Penggunaan minuman beralkohol oleh orang-orang, memiliki sejarah yang
sangat panjang, dimulai sebelum era Mesir kuno, Yunani, dan Roma. Penggunaan anggur dan bir sangat umum. Popularitasnya terus berlanjut selama berabad-abad dan di seluruh dunia, dan pada akhirnya mencapai Amerika di masa kolonial yang datang bersama kebiasaan menggunakan alkohol dan mereka tinggalkan pada wilayah jajahan mereka. Pada saat itu minuman keras dipandang sebagai obat mujarab bahkan menteri dari orang- orang yang dinilai fanatik pada Protestan pada abad 16-17an Cotton Mather menyebutnya makhluk Tuhan yang baik. Tetapi kaum fanatik ini juga menyadari bahwa minum berlebihan menyebabkan masalah bagi masyarakat, sehingga mereka menganggap mabuk sebagai dosa dan menegakkan sebuah hukum yang menentangnya. Selama dua abad berikutnya, sikap tentang alkohol berubah di banyak kebudayaan. Di Amerika Serikat, gerakan pantang alkohol dimulai pada abad ke-18. Pada pertengahan 1800-an, penggunaan alkohol telah berkurang tajam dan dikaranakan reputasinya. Banyak orang Amerika pada waktu itu percaya bahwa alkohol menghancurkan moral menciptakan kejahatan dan menimbulkan kemerosotan moral. Sikap ini bertahan dan membantu munculnya larangan perjual-belian alkohol pada tahun 1920. Setelah pencabutan larangan, penggunaan alkohol meningkat, tentu saja, dan sikap tentang alkohol melunak. Orang Amerika saat ini percaya bahwa alkohol memiliki efek baik dan buruk.
Usia, Jenis Kelamin, serta Penggunaan Alkohol
Usia dan jenis kelamin memengaruhi pengalaman orang-orang dalam konsumsi minuman beralkohol di sebagian besar masyarakat. Salah satu alasan perbedaan gender dalam minum adalah bahwa perempuan rata-rata mengalami lebih banyak keracunan dibandingkan laki-laki dari jumlah alkohol yang sama. Bahkan ketika ukuran tubuh sama, memetabolisme perempuan mengenai alkohol kurang cepat daripada laki-laki (Tortora & Derrickson, 2009). Konsumsi alkohol biasanya dimulai pada masa remaja, dan kadang-kadang di masa kecil. Dalam sebuah survei terhadap ribuan siswa di seluruh Amerika Serikat, jawaban siswa SMA menunjukkan bahwa 72% dari mereka telah mengkonsumsi minuman beralkohol pada suatu waktu dalam hidup mereka, 43% mengkonsumsi alkohol pada bulan lalu, 46% telah mengkonsumsi alkohol hingga mabuk di tahun lalu, dan 25% meminum lima atau lebih jenis minuman berturut-turut dalam 2 minggu sebelumnya (Johnston et al., 2009). Laki-laki dilaporkan lebih banyak minum minuman beralkohol daripada perempuan. Sekitar 32% dari siswa kelas delapan mengklaim mereka minum pada tahun lalu. Meskipun orang muda terkadang minum alkohol di rumah dengan orang tua yang hadir, seperti pada acara-acara khusus, kebanyakan remaja minum alkohol terjadi dalam keadaan yang berbeda. Bahkan ketika ilegal bagi pelajar sekolah menengah dan mahasiswa untuk membeli alkohol dan minum tanpa pengawasan orang tua, banyak yang melakukannya. Di masa dewasa, lebih banyak pria daripada wanita terus minum (NCHS, 2009a). Meskipun kebanyakan orang dewasa dan setengah baya orang Amerika minum, prevalensinya jauh lebih rendah pada kelompok yang lebih tua.
