Sie sind auf Seite 1von 30

ANALISIS SATUAN KEMAMPUAN LAHAN (SKL)

1. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi


Tujuan analisis SKL Morfologi adalah memilah bentuk bentang alam/morfologi pada
wilayah dan/atau kawasan perencanaan yang mampu untuk dikembangkan sesuai
dengan fungsinya. Dalam analisis SKL Morfologi melibatkan data masukan berupa
peta morfologi dan peta kelerengan dengan keluaran peta SKL Morfologi dengan
penjelasannya. Hasil analisis SKL Morfologi dapat dilihat dalam tabel
Tabel 4.1
Analisis SKL Morfologi
No. Peta
Peta Morfologi SKL Morfologi Nilai
Kelerengan

Kemampuan lahan dari


1 Bergunung > 40 % 1
morfologi tinggi

Berbukit, Kemampuan lahan dari


2 15 – 40 % 2
bergelombang morfologi cukup

Kemampuan lahan dari


3 Berombak 8 – 15 % 3
morfologi sedang

Kemampuan lahan dari


4 Landai 2–8% 4
morfologi kurang

Kemampuan lahan dari


5 Datar 0–2% 5
morfologi rendah
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016

2. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kemudahan Dikerjakan


Tujuan analisis SKL Kemudahan Dikerjakan adalah untuk mengetahui tingkat
kemudahan lahan di wilayah dan/atau kawasan untuk digali/dimatangkan dalam
proses pembangunan/ pengembangan kawasan. Dalam analisis ini membutuhkan
masukan berupa peta topografi, peta morfologi, peta kemiringan lereng, peta jenis
tanah, peta penggunaan lahan eksisting, dengan keluaran peta SKL Kemudahan
Dikerjakan dan penjelasannya. Sebelum melakukan analisis SKL Kemudahan
Dikerjakan, terlebih dahulu harus diketahui penjelasan dari data yang terlibat dalam
analisa yaitu jenis tanah
Dalam analisis ini, akan ditinjau faktor pembentukan tanah dari aspek waktu
pembentukkannya di mana tanah merupakan benda alam yang terus menerus
berubah, akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus. Oleh karena itu tanah
akan menjadi semakin tua dan kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara
telah habis mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti
kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah
berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua. Tanah
Muda ditandai oleh proses pembentukan tanah yang masih tampak pencampuran
antara bahan organik dan bahan mineral atau masih tampak struktur bahan
induknya. Contoh tanah muda adalah tanah aluvial, regosol dan litosol. Tanah
Dewasa ditandai oleh proses yang lebih lanjut sehingga tanah muda dapat berubah
menjadi tanah dewasa, yaitu dengan proses pembentukan horison B. Contoh tanah
dewasa adalah andosol, latosol, grumosol. Tanah Tua proses pembentukan tanah
berlangsung lebih lanjut sehingga terjadi proses perubahan-perubahan yang nyata
pada horizon-horoson A dan B. Akibatnya terbentuk horizon A1, A2, A3, B1, B2, B3.
Contoh tanah pada tingkat tua adalah jenis tanah podsolik dan latosol tua (laterit).

Tabel 4.3
Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis SKL Kemudahan
Dikerjakan
Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami
perkembangan, berasal dari bahan induk aluvium, tekstur
beraneka ragam, belum terbentuk struktur , konsistensi
1. Alluvial dalam keadaan basah lekat, pH bermacam-macam, 5
kesuburan sedang hingga tinggi. Penyebarannya di daerah
dataran aluvial sungai, dataran aluvial pantai dan daerah
cekungan (depresi). (Suhendar, Soleh)
Jenis tanah mineral yang telah mengalami perkembangan
2. Andosol 3
profil, solum agak tebal, warna agak coklat kekelabuan
Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
hingga hitam, kandungan organik tinggi, tekstur geluh
berdebu, struktur remah, konsistensi gembur dan bersifat
licin berminyak (smeary), kadang-kadang berpadas lunak,
agak asam, kejenuhan basa tinggi dan daya absorpsi
sedang, kelembaban tinggi, permeabilitas sedang dan peka
terhadap erosi. Tanah ini berasal dari batuan induk abu
atau tuf vulkanik. (Suhendar, Soleh)
Tanah yang baru terbentuk, perkembangan horison tanah
belum terlihat secara jelas. Tanah entisol umumnya
3. Gleisol dijumpai pada sedimen yang belum terkonsolidasi, seperti 4
pasir, dan beberapa memperlihatkan horison diatas
lapisan batuan dasar. (Djauhari, Noor)
Tanah mineral yang mempunyai perkembangan profil,
agak tebal, tekstur lempung berat, struktur kersai
(granular) di lapisan atas dan gumpal hingga pejal di
lapisan bawah, konsistensi bila basah sangat lekat dan
plastis, bila kering sangat keras dan tanah retak-retak,
4. Grumosol umumnya bersifat alkalis, kejenuhan basa, dan kapasitas 2
absorpsi tinggi, permeabilitas lambat dan peka erosi. Jenis
ini berasal dari batu kapur, mergel, batuan lempung atau
tuf vulkanik bersifat basa. Penyebarannya di daerah iklim
sub humid atau sub arid, curah hujan kurang dari 2500
mm/tahun. (Suhendar, Soleh)
Jenis tanah ini telah berkembang atau terjadi diferensiasi
horizon, kedalaman dalam, tekstur lempung, struktur
remah hingga gumpal, konsistensi gembur hingga agak
5. Latosol teguh, warna coklat merah hingga kuning. Penyebarannya 2
di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 300 –
1000 meter, batuan induk dari tuf, material vulkanik,
breksi batuan beku intrusi. (Suhendar, Soleh)
Tanah mineral tanpa atau sedikit perkembangan profil,
batuan induknya batuan beku atau batuan sedimen keras,
kedalaman tanah dangkal (< 30 cm) bahkan kadang-
kadang merupakan singkapan batuan induk (outerop).
Tekstur tanah beranekaragam, dan pada umumnya
6. Litosol 4
berpasir, umumnya tidak berstruktur, terdapat kandungan
batu, kerikil dan kesuburannya bervariasi. Tanah litosol
dapat dijumpai pada segala iklim, umumnya di topografi
berbukit, pegunungan, lereng miring sampai curam.
(Suhendar, Soleh)
Tanah mempunyai perkembangan profil, solum sedang
7. Mediteran 1
hingga dangkal, warna coklat hingga merah, mempunyai
Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
horizon B argilik, tekstur geluh hingga lempung, struktur
gumpal bersudut, konsistensi teguh dan lekat bila basah,
pH netral hingga agak basa, kejenuhan basa tinggi, daya
absorpsi sedang, permeabilitas sedang dan peka erosi,
berasal dari batuan kapur keras (limestone) dan tuf
vulkanis bersifat basa. Penyebaran di daerah beriklim sub
humid, bulan kering nyata. Curah hujan kurang dari 2500
mm/tahun, di daerah pegunungan lipatan, topografi Karst
dan lereng vulkan ketinggian di bawah 400 m. Khusus
tanah mediteran merah – kuning di daerah topografi Karst
disebut terra rossa. (Suhendar, Soleh)
8. Non Cal 3
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami diferensiasi
horizon, tekstur pasir, struktur berbukit tunggal,
konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral, kesuburan
9. Regosol sedang, berasal dari bahan induk material vulkanik 4
piroklastis atau pasir pantai. Penyebarannya di daerah
lereng vulkanik muda dan di daerah beting pantai dan
gumuk-gumuk pasir pantai. (Suhendar, Soleh)
Sumber : Hasil Analisa Tahun 2016

