Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Disusun Oleh :
RICKY MUSPRIYANTO
13.286.0010
Mengetahui Disetujui
Fakultas Teknologi Mineral Jurusan Teknik Pertambangan
Plt. Dekan Ketua Jurusan
Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita, berkat izin-Nya penulis
Laporan Kerja Praktek ini disusun untuk memenuhi salah satu mata kuliah
Sains & Teknologi T.D. Pardede (ISTP) Medan. Dalam penulisan laporan ini
penulis berharap agar dapat menambah wawasan si pembaca nantinya. Tidak lupa
juga pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada:
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains dan Teknologi T.D Pardede Medan.
5. Bapak Sanjaya, Msc sebagai direktur utama PT. RAPI ARJASA di Desa
6. Bapak Sahrul ST, selaku Pembimbing Kerja Praktek di lapangan dan juga
8. Kedua Orang tua tercinta yang telah banyak mendukung penulis baik dalam
Stambuk 13 Institut Sains dan Teknologi T.D Pardede Medan yang telah turut
kekurangan, maka dari itu penulis berharap agar pembaca memberikan kritik dan
saran yang dapat membangun demi kesempurnaan laporan kerja praktek ini.
RICKY MUSPRIYANTO
13.286.0010
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. v
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. vii
Gambar Halaman
2.4 Peta morfologi di lokasi pabrik pengolahan PT. RAPI ARJASA .................. 7
Tabel Halaman
PENDAHULUAN
pertambangan.
berwarna hitam kecoklatan, tahan terhadap air, dan aspal sering juga disebut
bitumen yang merupakan suatu cairan yang kental dengan sedikit mengandung
sulfur, klor, dan oksigen sebagai bahan pengikat pada campuran beraspal yang
dari alam atau dari pengolahan minyak bumi serta kandungan utama pada aspal
adalah 80% karbon, 10% hydrogen, 6% sulfur, dan sisanya oksigen dan nitrogen.
Batu split (batu pecah) adalah jenis batuan bulat yang tak beraturan yang
sering kita lihat di kehidupan sehari-hari, mulai dari sungai, lembah, dan
pegunungan, batu split terbentuk dari hasil pengendapan batuan sendimen dari
ubahan batuan konglomerat dan batu pasir akibat pelapukan, abrasi dan oksidasi
Aspal hotmix adalah campuran dari batu split yang sudah melalui tahapan
1
menggabungkan dengan bahan pengikat berupa aspal cair kemudian mateial (batu
split) dan aspal cair dicampur dan dimasak dalam kondisi suhu panas tinggi
±160ºC dengan komposisi yang teliti dan diatur oleh spesifikasi teknis.
produksi batu splite (batu pecah) juga harus meningkat. Adapun pemanfaatannya
dapat digunakan untuk kebutuhan aspal hotmix, beton, jalan, dan kontruksi
produksi perusahaan agar dapat memenuhi permintaan pasar, salah satunya adalah
mencapai apa yang menjadi tujuan dari pekerjaan tersebut. Adapun tujuan dari
kerja praktek ini adalah Untuk Mengetahui Aktivitas Alat Peremukan Batu Untuk
Kebutuhan Aspal Hotmix di PT. Rapi Arjasa, Desa Pahlawan, Kecamatan Binjai
Pada laporan Kerja Praktek ini penulis hanya membatasi masalah pada
2
1.4 Pengambilan Data
1. Data Primer
pekerja.
2. Data Sekunder.
Data ini diambil dari buku literatur, laporan dan sumber lain yang berkaitan
Maret 2017 sampai dengan tanggal 12 April 2017. Lokasi dilakukannya Kerja
Praktek ini adalah di Peremukan Batu Split dan Pengolahan Aspal Hotmix PT.
Rapi Arjasa, Desa Pahlawan, Kecamatan Binjai Utara, Kota Binjai, Provinsi
Sumatera Utara.