Perbedaan Sosiokultural dalam Menggunakan Alkohol
Penggunaan alkohol sangat bervariasi di seluruh budaya di seluruh dunia. Per kapita, orang Amerika setiap tahun mengonsumsi 9,77liter alkohol dalam bir, anggur, dan alkohol. Tabel dibawah membandingkan beberapa negara tentang jumlah alkohol yang dikonsumsi per orang dan kecelakaan lalu lintas terkait alkohol. Secara tradisional, negara-negara diklasifikasikan menjadi dua jenis penggunaan alkohol: negara-negara yang mengintegrasikan alkohol ke dalam kehidupan sehari-hari, seperti dalam menyajikannya dengan makanan di Italia dan Prancis, dan negara-negara yang membatasi penggunaannya, seperti Amerika Serikat dan negara-negara Skandinavia (Bloomfield et al, 2005). Negara Konsumsi alkohol per- Permasalahan yang kapita diakibatkan konsumsi alkohol Australia 9.02 - Brazil 5.76 - Kanada 7.80 - Cina 5.20 - Jerman 11.99 29.4 India 0.29 - Itali 8.02 5.1 Belanda 9.68 12.8 Singapura 2.17 - Afrika Selatan 6.72 - Sweden 5.96 11.7 Turki 1.37 28.2 Inggris 11.75 18.8
Di Amerika Serikat, pola minum berbeda di antara banyak kelompok etnis.
Persentase orang dewasa yang minum lebih tinggi untuk kulit putih daripada kelompok etnis lain seperti amerika-afrika/kulit hitam, Hispanik, Asia, dan penduduk asli Amerika (NCHS, 2009). Persentase orang dewasa yang minum pada saat-saat tertentu saja, jauh lebih tinggi untuk orang kulit putih, Hispanik, dan penduduk asli Amerika daripada orang berkulit hitam dan ras Asia. Beberapa tahun yang lalu, persentase orang dewasa yang minum beberapa minuman dalam sehari jauh lebih tinggi untuk penduduk asli Amerika daripada ras-ras lain di Amerika termasuk ras berkulit putih, namun pola konsumsi alkohol mereka telah berubah.
Permasalahan dalam Mengkonsumsi Alkohol
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa hampir 64% orang Amerika pada usia 18 keatas minum alkohol setidaknya sesekali. Sebagian besar dari orang-orang ini adalah peminum ringan hingga sedang yakni mengkonsumsi alkohol kurang dari 60 minuman sebulan. Banyak orang minum lebih banyak, namun tidak semuanya memenuhi kriteria untuk penyalahgunaan zat. Salah satu definisi dari peminum berat adalah yakni mengonsumsi lima atau lebih minuman pada satu kesempatan setidaknya satu sesi dalam satu bulan. Dengan menggunakan definisi ini, persentase peminum berat di Amerika saat ini yang minum paling tidak sekali-sekali adalah sekitar 10% untuk remaja, 42% untuk usia 18 hingga 25 tahun, dan 22% untuk orang dewasa di atas 25 (USBC, 2010). Sebagai perbandingan, dari orang Eropa berusia 15-16 tahun, 43% melaporkan terlibat dalam pesta minuman keras dalam sebulan terakhir, dan 39% mengatakan mereka telah mabuk pada tahun lalu (ESPAD, 2009). Penyalahgunaan alkohol, yang disebut sebagai peminum berat, melibatkan pesta minum lima kali atau lebih dalam sebulan (Kringetal., 2010). Pesta dan penggunaan minuman keras terjadi pada tingkat yang sangat tinggi di kampus- kampus, terutama di antara anggota persaudaraan asrama (Courtney & Polich, 2009; SAMHSA, 2008). Individu yang terlibat masalah yang berkaitan dengan minum, sebagian besar terlibat semenjak 5 tahun sejak mulai minum secara teratur (Sarason & Sarason, 1984). Kriteria untuk Penyalahgunaan Alkohol Perkiraan telah dibuat atas dasar proporsi individu pada waktu tertentu yang pernah menampilkan masalah ini. Dalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 17% orang dewasa di Amerika Serikat menjadi