Tabel 4.4
Analisis SKL Kemudahan Dikerjakan

Peta
SKL
Peta Peta Peta Peta Jenis Penggunaan
No. Kemudahan Nilai
Morfologi Kelerengan Ketinggian Tanah Lahan
Dikerjakan
Eksisting

Kemudahan

1. Bergunung > 40 % >3000 m Mediteran Hutan dikerjakan 1


rendah

Berbukit, 2000 – Pertanian, Kemudahan


2. 15 – 40 % Latosol 2
bergelomban 3000 m Perkebunan, dikerjakan
Peta
SKL
Peta Peta Peta Peta Jenis Penggunaan
No. Kemudahan Nilai
Morfologi Kelerengan Ketinggian Tanah Lahan
Dikerjakan
Eksisting

g Pertanian kurang
tanah kering
semusim

Kemudahan
1000 – Semak
3. Berombak 8 – 15 % Andosol dikerjakan 3
2000 m belukar
sedang

Tegalan, Kemudahan
500 – 1000
4. Landai 2 – 8% Regosol Tanah dikerjakan 4
m
kosong cukup

Kemudahan

5. Datar 0–2% 0 – 500 m Alluvial Permukiman dikerjakan 5


tinggi

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016

3. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Lereng


Tujuan analisis SKL Kestabilan Lereng adalah untuk mengetahui tingkat kemantapan
lereng di wilayah pengembangan dalam menerima beban. Dalam analisis ini
membutuhkan masukan berupa peta topografi, peta morfologi, peta kemiringan
lereng, peta jenis tanah, peta hidrogeologi, peta curah hujan, peta bencana alam
(rawan bencana gunung berapi dan kerentanan gerakan tanah) dan peta penggunaan
lahan, dengan keluaran peta SKL Kestabilan Lereng dan penjelasannya. Sebelum
melakukan analisis SKL Kestabilan Lereng, terlebih dahulu harus diketahui penjelasan
dari data yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah.
Tabel 4.6
Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis SKL Kestabilan Lereng
Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami
perkembangan, berasal dari bahan induk aluvium,
tekstur beraneka ragam, belum terbentuk struktur ,
konsistensi dalam keadaan basah lekat, pH
1. Alluvial 2
bermacam-macam, kesuburan sedang hingga tinggi.
Penyebarannya di daerah dataran aluvial sungai,
dataran aluvial pantai dan daerah cekungan
(depresi). (Suhendar, Soleh)
Jenis tanah mineral yang telah mengalami
perkembangan profil, solum agak tebal, warna agak
coklat kekelabuan hingga hitam, kandungan organik
tinggi, tekstur geluh berdebu, struktur remah,
konsistensi gembur dan bersifat licin berminyak
2. Andosol 1
(smeary), kadang-kadang berpadas lunak, agak asam,
kejenuhan basa tinggi dan daya absorpsi sedang,
kelembaban tinggi, permeabilitas sedang dan peka
terhadap erosi. Tanah ini berasal dari batuan induk
abu atau tuf vulkanik. (Suhendar, Soleh)
Tanah yang baru terbentuk, perkembangan horison
tanah belum terlihat secara jelas. Tanah entisol
umumnya dijumpai pada sedimen yang belum
3. Gleisol 2
terkonsolidasi, seperti pasir, dan beberapa
memperlihatkan horison diatas lapisan batuan dasar.
(Djauhari, Noor)
Tanah mineral yang mempunyai perkembangan
profil, agak tebal, tekstur lempung berat, struktur
kersai (granular) di lapisan atas dan gumpal hingga
pejal di lapisan bawah, konsistensi bila basah sangat
lekat dan plastis, bila kering sangat keras dan tanah
retak-retak, umumnya bersifat alkalis, kejenuhan
4. Grumosol 3
basa, dan kapasitas absorpsi tinggi, permeabilitas
lambat dan peka erosi. Jenis ini berasal dari batu
kapur, mergel, batuan lempung atau tuf vulkanik
bersifat basa. Penyebarannya di daerah iklim sub
humid atau sub arid, curah hujan kurang dari 2500
mm/tahun. (Suhendar, Soleh)
Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
Jenis tanah ini telah berkembang atau terjadi
diferensiasi horizon, kedalaman dalam, tekstur
lempung, struktur remah hingga gumpal, konsistensi
gembur hingga agak teguh, warna coklat merah
5. Latosol 5
hingga kuning. Penyebarannya di daerah beriklim
basah, curah hujan lebih dari 300 – 1000 meter,
batuan induk dari tuf, material vulkanik, breksi
batuan beku intrusi. (Suhendar, Soleh)
Tanah mineral tanpa atau sedikit perkembangan
profil, batuan induknya batuan beku atau batuan
sedimen keras, kedalaman tanah dangkal (< 30 cm)
bahkan kadang-kadang merupakan singkapan batuan
induk (outerop). Tekstur tanah beranekaragam, dan
6. Litosol pada umumnya berpasir, umumnya tidak 4
berstruktur, terdapat kandungan batu, kerikil dan
kesuburannya bervariasi. Tanah litosol dapat
dijumpai pada segala iklim, umumnya di topografi
berbukit, pegunungan, lereng miring sampai curam.
(Suhendar, Soleh)
Tanah mempunyai perkembangan profil, solum
sedang hingga dangkal, warna coklat hingga merah,
mempunyai horizon B argilik, tekstur geluh hingga
lempung, struktur gumpal bersudut, konsistensi
teguh dan lekat bila basah, pH netral hingga agak
basa, kejenuhan basa tinggi, daya absorpsi sedang,
permeabilitas sedang dan peka erosi, berasal dari
7. Mediteran batuan kapur keras (limestone) dan tuf vulkanis 3
bersifat basa. Penyebaran di daerah beriklim sub
humid, bulan kering nyata. Curah hujan kurang dari
2500 mm/tahun, di daerah pegunungan lipatan,
topografi Karst dan lereng vulkan ketinggian di
bawah 400 m. Khusus tanah mediteran merah –
kuning di daerah topografi Karst disebut terra rossa.
(Suhendar, Soleh)
8. Non Cal 3
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami
diferensiasi horizon, tekstur pasir, struktur berbukit
tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral,
9. Regosol kesuburan sedang, berasal dari bahan induk material 2
vulkanik piroklastis atau pasir pantai. Penyebarannya
di daerah lereng vulkanik muda dan di daerah beting
pantai dan gumuk-gumuk pasir pantai. (Suhendar,
Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
Soleh)
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016
Tabel 4.7
Analisis SKL Kestabilan Lereng
Peta Peta
Peta Peta
Peta Penggunaan Peta Curah Kerentanan SKL Kestabilan
No. Peta Morfologi Keleren Jenis Nilai
Ketinggian Lahan Hujan Gerakan Lereng
gan Tanah
Eksisting Tanah

