Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
ABSTRACT
Female Apartment project is located at Jalan Margonda Raya, Depok, Beji, Depok City,
2
West Java. This vertical dwelling was established on an area of 2.100 m , has one tower
consisting of 3 basement floors, 20 floors of a typical residential building whose first floor
st
is also used for service and the 21 floor serves as a sky lounge. The contract value of
this project is Rp 209.000.000.000, - and the project class is 7. Construction of this
Project began in September 2016 and is planned to be completed in August 2018.
Discussion of the specific problems in this report is about the implementation method and
estimation of material cost waller beam basement structure. The implementation method
of waller beam consists of stage of working floor, chipping, drilling with chemical set, iron
assembly, formwork, casting and maintenance. Based on the calculation, the need of
3
reinforcing steel is 26.578,566 kg, the need of concrete mix is 94,77 m , the requirement
of plywood is 114 sheets and the total cost estimation of waller beam layer 1 and layer 2
of Female Apartment basement structure is Rp 263.336.134,00.
1
ABSTRACT
Female Apartment project is located at Jalan Margonda Raya, Depok, Beji, Depok City,
2
West Java. This vertical dwelling was established on an area of 2.100 m , has one tower
consisting of 3 basement floors, 20 floors of a typical residential building whose first floor
st
is also used for service and the 21 floor serves as a sky lounge. The contract value of
this project is Rp 209.000.000.000, - and the project class is 7. Construction of this
Project began in September 2016 and is planned to be completed in August 2018.
Discussion of the specific problems in this report is about the implementation method and
estimation of material cost waller beam basement structure. The implementation method
of waller beam consists of stage of working floor, chipping, drilling with chemical set, iron
assembly, formwork, casting and maintenance. Based on the calculation, the need of
3
reinforcing steel is 26.578,566 kg, the need of concrete mix is 94,77 m , the requirement
of plywood is 114 sheets and the total cost estimation of waller beam layer 1 and layer 2
of Female Apartment basement structure is Rp 263.336.134,00.
PENDAHULUAN
Pembuatan basement tidak lepas dari kegiatan penggalian tanah. Perlu
diperhatikan bahwa dalam pemilihan jenis struktur bawah, sebagian besar
dipengaruhi oleh jenis tanah serta muka air tanah di lokasi proyek tersebut.
Struktur bawah yang dipengaruhi oleh jenis tanah yang memiliki karakter yang
berbeda di tiap titik, bahkan di titik yang sama dengan kedalaman yang berbeda.
memerlukan adanya perlakuan khusus agar struktur bawah yang dibangun dapat
menopang struktur atas.
Salah satu perlakuan khusus agar suatu struktur bawah dapat menopang
struktur atas dengan baik adalah dengan kegiatan angkur tanah (ground anchor).
Dikarenakan pengangkuran tidak mungkin dilakukan di tiap angkur, dibuatlah
sistem tambahan waller beam. Waller beam berfungsi sebagai pengikat antar pile
sehingga soldier pile yang sudah dibuat dapat bekerja menjadi suatu sistem
penahan tanah yang kuat.
Tujuan Masalah
Adapun tujuan masalah khusus Metode Pelaksanaan dan Estimasi Biaya
Material Waller Beam pada Struktur Basement Female Apartment adalah
sebagai berikut:
1. Merumuskan tahapan pekerjaan waller beam pada struktur basement pada
tahapan pembangunan suatu proyek gedung bertingkat.
2. Menentukan metode penyelesaian permasalahan soldier pile yang
mengalami perubahan jarak letaknya.
3. Menentukan jumlah kebutuhan material untuk keperluan struktur waller
beam yaitu kebutuhan baja tulangan, kebutuhan volume concrete mix dan
kebutuhan plywood dan mengestimasi biaya material waller beam pada
struktur basement Female Apartment.
Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang ada pada masalah khusus yang diangkat
oleh penulis adalah membahas mengenai:
1. Metode pelaksanaan pekerjaan waller beam yang dipilih dalam proyek
pembangunan Female Apartment.