Bulan
Maret April
Kegiatan Kerja Praktek
Minggu Minggu Minggu Minggu
II III IV I
Study literature
Observasi lapangan
Pengambilan dan pengolahan data
Penyusunan laporan
3
BAB II
TINJAUAN UMUM
hotmix. Berdiri sejak 2005 yang dipimpin oleh bapak Sanjaya sebagai direktur
utama. Selama ini aspek finansial memegang peranan yang penting dalam
mengukur kinerja perusahaan, terfokusnya pada aspek finansial inilah yang sering
AHP, OMAX dan Traffic Light System digunakan untuk menentukan KPI yang
akan menjadi prioritas dalam perbaikan yang akan dilakukan oleh pihak
kepentingan dari tiap-tiap KPI yang telah teridentifikasi. Hasil penerapan Scoring
System dengan metode OMAX dan Traffic Light System diketahui pencapaian
4
perusahaan secara keseluruhan memperoleh nilai kinerja sebesar 6,797% yang
peluang yang ada, diperlukan suatu struktur organisasi yang dinamis dan adaptif
kebutuhan dan perkembangan organisasi baik untuk saat ini maupun untuk masa
depan. Penyusunan ini telah dilakukan atas dasar spesifikasi lengkap dengan
fungsi yang melekat agar mampu mendukung pencapaian target secara optimal
dan dapat dipertanggung jawabkan. Struktur organisasi PT. RAPI ARJASA dapat
DIREKTUR
UTAMA
5
2.3 Lokasi dan Kesampaian Daerah
Utara, Kota Binjai, Provinsi Sumatra Utara. Letak geografis PT RAPI ARJASA
6
2.4 Topografi
ARJASA mempunyai topografi berupa daerah datar dengan elevasi terendah ±20
2.5 Morfologi
Gambar 2.4 Peta morfologi di lokasi pabrik pengolahan PT. RAPI ARJASA
7
2.6 Curah Hujan
Berdasarkan data curah hujan pada PT. RAPI ARJASA di Desa Pahlawan,
Klimatologi dan geofisika (BMKG) wilayah Kota Binjai, dapat diperoleh curah
hujan rata-rata di daerah pengamatan. Berikut adalah data curah hujan periode
Januari-April 2017.
Tahun 2017
Total Curah Hujan Total Jam Total Frekuensi
Bulan
(mm) Hujan (jam) Hujan (kali)
Januari 376.30 59.83 37.00
Februari 221.15 67.36 32.00
Maret 724.10 97.26 47.00
April 506.40 65.01 42.00
8
BAB III
DASAR TEORI
Bahan Baku yang tersedia pada perusahaan PT. RAPI ARJASA adalah
batu split yang berukuran mulai bongkahan sampai kerikil. Bahan baku yang
excavator hitachi PC 200 untuk pengambilan bahan galian berupa batu split dan
dump truck hino 130 DT untuk digunakan mengangkut bahan galian hasil
hari aktivitas penambangan tersebut 150 ton/hari dengan efektiv kerja 8 jam.
Berfungsi untuk:
9
3.2 Alat Pendukung
Alat pendukung agar berjalannya proses produksi dengan lancar dan yang
menjadi faktor pendukung sebagai penggerak dan penyambung pada unit peremuk
batu.
1. Biaya alat
2. Perawatan perharinya
3. Lokasi alat
Genset sebagai penggerak unit control panel dan sebagai arus listrik.
Kemampuan genset ini adalah 380 V, dan perawatan genset ini berupa
yang kotor.
10
2. Control Panel
menggerakkan unit peremuk batu dan mengoperasikan dengan tombol turn on.
Hal ini bertujuan agar control panel dan unit peremuk saling berhubung dan
1. Biaya alat
2. Perawatan
3. Lokasi alat
11
3.3 Wheel Loader
Wheel Loader adalah alat yang sering digunakan untuk pengangkutan batu
split dari ROM ke Crusher dan pemindahan dari Stockpile ke pengolahan aspal
hotmix. Pada unit peremuk hanya menggunakan 1 unit Wheel Loader Komatsu
berikut:
1. Kondisi material
12
3.3.1 Produktivitas Wheel Loader
60
Prod = uk.bucket x 𝐶𝑇 x BFF x waktu efisiensi..................................................(3.1)
Keterangan :
Ukuran bucket = Ukuran bucket Wheel Loader
CT Wheel Loader = LT + HT + DT + RT
BFF = faktor pemuatan bucket
Waktu efisiensi = waktu normal kerja perjamnya
berikut:
1) Berat mesin
2) Lokasi alat
3) Power alat
Keterangan :
V = Kapasitas ukuran bucket, ton
P = Panjang bucket, m
L = Lebar bucket, m
T = Tinggi bucket, m
Peremuk juga dapat mereduksi ukuran material yang sesuai dengan permintaan
pasar.
