah untuk
mengetahui apakah pada lokasi yang akan diukur telah terbit sertipikat atau peta bidang
tanah/surat ukur.

4. KOMPONEN-KOMPONEN TERKAIT
Komponen-komponen yang terkait dalam pelaksanaan pengukuran dan pemetaan batas
bidang tanah adalah :
a. Unit Pelaksana pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah :
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor
24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, unit pelaksana pengukuran dan pemetaan
batas bidang tanah adalah :
- Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota untuk bidang tanah dengan luas di bawah 10
Ha.
- Kantor Wilayah BPN Provinsi untuk bidang tanah dengan luas 10 Ha s/d 1000 Ha.
- Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia untuk bidang tanah dengan luas
di atas 1000 Ha.
b. Subyek pemohon pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah
Subyek Hak Atas Tanah yang boleh mengajukan permohonan pengukuran dan
pemetaan batas bidang tanah berdasarkan pasal 20, 30, 36 UUPA adalah :
- Warga Negara Indonesia
- Badan Hukum yang sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku.
Khusus untuk permohonan Hak Pakai, berdasarkan Pasal 42 UUPA, selain subyek hak
tersebut di atas, Hak Pakai dapat diberikan kepada orang asing atau badan hukum
asing yang berkedudukan di Indonesia.
c. Obyek hak atas tanah yang dapat diajukan permohonan pengukuran dan pemetaan
batas bidang tanahnya berdasarkan UUPA adalah :
- Tanah adat
- Tanah negara

Terkait dengan permohonan pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah dalam
rangka permohonan Hak Guna Usaha, pemohon wajib memperoleh ijin lokasi dari
Bupati, sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 2 Tahun 1999. Dalam peraturan tersebut juga diatur mengenai batas
luas maksimum penguasaan tanah yang dapat diberikan ijin lokasi untuk hak guna usaha
di bidang perkebunan untuk semua komoditas, yaitu 20.000 Ha dalam satu provinsi
untuk semua komoditas kecuali tebu, 60.000 Ha untuk komoditas tebu, 100 Ha untuk
bidang usaha tambak di Jawa dan 200 Ha untuk bidang usaha tambak di luar pulau Jawa.
Apabila tanah yang diajukan permohonan tersebut merupakan kawasan hutan, maka
terhadap tanah tersebut perlu adanya pelepasan kawasan hutan dari Menteri Kehutanan
berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Kehutanan, Menteri Pertanian dan Kepala

Petunjuk Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Batas Bidang Tanah


6
Badan Pertanahan Nasional Nomor : 364/Kpts-II/90, Nomor 519/Kpts/HK.050/7/90,
Nomor 23-VIII-1990.

5. PERSYARATAN PENGAJUAN PERMOHONAN PENGUKURAN BIDANG


TANAH
Permohonan pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah yang masuk ke Direktorat
Penetapan Batas Bidang Tanah dan Ruang adalah permohonan untuk pengukuran
kadastral dengan luas di atas 1000 Ha dalam rangka permohonan HGU atau dapat juga
dalam rangka pengukuran ulang. Permohonan yang diajukan secara tertulis ditujukan
kepada Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi (sesuai kewenangan) atau kepada Kepala
BPN RI (sesuai kewenangan) melalui Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi setempat
dengan tembusannya disampaikan kepada Kepala Kantor Pertanahan yang daerah
kerjanya meliputi letak tanah yang bersangkutan.
Setelah berkas permohonan HGU diterima, Kepala Kantor Wilayah memeriksa dan
meneliti kelengkapan berkasnya dan mencatat di formulir data isian serta membuat
surat pengantar ke Deputi Bidang Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah up Dit. PB2TR
untuk luas bidang tanah di atas 1.000 Ha.
Adapun syarat pengajuan permohonan pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah
dalam rangka pengajuan hak guna usaha sesuai Surat Edaran Deputi Bidang Hak Tanah
dan Pendaftaran Tanah Nomor 801/16.1-300/III/2014 tanggal 4 Maret 2014 perihal
Petunjuk Pelaksanaan Permohonan Pengukuran Bidang Tanah Hak Guna Usaha (HGU)
dengan luas lebih dari 1.000 Ha, yaitu :
1. Surat Permohonan Pengukuran dan Pemetaan Batas Bidang Tanah dari
Perusahaan/Badan Hukum.
2. Perolehan Lahan sesuai Izin Lokasi.
3. Izin Pelepasan Kawasan Hutan dari Menteri Kehutanan, untuk bidang tanah yang
terletak dalam kawasan hutan.
4. Peta Permohonan Pengukuran dilengkapi layer tugu-tugu batas bidang tanah yang
telah terpasang dan telah disahkan oleh Pimpinan Perusahaan.
5. Izin Usaha Perkebunan yang masih berlaku.
6. Akta Pendirian Perusahaan.
7. Fotocopy KTP Pemilik/Direktur Perusahaan.
8. Peta Telaah areal yang dimohon pengukurannya dari Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional.
9. Surat Pernyataan Tidak Sengketa dan Surat Pernyataan Telah Memasang Tanda
Batas yang dilampiri dengan Daftar Koordinat Tugu Batas yang telah dipasang.
10. Catatan permasalahan (jika ada).
11. Surat Pengantar Permohonan Pengukuran dan Pemetaan Batas Bidang Tanah dari
Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional.

Petunjuk Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Batas Bidang Tanah


7
Permohonan pengukuran yang berasal dari 1 (satu) Izin Lokasi namun pembebasan
tanahnya tidak dalam satu hamparan (sporadik), maka permohonan pengukurannya
diajukan dalam satu permohonan dengan luas tanah hasil penjumlahan bidang-bidang
tanah sporadik (kumulatif).

Persyaratan angka 1 (satu) sampai 10 (sepuluh) tersebut merupakan lampiran Surat


Pengantar Permohonan Pengukuran Bidang Tanah yang ditujukan kepada Deputi Bidang
Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah, Up. Direktur Penetapan Batas Bidang Tanah dan
Ruang. Perolehan Lahan terdiri dari Rekapitulasi Perolehan Lahan dan Peta Rekapitulasi
Perolehan Lahan yang keduanya telah disahkan oleh Pimpinan Perusahaan (contoh
format terlampir). Penyampaian file elektronik Peta Telaah, Peta Rekapitulasi Perolehan
Lahan dan Peta Permohonan Pengukuran dalam format .shp atau .dwg juga dapat
dikirim melalui alamat surat elektronik pb2tr@bpn.go.id dengan menyebutkan nomor,
tanggal, dan perihal surat dimaksud.

6. PROSEDUR PELAKSANAAN PENGUKURAN DAN PEMETAAN BATAS BIDANG


TANAH
Setelah berkas permohonan diterima beserta surat pengantar dari Kantor Wilayah, maka
prosedur pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan berkas
Prosedur yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah :
1.a. Memeriksa kelengkapan berkas dari pemohon yang dibutuhkan dalam proses
pengukuran sesuai yang dipersyaratkan
1.b. Jika berkas tidak lengkap, menginformasikan kekurangan berkas kepada kantor
wilayah dan pemohon untuk melengkapi sesuai persyaratan dan mengirimkan
kembali kepada BPN pusat
1.c. Jika berkas sudah lengkap sesuai persyaratan, meneruskan berkas tersebut
kepada bagian perhitungan biaya, untuk proses selanjutnya

2. Perhitungan biaya
Prosedur yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah :
2.a. Memeriksa dokumen ijin lokasi
2.b. Melakukan telaah areal yang dimohon dengan memanfaatkan database Peta
Bidang Tanah yang telah diterbitkan, peta Ijin Lokasi, peta RTRW, peta
Kehutanan, dll.
2.c. Menghitung besarnya biaya pengukuran berdasarkan PP 13 Tahun 2010
berdasarkan Peta Telaah di atas.
2.d. Membuat Surat Perintah Setor dalam hal pengukuran dilaksanakan oleh BPN RI
atau Surat Pelimpahan Pengukuran dalam hal pengukuran dilimpahkan kepada
Kantor Wilayah.

Petunjuk Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Batas Bidang Tanah


8
3. Persiapan alat dan petugas ukur
Dalam hal pengukuran dilaksanakan oleh BPN RI maka setelah biaya pengukuran
disetor berdasarkan SPS yang dibuat sebelumnya, maka dilaksanakan prosedur
sebagai berikut :
3.a. Penunjukan dan pembuatan surat tugas petugas ukur
3.b. Penyiapan dan pemeriksaan peralatan ukur.

4. Persiapan pengukuran
Sebelum melaksanakan pengukuran, tim pengukuran menyiapkan Peta Rencana
Pengukuran yang merupakan hasil telaah beberapa data yang ada seperti; Peta
Permohonan, Peta Ijin Lokasi, Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Peta Tata
Guna Hutan Kesepakatan, Peta Pelepasan Kawasan Hutan, database bidang tanah
BPN dan data lain yang penting. Peta Rencana Pengukuran dan dokumen yang ada
selanjutnya disampaikan oleh Tim Pengukuran bersama dengan Pemohon melalui
ekspose rencana pengukuran yang dilaksanakan berjenjang dari BPN RI, Kantor
Wilayah BPN dan Kantor Pertanahan. Prosedur ini juga berlaku terhadap
permohonan pengukuran yang merupakan pelimpahan dari mulai BPN RI kepada
Kantor Wilayah BPN. Karena pelaksana pengukuran adalah dari Kantor Wilayah maka
ekspose rencana pengukuran dilaksanakan hanya dilaksanakan di Kantor Wilayah
dan Kantor Pertanahan.

Tujuan dari persiapan ini adalah :


4.a. Mengetahui seawal mungkin situasi dan kondisi yang akan dihadapi di lapangan
4.b. Mengetahui seawal mungkin kemungkinan permasalahan-permasalahan yang
akan dihadapi pada saat pelaksanaan pekerjaan pengukuran sehingga dapat
diputuskan oleh Pimpinan di BPN RI, Kanwil BPN, Kantor Pertanahan (untuk
pelimpahan agar dapat diputuskan oleh pimpinanan di Kantor Wilayah BPN dan
Kantor Pertanahan) untuk penyelesaiannya.
4.c. Agar seluruh Tim Pengukuran memiliki gambaran tentang pekerjaan yang akan
dilaksanakan.