2. Mengetahui cara penyelesaian permasalahan soldier pile yang mengalami
perubahan jarak letaknya.
2
3. Mengestimasi biaya yang dihabiskan untuk pelaksanaan waller beam pada
struktur basement Female Apartment.
Metode Pengamatan
Adapun tahap pengamatan yang digunakan untuk penulisan ilmiah ini telah
penulis rangkum ke dalam flow chart di bawah ini.
Metode Pelaksanaan
Adapun metode pelaksanaan sistem waller beam pada struktur basement
Female Apartment adalah sebagai berikut:
1. Marking elevasi
Menandai soldier pile dengan tinggi rencana waller beam, dalam hal ini
alat yang digunakan adalah auto level.
3. Chipping
Chipping (tahap pengupasan) pada pekerjaan beton adalah suatu teknik
pembersihan permukaan beton. Pada pekerjaan proyek ini, teknik chipping
dilakukan pada soldier pile. Permukaan soldier pile yang masih diselimuti
oleh tanah dibersihkan terlebih dahulu, lalu dimulailah teknik chipping
tersebut. Pekerjaan chipping dimaksudkan agar coran untuk pembuatan
waller beam dapat melekat dengan baik pada soldier pile. Melekat dengan
baik disini maksudnya adalah beton yang dibuat menjadi rigid atau menjadi
satu kesatuan yang kaku.
3
4. Bor Chemical Set
Sebelum pengecoran waller beam, terlebih dahulu pekerja membuat
lubang-lubang pada soldier pile dengan alat pengeboran sederhana (hand
bor). Hal ini bertujuan agar stek besi dapat masuk ke dalam soldier pile
dengan baik dan sesuai dengan ketebalan yang telah ditentukan pada
perencanaan.
Banyaknya jumlah lubang yang ada pada soldier pile serta berapa besar
dimensi batang yang digunakan untuk stek besi juga sudah ditentukan oleh
perencana pada desain perencanaan. Stek besi dilakukan setelah tahap
pembesian sudah dilakukan.
5. Pembesian
Kegiatan pembesian pada pekerjaan waller beam pekerjaan basement
memiliki beberapa tahap. Adapun tahap pembesian pada konstruksi waller
beam adalah sebagai berikut:
a. Melakukan pembesian waller beam yaitu dengan baja yang berguna
sebagai tulangan, dilakukan tahap pemotongan dengan alat bar cutter
dan pembengkokan dengan alat bar bender sesuai dengan kebutuhan.
Kegiatan ini dilakukan di tempat fabrikasi kemudian baja tulangan
tersebut diangkat menggunakan tower crane ke lokasi yang akan
dipasang.
b. Besi tulangan balok yang sudah dipotong dan dibengkokkan dirakit
menjadi satu kesatuan. Pada tahap ini, digunakan sengkang dan ties
yang berguna sebagai pengikat rakitan tersebut.
c. Memasang beton decking untuk jarak selimut beton pada alas dan
samping balok. Beton decking yang digunakan memiliki ketebalan
sekitar 4 – 5 cm.
d. Mengikat rakitan tulangan tersebut menggunakan kawat bendrat.
e. Melakukan proses stek besi dengan chemical anchor.
6. Bekisting
Tahap berikut ini merupakan tindak lanjut setelah kegiatan checklist
tulangan yang dilakukan oleh QC (Quality Control) dalam rangka
memastikan tulangan yang dirangkai sudah sesuai dengan perencanaan
telah selesai. Bekisting merupakan suatu cetakan berbahan besi yang
berfungsi untuk mencetak beton dan mempunyai bentuk sesuai dengan yang
dikehendaki.
7. Pengecoran
Pada tahap pengecoran, proyek ini menggunakan truck concrete mixer.
Setelah concrete mix siap, dituanglah concrete mix tersebut ke dalam
concrete bucket yang dihubungkan dengan pipa tremie. Pekerjaan
pengecoran waller beam ini dibantu dengan menggunakan tower crane agar
lebih cepat dan mudah. Pengecoran langsung dilakukan pada bekisting yang
sudah siap pakai.