13
Unit peremuk berfungsi untuk memperkecil material hasil penambangan
dan sebagai persediaan. Jarak dari Rom ke unit Crusher ± 50 m. Mula-mula alat
pendukung seperti genset dan control panel harus siap sebelum material dari Rom
(ukuran 12 cm) masuk melalui Cold bin (ukuran 9 cm). Kemudian dialirkan
melalui Belt Conveyer menuju Jaw Crusher Secunder dengan ukuran 4 cm.
ukuran 5 mm, 12 mm, dan 20 mm, 30 mm bila material tidak bisa diayak masih
ukuran 4 cm, maka material masuk ke dalam Cone Crusher untuk digiling
kembali sesuai ukuran Screen. Kemudian material dari Cone Crusher diangkut
dengan Belt Conveyer menuju Jaw Crusher Secunder. Kemudian menuju kembali
Untuk kegunaan batu split hasil dari unit peremuk dapat digunakan
berbagai konstruksi bangunan antara lain : beton, jalan, bangunan, aspal hotmix
dan konstruksi lainnya. Untuk kebutuhan aspal hotmix hasil peremukan batu split
harus ukuran standart dan tidak boleh > 30 mm, dikarenakan aspal hotmix
14
ROM
Road Wheel Loader
Cold
9 cm
Bin
12 cm
VF
ukuran 5 cm
4 cm digiling ulang
BC 4
BC 2
ukuran yang
tidak lolos 4 cm
BC 3
Screening Cone Crusher
BC 5
SP
30 mm
SP
SP SP 20 mm
5 mm 12 mm
Keterangan :
SP : Stockpile
VF : Vibrating Feeder
: Belt Conveyer (BC)
15
3.5 Peralatan Alat Unit Peremuk di PT.RAPI ARJASA
sebagai berikut :
Cold Bin adalah alat pelengkap pada rangkaian unit peremuk yang
berfungsi sebagai tempat penerima material umpan yang berasal dari lokasi
Vol = P x L x T...................................................................................................(3.4)
Keterangan :
Vol = Volume Cold Bin sekali tampung, m3
T = Tinggi Cold Bin, m
L = Lebar Cold Bin, m
P = Panjang Cold Bin, m
16
3.5.2 Vibrating Feeder
Vibrating feeder adalah salah satu unit pada proses peremukan yang
berfungsi untuk menampung material dari cold bin dan mengalirkan material
Alat peremuk jaw crusher merupakan alat yang mempunyai 2 buah rahang
(jaw), yang satu dalam keadaan bergerak (swing jaw) sedangkan yang satu lagi
tetap (fixed jaw). Berdasarkan mata gigi (jaw) dibagi menjadi 2 yaitu :
pada sistem produksi yang diterapkan. Kapasitas desain diketahui dari spesifikasi
17
yang dibuat oleh pabrik pembuat mesin peremuk dan kapasitas nyata didapatkan
b) Nip angle.
a) Gaya tekan : gaya yang dihasilkan oleh gerakan rahang ayun yang
b) Gaya gesek : gaya yang bekerja pada permukaan antara rahang diam
18
d) Gaya menahan : gaya tahan yang dimilki batuan atas gaya yang timbul
akibat gerakan rahang ayun terhadap rahang diam. Batuan akan pecah
dengan hasil partikel yang kasar, jika pecahnya batuan akan pecah dengan
hasil partikel yang kasar, jika pecahnya batuan tersebut akibat tekanan
Arah-arah gaya tergantung dari kemiringan atau sudutnya. Resultan gaya akhir
arahnya harus ke bawah, yang berarti material itu dapat dihancurkan. Tapi jika
gaya itu arahnya ke atas maka material itu hanya meloncat-loncat ke atas saja.
c) Kecepatan.
d) Ukuran umpan.
e) Ketahanan batuan
f) Tenaga peremuk
g) Kapasitas
ukuran produk. Reduction ratio yang baik untuk ukuran primary crushing
sangat kasar. Proses pemecahan dengan alat pemecah yang melawan bagian yang
19
akan terjadi apabila crusher melampaui batas plastis dari material yang
Kapasitas Jaw Crusher dipengaruhi oleh kekerasan dan juga kuat tahan
Km x Kf x Ta
TR = ..................................................................................................(3.5)
Kc
Keterangan :
TR = Kapasitas jaw crusher, ton
Kc = Faktor kekerasan batuan
Km = Faktor kandungan air,
Kf = Faktor pengumpan material
Ta = Kapasitas desain alat peremuk, ton
produksi yang dicapai secara nyata dengan kapasitas yang seharusnya dicapai.