5. Pengukuran lapangan
Prosedur ini mencakup koordinasi dengan instansi setempat, pelaksanaan
pengukuran, pembuatan gambar ukur dan penyampaian hasil pengukuran di Kantor
Pertanahan Kabupaten, Kantor Wilayah BPN dan BPN RI. Dalam melaksanakan
pengukuran, Petugas ukur melaksanakan pekerjaan sesuai dengan penunjukan
batas-batas bidang tanah yang ditunjuk oleh Petugas Penunjuk Batas dari Pemohon.
Pengukuran batas bidang tanah ini wajib diikatkan pada Titik Dasar Teknis yang
merupakan jaringan Titik Kerangka Dasar Kadastral Nasional Orde II atau III.
Metode pengukuran batas bidang tanah dapat dilakukan dengan metode terrestrial
(sudut dan jarak) atau metode pengamatan satelit (GPS,Glonass). Penggunaan
beberapa metode tersebut disesuaikan dengan luas dan kondisi lapangan. Untuk
metode terestrial dilakukan apabila luas bidang tanah yang dimohonkan tidak terlalu
luas sehingga tidak membutuhkan waktu pengukuran yang lama. Pengukuran dengan
metode pengamatan satelit dilakukan terhadap bidang tanah yang luas.

Petunjuk Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Batas Bidang Tanah


9
5.a. Metode Terrestrial (Sudut dan Jarak)
Alat ukur sudut dan jarak yang digunakan adalah Total station dengan spesifikasi T2
(skala bacaan sudut 1”). Pengukuran dilaksanakan dengan metode poligon
(pengukuran sudut dan jarak). Dimana pada pengukuran kerangka, bacaan sudut
harus dibaca dalam 2 seri rangkap, dan jarak elektronis dibaca pergi-pulang.
Ketelitian pengukuran polygon adalah 1/5.000 untuk jarak dan 5” untuk sudut.
Sedangkan untuk pengukuran detil situasi bacaan sudut dapat dibaca ½ seri dan jarak
diukur 2 kali.

5.b. Metode Pengamatan Satelit (GPS, Glonass)


Alat yang digunakan adalah receiver GPS jenis geodetic atau surveying yang mampu
mengamati codes dan carrier phase. Penggunaan Receiver GPS jenis navigasi tidak
diperkenankan. Receivers single frequency (L1) atau dual frequency (L1 dan L2) lebih
diharapkan. Minimal digunakan 2 (dua) receiver GPS secara bersamaan selama
pengamatan.

Metode yang digunakan adalah Rapid Static Positioning atau Real Time Stop and Go.
Lama pengamatan bergantung pada panjang baseline (jarak titik batas ke titik
referensi), jumlah/geometri satelit dan jarak antar epoch. Berbasiskan differential
positioning dengan menggunakan data fase dan harus diperoleh fixed ambiguity
resolution. Ketelitian pengukuran posisi dengan GPS adalah 5 cm. Jarak antar Patok
Batas maksimal 500 meter.

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan minimal 1 (satu) titik dasar teknik


nasional (orde 0,1,2,3) yang terdekat sebagai referensi dengan jarak maksimum
antara titik batas bidang tanah dan titik referensi lebih kurang 10 km. Selain
melaksanakan pengukuran batas sesuai penunjukan oleh pemohon, Petugas Ukur
juga wajib melaksanakan pemetaan situasi geografis alam dan situasi infrastruktur.
Di dalam areal permohonan tersebut dilakukan orientasi untuk memperoleh
informasi mengenai adanya jalan, sungai, dan areal enclave. Untuk jalan maupun
sungai tertentu dalam areal permohonan dapat dikategorikan sebagai enclave
dengan ketentuan sebagai berikut :
- Enclave sempadan jalan, untuk jalan pemerintah maupun jalan umum yang
dipergunakan oleh masyarakat harus diberikan sempadan sesuai dengan
ketentuan. Jalan kebun yang dibangun oleh pihak perusahaan tidak di-enclave dari
areal bidang tanah dan tidak memisahkan bidang tanah.
- Enclave sempadan sungai, ketentuan sempadan sungai menurut Keppres Nomor
32 Tahun 1990 dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 63 Tahun 1993
adalah untuk sungai kecil diberikan sempadan minimal 50 meter dari tepi sungai
dan untuk sungai besar adalah minimal 100 meter dari tepi sungai. Bahwa garis
sempadan untuk sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan pada sungai
kecil adalah minimal 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai, sedangkan pada
sungai besar adalah minimal 100 (seratus) meter dari tepi sungai.

Seluruh data pengukuran dan pemetaan tersebut wajib ditampilkan pada Gambar
Ukur dan ditandatangani oleh seluruh Petugas Ukur, Penunjuk Batas, para Kepala
Desa dan Pemohon.

Petunjuk Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Batas Bidang Tanah


10
Setelah pengukuran bidang tanah selesai dibuatkan Berita Acara Penyelesaian
Pekerjaan yang disepakati antara Tim Pengukuran dan Pemohon. Selanjutnya hasil
pekerjaan disampaikan kembali secara berjenjang melalui Ekspose hasil pengukuran
oleh Tim Pengukuran di Kantor Pertanahan, Kantor Wilayah BPN dan BPN RI.
Prosedur ini juga berlaku terhadap permohonan pengukuran yang merupakan
pelimpahan dari BPN RI kepada Kantor Wilayah BPN, dilaksanakan secara berjenjang
melalui Ekspose Hasil Pengukuran di Kantor Pertanahan dan Kantor Wilayah BPN.

Prosedur yang dilakukan dalam tahap ini dapat dilihat dalam diagram berikut ini :

PIC FLOWCHART CATATAN

Mulai

Koordinator Tim Koordinasi Dengan


Instansi Terkait Ya
Surat Pengantar
Pengukuran

Bupati, Camat, Tanda Terima surat


Kepala Desa dan Diterima ? Tidak Sebagian ?
pengantar
Pemohon
Ya Catatan:
Mengenai persetujuan
Orientasi Lapangan dengan masyarakat Peta Rencana
Tim Pengukuran menunggu konsultasi Pengukuran
Tidak
Stakeholder
Upload Koordinat Titik- Peta Rencana
Koordinator Titik Batas Ijin Lokasi
ke GPS Navigasi Pengukuran

Tim Pengukuran Pengikatan Ke TDT Penundaan Report Pengolahan


Pengukuran Data Hasil Pengikatan

Pelaksanaan BA Penundaan
Tim Pengukuran Pengukuran Pengukuran Data Pengamatan

Koordinator Tim Pengolahan Data


Pengukuran Sementara

Tidak

Koordinator Tim Dalam Areal


Pengukuran Ijin Lokasi

Ya

Koordinator, Petugas Pembuatan Gambar Gambar Ukur


Ukur Ukur Gambar Ukur yang
sudah di sahkan
Dan Berita Acara
Koordinator, Petugas Pengesahan Penyelesaian
Gambar Ukur Pekerjaan, Berita
Ukur
Acara penunjukan
Ekspose Hasil Tugu Batas, Laporan
Pengukuran di
Kantah,Kanwil dan Berita Acara Hasil
Tim Pengukuran BPN RI
Ekspose
NIB
Pembuatan Laporan Laporan
(Rangkap 4)

Selesai

Apabila di lapangan terdapat masalah yang menyebabkan pelaksanaan pengukuran


tidak dapat dilanjutkan/diselesaikan, maka dibuat Berita Acara Penundaan Pekerjaan.

Petunjuk Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Batas Bidang Tanah


11
6. Pengolahan data
Prosedur ini bertujuan sebagai pedoman dalam melakukan proses pengolahan data
hasil pengukuran untuk memperoleh koordinat final titik-titik batas dan detil situasi
yang akan digunakan dalam proses penggambaran (pembuatan peta bidang tanah).
Prosedur ini mencakup semua aktivitas mulai dari menerima data ukuran, proses
pengolahan data sampai dengan menghasilkan data untuk proses penggambaran
(pra penggambaran). Proses yang dilakukan dalam tahap ini dapat dilihat dalam
diagram berikut :

PIC FLOWCHART CATATAN

Mulai

Menerima Surat Tugas Surat Penghitungan


Petugas Penghitungan dan Penggambaran
Perhitungan

Menerima Data Hasil Data Pengukuran, GU,


Petugas Penghitungan Pengukuran dan Berita Berita Acara Ekspose
Acara Ekspose Hasil Hasil Pengukuran
Pengukuran

Data Pengukuran, GU,


Import Data Berita Acara Ekspose
Petugas Perhitungan Hasil Pengukuran

Perhitungan Data Pengukuran, GU,


(Processing & Berita Acara Ekspose
Petugas Perhitungan Hasil Pengukuran
Adjustment)

Tidak

Toleransi?

Ya

File softcopy *.html ;


Eksport Data & Report *.txt.*.xls ; *.csv ; *.scr
Petugas Perhitungan Hasil Perhitungan

Daftar koordinat
Pembuatan Daftar (hardcopy)
Petugas Perhitungan Koordinat File softcopy *.xls ;
*.csv ; *.scr

Daftar Koordinat final,


Pelaporan ke Petugas file lainnya
Petugas Perhitungan Penggambaran

Selesai

Petunjuk Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Batas Bidang Tanah


12
7. Pembuatan peta
Prosedur ini bertujuan untuk menerangkan proses pembuatan Peta Bidang Tanah
sehingga pelaksanaannya sesuai dengan petunjuk teknis PMNA/KBPN No.3 Tahun
1997 dan menghasilkan Peta Bidang Tanah yang akurat dan sesuai dengan standar
yang ditetapkan. Prosedur ini mencakup proses transformasi dan standarisasi peta,
up-dating, pencetakan sampai penandatanganan peta. Proses yang dijalankan dalam
tahapan ini dapat dilihat dalam tabel berikut :

PIC FLOWCHART CATATAN

Mulai

Direktur Menerbitkan
Surat Tugas

Petugas
Surat Tugas
Penggambaran Menerima Surat Tugas

Petugas Menerima dan File softcopy hasil


Penggambaran memeriksa data hasil pengolahan
perhitungan

Petugas pengolahan data Melengkapi data /


berkas yang kurang

Petugas Menyerahkan kembali


Penggambaran data ke bagian
perhitungan

Petugas
Memenuhi
Penggambaran Syarat ?
Tidak
Ya

Petugas Membuat frame peta


B
Penggambaran bidang tanah

Petugas PMNA No.3


Topologi dan
Penggambaran Tahun 1997
standarisasi layer peta

Petugas Mengecek hitungan


Penggambaran luas

Melakukan pengolahan
Petugas pengolahan data
data

Petugas Menyerahkan kembali


Penggambaran data ke bagian
pengolahan

Memenuhi
Syarat ?
Tidak
Ya

Petunjuk Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Batas Bidang Tanah


13
PIC FLOWCHART CATATAN

Petugas penggambaran Membuat PBT Draft Peta Bidang Tanah

Draft Hasil Pemeriksaan


Kasi Pengukuran Cek plot peta Peta Bidang Tanah

dan

Tim Pemeriksa
Memenuhi
Tidak B
Syarat ?