Pengecoran waller beam dilakukan secara bertahap untuk menghindari
terjadinya pemisahan antara agregat dan air pada concrete mix
(segregation). Setelah dilakukan proses pengecoran pada satu segmen
waller beam, beton dipadatkan kembali dengan menggunakan vibrator
dengan tujuan untuk menghilangkan udara-udara (rongga udara) yang
terjebak di dalam concrete mix.
4
Setelah pengecoran selesai dilakukan, tunggu hingga 5 jam atau hingga
beton sudah kering dan mengeras. Ketika dirasa cukup kering, lepas bekisting
dari waller beam yang sudah jadi seperti pada Gambar 2.
8. Perawatan
Perawatan beton sesaat setelah pelepasan bekisting (waktu total setting
tercapai) disebut juga curing. Curing adalah tahap perawatan beton yang
memiliki tujuan untuk menjaga agar beton tidak kehilangan air dengan cepat
atau menjaga kelembaban dan suhu beton sehingga dapat mencegah
terjadinya susut pada beton yang dapat mengakibatkan keretakan beton.
Pada pekerjaan perawatan beton di proyek Female Apartment,
kontraktor pelaksana memilih menggunakan curing compound sebagai
material khusus untuk kegiatan curing. Curing compound adalah material
berbahan dasar synthetic rubber yang ditambahkan pelarut dan bahan-
bahan yang lain dengan tujuan untuk melindungi beton selama masa
pengikatan awal dari kehilangan air akibat panas matahari maupun angin
dari udara bebas.
5
Gambar 3 Potongan Terhadap Shop Drawing untuk Waller Beam
Sumber: PT. Adhicon Perkasa, 2017
6
Adapun cara baca dari gambar plan aktual data lapangan di atas adalah
sebagai berikut:
a. 110 (190)
Berdasarkan perhitungan struktur yang didapat, normalnya waller beam
memiliki ketebalan 30 cm berdasarkan prinsip pengukuran. Pada
ketentuannya, waller beam masuk ke area bore pile sebanyak 5 cm,
sehingga jarak dari permukaan waller beam sampai bertemu dengan
permukaan soldier pile seharusnya memiliki ketebalan sebesar 25 cm.
Tetapi pada kenyataan di lapangan, ditemukan bahwa ketebalan antara
permukaan waller beam hingga bertemu dengan permukaan soldier pile
memiliki ketebalan hanya sebesar 11 cm dari yang seharusnya 25 cm.
Begitu juga dengan rencana tebal retaining wall pada section 1. Pada
shop drawing, tebal retaining wall direncanakan sebesar 40 cm. Namun
dengan kondisi soldier pile yang maju (mengalami perubahan jarak letak),
maka tebal retaining wall untuk section 1 hanya sebesar 26 cm.
7
Normalnya, waller beam yang direncanakan memiliki ketebalan 30 cm,
apabila diletakkan berdampingan dengan soldier pile, dilakukan kegiatan
chipping soldier pile sebanyak 5 cm. Hal ini bertujuan agar waller beam dapat
masuk ke area soldier pile sebanyak 5 cm dan menjadi rigid antar komponen
waller beam maupun soldier pile. Jika diperhitungkan, maka total ketebalan dari
permukaan waller beam hingga bertemu dengan permukaan soldier pile adalah
sebesar 25 cm. Lihat Gambar 7.
Pada data aktual lapangan, ditemukan bahwa perkiraan ketebalan antara
permukaan waller beam hingga bertemu dengan permukaan soldier pile memiliki
ketebalan hanya sebesar 11 cm dari yang seharusnya 25 cm. Solusi yang
didapatkan adalah dengan melakukan kegiatan pembobokan (chipping bagian
bore pile) sebanyak 19 cm. Akan tetapi, pembobokan tidak boleh langsung
dilakukan tanpa kontrol tulangan utama (main bar) dari bore pile.