Tn x 100%
Ecr = ....................................................................................................(3.6)
Ta
Keterangan :
Ecr = Efesiensi kerja premuk batu ,%
Tn = Berat keseluruhan alat jaw crusher, ton
Ta = Kapasitas desain jaw crusher, ton
Energi input merupakan energi yang dibutuhkan peremuk batu untuk dapat
10 𝑊𝑖 10 𝑊𝑖
W= − ............................................................................................(3.7)
√𝑃 √𝐹
20
Keterangan :
W = Tenaga input yang diperlukan, Kw/ton
Wi = Indeks batu split kerja, ton.
F = ukuran hasil dari ayakan, mm
P = ukuran yang masuk ke Cold Bin, cm
opening.
untuk berbalik melalui poros horizontal dan sepasang bevel gear. Poros dari
permukaan dari dinding penghancur berdekatan dengan dinding roll mortar dari
waktu ke waktu. Dalam hal ini, batu split akan tertekan dan kemudian hancur.
pemanfaatan agregat adalah sebagai bahan dasar pembuat beton dan campuran
aspal. Selain itu juga digunakan sebagai bahan pembuat jalan. Guna mendapatkan
kerikil atau batuan pecah yang sesuai dengan ukuran yang diharapkan maka
diperlukan suatu alat untuk memotong material. Alat pemecah batuan yang
21
Gambar 3.9: Cone Crusher di PT. RAPI ARJASA
pembangunan jalan, kimia dan industri fosfat. Cone Crusher tepat untuk batu dan
bijih keras dan setengah keras, seperti bijih besi, bijih tembaga, batu kapur,
kuarsa, granite, gritstone, dan sebagainya. Tipe dari lubang crushing disesuaikan
dengan batuan.
aktual dan dihitung dari hasil ukuran Cone Crusher. Dengan rumus :
Ta x Tn x F x V
Kc = ....................................................................................(3.8)
100
22
Keterangan :
Kc = Kapasitas Cone Crusher, ton
V = Kecepatan alat, m/s
Ta = Kapasitas desain Cone Crusher, ton
Tn = Berat keseluruhan alat Cone Crusher, ton
F = Ukuran dari hasil cone cruher, cm
Ta
Ec = 𝑇𝑛 x 100%......................................................................................(3.9)
Keterangan :
Ec = Efesiensi kerja Cone Crusher,%
Ta = Kapasitas desain Cone Crusher, ton
Tn = Berat keseluruhan alat Cone Crusher, ton
3.5.5 Screening
disebut screen. Biasanya alat screen ini langsung berhubungan dengan alat
b. Screen sendiri merupakan alat yang digunakan untuk pemilahan ukuran butir
material dengan cara melewatkan material dari atas ayakan, material yang
lebih kecil dari lubang ayakan dapat lolos kebawah ayakan sebagai produk
23
halus (undersize) sedangkan partikel yang lebih kasar dari ukuran ayakan
a. Menghasilkan produk akhir yang berukuran relatif seragam agar sesuai dengan
spesifikasi pasar.
Ta x P x L x V
Ks = ....................................................................................(3.10)
1000
Keterangan :
Ks = Kapasitas screen, ton
V = Kecepatan alat, m/s
Ta = Kapasitas desain screen, ton
P = Panjang alat screen, m
L = Lebar alat screen, m
Ta
Es = 𝐾𝑠 x 100%....................................................................................(3.11)
Keterangan :
Es = Efesiensi kerja screen,%
Ta = Kapasitas desain screen, ton
Ks = Kapasitas produksi screen, ton
24
Faktor yang mempengaruhi kapasitas produksi ayakan getar adalah :
a. Luas ayakan
c. Kedudukan ayakan
e. Kondisi umpan
Belt Conveyor merupakan alat angkut pada unit peremukan yang berfungsi
untuk mengembalikan material hasil peremukan yang tidak lolos ayakan untuk
penggerak yang dipasang pada head pulley. Belt Conveyor akan kembali ke
tempat semula karena dibelokkan oleh pulley awal dan pulley akhir. Material yang
didistribusikan melalui pengumpan akan dibawa oleh Belt Conveyor dan berakhir
pada head pulley. Pada saat proses kerja di unit peremuk dimulai, Belt Conveyor
25
harus bergerak lebih dulu sebelum alat peremuk bekerja. Hal ini bertujuan untuk
b. Keadaan topografi.
c. Jarak pengangkutan.
d. Produksi.