Ya

Petugas penggambaran Membuat final plot peta Peta Bidang Tanah

Koordinator, Petugas
penggambaran, Kasi/
Menandatangani peta Peta Bidang Tanah
Pemeriksa, Kasubdit,
Direktur

Melakukan updating Peta Bidang Tanah


Petugas penggambaran peta dalam database

Menyerahkan peta
Petugas penggambaran kepada bagian Peta Bidang Tanah
penyajian

Selesai

Untuk menghasilkan Peta Bidang Tanah yang sesuai standar pemetaan di seluruh
lingkungan Badan Pertanahanan Nasional Republik Indonesia, Kantor Wilayah BPN
Provinsi dan Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota, maka dalam proses pembuatan
peta digunakan Standarisasi Layer yang dibuat oleh Pusat Data dan Informasi BPN RI.
Layer-layer standar yang digunakan dalam pembuatan peta dimaksud dapat dilihat
pada Lampiran.

8. Penyajian hasil pengukuran


Prosedur ini mencakup proses penggandaan hasil Peta Bidang Tanah dan proses
distribusinya kepada semua pihak yang terkait. Peta Bidang Tanah yang telah siap
disajikan adalah peta yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang. Peta Bidang
Tanah digandakan 4 rangkap dengan distribusi sebagai berikut :
a. Direktorat PB2TR BPNRI berupa 1 (satu) lembar cetak drafting film.
b. Kantor Wilayah BPN Provinsi, berupa 1 (satu) lembar cetak drafting film dan 2
(dua) lembar fotokopi cetak biru atau fotokopi cetak putih.

Petunjuk Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Batas Bidang Tanah


14
c. Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota, berupa 1 (satu) lembar cetak drafting film.
d. Pemohon, berupa 1 (satu) lembar cetak drafting film dan 3 (tiga) lembar fotokopi
cetak biru atau fotokopi cetak putih.

9. Pembuatan Laporan
Laporan berisi informasi tentang kegiatan yang dilakukan oleh tim petugas ukur dan
eksisting keadaan lapangan yang ditemukan pada saat dilakukan pengukuran
termasuk informasi tentang permasalahan/sengketa tanah yang terjadi areal/objek
pengukuran (apabila ada).
Dalam laporan tersebut disampaikan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan mulai
tahap awal hingga tahap akhir, antara lain :
a. Persiapan dan perencanaan pekerjaan, antara lain penyampaian data/dokumen,
tim pengukuran, peralatan.
b. Deskripsi mengenai kondisi lapangan
c. Teknis pelaksanaan pekerjaan
d. Hasil pengukuran, diinformasikan hasil perincian bidang tanah yang telah diukur
beserta luasnya. Selain itu juga dapat dilaporkan beberapa hal penting mengenai
kondisi maupun permasalahan yang ditemukan di lapangan untuk ditindaklanjuti
dan menjadi pertimbangan pada saat penerbitan Peta Bidang Tanah maupun
pada Sidang Panitia B.
e. Lampiran, meliputi daftar koordinat tugu batas, dokumen/warkah, dan data lain
yang perlu dilampirkan.

10. Penyimpanan warkah


Prosedur ini bertujuan untuk memastikan bahwa arsip Peta Bidang Tanah terkendali
penyimpanannya sehingga terhindar dari kemungkinan kerusakan dan kehilangan.
Prosedur ini mencakup proses mentransfer berkas PBT hardcopy ke softcopy,
identifikasi, penyimpanan dan pemeliharaan berkas PBT. Warkah terdiri dari
dokumen permohonan, dokumen pelaksanaan pengukuran, dan blue print Peta
Bidang Tanah yang dijilid/digabung menjadi satu kesatuan.

11. Updating, manajemen dan pengendalian dokumen.


Prosedur ini bertujuan untuk mengendalikan seluruh dokumen baik yang bersifat
sebagai warkah pengukuran maupun dokumen pendukung lainnya pada saat
penyimpanan, peminjaman dan pemeriksaan sesuai dengan masa retensi dari
dokumen tersebut. Setiap kali terdapat perubahan atau penambahan wajib
dilakukan updating sehingga setiap dokumen yang ada dapat terkontrol. Sebagai alat
kendali dalam manajemen dokumen, maka wajib dilengkapi dengan :
a. Lembar Kontrol Dokumen, yang berisi tentang catatan tentang kelengkapan,
perubahan yang terjadi, status dokumen, dll.
b. Buku Peminjaman, yang berisi tentang dokumen mana yang sedang dipinjam,
kapan dipinjam dan harus dikembalikan, siapa peminjam, dan catatan lainnya.

Petunjuk Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Batas Bidang Tanah


15
7. BIAYA
Biaya pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah atas permohonan pengguna
layanan ditanggung oleh pemohon pengguna layanan. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 13 tahun 2010 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan
Pajak yang berlaku pada Badan Pertanahan Nasional, Biaya Pelayanan Pengukuran dan
Pemetaan Batas Bidang Tanah dihitung berdasarkan rumus:

a. Luas tanah sampai dengan 10 hektar


L
TU = x HSBK U + Rp 100.000
500

b. Luas tanah lebih dari 10 hektar sampai dengan 1.000 hektar


L
TU = x HSBK U + Rp 14.000.000
4.000

c. Luas tanah lebih dari 1.000 hektar


L
TU = x HSBK U + Rp 134.000.000
10.000

Keterangan :

- 𝐓𝐔 adalah Tarif Pelayanan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dalam rangka
Penetapan Batas.
- L adalah luas tanah yang dimohon dalam satuan luas meter persegi (m2).
- 𝐇𝐒𝐁𝐊 𝐔 adalah Harga Satuan Biaya Khusus kegiatan pengukuran yang berlaku untuk
tahun berkenaan, untuk komponen belanja bahan dan honor yang terkait dengan
keluaran (output) kegiatan.

Setelah pelaksanaan pengukuran lapangan selesai dilaksanakan, terdapat kemungkinan


terjadi perubahan luas maupun perubahan jumlah bidang tanah hasil pengukuran
terhadap permohonan pengukuran. Sesuai Surat Edaran NomorI/SE-100/I/2013 tanggal
3 Januari 2013 tentang Pengenaan Tarif atas Penerimaaan Negara Bukan Pajak sesuai
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 maka apabila hasil pengukuran berbeda
terhadap luas awal permohonan , maka dikenakan tarif sesuai dengan luas hasil ukur.
Apabila hasil ukur lebih dari satu bidang, maka pengenaan tarif dihitung per bidang.

Contoh :

Permohonan pengukuran bidang tanah seluas 1.882,42 Ha terdiri atas 2 (dua) bidang
yaitu Bidang I seluas 1.700,04 Ha dan Bidang 2 seluas 182,38 Ha. Maka sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2010 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara
Bukan Pajak (bila HSBKu provinsi adalah 50.000), biaya permohonannya adalah :

Petunjuk Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Batas Bidang Tanah


16
1. Bidang I seluas 1700,04 Ha
Luas tanah lebih dari 1.000 hektar, maka biaya :
1700 ,04
TU = x 50.000 + Rp 134.000.000 = Rp 219.002.000,-
10.000

2. Bidang II seluas 182,38 Ha


Luas tanah lebih dari 10 hektar sampai dengan 1.000 hektar, maka biaya :
182,38
TU = x 50.000 + Rp 14.000.000 = Rp 36.797.500,-
4.000

Total Biaya pengukuran adalah Rp 219.002.000,00 + Rp 36.797.500,-

= Rp 255.799.500,-

Setelah dilaksanakan pengukuran bidang tanah terdapat perbedaan luas dan perbedaan
jumlah bidang tanah yaitu Bidang A seluas 1.730,22 Ha, Bidang B seluas 473,52 Ha dan
Bidang C 189,19 Ha. Biaya pengukuran sesuai dengan penyesuaian tarif adalah :

1. Bidang A seluas 1730,22 Ha


Luas tanah lebih dari 1.000 hektar, maka biaya :
1730 ,22
TU = x 50.000 + Rp 134.000.000 = Rp 220.511.000,-
10.000

2. Bidang B seluas 473,52 Ha


Luas tanah lebih dari 10 hektar sampai dengan 1.000 hektar, maka biaya :
473,52
TU = x 50.000 + Rp 14.000.000 = Rp 73.190.000,-
4.000

3. Bidang C seluas 189,19 Ha


Luas tanah lebih dari 10 hektar sampai dengan 1.000 hektar, maka biaya :
189,19
TU = x 50.000 + Rp 14.000.000 = Rp 37.648.750,-
4.000

Total Biaya pengukuran yang baru adalah Rp 220.511.000,- + Rp 73.190.000,- +

Rp 37.648.750,- = 331.349.750,-

Kekurangan Biaya pengukuran adalah Rp 331.349.750,- – Rp 255.799.500,- =

Rp 75.550.250,-

Petunjuk Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Batas Bidang Tanah


17
8. PENGGUNAAN BIAYA OPERASIONAL PELAKSANAAN PELAYANANAN
PENGUKURAN BIDANG TANAH YANG DITETAPKAN BATASNYA (PNBP)
Penggunaan dana program pengelolaan pertanahan nasional khususnya kegiatan
pelayanan pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah (PNBP) diutamakan untuk
membiayai pelaksanaan operasional pelayanan pertanahaan yang berkaitan langsung
dengan kegiatan yang bersangkutan dengan tetap berdasarkan pada :

a. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA), yang selanjutnya dirinci dalam Petunjuk
Operasional Kegiatan (POK), merupakan dokumen pelaksanaan anggaran
berdasarkan Undang-Undang APBN yang diantaranya menetapkan besaran alokasi /
batas pagu belanja yang dapat digunakan dan dicairkan dalam tahun anggaran
bersangkutan.

b. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 237/KMK.02/2010 tentang Persetujuan


Penggunaan sebagian Dana Penerimaan Negara Bukan Pajak pada Badan Pertanahan
Nasional, yang menetapkan Izin Penggunaan untuk pelayanan pertanahan paling
tinggi sebesar 85.54% dari realisasi PNBP.