Tegalan, sangat rawan


> 3000 Kestabilan lereng
1 Bergunung > 40 % >3000 m Andosol Tanah 1
mm/tahun rendah
kosong

Berbukit, 15 – 40 2000 – 3000 Regosol, Semak 1500 –3000 Kestabilan lereng


2 Rawan 2
Bergelombang % m Alluvial belukar mm/tahun kurang

1000 – 2000 Mediter 1000 – 1500 Kestabilan lereng


3 Berombak 8 – 15 % Hutan agak rawan 3
m an mm/tahun sedang

Pertanian,
Perkebunan,
500 – 1000 < 1000
4 Landai 2–8% Pertanian Aman 4
m mm/tahun
tanah kering Kestabilan lereng
semusim tinggi

Permukima Aman
5 Datar 0–2% 0 – 500 m Latosol 5
n
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016
4. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Pondasi
Tujuan analisis SKL Kestabilan Pondasi adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan
lahan untuk mendukung bangunan berat dalam pengembangan perkotaan, serta
jenis-jenis pondasi yang sesuai untuk masing-masing tingkatan. Dalam analisis ini
membutuhkan masukan berupa peta SKL kestabilan lereng, peta jenis tanah, peta
kedalaman efektif tanah, peta tekstur tanah, peta hidrogeologi dan peta penggunaan
lahan eksisting dengan keluaran peta SKL Kestabilan Pondasi dan penjelasannya.
Sebelum melaksanakan analisis SKL Kestabilan pondasi, harus diketahui terlebih
dahulu sifat faktor pendukungnya terhadap analisis kestabilan pondasi meliputi jenis
tanah.
Tabel 4.9
Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis Kestabilan Pondasi
Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami
perkembangan, berasal dari bahan induk aluvium,
tekstur beraneka ragam, belum terbentuk struktur ,
konsistensi dalam keadaan basah lekat, pH
1. Alluvial 1
bermacam-macam, kesuburan sedang hingga tinggi.
Penyebarannya di daerah dataran aluvial sungai,
dataran aluvial pantai dan daerah cekungan
(depresi). (Suhendar, Soleh)
Jenis tanah mineral yang telah mengalami
perkembangan profil, solum agak tebal, warna agak
coklat kekelabuan hingga hitam, kandungan organik
tinggi, tekstur geluh berdebu, struktur remah,
konsistensi gembur dan bersifat licin berminyak
2. Andosol 2
(smeary), kadang-kadang berpadas lunak, agak asam,
kejenuhan basa tinggi dan daya absorpsi sedang,
kelembaban tinggi, permeabilitas sedang dan peka
terhadap erosi. Tanah ini berasal dari batuan induk
abu atau tuf vulkanik. (Suhendar, Soleh)
Tanah yang baru terbentuk, perkembangan horison
tanah belum terlihat secara jelas. Tanah entisol
umumnya dijumpai pada sedimen yang belum
3. Gleisol 2
terkonsolidasi, seperti pasir, dan beberapa
memperlihatkan horison diatas lapisan batuan dasar.
(Djauhari, Noor)
Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
Tanah mineral yang mempunyai perkembangan
profil, agak tebal, tekstur lempung berat, struktur
kersai (granular) di lapisan atas dan gumpal hingga
pejal di lapisan bawah, konsistensi bila basah sangat
lekat dan plastis, bila kering sangat keras dan tanah
retak-retak, umumnya bersifat alkalis, kejenuhan
4. Grumosol 3
basa, dan kapasitas absorpsi tinggi, permeabilitas
lambat dan peka erosi. Jenis ini berasal dari batu
kapur, mergel, batuan lempung atau tuf vulkanik
bersifat basa. Penyebarannya di daerah iklim sub
humid atau sub arid, curah hujan kurang dari 2500
mm/tahun. (Suhendar, Soleh)
Jenis tanah ini telah berkembang atau terjadi
diferensiasi horizon, kedalaman dalam, tekstur
lempung, struktur remah hingga gumpal, konsistensi
gembur hingga agak teguh, warna coklat merah
5. Latosol 5
hingga kuning. Penyebarannya di daerah beriklim
basah, curah hujan lebih dari 300 – 1000 meter,
batuan induk dari tuf, material vulkanik, breksi
batuan beku intrusi. (Suhendar, Soleh)
Tanah mineral tanpa atau sedikit perkembangan
profil, batuan induknya batuan beku atau batuan
sedimen keras, kedalaman tanah dangkal (< 30 cm)
bahkan kadang-kadang merupakan singkapan batuan
induk (outerop). Tekstur tanah beranekaragam, dan
6. Litosol pada umumnya berpasir, umumnya tidak 4
berstruktur, terdapat kandungan batu, kerikil dan
kesuburannya bervariasi. Tanah litosol dapat
dijumpai pada segala iklim, umumnya di topografi
berbukit, pegunungan, lereng miring sampai curam.
(Suhendar, Soleh)
Tanah mempunyai perkembangan profil, solum
sedang hingga dangkal, warna coklat hingga merah,
mempunyai horizon B argilik, tekstur geluh hingga
lempung, struktur gumpal bersudut, konsistensi
teguh dan lekat bila basah, pH netral hingga agak
7. Mediteran basa, kejenuhan basa tinggi, daya absorpsi sedang, 3
permeabilitas sedang dan peka erosi, berasal dari
batuan kapur keras (limestone) dan tuf vulkanis
bersifat basa. Penyebaran di daerah beriklim sub
humid, bulan kering nyata. Curah hujan kurang dari
2500 mm/tahun, di daerah pegunungan lipatan,
Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
topografi Karst dan lereng vulkan ketinggian di
bawah 400 m. Khusus tanah mediteran merah –
kuning di daerah topografi Karst disebut terra rossa.
(Suhendar, Soleh)
8. Non Cal 3
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami
diferensiasi horizon, tekstur pasir, struktur berbukit
tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral,
kesuburan sedang, berasal dari bahan induk material
9. Regosol 2
vulkanik piroklastis atau pasir pantai. Penyebarannya
di daerah lereng vulkanik muda dan di daerah beting
pantai dan gumuk-gumuk pasir pantai. (Suhendar,
Soleh)
Sumber : Hasil Analisa Tahun 2016
Tabel 4.10
Analisis SKL Kestabilan Pondasi

SKL Kestabilan Peta Jenis Peta Tekstur Peta Penggunaan


No. SKL Kestabilan Pondasi Nilai
Lereng Tanah Tanah Lahan Eksisting

Daya dukung dan


Kestabilan lereng Tegalan, Tanah
1. Alluvial kestabilan pondasi 1
rendah kosong
Kasar (Pasir) rendah

Kestabilan lereng Andosol,


2. Semak belukar Daya dukung dan 2
kurang Regosol
kestabilan pondasi
Kestabilan lereng Sedang kurang
3. Mediteran Hutan 3
sedang (lempung)

Pertanian,
Perkebunan,
4. Daya dukung dan 4
Kestabilan lereng Pertanian tanah kestabilan
Halus (liat) pondasi
tinggi kering semusim
tinggi
5. Latosol Permukiman 5