3600 x A x V x Bi x S
Qt = ............................................................................(3.12)
10000
Keterangan:
Qt = Kapasitas produksi Belt Conveyer, ton
A = Luas penampang melintang di atas belt, m2
V = Kecepatan translasi belt berjalan, m/s
Bi = Berat material, kg
S = Ukuran material, cm
Bi
Kb = ..............................................................................................................(3.13)
V
Keterangan
Kb = Kapasitas ban berjalan dalam kondisi berjalan, ton
Bi = Berat material, kg
V = kecepatan translasi belt berjalan, m/s
26
3.5.6.3 Efisiensi Kerja ban berjalan (Belt Conveyer)
Conveyer dalam kondisi berjalan yang dapat dicapai secara aktual. secara
Ebc = Qt / Kb x 100%..........................................................................(3.13)
Keterangan :
Ebc = Efisiensi kerja Belt Conveyer,%
Qt = Kapsitas produksi Belt Conveyer, ton
Kb = Kapasitas Belt Conveyer dalam kondisi berjalan , ton
27
3.6 Stockpile
hasil grinding yang sudah melewati proses pengecilan ukuran atau peremukan,
menggunakan gaya gravitasi bumi. Material yang jatuh dari bawah (lubang
bukaan) stockpile akan digunakan untuk campuran pada aspal cair menjadi aspal
23 03 2017
28
1. Availability indek atau mechanical availability adalah untuk mengetahui
kondisi mekanis yang sesungguhnya dari alat yang sedang digunakan. dapat
Keterangan :
W = Working hours atau jam kerja, jam
R = Repair hours atau jam perbaikan, jam
S = Hours of standby atau jam siap nunggu, jam
T = W + R + S = scheduled hours (jam tersedia), jam
oleh suatu alat untuk beropersi pada saat alat tersebut dapat dipergunakan,
Keterangan :
W = Working hours atau jam kerja, jam
R = Repair hours atau jam perbaikan, jam
S = Hours of standby atau jam siap nunggu, jam
T = W + R + S = scheduled hours (jam tersedia), jam
4. Effective utilization untuk menetukan persen waktu yang dapat digunakan oleh
suatu alat beroperasi dari seluruh waktu kerja yang tersedia. Efective
29
3.8 Hambatan Teknis Pada Unit Peremuk Batu
Pada dasarnya , hambatan teknis pada unit peremuk batu adalah hambatan
komponen yang ditemukan pada unit peremuk batu yang mengalami perbaikan
Keterangan :
Ht = hambatan teknis, (%)
30
3.9 Hambatan Non Teknis pada Unit Peremuk Batu
Hambatan non teknis yang dialami oleh peralatan unit rangkaian peremuk
hambatan non teknis, hambatan cuaca merupakan hambatan yang tidak dapat
diatasi.
Hambatan batu sangkut disebabkan akibat umpan yang masuk pada tempat
umpan (cold bin) berlangsung serempak akibat ditumpahkan langsung oleh wheel
loader sehingga sering menyumbat lubang bukaan cold bin sebelah bawah atau
disebabkan karena umpan bercampur dengan tanah atau sampah pengotor yang
dimasukkan kedalam tempat umpan (cold bin). Hambatan batu sangkut tersebut
dapat diatasi dengan penambahan alat pengumpan yaitu feeder dibawah tempat
membatu mengangkat genset, drum dan alat lainnya, sehingga efektivitas kerja
alat pemasuk umpan tersebut untuk alat pemasuk umpan menjadi rendah.
terhadap waktu kerja alat angkut untuk mengatasi kerja untuk pengangkutan
yaitu untuk kerja pengangkutan material dilakukan pada jam (12.00 wib) selain
dari waktu tersebut alat angkut sepenuhnya bekerja sebagai alat pemasuk umpan.
31
Berdasarkan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
yang dicapai akan dikalkulasi dengan waktu kerja normal perhari. Dengan
Keterangan :
dari berat campuran aspal cair. Adapun pemanfaatannya batu split dari peremuk
batu yang ada pada PT.RAPI ARJASA adalah bangunan beton, konstruksi jalan,
Untuk aspal hotmix batu split sangat berpengaruh besar karena kualitas
aspal hotmix dan umur dari pada aspal hotmix tidak terlepas dari tingkat
kepadatan dan kekerasan batu. Batu split menempati 30-45% volume total dari
32
Batu split yang baik seharusnya mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
2. Bersih
3. Tahan lama
5. Butir bulat
Dan untuk hal-hal yang perlu diperhatikan dalam campuran material batu
dengan aspal cair agar menjadi aspal hotmix antara lain, yaitu :
1. Volume Udara
Volume beban yang tidak terisi penuh oleh campuran aspal cair lainnya,
dengan semakin besar volume udara maka kekuatan semakin berkurang dan
sebaliknya.