Selanjutnya porsi penggunaan dana PNBP diatur pula dalam Surat Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor: 2194/2.1-100/VI/2011 tanggal 28 Juni 2011 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Penggunaan Dana PNBP dan juga Surat Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor: 312/2.1-100/I/2012 tanggal 30 Januari 2012 tentang Pedoman
Pelaksanaan APBN TA 2012 di Lingkungan BPN-RI .

Dalam kedua surat tersebut dijelaskan bahwa Untuk kegiatan pelayanan yang
operasionalnya memerlukan pekerjaan lapang, besaran anggaran operasional
pelayanan pertanahan adalah maksimum sebesar 80% (delapan puluh persen) dari ijin
penggunaan maksimum PNBP sesuai dengan realisasi penerimaan ( 80% x 85,54% x
SSBP). Pola belanja dihitung secara proporsional sesuai realisasi penerimaan dengan
tetap mengacu pada harga satuan yang telah tertuang dalam POK sedangkan besarnya
volume satuan menyesuaikan jumlah penerimaan.

Contoh :

Penerimaan PNBP

PT Sawit Sumber Sejahtera telah menyetorkan ke rekening Kas Negara untuk


pengukuran bidang tanah seluas 5100 Ha yang berlokasi di Kabupaten Kutai Kartanegara
Provinsi Kalimantan Timur sebesar Rp 261.500.000,-

Maka biaya paling tinggi yang dapat digunakan dalam operasional layanan adalah
sebesar :

80% x 85,54% x Rp 261.500.000,- = Rp 178.949.680,-

Belanja operasional tersebut dalam POK tahun 2012 telah terbagi menjadi :

Petunjuk Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Batas Bidang Tanah


18
A. Pekerjaan Pengukuran Lapangan (porsi 57%) sebesar : Rp 127.501.647,-
 Dalam MAK 521219 Belanja Barang Non Operasional Lainnya
B. Pengolahan Data (porsi 17%) sebesar : Rp 38.026.807,-
 Dalam MAK 521213 Honor Output Kegiatan yang terdiri dari kegiatan
o Biaya Jasa Perhitungan
o Biaya Jasa Penggambaran
o Biaya Jasa Pengadministrasian dan Pembukuan Perhitungan
o Biaya Jasa Pemeriksaan
C. Pengelolaan (porsi 6%) sebesar : Rp 13.026.807,-

Sedangkan biaya yang digunakan untuk dukungan manajemen adalah sebesar :

20%x85,54%x Rp 261.500.000,- = Rp 44.737.420,-

Biaya Pekerjaan pengukuran lapangan dengan alokasi MAK 521219 Belanja Barang Non
Operasional Lainnya yang proporsional dari tarif pengukuran digunakan untuk honor
petugas ukur, uang lapangan (transportasi lokal di areal pengukuran, akomodasi di
lapangan, perlengkapan petugas ukur dan pembantu ukur, upah tukang rintis dan lain-
lain pengeluaran di lapangan) dan honor penunjuk batas/aparat desa.

Dalam rangka pencairan tersebut dipersiapkan Surat tugas Direktur Penetapan Batas
Bidang Tanah dan Ruang kepada tim pengukuran dengan jumlah anggota tim
didasarkan kepada Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional No 17/KEP-
300.16.16.1/I/2012 Tanggal 9 Januari 2012 untuk jumlah petugas ukur yang akan
ditugaskan dalam rangka pengukuran di lapangan. Terhadap pekerjaan lapangan ini
biaya tersebut langsung dibayarkan ke petugas ukur dengan pembiayaan berupa paket
kegiatan dengan proporsi koordinator pengukuran 1,5 kali petugas ukur. Satu Tim
pengukuran dari BPN RI minimal terdiri dari 2 (dua) orang yang terdiri dari 1 (satu)
orang koordinator pengukuran dan 1 (satu) orang petugas ukur. Koordinator
pengukuran mempunyai tanggung jawab mempersiapkan tim, pengukuran lapangan,
mengkoordinir kegiatan lapangan, mengolah data dan melaporkan hasil pengukuran.
Oleh karena itu Koordinator Pengukuran memperoleh porsi 1,5 kali petugas ukur.

Dalam pelaksanaan pengukuran di lapangan teknis pengukuran harus sesuai dengan


prosedur pelaksanaan pengukuran dan pemetaan bidang tanah (bagian 6) dari juklak ini.

Untuk porsi pengolahan data dan pengelolaan yang dapat digunakan dan dicairkan
dibatasi oleh dan mengacu kepada :

1. Besaran pagu masing-masing yang ditetapkan dalam DIPA/POK bersangkutan


2. Batas ijin persetujuan porsi penggunaan dana PNBP sebagaimana ditetapkan dalam
Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 237/KMK.02/2010
3. Besarnya jumlah realisasi penerimaan PNBP, yang dibuktikan dengan dokumen
SSBP
4. Besarnya realisasi fisik pekerjaan operasional lapangan yang telah selesai
dilaksanakan yang dibuktikan dengan Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan.

Petunjuk Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Batas Bidang Tanah


19
Dengan berdasar pada poin 1 sampai 4 diatas maka realisasi belanja untuk pengolahan
data dan pengelolaan kegiatan, prosentase pencairannya akan selalu lebih rendah atau
maksimal sama dengan realisasi kegiatan operasional lapang.

9. PETA BIDANG TANAH


Peta bidang tanah adalah hasil pemetaan 1 (satu) bidang tanah atau lebih pada
lembaran kertas dengan suatu skala tertentu yang batas-batasnya telah ditetapkan oleh
pejabat yang berwenang dan digunakan untuk pengumuman data fisik. Peta Bidang
Tanah ini bukan merupakan bukti kepemilikan hak atas tanah.

Untuk menghasilkan Peta Bidang Tanah yang sesuai standar pemetaan di seluruh
lingkungan Badan Pertanahanan Nasional Republik Indonesia, Kantor Wilayah BPN
Provinsi dan Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota, maka perlu diatur format standar Peta
Bidang Tanah dimaksud. Format standar yang digunakan dalam Peta Bidang Tanah
menggunakan standar pemetaan yang telah ditetapkan oleh Pusat Data dan Informasi
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia (Pusdatin). Standar tersebut mengatur
tentang :
1. Standarisasi layer yang digunakan,
Dengan adanya perkembangan teknologi informasi BPN RI telah melaksanakan
GeoKKP untuk menyusun data spasial pertanahan yang terintegrasi dan terstandar
sehingga memudahkan dalam pengelolaan informasi pertanahan, salah satunya di
bidang pengukuran pemetaan. Pada penggambaran peta bidang tanah telah
dibuatkan standarisasi terkait dengan penyajian informasi antara lain; format
lembar peta, skala peta, kotak keterangan, dan simbol peta.
Dengan adanya Aplikasi GeoKKP maka pembuatan Peta Bidang Tanah harus dibuat
dengan metode digital, oleh karena itu ada ketentuan standarisasi pada data digital
hasil kartografi maupun pencetakan dalam lembar peta. Hal-hal yang perlu
ditambahkan khusus standarisasi pada data digital diantaranya adalah memasukkan
simbol-simbol/data peta dalam layer sesuai standar. Dengan melalui standarisasi ini
maka warna, bentuk, ukuran akan menjadi standar dan petugas gambar perlu untuk
menyesuaikan simbol-simbol yang terdapat pada peta tersebut (misalnya jalan,
sungai teks) dengan skala petanya. Hasil dari standarisasi data digital menghasilkan
plotting/pencetakan peta bidang tanah yang sesuai dengan standar.
2. Standarisasi format dan cara penulisan catatan dalam Peta Bidang Tanah,
Pada lembar muka peta perlu dicantumkan catatan yang berisi informasi tentang :
1) Dasar-dasar dilaksanakannya pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah
dalam rangka pengajuan hak guna usaha, antara lain berupa ijin lokasi, dan Izin
Pelepasan Kawasan Hutan dari Menteri Kehutanan untuk bidang tanah yang
terletak dalam kawasan hutan. Untuk pengukuran diatas 1.000 Ha yang
pelaksanaan pengukurannya dilaksanakan oleh Kantor Wilayah Provinsi harus

Petunjuk Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Batas Bidang Tanah


20
disebutkan dasar pelaksanaannya berupa Surat Pelimpahan Pekerjaan dari BPN
RI.
2) Keterangan luas bidang tanah hasil pengukuran. Dalam catatan tersebut
disajikan luas setiap bidang tanah untuk memberikan informasi mengenai :
- Luas keliling pengukuran,
- Luas enclave, dan
- Luas bidang tanah bersih, merupakan hasil luas keliling dikurangi enclave.
Nama bidang tanah ini disebutkan menurut NIB-nya pada penulisan luas
tersebut.
3) Apabila selama melaksanakan pengukuran ditemukan hal-hal penting yang yang
berkaitan dengan pelaksanaan pengukuran dalam rangka permohonan Hak Guna
Usaha maka perlu dicatatkan untuk menjadi perhatian Panitia B.
4) Pemberian catatan :“Peta Bidang Tanah hanya menggambarkan batas-batas
bidang tanah yang dimohon sedangkan status penguasaan dan pemilikan tanah
akan diteliti dan diperiksa lebih lanjut oleh Panitia B. Apabila teridentifikasi ada
penguasaan dan pemilikan pihak lain oleh Panitia B (pemukiman, pertambangan,
kehutanan, transmigrasi dan lain-lain) maka akan dikeluarkan (di-enclave) dari
Peta Bidang Tanah.”
5) Catatan Peta Bidang Tanah diletakkan pada bagian paling kiri bawah atau kanan
bawah pada muka peta.
6) Pada lembar keterangan/legenda diberikan catatan : “Peta Bidang Tanah ini
bukan merupakan bukti kepemilikan hak atas tanah, batas-batas pada peta
bidang tanah ini merupakan batas tanah yang dimohon dan ditunjuk oleh
pemohon yang dapat direvisi atau dibatalkan apabila didalamnya terdapat
penguasaan/pemilikan oleh pihak lain atau termasuk areal yang dilarang
(restricted area) yang diatur dalam peraturan perundangan yang berlaku.
Peta Bidang Tanah ini berlaku paling lama 5 (lima) tahun sejak tanggal
.............. [diisi tanggal penerbitan Peta Bidang Tanah].”