Berdasarkan flow chart yang sudah dibuat oleh penulis, langkah selanjutnya
yang harus dilakukan adalah pembobokan bore pile. Pembobokan dilakukan
sebanyak 5 cm ke dalam bore pile. Apabila tulangan utama belum terlihat,
lanjutkan pembobokan sampai ketebalan 10 cm. Jika belum terkena tulangan
utama bore pile, pembobokan dilanjutkan hingga ke ketebalan 19 cm.
Namun, apabila dalam pembobokan sebelum 19 cm sudah mulai terlihat
tulangan utama bore pile, langkah yang harus dilakukan adalah memajukan
section waller beam yang sebelumnya sudah melalui persetujuan owner,
konsultan perencana dan arsitek. Hal ini diperlukan karena memajukan section
waller beam artinya sama dengan memajukan tembok yang ada di basement,
sehingga akan terjadi penyempitan atau pengurasan luasan basement yang ada.
Adapun contoh section waller beam yang harus dimajukan karena pada saat
pembobokan, ditemukan tulangan utama (main bar) pada bore pile dapat dilihat
pada Gambar 7.
8
Gambar 7: Hasil Pengecoran Waller Beam yang Mengalami Kemajuan Section
Dikarenakan waller beam pada proyek ini menggunakan mutu beton f’c 35
Mpa, maka panjang penyaluran yang digunakan adalah sebesar 650 mm untuk
tulangan diameter 19. Kemudian, panjang penyaluran yang digunakan adalah
sebesar 920 mm untuk tulangan diameter 22.
9
Tabel 3 Bentuk Tulangan pada Section AS E-I*/0’
10
a. Volume Waller Beam Panjang WB Tebal WB Tinggi WB
169 m 0,3 m 1m
50,70 m 3
Volume Waller Beam untuk 2 layer 2 50,70 m 3 101,40 m 3
11
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis dalam kegiatan
kerja praktek, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Pemilihan metode pelaksanaan yang tepat, peralatan yang kondisinya yang
terawat serta mutu material yang baik sangatlah dianjurkan karena akan
berpengaruh dengan hasil akhir sebuah pelaksanaan pekerjaan.
2. Tahapan pekerjaan waller beam pada struktur basement proyek
pembangunan Female Apartment adalah: tahap pembuatan lantai kerja,
tahap pengupasan (chipping), bor chemical set, pembesian, bekisting,
pengecoran dan perawatan.
3. Metode penyelesaian permasalahan soldier pile yang mengalami perubahan
jarak letaknya adalah sebagai berikut: input data aktual soldier pile di
lapangan terhadap gambar rencana, marking posisi waller beam,
pembobokan soldier pile sampai dengan ketebalan yang diizinkan tanpa
terkena tulangan utama (main bar), namun apabila pada saat pembobokan,
perkiraan bahwa pembobokan akan terkena tulangan utama, maka tahap
yang diambil adalah memajukan section waller beam, pemasangan bekisting,
tahap pengecoran waller beam, pelepasan bekisting, dan perawatan waller
beam dengan curing compound.
4. Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan kebutuhan material waller beam
pada struktur basement Female Apartment yaitu:
Total kebutuhan besi untuk seluruh section = 26.578,566 kg
Total kebutuhan concrete mix = 98,020 m3
Total kebutuhan plywood = 236 lembar
Adapun hasil perhitungan yang dilakukan oleh penulis, didapatkan estimasi
biaya kebutuhan material waller beam layer 1 dan layer 2 pada struktur
basement Female Apartment yaitu sebesar Rp 306.365.362,00.
Saran
Berdasarkan hasil kerja praktek penulis pada proyek pembangunan Female
Apartment, berikut adalah beberapa saran yang penulis berikan dengan harapan
dapat menjadi suatu masukan yang baik dan bermanfaat nantinya, antara lain:
1. Kegiatan kerja praktek yang dilakukan oleh mahasiswa sebaiknya diberikan
waktu khusus agar mahasiswa tersebut dapat lebih fokus pada materi yang
didapatkan pada saat kegiatan kerja praktek berlangsung.