Sumber : Hasil Analisa Tahun 2016


5. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Ketersediaan Air
Tujuan analisis SKL Ketersediaan Air adalah untuk mengetahui tingkat ketersediaan
air dan kemampuan penyediaan air pada masing-masing tingkatan, guna
pengembangan kawasan. Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta
morfologi, peta kelerengan, peta curah hujan, peta hidrogeologi, peta jenis tanah dan
peta penggunaan lahan eksisting dengan keluaran peta SKL Ketersediaan Air dan
penjelasannya. Sebelum melakukan analisis SKL Ketersediaan Air , terlebih dahulu
harus diketahui penjelasan dari data yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah.
Tabel 4.12
Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis SKL Ketersediaan Air
No. Jenis Tanah Sifat Nilai
Daya mengikat air kurang,apabila kena hujan akan
1. Aluvial menjadi lengket dan bila kekeringan akan mengeras. 2
(Rachmiati, Yati).
Tanah Andosol mempunyai sifat fisik yang baik, daya
pengikatan air yang sangat tinggi, sehingga selalu jenuh air
jika tertutup vegetasi. Sangat gembur, struktur remah
atau granuler dengan granulasi yang tak pulih.
2. Andosol Permeabilitas sangat tinggi karena mengandung banyak 5
makropori, fraksi lempung sebagian besar alofan dengan
berat jenis kurang dari 0,85 dan kandungan bahan
organik biasanya tinggi, yaitu antara 8% - 30%.( Sri
Damayanti, Lusiana, 2005).
Jenis tanah ini perkembangannya lebih dipengaruhi oleh
faktor lokal, yaitu topografi merupakan dataran rendah
atau cekungan, hampir selalu tergenang air, solum tanah
sedang, warna kelabu hingga kekuningan, tekstur geluh
hingga lempung, struktur berlumpur hingga masif,
konsistensi lekat, bersifat asam (pH 4.5 – 6.0), kandungan
3. Gleisol 4
bahan organik. Ciri khas tanah ini adanya lapisan glei
kontinu yang berwarna kelabu pucat pada kedalaman
kurang dari 0.5 meter akibat dari profil tanah selalu jenuh
air.
Penyebaran di daerah beriklim humid hingga sub humid,
curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun.(Suhendar, Soleh).
Tanah Grumosol mempunyai sifat struktur lapisan atas
granuler dan lapisan bawah gumpal atau pejal, jenis
4. Grumosol 2
lempung yang terbanyak montmorillonit sehingga tanah
mempunyai daya adsorpsi yang tinggi yang menyebabkan
No. Jenis Tanah Sifat Nilai
gerakan air dan keadaan aerasi buruk dan sangat peka
terhadap erosi. ( Sri Damayanti, Lusiana, 2005).
Daya mengikat air kurang,apabila kena hujan akan
5. Latosol menjadi lengket dan bila kekeringan akan mengeras 1
dengan struktur remah. (Rachmiati, Yati).
Tanah mineral tanpa atau sedikit perkembangan profil,
batuan induknya batuan beku atau batuan sedimen keras,
kedalaman tanah dangkal (< 30 cm) bahkan kadang-
kadang merupakan singkapan batuan induk (outerop).
Tekstur tanah beranekaragam, dan pada umumnya
6. Litosol 3
berpasir, umumnya tidak berstruktur, terdapat kandungan
batu, kerikil dan kesuburannya bervariasi. Tanah litosol
dapat dijumpai pada segala iklim, umumnya di topografi
berbukit, pegunungan, lereng miring sampai curam.
(Suhendar, Soleh).
Tanah mempunyai perkembangan profil, solum sedang
hingga dangkal, warna coklat hingga merah, mempunyai
horizon B argilik, tekstur geluh hingga lempung, struktur
gumpal bersudut, konsistensi teguh dan lekat bila basah,
pH netral hingga agak basa, kejenuhan basa tinggi, daya
absorpsi sedang, permeabilitas sedang dan peka erosi,
7. Mediteran berasal dari batuan kapur keras (limestone) dan tuf 3
vulkanis bersifat basa. Penyebaran di daerah beriklim sub
humid, bulan kering nyata. Curah hujan kurang dari 2500
mm/tahun, di daerah pegunungan lipatan, topografi Karst
dan lereng vulkan ketinggian di bawah 400 m. Khusus
tanah mediteran merah – kuning di daerah topografi Karst
disebut terra rossa. (Suhendar, Soleh).
8. Non Cal 2
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami diferensiasi
horizon, tekstur pasir, struktur berbukit tunggal,
konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral, kesuburan
9. Regosol sedang, berasal dari bahan induk material vulkanik 3
piroklastis atau pasir pantai. Penyebarannya di daerah
lereng vulkanik muda dan di daerah beting pantai dan
gumuk-gumuk pasir pantai. (Suhendar, Soleh).
Sumber : Hasil Analisa Tahun 2016
Tabel 4.13
Analisis SKL Ketersediaan Air

Peta
Peta Peta Peta Peta Jenis Penggunaan Peta Curah
No. SKL Ketersediaan Air Nilai
Morfologi Kelerengan Ketinggian Tanah Lahan Hujan
Eksisting

Tegalan, Tanah Ketersediaan air


1 Bergunung > 40 % >3000 m Latosol 1
kosong sangat rendah

Berbukit,
2000 – 3000 < 1000 Ketersediaan air
2 Bergelomban 15 – 40 % Alluvial Semak belukar 2
m mm/tahun rendah
g

1000 – 2000 Mediteran 1000 – 1500 Ketersediaan air


3 Berombak 8 – 15 % Hutan 3
m , Regosol mm/tahun sedang

Pertanian,
Perkebunan,
1500 –3000
4 Landai 2–8% 500 – 1000 m Pertanian 4
mm/tahun
tanah kering
Ketersediaan air tinggi
semusim

