Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
KASUS ETIK
Missed Diagnosis dan Pelanggaran Autonomy
dan Beneficence Pasien
Oleh:
Dr. Citra Aminah Purnamasari
PENDAMPING :
Obyektif Presentasi:
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi:
Seorang anak berinisial anak P, disarankan rawat inap di sebuah Rumah Sakit di
daerah Ponorogo karena panas tinggi hari pertama. Hasil pemeriksaan laboratorium
saat itu menunjukkan trombosit dalam jumlah normal. Pasien didiagnosis Observasi
febris H-1. Hari kedua, kondisi pasien belum membaik, masih panas. Orang tua
pasien meminta diperiksa darah ulang. Tim medis mengatakan bahwa kondisi pasien
tidak apa-apa, hanya radang biasa. Tidak perlu diperiksa darah ulang. Malam hari
ke-3 perawatan, pasien mengalami penurunan kesadaran. Kaki dan tangan pasien
dingin dan basah. Perawat jaga saat itu mengatakan pasien berkeringat tanda akan
sembuh. Pasien tetap dalam keadaan seperti itu sampai keesokan harinya. Pagi hari
ke-4 pasien diperiksa darah ulang, dan dinyatakan menderita DHF (trombosit
menurun) dalam masa kritis. Tim medis bermaksud memasang infus tambahan,
tetapi vena pasien collaps dan pecah. Pasien mengalami shock berat dengan
penurunan kesadaran. Pasien dipindahkan ke ruang ICU. Orang tua pasien meminta
pasien dirujuk ke Rumah Sakit yang lebih tinggi. Tim medis saat itu menyarankan
untuk menunggu 24 jam untuk melihat respon imun pasien, dan mengatakan bahwa
pasien akan segera keluar dari masa kritis. Keesokan harinya, pasien meninggal
dunia.
Tujuan : Mengetahui bagaimana aspek etik dan medikolegal dalam penegakan
diagnosis dan menghormati autonomy serta beneficence pasien dan keluarganya.
Bahan Tinjauan Riset Kasus Audit
bahasan Pustaka
Cara Diskusi Presentasi dan E-mail Pos
membahas diskusi
Data pasien Nama: An. P No RM:
Nama RS: RSU PKU Telp: (-) Terdaftar sejak 16 Februari
Muhammadiyah 2015
Data utama untuk bahan diskusi
1. Diagnosis/Gambaran Klinis:
Seorang anak berusia 3 tahun berinisial anak P datang dengan keluhan panas
tinggi hari pertama, muntah (-), diare (-), makan minum tidak mau, rewel
(+). Hasil pemeriksaan laboratorium saat itu menunjukkan trombosit dalam
jumlah normal. Pasien didiagnosis Observasi febris H-1
2. Riwayat Pengobatan : Obat penurun panas
3. Riwayat Kesehatan : -
4. Riwayat Keluarga : -
5. Riwayat Pekerjaan : -
6. Perjalanan Penyakit :
Hari kedua, kondisi pasien belum membaik, masih panas. Orang tua pasien
meminta diperiksa darah ulang. Tim medis mengatakan bahwa kondisi
pasien tidak apa-apa, hanya radang biasa. Tidak perlu diperiksa darah ulang.
Malam hari ke-3 perawatan, kaki dan tangan pasien dingin dan basah. Pasien
tampak terus mengantuk. Perawat jaga saat itu mengatakan pasien
berkeringat tanda akan sembuh. Pasien tetap dalam keadaan seperti itu
sampai keesokan harinya. Pagi hari ke-4 pasien diperiksa darah ulang, dan
dinyatakan menderita DHF (trombosit menurun) dalam masa kritis. Tim
medis bermaksud memasang infus tambahan, tetapi vena pasien collaps dan
pecah. Pasien mengalami shock berat dengan penurunan kesadaran. Pasien
dipindahkan ke ruang ICU. Orang tua pasien meminta pasien dirujuk ke
Rumah Sakit yang lebih tinggi. Tim medis saat itu menyarankan untuk
menunggu 24 jam untuk melihat respon imun pasien, dan mengatakan bahwa
pasien akan segera keluar dari masa kritis. Keesokan harinya, pasien
meninggal dunia.
Hasil Pembelajaran
1. Definisi Pelanggaran Kode Etik Kedokteran
2. Dasar bioetik dan hak pasien
3. Pentingnya menguasai IPTEK kedokteran yang sudah berlaku umum di
kalangan profesi kedokteran
4. Memberikan pelayanan kedokteran dibawah standar profesi (tidak lege
artis)
5. Melakukan kelalaian yang berat atau meberikan pelayanan dengan tidak
hati-hati.
Pembahasan
Hak Pasien
UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
• Hak atas informasi
• Hak untuk memberikan persetujuan untuk dilakukan tindakan medis tertentu
• Hak untuk memillih pemberi jasa
• Hak untuk memilih sarana kesehatan
• Hak atas rahasia medik
• Hak untuk menolak perawatan
• Hak untuk menghentikan pengobatan
Malpraktek Medis
Malpraktek medik adalah kelalaian seorang dokter untuk mempergunakan tingkat
keterampilan dan ilmu pengetahuan yang lazim dipergunakan dalam mengobati
pasien atau orang yang terluka menurut ukuran di lingkungan yang sama.
Bila Malpraktek medik telah terjadi maka sebelum dapat menuntut ganti rugi harus
membuktikan 4 unsur:
1. Adanya suatu kewajiban bagi dokter terhadap pasien
2. Dokter telah melanggar standar pelayanan medik yang lazim dipergunakan
3. Penggugat telah menderita kerugian yang dimintakan ganti-ruginya
4. Secara faktual kerugian itu disebabkan oleh tindakan dibawah standar
Jadi instansi pertama yang akan menangani kasus-kasus malpraktek etik ialah
MKEK cabang atau wilayah. Masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh MKEK
dirujuk ke P3EK Propinsi dan jika P3EK Propinsi tidak mampu menanganinya maka
kasus tersebut diteruskan ke P3EK Pusat.
a. Pelanggaran etika
b. Pelanggaran hukum
Hak pasien untuk memilih pemberi jasa dan untuk memilih sarana kesehatan.
KESIMPULAN
1. Pada kasus ini dokter telah melakukan pelanggaran Kode Etik Kedokteran
(KODEKI) Bab-I pasal 2 dan UU No. 23 tahun 1992, serta dasar bioetik
autonomy dan beneficence.
SARAN