2. Mahasiswa harus selalu menyimak apapun materi yang diberikan oleh
pembimbing.
3. Mahasiswa sebaiknya membuat jadwal kegiatan kerja praktek agar
pelaksanaannya lebih teratur.
4. Mahasiswa sebaiknya langsung mencatat hasil pekerjaan yang ada pada
hari tersebut karena ditakutkan akan lupa jika menunda suatu pekerjaan.
5. Mahasiswa sebaiknya merangkum seluruh hasil dari kegiatan kerja praktek
di proyek agar nantinya dapat dijadikan sebagai bahan pelajaran maupun
ilmu pengetahuan tambahan yang mungkin tidak didapatkan di materi
perkuliahan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Ferdiana, M.D., 2015, Pengenalan Dasar dan Manajemen Material Baja.
Yogyakarta: PT. Taka Publisher.
Ferdiana, M.D. 2015. Pengenalan Dasar Konstruksi Beton Siku dan Pracetak.
Yogyakarta: PT. Taka Publisher.
Husen, Abrar. 2008. Manajemen Proyek: Perencanaan, Penjadwalan dan
Pengendalian Proyek. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Mockler, R. J. 1972. Pengertian Pengendalian Proyek. [Online].
https://amrigunasti.wordpress.com/tag/perencanaan-proyek/ (Diakses pada
17 Maret 2017).
PT. Adhicon Perkasa. 2017. Data Umum dan Data Teknis Proyek Pembangunan
Female Apartment. Jakarta
PT. Freyssinet Total Technology. 2017. Alur Pekerjaan Ground Anchor.
Jakarta
Republik Indonesia. 2000. Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. Lembaran Negara RI Tahun 2000, No.
64. Sekretariat Negara. Jakarta.
Robbinins dan Coulter. (1999). Pengertian Pengendalian. [Online].
http://fungsiumum.blogspot.co.id/2013/06/arti-penting-pengendalian-
dalam.html (Diakses pada 17 Maret 2017).
Sajekti, Amien. 2009. Metode Kerja Bangunan Sipil. Jakarta: Graha Ilmu.
SK SNI 2847:2013. 2013. Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung.
Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Stoner. 2006. Pengertian Organisasi. [Online].
https://andrazain.wordpress.com/2013/10/11/organisasi/ (Diakses pada 17
Maret 2017).
Suandi, Erly. (2001). Pengertian Perencanaan. [Online].
http://www.kajianpustaka.com/2012/10/pengertian-dan-fungsi-
perencanaan.html (Diakses pada 15 Maret 2017).
Szilard. 1974. Perbedaan Pelat Menurut Aksi Strukturalnya. [Online].
https://civilengginering.wordpress.com/ (Diakses pada 20 Maret 2017).
Wally, Junaida. 2013. Pekerjaan Persiapan Suatu Proyek.
https://junaidawally.blogspot.co.id/2013/11/pekerjaan-persiapan-suatu-
proyek.html (Diakses pada 20 Maret 2017).
Wulandari, Sri, Diyanti. 2015. Pedoman Penulisan Laporan Kerja Praktek Edisi Ke-4.
Depok: Jurusan Teknik Sipil Universitas Gunadarma.
_______. 2016. Kendala-kendala saat Pengecoran.
http://www.jasasipil.com/2016/02/kendala-kendala-saat-pengecoran.html
(Diakses pada 27 Maret 2017).
_______. 2016. Pengertian Shear Wall pada Gedung.
http://www.jasasipil.com/2016/01/pengertian-shearwall-dan-corewall-
pada.html (Diakses pada 27 Maret 2017).
_______. 2016. Skema Hubungan Kerja Unsur-Unsur Proyek.
http://www.jasasipil.com/2016/02/kendala-kendala-saat-pengecoran.html
(Diakses pada 20 Maret 2017).
13