> 3000
5 Datar 0–2% 0 – 500 m Andosol Permukiman 5
mm/tahun

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016


6. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Untuk Drainase
Tujuan analisis SKL untuk Drainase adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan
lahan dalam mengalirkan air hujan secara alami, sehingga kemungkinan genangan
baik bersifat lokal maupun meluas dapat dihindari. Dalam analisis ini membutuhkan
masukan berupa peta morfologi, peta kemiringan lereng, peta topografi, peta jenis
tanah, peta curah hujan, peta kedalaman efektif tanah, dan penggunaan lahan
eksisting dengan keluaran peta SKL untuk Drainase dan penjelasannya. Sebelum
melakukan analisis SKL untuk Drainase, terlebih dahulu harus diketahui penjelasan
dari data yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah.
Tabel 4.15
Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis SKL untuk Drainase
Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
Merupakan tanah-tanah muda, yang belum
mempunyai perkembangan profil, dengan susunan
horison A-C atau A-C-R, atau A-R. Tanah ini terbentuk
dari bahan aluvium, aluvium-marin, marin, dan
volkan. Umumnya pada landform dataran, fluvio-
marin, dan volkan. Penampang tanah bervariasi,
tekstur lempung berpasir sampai pasir berlempung,
dan berlapis-lapis (stratified) atau berselang seling.
Adanya perbedaan tekstur berlapis-lapis tersebut
menunjukkan proses pengendapan dari limpasan
sungai yang berulang; sebagian mengandung kerikil
1. Aluvial 1
di dalam penampang tanah. Warna tanah coklat tua
sampai gelap, drainase buruk sampai cepat, struktur
lepas sampai masif, konsistensi gembur dan keras
pada kondisi kering. Reaksi tanah umumnya agak
netral (pH 7), kadar C organik sangat rendah sampai
sedang, kadar P2O5 dan K2O potensial sedang
sampai tinggi, basa-basa dapat tukar rendah sampai
tinggi dan didominasi oleh Ca dan Mg. KTK tanah
rendah, tetapi kejenuhan basanya tinggi.
Penggunaan lahan umumnya bervariasi. (Blog TANI
MUDA)
Merupakan tanah-tanah muda, yang belum/sedikit
2. Andosol mempunyai perkembangan profil, dengan susunan 4
horison A-C, A-C-R. Tanah ini terbentuk dari bahan
Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
abu volkan (debu, pasir, dan kerikil). Umumnya
terbentuk pada landform volkanik. Penampang
tanah dangkal sampai dalam, tekstur lempung
berpasir sampai pasir berlempung. Warna tanah
coklat tua sampai coklat tua kekuningan, drainase
sedang, struktur lepas sampai masif, konsistensi
gembur dan keras pada kondisi kering. Reaksi tanah
umumnya netral, kadar C organik sangat rendah
sampai sedang, kadar P2O5 dan K2O potensial
sedang sampai tinggi, basa-basa dapat tukar rendah
dan didominasi oleh Ca dan Mg. KTK tanah rendah
sampai sedang, tetapi kejenuhan basanya tinggi.
Umumnya Andisols di kabupaten Bima beriklim
kering (ustic). Penggunaan lahan umumnya tegalan,
semak, rumput, belukar, semak, dan hutan. (Blog
TANI MUDA)
Tanah yang baru terbentuk, perkembangan horison
tanah belum terlihat secara jelas. Tanah entisol
umumnya dijumpai pada sedimen yang belum
3. Gleisol 2
terkonsolidasi, seperti pasir, dan beberapa
memperlihatkan horison diatas lapisan batuan dasar.
(Djauhari, Noor)
Jenis tanah grumosol sifat tanahnya mudah longsor
4. Grumosol 1
dan memiliki drainase buruk. (Kota Probolinggo)
Tanah yang sudah menunjukkan adanya
perkembangan profil, dengan susunan horison A-Bw-
C pada lahan kering dengan drainase baik, atau
susunan horison A-Bg-C pada lahan basah dengan
drainase terhambat. Tanah terbentuk dari berbagai