pecandu alkohol (Kring et al., 2010). Peminum bermasalah minum secara teratur dan menderita gangguan sosial dan pekerjaan oleh karenanya. Banyak dari mereka sering mabuk, minum sendiri pada siang hari, dan mengemudi di bawah pengaruh alkohol. Meskipun penyalahgunaan alkohol lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan, permasalahan ini kemungkinan besar terjadi antara usia 18 dan 25 untuk kedua jenis kelamin (McCrady, 1988; NIAAA, 2006). Lebih dari separuh dari mereka yang menyalahgunakan alkohol bergantung, atau kecanduan, dan dapat diklasifikasikan sebagai pecandu alkohol. Orang-orang ini telah mengembangkan toleransi yang sangat tinggi terhadap alkohol dan sering kali mengalami periode gelap atau kehilangan ingatan yang substansial; banyak pengalaman mengigau saat mereka berhenti minum. Siapa yang menyalahgunakan alkohol? Banyak orang memiliki citra sebagai pecandu alkohol khas sebagai laki-laki yang tampak kumuh, pengangguran, dan tidak memiliki keluarga atau teman berlaku hanya untuk sebagian kecil orang yang menyalahgunakan alkohol (Mayer, 1983; McCrady, 1988; NIAAA, 2006). Sebagian besar peminum bermasalah menikah, tinggal bersama keluarga, dan bekerja — dan banyak dari mereka adalah wanita. Meskipun orang-orang dari kelas sosial yang lebih rendah, terutama orang-orang tunawisma, berada pada risiko yang lebih besar daripada mereka yang berasal dari kelas yang lebih tinggi karena menyalahgunakan alkohol, sejumlah besar peminum bermasalah berasal dari kelas yang lebih tinggi dan memiliki pekerjaan berstatus tinggi. Masalah minum sangat jarang di masa kecil; prevalensinya meningkat pada masa remaja, meningkat tajam pada awal masa dewasa, dan secara bertahap menurun di seluruh usia di sana setelah (NIAAA, 2006). Penyalahgunaan alkohol adalah masalah sosial utama yang mempengaruhi sejumlah besar orang dari hampir semua segmen masyarakat di seluruh dunia.
Mengapa Orang Menggunakan dan Menyalahgunakan Alkohol
Dalam mengetahui mengapa orang menggunakan dan menyalahgunakan alkohol, kita perlu mempertimbangkan mengapa orang mulai minum keras. Alasan utama untuk mulai mengkonsumsi minuman beralkohol melibatkan faktor sosial dan budaya, terutama harapan yang terbentuk dari menonton orang lain menikmati diri mereka sambil minum (Thirlaway & Upton, 2009; Wood, Vinson, & Sher, 2001). Misalnya, semakin banyak remaja melihat adegan alkohol dalam film dan iklan di TV, semakin besar kemungkinan mereka untuk minum di masa depan (Dal Cin et al., 2009; Stacy et al., 2004). Minum di bawah umur lebih mungkin di kalangan remaja yang memiliki perasaan depresi yang tinggi, memiki teman-teman yang merupakan seorang peminum, memiliki nilai sekolah rendah, dan memiliki orang tua seorang pencandu alkohol serta tidak memberikan aturan untuk tidak minum (Fang, Schinke, & Cole, 2009). Anak-anak yang depresi, disakiti, atau diabaikan beresiko menjadi peminum berat pada masa remaja dan dewasa (Crum et al., 2008; Shin, Edwards, & Heeren, 2009). Remaja yang memutuskan untuk minum alkohol sebagian besar memiliki alasan yang sama pada saat mereka mulai meminum alkohol, namun faktor ini lebih kuat tingkatannya ditambah juga dengan faktor lainnya, seperti faktor teman sebaya. Meskipun remaja sering mulai minum sesekali di bawah pengawasan orang tua mereka, seperti pada perayaan, konsumsi alkohol dapat meningkat ketika dengan teman sebaya di pesta atau di dalam mobil. Penelitian juga menunjukkan