3. Standarisasi penomeran peta dan pemberian kode Kabupaten/Kota.


Penomoran peta memiliki tujuan untuk menghubungan antara obyek pada peta
bidang tanah dengan subyek dalam daftar bidang tanah. Setiap peta bidang tanah
mempunyai nomor unik yang terdiri atas 11 digit dan dalam pemberian nomor peta
harus sesuai dengan ketentuan dalam penomoran peta.

A B C D
A : Nomor Urut/Index Penerbitan Peta
B : Kode Provinsi
C : Kode Kabupaten/Kota
D : Tahun Penerbitan Peta Bidang Tanah

Petunjuk Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Batas Bidang Tanah


21
Pemberian Kode Kota/Kabupaten dan Kode Provinsi ditulis berdasarkan Kode Kota
atau Provinsi yang terdapat dalam aplikasi GeoKKP sesuai lampiran berdasarkan
ketentuan yang ditetapkan oleh Pusdatin.

4. Standarisasi pemberian Nomor Identifikasi Bidang (NIB)


NIB diberikan pada setiap bidang tanah yang tergambar dalam Peta Bidang Tanah
yang telah diukur. Sesuai Surat Deputi Bidang Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah
Nomor 330-2933-DII tanggal 28 Desember 2006 apabila di dalam pengukuran
bidang tanah areal HGU/HPL dipisahkan oleh hak lain (seperti sungai atau jalan)
maka NIB yang terbit sesuai dengan jumlah bidang hasil pemisahan tersebut.
Kemudian untuk bidang tanah yang terbagi oleh batas kabupaten atau batas
provinsi, maka bidang tanah dibuat pada lembar peta yang berbeda untuk setiap
kabupaten/provinsi dan pemberian NIB disesuaikan menurut wilayahnya. Penulisan
NIB terdiri atas tiga belas digit dengan ketentuan sebagai berikut:

A B C D E
A : dua angka untuk kode provinsi
B : dua angka untuk kabupaten
C : dua angka untuk kode kecamatan, pada bidang tanah HGU diberi kode “00”
D : dua angka kode desa, pada bidang tanah HGU diberi kode “00”
E : lima angka untuk Nomor Identifikasi Bidang

HGU baik yang permohonannya melalui Kantor Pertanahan, Kantor Wilayah


maupun BPN RI pemberian NIB ditentukan oleh Kantor Pertanahan setempat.

5. Masa Berlaku Peta Bidang Tanah


Peta Bidang Tanah bukan merupakan bukti kepemilikan hak atas tanah, batas-
batas pada peta bidang tanah merupakan batas tanah yang dimohon dan ditunjuk
oleh pemohon yang dapat direvisi atau dibatalkan apabila didalamnya terdapat
penguasaan/pemilikan oleh pihak lain atau termasuk areal yang dilarang (restricted
area) yang diatur dalam peraturan perundangan yang berlaku. Peta Bidang
Tanah berlaku paling lama 5 (lima) tahun sejak diterbitkan. Apabila telah melewati
5 (lima) tahun, maka harus dilakukan pengukuran ulang, untuk mengetahui apabila
terdapat perubahan terhadap batas bidang tanah dimaksud. Oleh karena itu Peta
Bidang Tanah agar segera ditindaklanjuti dengan permohonan
Pemeriksaan/Penelitian Tanah.

Pejabat yang berwenang mengesahkan pada Peta Bidang Tanah tersebut dapat dilihat
pada kolom dibawah ini.

Petunjuk Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Batas Bidang Tanah


22
Kolom pengesahan oleh pejabat yang berwenang adalah sebagai berikut

1. BPN RI
Catatan :

Nama dan NIP pengguna Peta Bidang


Tanah diisi oleh pejabat yang
bersangkutan pada saat Peta Bidang
Tanah tersebut digunakan

2. Kantor Wilayah BPN Propinsi

Demikian petunjuk pelaksanaan pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah (pengukuran
kadastral) ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Petunjuk Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Batas Bidang Tanah


23
LAMPIRAN

Petunjuk Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Batas Bidang Tanah


24
NO SYMBOL NAMA UKURAN WARNA LAYER

OBJEK LINIER

UNSUR ADMINISTRASI

1 Batas Desa/Kelurahan tebal 0,2; spasi 0,2‰ x fs 42 010500

2 Batas Kecamatan tebal 0,2; spasi 0,2‰ x fs 42 010400

3 Batas Kabupaten/Kota tebal 0,2; spasi 0,2‰ x fs 42 010300

4 Batas Provinsi tebal 0,2; spasi 0,6‰ x fs 42 010200

5 Batas Negara tebal 0,2; spasi 0,6‰ x fs 42 010100

UNSUR KADASTRAL

1 Batas Bidang Tanah tebal 0,5 255 020100

2 Batas Sub Bidang Tanah tebal 0,00 255 020200

3 Batas Enclave tebal 0,00;spasi 10‰ x fs; HIDDEN2 255 020200

4 Bangunan Penting tebal 0,00 30 070100

5 Enclave tebal 0,00; spasi 0,5‰ x fs; AR-HBONE 255 020200

6 Kebun Plasma tebal 0,00; spasi 0,25‰ x fs; AR-B816 70 090100

UNSUR PERAIRAN

1 Batas Sungai tebal 0,00 160 030100

2 Batas Saluran tebal 0,00 140 030300

3 Batas Danau tebal 0,00 150 030500

4 Batas Pantai/Laut tebal 0,00 160 030800

5 Rawa tebal 0,00 150 030600

UNSUR TRANSPORTASI

1 Batas Jalan diperkeras tebal 0,00 20 040100

2 Batas Jalan Tanah tebal 0,00; spasi 0,1‰ x fs; ACAD_ISO03W100 20 040400

3 Batas Jalan Setapak tebal 0,00; spasi 0,1‰ x fs; ACAD_ISO07W100 20 040800

4 Rel Kereta Api tebal 0,00; spasi 0,4‰ x fs 10 041100

5 Rel Lori tebal 0,00; spasi 0,4‰ x fs 20 041300

6 Jembatan tebal 0,00 20 041500

UNSUR TEMATIK

1 Batas Moratorium PIPPIB tebal 0,00; spasi 5‰ x fs 80 090400

2 Batas Rencana Tata Ruang Wilayah tebal 0,00; spasi 5‰ x fs; FENCELINE1 80 090400

3 Batas Pelepasan Kawasan Hutan tebal 0,00; spasi 5‰ x fs; FENCELINE1 80 090400

OBJEK TEKS

UNSUR ADMINISTRASI

1 Desa Nama Desa/Kelurahan tebal 0.25; ukuran 2.5‰ x fs ; font Arial 42 080105

2 Kecamatan Nama Kecamatan tebal 0.25; ukuran 3‰ x fs; font Arial 42 080104

3 Kabupaten Nama Kabupaten/Kota tebal 0.25; ukuran 3.5‰ x fs; font Arial 42 080103

4 Provinsi Nama Provinsi tebal 0.25; ukuran 4‰ x fs; font Arial 42 080102

5 Negara Nama Negara tebal 0.25; ukuran 4.5‰ x fs; font Arial 42 080101
NO SYMBOL NAMA UKURAN WARNA LAYER

UNSUR KADASTRAL

1 14.06.00.00.00234 Nomor Identifikasi Bidang tebal 0.25; ukuran 4‰ x fs; font Arial 255 080201

2 PT.PERUSAHAAN Nama Pemilik HGU/Nomor Peta tebal 0.25; ukuran 2.5‰ x fs; font Arial 255 080204

UNSUR PERAIRAN

1 S.Nama Nama Sungai tebal 0.09; ukuran 2‰ x fs; font Italic 160 080301

2 Saluran Nama Saluran tebal 0.09; ukuran 2‰ x fs; font Italic 140 080302

3 D. Nama Nama Danau tebal 0.09; ukuran 2.5‰ x fs; font Italic 50 080303

4 Rawa Nama Rawa tebal 0.09; ukuran 2.5‰ x fs; font Italic 150 080304

UNSUR TRANSPORTASI

1 Jl.Nama Nama Jalan diperkeras tebal 0.09; ukuran 2‰ x fs; font Romans 20 080401

2 Jl.Nama Nama Jalan Tanah tebal 0.09; ukuran 2‰ x fs; font Romans 20 080402

3 Jl.Nama Nama Jalan Setapak tebal 0.09; ukuran 2‰ x fs; font Romans 20 080404

4 Nama Rel Kereta Api tebal 0.09; ukuran 2‰ x fs; font Romans 10 080405

5 Nama Rel Lori tebal 0.09; ukuran 2‰ x fs; font Romans 20 080406

6 Nama Nama Jembatan tebal 0.09; ukuran 2‰ x fs; font Romans 20 080407

UNSUR TEMATIK

1 Enclave Nama Enclave tebal 0,25; ukuran 2.5‰ x fs; font Arial 255 080204

2 Plasma Nama Kebun tebal 0,25; ukuran 2.5‰ x fs; font Arial 70 080901

3 APL Nama Areal Kehutanan tebal 0,25; ukuran 4‰ x fs; font Arial 80 080904

UNSUR KADASTRAL

1 012 Nama Titik Dasar Teknik Orde 0 tebal 0.13; ukuran 1.5‰ x fs; font Arial 1 080601

2 012 Nama Titik Dasar Teknik Orde 1 tebal 0.13; ukuran 1.5‰ x fs; font Arial 1 080602

3 01234 Nama Titik Dasar Teknik Orde 2 tebal 0.13; ukuran 1.5‰ x fs; font Arial 1 080603

4 0123456 Nama Titik Dasar Teknik Orde 3 tebal 0.13; ukuran 1.5‰ x fs; font Arial 1 080604

5 2 Nama Titik Dasar Teknik Orde 4 tebal 0.13; ukuran 1.5‰ x fs; font Arial 1 080605