macam bahan induk, yaitu tuf volkan masam, tuf
volkan intermedier (andesitik), tufa pasiran, dan
granodiorit serta skis. Tanah ini mempunyai
penyebaran paling luas, menempati grup landform
5. Latosol 5
dataran volkan, perbukitan volkan, dan dataran
tektonik. Tanah dari bahan volkan intermedier
berwarna coklat kemerahan, tekstur lempung berliat
sampai liat, penampang dalam, dan struktur cukup
baik, konsistensi gembur sampai teguh. Reaksi tanah
netral, kadar C dan N organik sangat rendah sampai
sedang, kadar P dan K potensial sedang sampai
tinggi. Kadar basa-basa dapat tukar didominasi oleh
Ca dan Mg, KTK tanah rendah, KTK liat rendah
Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
sampai tinggi, dan kejenuhan basa tinggi. Pada
landform dataran volkan sifat tanah dipengaruhi
oleh bahan induknya. Tanah penampang cukup
dalam, berwarna coklat kekuningan sampai
kemerahan, drainase baik, tekstur halus sampai agak
halus, konsistensi gembur sampai teguh, dan reaksi
tanah agak masam sampai masam. Sebagian besar
telah diusahakan untuk lahan pertanian, seperti
persawahan, tegalan dan kebun campuran. Sisanya
masih berupa semak belukar dan hutan. (Blog TANI
MUDA)
Tanah mineral tanpa atau sedikit perkembangan
profil, batuan induknya batuan beku atau batuan
sedimen keras, kedalaman tanah dangkal (< 30 cm)
bahkan kadang-kadang merupakan singkapan batuan
induk (outerop). Tekstur tanah beranekaragam, dan
6. Litosol pada umumnya berpasir, umumnya tidak 3
berstruktur, terdapat kandungan batu, kerikil dan
kesuburannya bervariasi. Tanah litosol dapat
dijumpai pada segala iklim, umumnya di topografi
berbukit, pegunungan, lereng miring sampai curam.
(Suhendar, Soleh).
7. Mediteran Sama dengan inceptisol/latosol 5
8. Non Cal 2
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami
diferensiasi horizon, tekstur pasir, struktur berbukit
tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral,
kesuburan sedang, berasal dari bahan induk material
9. Regosol 2
vulkanik piroklastis atau pasir pantai. Penyebarannya
di daerah lereng vulkanik muda dan di daerah beting
pantai dan gumuk-gumuk pasir pantai. (Suhendar,
Soleh).
Sumber : Hasil Analisa Tahun 2016
Tabel 4.16
Tabel Analisis SKL Untuk Drainase

Peta
Peta
Peta Peta Peta Peta Jenis Penggunaa SKL
No. Curah Nilai
Morfologi Kelerengan Ketinggian Tanah n Lahan Drainase
Hujan
Eksisting

Permukima
1 Bergunung > 40 % >3000 m Andosol 5
n
Drainase
Berbukit, < 1000 Tegalan, tinggi
2000 – Alluvial,
2 Bergelomb 15 – 40 % mm/ta Tanah 4
3000 m Regosol
ang hun kosong

Pertanian,
1000 – Perkebunan
1000 – 1500 , Pertanian Drainase
3 Berombak 8 – 15 % Mediteran 3
2000 m mm/ta tanah cukup
hun kering
semusim

1500 –
500 – 3000
4 Landai 2–8% Hutan 2
1000 m mm/ta
hun Drainase
kurang
> 3000
Semak
5 Datar 0–2% 0 – 500 m Latosol mm/ta 1
belukar
hun

Sumber : Hasil Analisa 2016


7. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Terhadap Erosi
Tujuan analisis SKL Terhadap Erosi adalah untuk mengetahui daerah-daerah yang
mengalami keterkikisan tanah, sehingga dapat diketahui tingkat ketahanan lahan
terhadap erosi serta antispasi dampaknya pada daerah yang lebih hilir. Dalam analisis
ini membutuhkan masukan berupa peta morfologi, peta kemiringan lereng, peta jenis
tanah, peta hidrogeologi, peta tekstur tanah, peta curah hujan dan peta penggunaan
lahan eksisting dengan keluaran peta SKL Terhadap Erosi dan penjelasannya.
Sebelum melakukan analisis SKL Terhadap Erosi, terlebih dahulu harus diketahui
penjelasan dari data yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah.