bahwa persentase remaja Amerika yang mengaku pernah mabuk sebulan terakhir memiliki tingkatan yang tinggi oleh orang yang tidak memiliki rencana untuk berkuliah daripada bagi mereka yang memiliki rencana. Individu yang mulai minum secara teratur pada masa remaja awal berada pada risiko tinggi minum berat di masa dewasa (Pitkanen, Lyyra, & Pulkkinen, 2005). Pada remaja akhir dan dewasa awal, peminum sering minum alkohol dan hampir selalu memiliki kehidupan sosial, dengan teman-teman di pesta atau di bar. Aspek sosial memiliki andil yang besar dalam diri seorang peminum (McCarty, 1985; Thirlaway & Upton, 2009). Pertama, dalam peminum sosial, proses modelling memengaruhi perilaku — misalnya, orang cenderung menyesuaikan tingkat minum mereka untuk menyamai rekan mereka. Kedua, minum secara sosial menciptakan norma subyektif pada individu bahwa perilaku tersebut sesuai dan diinginkan. Seiring berlanjutnya perilaku meminum alkohol, kekuatan perilaku meningkat melalui penguatan positif dan negatif dan cue terkait dengan zat berkembang (Baker, Brandon, & Chassin, 2004; Cunningham, 1998; Thirlaway & Upton, 2009). Individu dapat menerima dorongan positif untuk minum jika mereka menyukai rasa minuman atau perasaan yang mereka dapatkan dari itu, atau jika mereka berpikir mereka berhasil dalam transaksi bisnis atau hubungan sosial sebagai konsekuensi dari minum. Memiliki pengalaman memperkuat dengan minum meningkatkan harapan mereka untuk konsekuensi yang diinginkan ketika memutuskan untuk minum di masa depan (Adesso, 1985; Stacy, 1997). Dalam hal penguatan negatif yaitu, pengurangan situasi yang tidak menyenangkan — kami telah melihatnya orang sering menggunakan alkohol untuk mengurangi stres dan emosi yang tidak menyenangkan. Mereka mungkin, misalnya, minum untuk menekan pikiran negatif atau perasaan cemas dalam situasi sosial (Gilles, Turk, & Fresco, 2006; Zack et al., 2006). Tetapi efek alkohol pada emosi negatif tidak begitu sederhana. Meskipun para peminum melaporkan bahwa alkohol mengurangi ketegangan dan meningkatkan suasana hati mereka, tampaknya melakukannya hanya dengan beberapa minuman pertama yang mereka konsumsi dalam sebuah seri. Setelah orang mengonsumsi banyak minuman, tingkat kecemasan dan depresi mereka biasanya meningkat (Adesso, 1985; Davidson, 1985; Hull & Bond, 1986). Dalam kasus-kasus trauma berat, seperti menyaksikan terorisme, penggunaan alkohol dapat meningkat selama beberapa tahun (DiMaggio, Galea, & Li, 2009). Mengapa kebanyakan orang dapat minum secukupnya, tetapi yang lain menjadi peminum yang bermasalah? Terdapat empat perbedaan psikososial antara orang-orang ini. Pertama, dibandingkan dengan individu yang tidak menyalahgunakan alkohol, mereka yang lebih mungkin untuk melihat lebih sedikit konsekuensi negatif untuk minum (Hansen, Raynor, & Wolkenstein, 1991). Kedua, peminum berat cenderung mengalami tingkat stres yang tinggi dan hidup di lingkungan yang mendorong minum. Misalnya, remaja yang menyalahgunakan alkohol lebih mungkin mengalami trauma besar, seperti serangan fisik, dan memiliki anggota keluarga yang minum banyak (Kilpatrick et al., 2000). Ketiga, peminum berat dapat membentuk isyarat-isyarat substansi yang sangat kuat: mereka mengembangkan reaksi fisiologis yang tinggi dan perasaan positif terhadap rangsangan terkait alkohol, seperti melihat atau mencium minuman keras, terutama ketika alkohol tersedia (Turkkan, McCaul, & Stitzer, 1989). Keempat, orang yang minum secukupnya lebih cenderung menggunakan strategi kontrol alkohol, seperti menghindari situasi untuk minum minuman beralkohol(Sugarman & Carey, 2007). Tetapi jawaban lengkap mengapa orang menjadi peminum bermasalah juga termasuk faktor perkembangan dan biologis. Contohnya, 1. Faktor keturunan juga memainkan peran yang jauh lebih kuat ketika pelecehan dimulai sebelum usia 25 daripada sesudahnya (Kranzler & Anton, 1994). 