2. Volume Padat
Perbandingan antara, berat dengan volume suhu material. Ini juga dipengaruhi
akan semakin besar, karena jika suatu material semakin padat rongganya
c. Suhu/temperatur, jika suhu rendah atau tinggi akan dipengaruhi berat air
tersebut.
33
3. Berat Jenis
Berat jenis batu split adalah perbandingan antara kuat butir dan berat butiran
terhadap air yang sama. Dimana terbagi atas tiga bagian menurut keadaanya
adalah :
a. Berat jenis kering, perbandingan antara kuat butir dan berat air pada
b. Berat jenis surface reted dry, didapat setelah material sudah kering
dipermukaan,
c. Berat jenis semu, yakni pada seat butir masih benar-benar jenuh baik
Kekuatan suatu aspal hotmix dipenuhi oleh berat jenis dan daya serap atau
besar absorsi dari agregat yang digunakan untuk campuran aspal cair. Makin
keras agregat makin tinggi jenisnya dan semakin murah daya serapnya.
4. Penyerapan, yakni serapan air dihitung dari banyaknya air yang mampu
diserap oleh agregat pada kondisi jenuh permukaan kering, kondisi ini
merupakan :
a. Keadaan kebasahan agregat yang hampir sama dengan agregat dalam aspal
cair, sehingga agregat tidak akan menambah maupun mengurangi air dari
pastanya.
5. Kadar air permukaan batu split, yakni banyaknya air terkandung dalam
suatu agregat. Kadar air agregat dapat dibedakan menjadi empat jenis :
a. Kadar air kering tungku, yaitu keadaan yang benar-benar tidak berair.
34
b. Kadar kering udara yaitu kondisi agregat yang permukaanya kering tetapi
c. Jenuh kering permukaan, yaitu keadaan dimana tidak ada air di permukaan
Dari keempat kondisi tersebut hanya dua kondisi yang sering dipakai yaitu
kering tungku dan kondisi saturated surface dry. Jika agregat basah ditimbang
beratnya (w), kemudian dimasak dan dicampur di hot dryer blending dalam
tungku dengan suhu 100°C + 60°C sampai beratnya konstan maka kadar air dapat
diketahui. Berat jenis digunakan untuk menentukan volume yang diisi oleh
agregat. Berat jenis dari agregat pada akhirnya akan menetukan berat jenis dari
dalam campuran aspal cair. Hubungan antara berat jenis agregat maka semakin
Untuk pengolahan batu spilit hasil dari unit peremuk dapat digunakan
dan kontruksi lainnya yang didasarkan oleh kuat tekan dan kepadatan dari batu
split tersebut.
split kasar dan batu split halus. Batasan antara batu split kasar dan batu split halus
berbeda antara disiplin ilmu yang satu dengan yang lainnya. Meskipun demikian,
dapat diberikan batasan ukuran antara batu spilit halus dengan batu split kasar
35
(standar ASTM). Batu split kasar adalah batuan yang ukuran butirannya 20 mm,
30 mm. Batu split halus adalah batuan yang ukuran butirannya 5 mm, 12 mm, 20
mm. Batu split yang digunakan dalam campuran aspal hotmix biasanya berukuran
lebih kesil dari 30 mm. Batu spilit yang ukurannya lebih besar dari 30 mm
digunakan untuk pekerjaan sipil lainnya, misalnya untuk pekerjaan jalan, tanggul-
tanggul penahan tanah, bendungan dan lain-lain. Dari keterangan di atas disebut
dengan agregat, dimana agregat tersebut terbagi atas dua, yakni : yang lebih halus
biasanya dinamakan pasir dan agregat kasar dinamakan kerikil, split, batu pecah,
kricak dan lainnya. Dan di bawah ini syarat-syarat batu split berdasarkan menurut
3. Sifat kekal, apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai berikut :
4. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur (bagian yang dapat melewati
ayakan 0,060 mm) lebih dari 1%. Apabila lebih dari 1% maka kerikil harus
dicuci.