Tabel 4.18
Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis SKL
Terhadap Erosi
Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
1. Aluvial Jenis-jenis tanah yang tidak peka terhadap erosi: 5
2. Andosol  Aluvial 2
3. Gleisol  Gleisol 5
Jenis tanah yang agak peka erosi:
4. Grumosol 2
 Latosol
5. Latosol 4
Jenis tanah dengan kepekaan sedang:
6. Litosol  Non Cal 1
7. Mediteran  Mediteran 3
8. Non Cal Jenis tanah yang peka terhadap erosi: 3
 Andosol
 Grumosol
Jenis tanah yang sangat peka erosi:
9. Regosol  Regosol 1
 Litosol

Sumber: Studi Sub DAS Citarik


Sumber : Hasil Analisa Tahun 2016
Tabel 4.19
Analisis SKL Terhadap Erosi

Peta
Peta Peta Peta Jenis Peta Tekstur Peta Curah Penggunaan
No. SKL Erosi Nilai
Morfologi Kelerengan Tanah Tanah Hujan Lahan
Eksisting

> 3000
1 Bergunung > 40 % Regosol Semak belukar Erosi tinggi 1
mm/tahun

Berbukit, Kasar (Pasir)


1500 –3000 Tegalan, Tanah
2 Bergelomban 15 – 40 % Andosol Erosi cukup tinggi 2
mm/tahun kosong
g

Pertanian,
1000 – Perkebunan,
Sedang
3 Berombak 8 – 15 % Mediteran 1500 Pertanian Erosi sedang 3
(lempung)
mm/tahun tanah kering
semusim

< 1000 Erosi sangat


4 Landai 2–8% Latosol Permukiman 4
mm/tahun rendah
Halus (liat)
5 Datar 0–2% Alluvial Hutan Tidak ada erosi 5

Sumber : Hasil Analisa Tahun 2016


8. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Pembuangan Limbah
Tujuan analisis SKL Pembuangan Limbah adalah untuk mengetahui mengetahui
daerah-daerah yang mampu untuk ditempati sebagai lokasi penampungan akhir dan
pengeolahan limbah, baik limbah padat maupun cair. Dalam analisis ini
membutuhkan masukan berupa peta morfologi, peta kemiringan, peta topografi,
peta jenis tanah, peta hidrogeologi, peta curah hujan dan peta penggunaan lahan
eksisting dengan keluaran peta SKL Pembuangan Limbah dan penjelasannya.
Sebelum melakukan analisis SKL Pembuangan Limbah, terlebih dahulu harus
diketahui penjelasan dari data yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah.
Tabel 4.21
Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis SKL
Pembuangan Limbah
Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
1. Aluvial Dalam penilaian ini digunakan kepekaan terhadap 5
erosi dimana jenis tanah untuk lokais pembuangan
2. Andosol 2
limbah harus tidak peka terhadap erosi.
3. Gleisol 5
4. Grumosol Jenis-jenis tanah yang tidak peka terhadap erosi: 2
 Aluvial
5. Latosol  Gleisol 4
6. Litosol Jenis tanah yang agak peka erosi: 1
7. Mediteran  Latosol 3
Jenis tanah dengan kepekaan sedang:
8. Non Cal  Non Cal 3
 Mediteran
Jenis tanah yang peka terhadap erosi:
 Andosol
 Grumosol
9. Regosol Jenis tanah yang sangat peka erosi: 1
 Regosol
 Litosol

Sumber: Citarik
Sumber : Hasil Analisa Tahun 2016
Tabel 4.22
Analisis SKL Pembuangan Limbah

Peta Peta
No Peta Peta Peta Peta Curah SKL Pembuangan
Jenis Penggunaan Nilai
. Morfologi Kelerengan Ketinggian Hujan Limbah
Tanah Lahan Eksisting

> 3000
1 Bergunung > 40 % >3000 m Regosol Hutan 1
mm/tahun
Kemampuan lahan
Pertanian, untuk
Berbukit, pembuangan
2000 – 3000 1500 –3000 Perkebunan,
2 Bergelomban 15 – 40 % Andosol 2
m mm/tahun Pertanian tanah limbah kurang
g
kering semusim

Kemampuan lahan
1000 – 2000 Meditera 1000 – 1500 untuk
3 Berombak 8 – 15 % Permukiman 3
m n mm/tahun pembuangan
limbah sedang

< 1000 Kemampuan lahan


4 Landai 2–8% 500 – 1000 m Latosol Semak belukar 4
mm/tahun
untuk
pembuangan
Tegalan, tanah
5 Datar 0–2% 0 – 500 m Alluvial limbah cukup 5
kosong
Sumber : Hasil Analisa Tahun 2016
9. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Terhadap Bencana Alam
Tujuan analisis SKL terhadap Bencana Alam adalah untuk mengetahui tingkat
kemampuan lahan dalam menerima bencana alam khususnya dari sisi geologi, untuk
menghindari/mengurangi kerugian dari korban akibat bencana tersebut. Dalam
analisis ini membutuhkan masukan berupa peta peta morfologi, peta kemiringan
lereng, peta topografi, peta jenis tanah, peta tekstur tanah, peta curah hujan, peta
bencana alam (rawan gunung berapi dan kerentanan gerakan tanah) dan peta
penggunaan lahan eksisting dengan keluaran peta SKL Terhadap Bencana Alam dan
penjelasannya. Analisis SKL terhadap Bencana Alam juga mengikutsertakan analisis
terhadap jenis tanah yang sama dengan SKL Terhadap Erosi.
Tabel 4.24
Analisis SKL Terhadap Bencana Alam

Peta Peta
Peta Peta
No Peta Peta Peta Jenis Penggunaan Peta Curah Kerentana SKL Bencana
Kelereng Tekstur Nilai
. Morfologi Ketinggian Tanah Lahan Hujan n Gerakan Alam
an Tanah
Eksisting Tanah