6 2 Nama Titik Perapatan tebal 0.13; ukuran 1.5‰ x fs; font Arial 1 080606

7 Nama Titik Pengukuran tebal 0.13; ukuran 2‰ x fs; font Arial 1 080608

OBJEK TITIK

UNSUR KADASTRAL

1 Titik Dasar Teknik Orde 0 tebal 0.13; tinggi 2‰ x fs 1 060100

2 Titik Dasar Teknik Orde 1 tebal 0.13; tinggi 2‰ x fs 1


060200
3 Titik Dasar Teknik Orde 2 tebal 0.13; tinggi 2‰ x fs 1
060300
4 Titik Dasar Teknik Orde 3 tebal 0.13; tinggi 2‰ x fs 1
060400
5 Titik Dasar Teknik Orde 4 tebal 0.13; tinggi 2‰ x fs 1
060500
6 Titik Perapatan tebal 0.13; tinggi 2‰ x fs 1
060600
7 Titik Batas dari Beton tebal 0.13; tinggi 2‰ x fs 1 060800

8 Titik Batas dari Besi tebal 0.13; tinggi 2‰ x fs 2 060800

9 Titik Batas dari Paralon tebal 0.13; tinggi 2‰ x fs 3 060800

10 Titik Batas dari Kayu tebal 0.13; tinggi 2‰ x fs 4 060800

11 Titik Batas dari Pipa tebal 0.13; tinggi 2‰ x fs 5 060800


NO SYMBOL NAMA UKURAN WARNA LAYER

UNSUR TEMATIK

1 Belukar tebal 0,13; tinggi 4‰ x fs 80 090400

2 Hutan tebal 0,13; tinggi 4‰ x fs 80 090400

3 Pinus tebal 0,13; tinggi 4‰ x fs 80 090400

4 Jati tebal 0,13; tinggi 4‰ x fs 80 090400

5 Karet tebal 0,13; tinggi 4‰ x fs 80 090400

6 Kina tebal 0,13; tinggi 4‰ x fs 80 090400

12 Sagu tebal 0,13; tinggi 4‰ x fs 80 090400

18 Bambu tebal 0,13; tinggi 4‰ x fs 81 090400

7 Coklat tebal 0,13; tinggi 4‰ x fs 70 090100

8 Lada tebal 0,13; tinggi 4‰ x fs 70 090100

9 Cengkeh tebal 0,13; tinggi 4‰ x fs 70 090100

10 Kelapa tebal 0,13; tinggi 4‰ x fs 70 090100

11 Sawit tebal 0,13; tinggi 4‰ x fs 70 090100

13 Tembakau tebal 0,13; tinggi 4‰ x fs 70 090100

14 Tebu tebal 0,13; tinggi 4‰ x fs 70 090100

15 Teh tebal 0,13; tinggi 4‰ x fs 70 090100

16 Kopi tebal 0,13; tinggi 4‰ x fs 70 090100

17 Alang-alang tebal 0,13; tinggi 4‰ x fs 70 090300

UNSUR PETA

1 Layout Peta tebal 0,25 255 110100

2 Citra/Foto Udara tebal 0,00 51 120100

Keterangan :

fs : faktor skala peta

‰ : 1/1000
KODE KANTOR

0101 - Kantor Pertanahan Kota Banda Aceh


0102 - Kantor Pertanahan Kota Sabang
0103 - Kantor Pertanahan Kabupaten Aceh Besar
0104 - Kantor Pertanahan Kabupaten Aceh Barat
0105 - Kantor Pertanahan Kabupaten Aceh Selatan
0106 - Kantor Pertanahan Kabupaten Pidie
0107 - Kantor Pertanahan Kabupaten Aceh Utara
0108 - Kantor Pertanahan Kabupaten Aceh Timur
0109 - Kantor Pertanahan Kabupaten Aceh Tengah
0110 - Kantor Pertanahan Kabupaten Aceh Tenggara
0111 - Kantor Pertanahan Kabupaten Bireuen
0112 - Kantor Pertanahan Kabupaten Aceh Singkil
0113 - Kantor Pertanahan Kabupaten Simeulue
0114 - Kantor Pertanahan Kabupaten Nagan Raya
0115 - Kantor Pertanahan Kabupaten Aceh Tamiang
0116 - Kantor Pertanahan Kota Lhokseumawe
0117 - Kantor Pertanahan Kota Langsa
0117 - Kantor Pertanahan Kabupaten Aceh Jaya
0119 - Perwakilan Kantor Pertanahan Perwakilan Aceh Barat Daya
0201 - Kantor Pertanahan Kota Medan
0202 - Kantor Pertanahan Kabupaten Langkat
0203 - Kantor Pertanahan Kota Pematang Siantar
0204 - Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang
0205 - Kantor Pertanahan Kabupaten Dairi
0206 - Kantor Pertanahan Kabupaten Karo
0207 - Kantor Pertanahan Kabupaten Asahan
0208 - Kantor Pertanahan Kota Tanjung Balai
0209 - Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun
0210 - Kantor Pertanahan Kabupaten Tapanuli Selatan
0211 - Kantor Pertanahan Kabupaten Nias
0212 - Kantor Pertanahan Kabupaten Labuhan Batu
0213 - Kantor Pertanahan Kota Sibolga
0214 - Kantor Pertanahan Kabupaten Tapanuli Tengah
0215 - Kantor Pertanahan Kabupaten Tapanuli Utara
0216 - Kantor Pertanahan Kota Tebing Tinggi
0217 - Kantor Pertanahan Kota Binjai
0218 - Kantor Pertanahan Kabupaten Mandailing Natal
0219 - Kantor Pertanahan Kabupaten Toba Samosir
0220 - Kantor Pertanahan Kota Padangsidimpuan
0221 - Kantor Pertanahan Kabupaten Serdang Bedagai
0222 - Kantor Pertanahan Kabupaten Humbang Hasundutan
0223 - Kantor Pertanahan Kabupaten Nias Selatan
0224 - Kantor Pertanahan Kabupaten Samosir
0225 - Kantor Pertanahan Kabupaten Pakpak Bharat
0301 - Kantor Pertanahan Kota Padang
0302 - Kantor Pertanahan Kota Bukittinggi
0303 - Kantor Pertanahan Kota Padang Panjang
0304 - Kantor Pertanahan Kabupaten Agam
KODE KANTOR

0305 - Kantor Pertanahan Kabupaten Lima Puluh Kota


0306 - Kantor Pertanahan Kota Payakumbuh
0307 - Kantor Pertanahan Kabupaten Pasaman
0308 - Kantor Pertanahan Kabupaten Solok
0309 - Kantor Pertanahan Kota Solok
0310 - Kantor Pertanahan Kabupaten Tanah Datar
0311 - Kantor Pertanahan Kabupaten Sijunjung
0312 - Kantor Pertanahan Kota Sawahlunto
0313 - Kantor Pertanahan Kabupaten Padang Pariaman
0314 - Kantor Pertanahan Kabupaten Pesisir Selatan
0315 - Kantor Pertanahan Kabupaten Kepulauan Mentawai
0316 - Kantor Pertanahan Kota Pariaman
0317 - Kantor Pertanahan Kabupaten Pasaman Barat
0318 - Kantor Pertanahan Kabupaten Dharmasraya
0319 - Kantor Pertanahan Kabupaten Solok Selatan
0401 - Kantor Pertanahan Kota Palembang
0405 - Kantor Pertanahan Kabupaten Lahat
0406 - Kantor Pertanahan Kabupaten Muara Enim
0407 - Kantor Pertanahan Kabupaten Ogan Komering Ilir
0408 - Kantor Pertanahan Kabupaten Ogan Komering Ulu
0409 - Kantor Pertanahan Kabupaten Musi Banyuasin
0410 - Kantor Pertanahan Kabupaten Musi Rawas
0411 - Kantor Pertanahan Kota Pagar Alam
0412 - Kantor Pertanahan Kota Prabumulih
0413 - Kantor Pertanahan Kota Lubuklinggau
0414 - Kantor Pertanahan Kabupaten Banyuasin
0415 - Kantor Pertanahan Kabupaten Oku Timur
0416 - Kantor Pertanahan Kabupaten Ogan Ilir
0417 - Kantor Pertanahan Kabupaten Oku Selatan
0418 - Kantor Pertanahan Kabupaten Empat Lawang
0501 - Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru
0502 - Kantor Pertanahan Kabupaten Bengkalis
0503 - Kantor Pertanahan Kabupaten Indragiri Hulu
0504 - Kantor Pertanahan Kabupaten Indragiri Hilir
0505 - Kantor Pertanahan Kabupaten Kampar
0508 - Kantor Pertanahan Kota Dumai
0509 - Kantor Pertanahan Kabupaten Rokan Hulu
0510 - Kantor Pertanahan Kabupaten Rokan Hilir
0511 - Kantor Pertanahan Kabupaten Siak
0514 - Kantor Pertanahan Kabupaten Kuantan Singingi
0516 - Kantor Pertanahan Kabupaten Pelalawan
0601 - Kantor Pertanahan Kota Jambi
0602 - Kantor Pertanahan Kabupaten Batanghari
0603 - Kantor Pertanahan Kabupaten Bungo
0604 - Kantor Pertanahan Kabupaten Merangin
0605 - Kantor Pertanahan Kabupaten Kerinci
0607 - Kantor Pertanahan Kabupaten Tanjung Jabung Barat
0608 - Kantor Pertanahan Kabupaten Sarolangun
KODE KANTOR

0609 - Kantor Pertanahan Kabupaten Tebo


0610 - Kantor Pertanahan Kabupaten Muaro Jambi
0611 - Kantor Pertanahan Kabupaten Tanjung Jabung Timur
0701 - Kantor Pertanahan Kabupaten Rejang Lebong
0702 - Kantor Pertanahan Kabupaten Bengkulu Utara
0703 - Kantor Pertanahan Kabupaten Bengkulu Selatan
0704 - Kantor Pertanahan Kota Bengkulu
0705 - Kantor Pertanahan Kabupaten Kaur
0706 - Kantor Pertanahan Kabupaten Seluma
0707 - Kantor Pertanahan Kabupaten Kepahiang
0708 - Kantor Pertanahan Kabupaten Mukomuko
0709 - Kantor Pertanahan Kabupaten Lebong
0710 - Kantor Pertanahan Kabupaten Bengkulu Tengah
0801 - Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung
0802 - Kantor Pertanahan Kabupaten Lampung Selatan
0803 - Kantor Pertanahan Kabupaten Lampung Tengah
0804 - Kantor Pertanahan Kabupaten Lampung Utara
0805 - Kantor Pertanahan Kabupaten Lampung Barat
0806 - Kantor Pertanahan Kabupaten Tulang Bawang
0807 - Kantor Pertanahan Kabupaten Tanggamus
0808 - Kantor Pertanahan Kota Metro
0809 - Kantor Pertanahan Kabupaten Way Kanan
0810 - Kantor Pertanahan Kabupaten Lampung Timur
0811 - Kantor Pertanahan Kabupaten Pesawaran
0901 - Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Pusat
0902 - Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Selatan
0903 - Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Barat
0904 - Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Timur
0905 - Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Utara
1005 - Kantor Pertanahan Kabupaten Bekasi
1006 - Kantor Pertanahan Kabupaten Karawang
1007 - Kantor Pertanahan Kabupaten Purwakarta
1008 - Kantor Pertanahan Kabupaten Subang
1009 - Kantor Pertanahan Kota Bogor
1010 - Kantor Pertanahan Kabupaten Bogor
1011 - Kantor Pertanahan Kabupaten Sukabumi
1012 - Kantor Pertanahan Kota Sukabumi
1013 - Kantor Pertanahan Kabupaten Cianjur
1014 - Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung
1015 - Kantor Pertanahan Kota Bandung
1016 - Kantor Pertanahan Kabupaten Sumedang
1017 - Kantor Pertanahan Kabupaten Garut
1018 - Kantor Pertanahan Kabupaten Tasikmalaya
1019 - Kantor Pertanahan Kabupaten Ciamis
1020 - Kantor Pertanahan Kabupaten Cirebon
1021 - Kantor Pertanahan Kota Cirebon
1022 - Kantor Pertanahan Kabupaten Kuningan
1023 - Kantor Pertanahan Kabupaten Majalengka
KODE KANTOR