5. Harus mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik, sehingga rongganya
Pengolahan batu split ini juga harus disesuaikan dengan kuat tekan dan
tingkat kekerasannya, dan untuk kuat tekan sekitar 15-40 Mpa, berat jenis, adalah
36
Jenis-jenis Aspal Hotmix yang Siap Pakai
1. Jenis ATB (Asphalt Traeted Base) dengan Tebal minimum 5cm digunakan
sebagai lapis permukaan konstruksi jalan dengan lalu lintas berat atau tinggi.
4cm biasanya digunakan lapisan kedua sebelum Wearing Course atau Laston.
minimum 4cm digunakan sebagai lapis permukaan jalan dengan lalu lintas
berat.
4. Jenis HRS (Hot Roller Sheet) atau Laston 3 dengan ketebalan minimum 3cm
sedang.
5. Sand Sheet dengan ketebalan minimum 2cm biasanya digunakan untuk jalan
Perumahan, Parkiran
37
BAB IV
Jumlah kuantitas produksi yang dihasilkan pabrik peremuk batu milik PT.
RAPI ARJASA, Desa Pahlawan, Kecamatan Binjai Utara, Kota Binjai, Provinsi
Sumatera Utara, dapat diartikan sebagai tingkat produksi pabrik peremuk. Dalam
mulai dari jumlah umpan yang masuk sampai dengan produk yang dihasilkan dan
ini dilakukan guna mengetahui distribusi ukuran baik pada umpan maupun
masing peralatan yang digunakan pada unit rangkaian remuk hingga total
kuantitas produksi akhir. Pengamatan yang diamati selama Kerja Praktek hanya;
alat pemasuk umpan, tempat penampung umpan (Cold Bin), alat peremuk (Jaw
Crusher), ban berjalan (Belt Conveyer), Cone Crusher dan ayakan getar
(Vibrating Screen).
Diketahui:
38
PxLxT
V = 4
4x3x1
= 4
= 3 ton
Diketahui :
BFF =1
50
waktu efisiensi = (60)= 0.8
60
= 3 x 1.1 x 1 x 0.8
= 130.9 ton
Diketahui:
Jumlah pengisian = 10
39
kapasitas bucket x jumlah pengisian x kapasitas 𝐶𝑜𝑙𝑑 𝐵𝑖𝑛
Kap.pemasuk = jam tersedia
= 11.03 ton
Diketahui :
Vol =PxLxT
=4x4x2
= 32 m3
Berarti volume Cold Bin dalam menampung bahan baku adalah 32 m3.
Jadi dengan menghitung bobot insitu dengan kapasitas Cold Bin, maka kapasitas
Cold Bin mampu menampung material sebesar volume Cold Bin x bobot insitu
Diketahui :
40
40
= x 100%
7
= 5.71%
Diketahui :
TR = Kc x Km x Kf x Ta
= 30.6 ton
Diketahui :
W = -
10 (1.78) 10 (1.78)
= -
9 30
= 1.97-0.6
= 1.37 kw/ton
41
4.6 Ban Berjalan (Belt Conveyer)
3600 x A x V x Bi x S
Qt = 10000
Bi
Kb = V
Ebc = Qt / Kb x 100%
Ban Berjalan
Diketahui
BC-1 BC-2 BC-3 BC-4 BC-5
(Qt) Kapasitas produksi (ton) 12.6 8.07 8.07 6.05 4.5
(Kb) Kapasitas kondisi berjalan
3.6 2.8 2.8 2.8 2.1
(ton)
(Ebc) Efisiensi Produksi (%) 3.5% 2.9% 2.9% 2.1% 2.1%
42
4.7 Ayakan Getar (Screening)
Diketahui :
Ta x P x L x V
Ks = 1000
20 x 24 x 12 x 10
= 1000
= 57.6 ton
Diketahui :
57.6
= x 100%
20
= 2.9 %
43
4.8 Cone Crusher
Diketahui :
Ta x Tn x F x V
Kc = 100
15 x 10 x 4 x 3
= 100
= 18 ton
Diketahui :
Ta
Ec = x 100%
𝑇𝑛
15
= x 100%
10
= 1.5%
44
4.9 Hambatan Teknis Unit Peremuk Batu
45
Diketahui :
Ht = hambatan teknis, %
Jawab :
Jenis Alat
Diketahui Jaw Belt Wheel Cone
Ayakan Genset
crusher Conveyer Loader Crusher
Waktu yang
208 208 208 208 208 208
tersedia (jam)
Lama
Hambatan 3.0 2.6 2.3 1.9 2.1 2.8