Tegalan, sangat
> 3000
1 Bergunung > 40 % >3000 m Regosol Tanah rawan 1
mm/tahun
kosong Kasar Potensi bencana
(Pasir) alam tinggi
Berbukit,
15 – 40 2000 – 3000 Semak 1500 –3000
2 Bergelomban Andosol rawan 2
% m belukar mm/tahun
g

1000 –
1000 – 2000 Sedang Potensi bencana
3 Berombak 8 – 15 % Mediteran Hutan 1500 agak rawan 3
m (lempung) alam cukup
mm/tahun

Pertanian,
Perkebunan,
500 – 1000 < 1000
4 Landai 2–8% Latosol Pertanian Aman Potensi bencana 4
m mm/tahun Halus (liat)
Tanah Kering
alam kurang
Semusim

5 Datar 0–2% 0 – 500 m Alluvial Permukiman Aman 5

Sumber Hasil Analisa Tahun 2016


10. Analisis Kemampuan Lahan
Analisis ini dilaksanakan untuk memperoleh gambaran tingkat kemampuan lahan
untuk dikembangkan sebagai perkotaan, sebagai acuan bagi arahan-arahan
kesesuaian lahan pada tahap analisis berikutnya. Data-data yang dibutuhkan meliputi
peta-peta hasil analisis SKL. Keluaran dari analisis ini meliputi:
a. Peta klasifikasi kemampuan lahan untuk pengembangan kawasan
b. Kelas kemampuan lahan untuk dikembangkan sesuai fungsi kawasan
c. Potensi dan kendala fisik pengembangan lahan
Langkah pelaksanaan:
1) Analisis satuan-satuan kemampuan lahan, untuk memperoleh gambaran tingkat
kemampuan pada masing-masing satuan kemampuan lahan.
2) Menentukan nilai kemampuan setiap tingkatan pada masing-masing satuan
kemampuan lahan, dengan penilaian 5 (lima) untuk nilai tertinggi dan 1 (satu)
untuk nilai terendah.
3) Mengalikan nilai-nilai tersebut dengan bobot dari masing-masing satuan
kemampuan lahan. Bobot ini didasarkan pada seberapa jauh pengaruh satuan
kemampuan lahan tersebut pada pengembangan perkotaan. Bobot yang
digunakan sesuai dengan tabel...
4) Melakukan superimpose semua satuan-satuan kemampuan lahan, dengan cara
menjumlahkan hasil perkalian nilai kali bobot dari seluruh satuan-satuan
kemampuan lahan dalam satu peta, sehingga diperoleh kisaran nilai yang
menunjukkan nilai kemampuan lahan di wilayah perencanaan.
5) Menentukan selang nilai yang akan digunakan sebagai pembagi kelas -kelas
kemampuan lahan, sehingga diperoleh zona-zona kemampuan lahan dengan nilai
tertentu yang menunjukkan tingkatan kemampuan lahan di wilayah perencanaan
dan digambarkan dalam satu peta klasifikasi kemampuan lahan untuk
perencanaan RDTR Petasia Barat.
Pembuatan peta nilai kemampuan lahan merupakan penjumlahan nilai dikalikan
bobot, yaitu:
1) Melakukan superimpose setiap satuan kemampuan lahan yang telah diperoleh
hasil pengalian nilai dengan bobotnya secara satu per satu, sehingga kemudian
diperoleh peta jumlah nilai dikalikan bobot seluruh satuan secara kumulatif.
2) Membagi peta masing-masing satuan kemampuan lahan dalam sistem grid,
kemudian memasukkan nilai dikalikan bobot masing-masing satuan kemampuan
lahan ke dalam grid tersebut. Penjumlahan nilai dikalikan bobot secara
keseluruhan adalah tetap dengan menggunakan grid, yakni menjumlahkan hasil
nilai dikalikan bobot seluruh satuan kemampuan lahan pada setiap grid yang
sama
Tabel 4.27

Tabel Pembobotan SKL


SKL
SKL SKL SKL SKL SKL SKL
SKL Kemudaha SKL Untuk Kemampua
Kestabilan Kestabilan Ketersediaa Terhadap Pembuanga Bencana
Morfologi n Drainase n Lahan
Lereng Pondasi n Air Erosi n Limbah Alam
Dikerjakan
Bobot: 5 Bobot: 1 Bobot: 5 Bobot: 3 Bobot: 5 Bobot: 5 Bobot: 3 Bobot: 0 Bobot: 5 Total Nilai
5 1 5 3 5 5 3 0 5 32

Bobo 10 2 10 6 10 10 6 0 10 64

tx 15 3 15 9 15 15 9 0 15 96

Nilai 20 4 20 12 20 20 12 0 20 128
25 5 25 15 25 25 15 0 25 160
Dari total nilai dibuat beberapa kelas yang memperhatikan nilai minimum dan
maksimum total nilai. Dari angka di atas, nilai minimum yang mungkin diperoleh
ada;ah 32 sedangkan nilai maksimum yang dapat diperoleh adalah 160. Dengan
demikian, pengkelasan dari total nilai ini adalah:
1) Kelas a dengan nilai 32 – 58
2) Kelas b dengan nilai 59 – 83
3) Kelas c dengan nilai 84 – 109
4) Kelas d dengan nilai 110 – 134
5) Kelas e dengan nilai 135 – 160
Setiap kelas lahan memiliki kemampuan yang berbeda-beda seperti pada tabel:

Tabel 4.27
Tabel Klasifikasi
Kelas Kemampuan
Total Nilai Klasifikasi Pengembangan
Lahan

32 – 58 Kelas a Kemampuan pengembangan sangat rendah

59 – 83 Kelas b Kemampuan pengembangan rendah

84 – 109 Kelas c Kemampuan pengembangan sedang

110 – 134 Kelas d Kemampuan pengembangan agak tinggi

135 – 160 Kelas e Kemampuan pengembangan sangat tinggi

Das könnte Ihnen auch gefallen