1024 - Kantor Pertanahan Kabupaten Indramayu


1026 - Kantor Pertanahan Kota Bekasi
1027 - Kantor Pertanahan Kota Depok
1028 - Kantor Pertanahan Kota Cimahi
1029 - Kantor Pertanahan Kota Tasikmalaya
1030 - Kantor Pertanahan Kota Banjar
1031 - Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung Barat
1101 - Kantor Pertanahan Kota Semarang
1102 - Kantor Pertanahan Kota Surakarta
1103 - Kantor Pertanahan Kota Salatiga
1104 - Kantor Pertanahan Kota Magelang
1105 - Kantor Pertanahan Kota Pekalongan
1106 - Kantor Pertanahan Kota Tegal
1107 - Kantor Pertanahan Kabupaten Semarang
1108 - Kantor Pertanahan Kabupaten Kendal
1109 - Kantor Pertanahan Kabupaten Demak
1110 - Kantor Pertanahan Kabupaten Grobogan
1111 - Kantor Pertanahan Kabupaten Pati
1112 - Kantor Pertanahan Kabupaten Blora
1113 - Kantor Pertanahan Kabupaten Jepara
1114 - Kantor Pertanahan Kabupaten Rembang
1115 - Kantor Pertanahan Kabupaten Kudus
1116 - Kantor Pertanahan Kabupaten Sukoharjo
1117 - Kantor Pertanahan Kabupaten Boyolali
1118 - Kantor Pertanahan Kabupaten Karanganyar
1119 - Kantor Pertanahan Kabupaten Klaten
1120 - Kantor Pertanahan Kabupaten Sragen
1121 - Kantor Pertanahan Kabupaten Wonogiri
1122 - Kantor Pertanahan Kabupaten Magelang
1123 - Kantor Pertanahan Kabupaten Kebumen
1124 - Kantor Pertanahan Kabupaten Temanggung
1125 - Kantor Pertanahan Kabupaten Wonosobo
1126 - Kantor Pertanahan Kabupaten Purworejo
1127 - Kantor Pertanahan Kabupaten Banyumas
1128 - Kantor Pertanahan Kabupaten Banjarnegara
1129 - Kantor Pertanahan Kabupaten Purbalingga
1130 - Kantor Pertanahan Kabupaten Cilacap
1131 - Kantor Pertanahan Kabupaten Pekalongan
1132 - Kantor Pertanahan Kabupaten Batang
1133 - Kantor Pertanahan Kabupaten Brebes
1134 - Kantor Pertanahan Kabupaten Pemalang
1135 - Kantor Pertanahan Kabupaten Tegal
1201 - Kantor Pertanahan Kota Surabaya I
1202 - Kantor Pertanahan Kota Mojokerto
1203 - Kantor Pertanahan Kota Madiun
1204 - Kantor Pertanahan Kota Kediri
1205 - Kantor Pertanahan Kota Blitar
1206 - Kantor Pertanahan Kota Malang
KODE KANTOR

1207 - Kantor Pertanahan Kota Pasuruan


1208 - Kantor Pertanahan Kota Probolinggo
1209 - Kantor Pertanahan Kabupaten Gresik
1210 - Kantor Pertanahan Kabupaten Sidoarjo
1211 - Kantor Pertanahan Kabupaten Mojokerto
1212 - Kantor Pertanahan Kabupaten Jombang
1213 - Kantor Pertanahan Kabupaten Bangkalan
1214 - Kantor Pertanahan Kabupaten Sampang
1215 - Kantor Pertanahan Kabupaten Sumenep
1216 - Kantor Pertanahan Kabupaten Pamekasan
1217 - Kantor Pertanahan Kabupaten Bojonegoro
1218 - Kantor Pertanahan Kabupaten Tuban
1219 - Kantor Pertanahan Kabupaten Lamongan
1220 - Kantor Pertanahan Kabupaten Madiun
1221 - Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi
1222 - Kantor Pertanahan Kabupaten Magetan
1223 - Kantor Pertanahan Kabupaten Ponorogo
1224 - Kantor Pertanahan Kabupaten Pacitan
1225 - Kantor Pertanahan Kabupaten Kediri
1226 - Kantor Pertanahan Kabupaten Nganjuk
1227 - Kantor Pertanahan Kabupaten Tulungagung
1228 - Kantor Pertanahan Kabupaten Trenggalek
1229 - Kantor Pertanahan Kabupaten Blitar
1230 - Kantor Pertanahan Kabupaten Malang
1231 - Kantor Pertanahan Kabupaten Probolinggo
1232 - Kantor Pertanahan Kabupaten Pasuruan
1233 - Kantor Pertanahan Kabupaten Lumajang
1234 - Kantor Pertanahan Kabupaten Jember
1235 - Kantor Pertanahan Kabupaten Situbondo
1236 - Kantor Pertanahan Kabupaten Bondowoso
1237 - Kantor Pertanahan Kabupaten Banyuwangi
1238 - Kantor Pertanahan Kota Batu
1239 - Kantor Pertanahan Kota Surabaya II
1301 - Kantor Pertanahan Kabupaten Bantul
1302 - Kantor Pertanahan Kabupaten Gunungkidul
1303 - Kantor Pertanahan Kabupaten Kulon Progo
1304 - Kantor Pertanahan Kabupaten Sleman
1305 - Kantor Pertanahan Kota Yogyakarta
1401 - Kantor Pertanahan Kota Pontianak
1402 - Kantor Pertanahan Kabupaten Pontianak
1403 - Kantor Pertanahan Kabupaten Sambas
1404 - Kantor Pertanahan Kabupaten Sanggau
1405 - Kantor Pertanahan Kabupaten Sintang
1406 - Kantor Pertanahan Kabupaten Kapuas Hulu
1407 - Kantor Pertanahan Kabupaten Ketapang
1408 - Kantor Pertanahan Kabupaten Landak
1409 - Kantor Pertanahan Kota Singkawang
1410 - Kantor Pertanahan Kabupaten Bengkayang
KODE KANTOR

1411 - Kantor Pertanahan Kabupaten Sekadau


1412 - Kantor Pertanahan Kabupaten Melawi
1413 - Kantor Pertanahan Kabupaten Kayong Utara
1414 - Kantor Pertanahan Kabupaten Kubu Raya
1501 - Kantor Pertanahan Kota Palangka Raya
1502 - Kantor Pertanahan Kabupaten Kapuas
1503 - Kantor Pertanahan Kabupaten Barito Selatan
1504 - Kantor Pertanahan Kabupaten Barito Utara
1505 - Kantor Pertanahan Kabupaten Kotawaringin Timur
1506 - Kantor Pertanahan Kabupaten Kotawaringin Barat
1507 - Kantor Pertanahan Kabupaten Gunung Mas
1508 - Kantor Pertanahan Kabupaten Murung Raya
1509 - Kantor Pertanahan Kabupaten Pulang Pisau
1510 - Kantor Pertanahan Kabupaten Katingan
1511 - Kantor Pertanahan Kabupaten Seruyan
1512 - Kantor Pertanahan Kabupaten Lamandau
1514 - Kantor Pertanahan Kabupaten Barito Timur
1514 - Kantor Pertanahan Kabupaten Sukamara
1601 - Kantor Pertanahan Kota Samarinda
1602 - Kantor Pertanahan Kota Balikpapan
1603 - Kantor Pertanahan Kabupaten Kutai Kartanegara
1604 - Kantor Pertanahan Kabupaten Paser
1605 - Kantor Pertanahan Kabupaten Berau
1606 - Kantor Pertanahan Kabupaten Bulungan
1607 - Kantor Pertanahan Kota Tarakan
1608 - Kantor Pertanahan Kabupaten Nunukan
1609 - Kantor Pertanahan Kabupaten Kutai Timur
1610 - Kantor Pertanahan Kota Bontang
1611 - Kantor Pertanahan Kabupaten Kutai Barat
1612 - Kantor Pertanahan Kabupaten Penajam Paser Utara
1613 - Kantor Pertanahan Kabupaten Malinau
1701 - Kantor Pertanahan Kota Banjarmasin
1702 - Kantor Pertanahan Kabupaten Banjar
1703 - Kantor Pertanahan Kabupaten Tapin
1704 - Kantor Pertanahan Kabupaten Hulu Sungai Selatan
1705 - Kantor Pertanahan Kabupaten Hulu Sungai Tengah
1706 - Kantor Pertanahan Kabupaten Hulu Sungai Utara
1707 - Kantor Pertanahan Kabupaten Tabalong
1708 - Kantor Pertanahan Kabupaten Tanah Laut
1709 - Kantor Pertanahan Kabupaten Barito Kuala
1710 - Kantor Pertanahan Kabupaten Kotabaru
1711 - Kantor Pertanahan Kota Banjarbaru
1712 - Kantor Pertanahan Kabupaten Tanah Bumbu
1713 - Kantor Pertanahan Kabupaten Balangan
1801 - Kantor Pertanahan Kota Manado
1803 - Kantor Pertanahan Kabupaten Minahasa
1805 - Kantor Pertanahan Kabupaten Bolaang Mangondow
1806 - Kantor Pertanahan Kabupaten Kepulauan Sangihe
KODE KANTOR