(jam)
Ht (%) 70 % 80 % 90 % 97 % 91 % 75 %
Maret-April 2017
Jenis Gangguan Waktu Gangguan (jam/bulan)
Cuaca (hujan) 5.56 jam/bulan
Umpan Terlambat 52 jam/bulan
Batu tersangkut 26 jam/bulan
Total hambatan non teknis 83.56 jam/bulan
Sumber : PT.RAPI ARJASA 2017
46
Jawab :
Jenis Alat
Diketahui jaw Belt Wheel Cone
ayakan Genset
crusher Conveyer Loader Crusher
Total Hambatan
Non Teknis 83.56 83.56 83.56 83.56 83.56 83.56
(jam)
Lama Hambatan
3.0 2.6 2.3 1.9 2.1 2.8
(jam)
Hnt (%) 80.56% 80.96% 81.26% 81.66% 81.46% 80.76 %
Jawab :
Tp = Tingkat Produksi
Jenis Alat
Diketahui jaw Belt pemasuk Cone Cold
Ayakan
crusher Conveyer umpan Crusher Bin
Kapasitas Tiap 30.6 57.6 76.48
9.5 ton 11.03 ton 18 ton
Unit (ton) ton ton ton
Waktu Kerja
normal perhari 8 8 8 8 8 8
(hari)
3.8 7.2 1.2 1.4 2.3 9.6
Tp (ton/hari)
ton/hari ton/hari ton/hari ton/hari ton/hari ton/hari
Ukuran tiap
5 cm 3 cm 3-5 cm 12 cm 3 cm 9 cm
unit (cm)
Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran Target produski
Kapasitas
< 5 mm 12 mm 20 mm 30 mm perhari 25.5
Stockpile
6.4 t/h 6.4 t/h 6.4 t/h 6.4 t/h ton/hari
47
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
parameter produksi dalam unit peremuk batu pada PT. RAPI ARJASA, maka
1. Tingkat produksi Unit peremuk batu dengan produktivitas semua alat sebesar
ton/hari nya dapat menghasilkan target produksi sebesar 25.5 ton/hari. Tenaga
yang terpasang atau efesiensi kerja tiap unit alat rata-rata > 60% (lihat
lampiran b), jadi untuk meningkatkan kapasitas produksi akan sesuai target.
2. Perbaikan yang dilakukan secara rutin pada hambatan teknis dan non teknis
3. Adapun pemanfaatan Batu Split setelah hasil produksi dari peremuk batu
adalah dapat digunakan untuk kebutuhan aspal hotmix, beton, bangunan, jalan
kuat tekan batu, kepadatannya, berat isi dan lainnya. Dimana semakin tinggi
kepadatannya batu split tersebut maka kualitas aspal hotmix semakin tinggi
juga.
48
DAFTAR PUSTAKA
1. Fatena Susy, 2014, “Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi” , Jakarta; Renika
Cipta.
49
LAMPIRAN A
adalah :
Waktu Persiapan berupa pengisian bahan bakar dan pengolesan rantai yang aus.
Jam tersedia adalah waktu kerja normal perhari x hari kerja normal perbulan (8 x
26 = 208 jam/bulan)
50
LAMPIRAN B
Diketahui :
Waktu
persiapan 60 60 60 60
(menit)
Belt
Hasil efesiensi Cone crusher Jaw crusher Screening
conveyer
tiap unit (%) (1.5 %) (5.7 %) (2.9 %)
(2.5%)
51
LAMPIRAN C
BOBOT ISI BATUAN
52
LAMPIRAN D
CAPACITY : 76 ton
POWER : 7.5 Kw
SPEED : 1435 r/min
TYPE : BRG DE 6208
DIMENSION : 4000L X 4100W X 2130H (mm)
53
LAMPIRAN E
54
LAMPIRAN F
55
Gambar F.2 GATOR JAW CRUSHER SECUNDARY
56
LAMPRAN G
57
LAMPIRAN H
TYPE : STPYT-B09
FEED OPENING : 135 mm
MAX FEED : 115 mm
WEIGHT : 10200 kg
POWER : 55 Kw
SPEED : 3 m/s
CAPACITY : 15 ton
SERIAL NUMBER : 2016-ST1212-53
58
LAMPIRAN I
59
LAMPIRAN J
60
LAMPIRAN K
TARGET PRODUKSI
Target Produksi
Tahun 2017
Bulan Maret - April
Hasil Produksi
Tanggal Faktor Produksi
perhari (ton/hari)
61