1807 - Kantor Pertanahan Kota Bitung


1808 - Kantor Pertanahan Kabupaten Kepulauan Talaud
1809 - Kantor Pertanahan Kota Tomohon
1810 - Kantor Pertanahan Kabupaten Minahasa Utara
1811 - Kantor Pertanahan Kabupaten Minahasa Selatan
1813 - Kantor Pertanahan Kabupaten Minahasa Tenggara
1901 - Kantor Pertanahan Kabupaten Donggala
1902 - Kantor Pertanahan Kabupaten Toli-toli
1903 - Kantor Pertanahan Kabupaten Banggai
1904 - Kantor Pertanahan Kabupaten Poso
1905 - Kantor Pertanahan Kota Palu
1906 - Kantor Pertanahan Kabupaten Morowali
1907 - Kantor Pertanahan Kabupaten Buol
1908 - Kantor Pertanahan Kabupaten Parigi Moutong
1909 - Kantor Pertanahan Kabupaten Banggai Kepulauan
1910 - Kantor Pertanahan Kabupaten Tojo Una-una
1911 - Kantor Pertanahan Kabupaten Sigi
2001 - Kantor Pertanahan Kota Makassar
2002 - Kantor Pertanahan Kabupaten Gowa
2003 - Kantor Pertanahan Kabupaten Takalar
2004 - Kantor Pertanahan Kabupaten Jeneponto
2005 - Kantor Pertanahan Kabupaten Maros
2006 - Kantor Pertanahan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
2007 - Kantor Pertanahan Kabupaten Barru
2008 - Kantor Pertanahan Kabupaten Luwu
2009 - Kantor Pertanahan Kabupaten Tana Toraja
2011 - Kantor Pertanahan Kabupaten Soppeng
2012 - Kantor Pertanahan Kabupaten Sinjai
2015 - Kantor Pertanahan Kabupaten Kepulauan Selayar
2016 - Kantor Pertanahan Kabupaten Bone
2017 - Kantor Pertanahan Kabupaten Wajo
2018 - Kantor Pertanahan Kota Parepare
2019 - Kantor Pertanahan Kabupaten Pinrang
2020 - Kantor Pertanahan Kabupaten Sidenreng Rappang
2021 - Kantor Pertanahan Kabupaten Enrekang
2022 - Kantor Pertanahan Kabupaten Bantaeng
2023 - Kantor Pertanahan Kabupaten Bulukumba
2024 - Kantor Pertanahan Kabupaten Luwu Utara
2025 - Kantor Pertanahan Kota Palopo
2026 - Kantor Pertanahan Kabupaten Luwu Timur
2101 - Kantor Pertanahan Kabupaten Konawe
2102 - Kantor Pertanahan Kabupaten Kolaka
2103 - Kantor Pertanahan Kabupaten Buton
2104 - Kantor Pertanahan Kabupaten Muna
2105 - Kantor Pertanahan Kota Kendari
2106 - Kantor Pertanahan Kota Baubau
2107 - Kantor Pertanahan Kabupaten Konawe Selatan
2108 - Kantor Pertanahan Kabupaten Kolaka Utara
KODE KANTOR

2109 - Kantor Pertanahan Kabupaten Bombana


2110 - Kantor Pertanahan Kabupaten Wakatobi
2111 - Kantor Pertanahan Kabupaten Konawe Utara
2112 - Kantor Pertanahan Kabupaten Buton Utara
2201 - Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana
2202 - Kantor Pertanahan Kabupaten Tabanan
2203 - Kantor Pertanahan Kabupaten Badung
2204 - Kantor Pertanahan Kabupaten Buleleng
2205 - Kantor Pertanahan Kabupaten Gianyar
2206 - Kantor Pertanahan Kabupaten Klungkung
2207 - Kantor Pertanahan Kabupaten Bangli
2208 - Kantor Pertanahan Kabupaten Karangasem
2209 - Kantor Pertanahan Kota Denpasar
2301 - Kantor Pertanahan Kabupaten Lombok Barat
2302 - Kantor Pertanahan Kabupaten Lombok Tengah
2303 - Kantor Pertanahan Kabupaten Lombok Timur
2304 - Kantor Pertanahan Kabupaten Sumbawa
2305 - Kantor Pertanahan Kabupaten Dompu
2306 - Kantor Pertanahan Kabupaten Bima
2307 - Kantor Pertanahan Kota Mataram
2308 - Kantor Pertanahan Kota Bima
2309 - Kantor Pertanahan Kabupaten Sumbawa Barat
2310 - Perwakilan Kantor Pertanahan Perwakilan Lombok Utara
2401 - Kantor Pertanahan Kabupaten Kupang
2402 - Kantor Pertanahan Kabupaten Timor Tengah Selatan
2403 - Kantor Pertanahan Kabupaten Timor Tengah Utara
2404 - Kantor Pertanahan Kabupaten Belu
2405 - Kantor Pertanahan Kabupaten Alor
2406 - Kantor Pertanahan Kabupaten Flores Timur
2407 - Kantor Pertanahan Kabupaten Sikka
2408 - Kantor Pertanahan Kabupaten Ende
2409 - Kantor Pertanahan Kabupaten Ngada
2410 - Kantor Pertanahan Kabupaten Manggarai
2411 - Kantor Pertanahan Kabupaten Sumba Timur
2412 - Kantor Pertanahan Kabupaten Sumba Barat
2413 - Kantor Pertanahan Kota Kupang
2414 - Kantor Pertanahan Kabupaten Lembata
2415 - Kantor Pertanahan Kabupaten Rote Ndao
2416 - Kantor Pertanahan Kabupaten Manggarai Barat
2417 - Kantor Pertanahan Kabupaten Nagekeo
2418 - Kantor Pertanahan Kabupaten Sumba Tengah
2419 - Kantor Pertanahan Kabupaten Sumba Barat Daya
2420 - Perwakilan Kantor Pertanahan Perwakilan Kabupaten Manggarai Timur
2501 - Kantor Pertanahan Kabupaten Maluku Tengah
2502 - Kantor Pertanahan Kabupaten Maluku Tenggara
2505 - Kantor Pertanahan Kota Ambon
2506 - Kantor Pertanahan Kabupaten Maluku Tenggara Barat
2507 - Kantor Pertanahan Kabupaten Buru
KODE KANTOR

2601 - Kantor Pertanahan Kabupaten Jayapura


2602 - Kantor Pertanahan Kabupaten Paniai
2603 - Kantor Pertanahan Kabupaten Jayawijaya
2605 - Kantor Pertanahan Kabupaten Merauke
2607 - Kantor Pertanahan Kabupaten Yapen Waropen
2609 - Kantor Pertanahan Kabupaten Biak Numfor
2610 - Kantor Pertanahan Kota Jayapura
2611 - Kantor Pertanahan Kabupaten Mimika
2613 - Kantor Pertanahan Kabupaten Nabire
2615 - Kantor Pertanahan Kabupaten Keerom
2616 - Kantor Pertanahan Kabupaten Sarmi
2617 - Kantor Pertanahan Kabupaten Puncak Jaya
2701 - Kantor Pertanahan Kota Ternate
2702 - Kantor Pertanahan Kabupaten Halmahera Barat
2703 - Kantor Pertanahan Kabupaten Halmahera Tengah
2704 - Kantor Pertanahan Kota Tidore Kepulauan
2705 - Kantor Pertanahan Kabupaten Halmahera Selatan
2706 - Perwakilan Kantor Pertanahan Perwakilan Kabupaten Halmahera Utara
2707 - Perwakilan Kantor Pertanahan Perwakilan Kabupaten Halmahera Timur
2708 - Perwakilan Kantor Pertanahan Perwakilan Kabupaten Kepulauan Sula
2709 - Perwakilan Kantor Pertanahan Perwakilan Kabupaten Morotai
2801 - Kantor Pertanahan Kabupaten Serang
2802 - Kantor Pertanahan Kabupaten Pandeglang
2803 - Kantor Pertanahan Kabupaten Lebak
2804 - Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang
2805 - Kantor Pertanahan Kota Tangerang
2806 - Kantor Pertanahan Kota Cilegon
2901 - Kantor Pertanahan Kota Pangkalpinang
2902 - Kantor Pertanahan Kabupaten Bangka
2903 - Kantor Pertanahan Kabupaten Belitung
2904 - Kantor Pertanahan Kabupaten Bangka Tengah
2905 - Kantor Pertanahan Kabupaten Bangka Selatan
2906 - Kantor Pertanahan Kabupaten Bangka Barat
2907 - Kantor Pertanahan Kabupaten Belitung Timur
3001 - Kantor Pertanahan Kota Gorontalo
3002 - Kantor Pertanahan Kabupaten Gorontalo
3003 - Kantor Pertanahan Kabupaten Boalemo
3004 - Kantor Pertanahan Kabupaten Pohuwato
3005 - Kantor Pertanahan Kabupaten Bonebolango
3006 - Kantor Pertanahan Kabupaten Gorontalo Utara
3101 - Kantor Pertanahan Kabupaten Mamasa
3102 - Kantor Pertanahan Kabupaten Mamuju Utara
3103 - Kantor Pertanahan Kabupaten Polewali Mandar
3104 - Kantor Pertanahan Kabupaten Majene
3105 - Kantor Pertanahan Kabupaten Mamuju
3106 - Kantor Pertanahan Kabupaten Polewali Mamasa
3201 - Kantor Pertanahan Kabupaten Bintan
3202 - Kantor Pertanahan Kota Batam
KODE KANTOR

3203 - Kantor Pertanahan Kabupaten Karimun


3204 - Kantor Pertanahan Kabupaten Natuna
3205 - Kantor Pertanahan Kota Tanjungpinang
3206 - Kantor Pertanahan Kabupaten Lingga
3301 - Kantor Pertanahan Kabupaten Manokwari
3302 - Kantor Pertanahan Kabupaten Sorong
3304 - Kantor Pertanahan Kota Sorong
3305 - Kantor Pertanahan Kabupaten Sorong Selatan
9203 - Kantor Pertanahan Kabupaten Fakfak
9999 - Kantor Wilayah Provinsi Timor Timur
9999 - Kantor Pertanahan Perwakilan Kota Kotamobagu

Das könnte Ihnen auch gefallen