2. Orang-orang dengan riwayat keluarga alkoholik mempunyai toleransi terhadap alkohol, oleh karena itu individu ini minum dalam jumlah yang lebih banyak untuk merasakan efek yang sama, dengan orang lain (Morzorati et al., 2002). 3. Orang-orang dengan pola gen spesifik mengalami hasrat yang lebih kuat terhadap alkohol setelah minum daripada orang lain (Hutchinson et al., 2002). 4. Beberapa bukti menunjukkan bahwa orang-orang dengan memiliki faktor genetik ketergantungan akan alkohol menemukan alkohol lebih menguntungkan setiap kali mereka minum. Namun bagi orang biasa yang tidak memiliki faktor gen ini sebaliknya tidak merasakannya (Newlin & Thompson, 1991).
Faktor genetik tampaknya bergabung dengan proses psikososial, terutama pengkondisian,
dalam pengembangan masalah minum.
Alkohol dan Kesehatan
Minum terlalu banyak dikaitkan dengan berbagai bahaya kesehatan bagi peminum dan untuk orang-orang yang mungkin dirugikannya. Peminum bisa membahayakan orang lain dalam beberapa cara. Wanita hamil yang minum lebih dari dua gelas sehari menempatkan bayi mereka pada risiko besar untuk kesehatan. masalah, seperti lahir dengan berat badan lahir rendah atau sindrom alkohol janin, yang melibatkan gangguan perkembangan sistem saraf, cacat kognitif, dan fisik (Gray, Mukherjee, & Rutter, 2009; Wood, Vinson, & Sher, 2001). Minum lebih sedikit selama kehamilan dikaitkan dengan gangguan kemampuan belajar pada anak. Saran paling aman untuk wanita hamil adalah tidak minum sama sekali. Alkohol juga meningkatkan kemungkinan bahwa individu akan membahayakan dirinya sendiri dan orang lain melalui berbagai jenis kecelakaan, seperti dari tidak sengaja menembakkan pistol mengalami kecelakaan saat beraktifitas (Taylor et al., 2008; Wood, Vinson, & Sher, 2001). Pengemudi yang mabuk adalah penyebab utama kematian di Amerika Serikat: lebih dari 17.600 kematian dalam lalu-lintas setiap tahun dikaitkan dengan penggunaan alkohol (NHTSA, 2008). Mengkonsumsi alkohol merusak kinerja kognitif, perseptual, dan motorik selama beberapa jam, terutama yang pertama 2 atau 3 jam setelah minuman dikonsumsi. Tingkat pengalaman orang yang menderita dapat sangat bervariasi dari satu orang ke orang berikutnya dan tergantung pada tingkat minum dan orang yang berkeringat. Orang-orang menilai berapa banyak minuman yang dapat mereka miliki sebelum terlibat dalam aktivitas berbahaya dapat menjadi sulit karena beberapa alasan. Pertama, banyak orang memiliki kesalahpahaman tentang efek alkohol, seperti percaya bahwa minum dengan perut penuh mencegah mabuk, atau berpikir, '' Saya akan baik-baik saja segera setelah saya berada di belakang kemudi. '' Sebuah penelitian menemukan bahwa siswa Meremehkan dampak bahwa alkohol memiliki 2 atau 3 jam setelah minum, berpikir bahwa minuman di kemudian hari dalam sebuah seri memiliki dampak yang kurang dari pasangan pertama, dan meremehkan efek bir dan anggur relatif terhadap minuman campuran (Jaccard & Turrisi, 1987). Kedua, orang cenderung untuk '‘super- size’ ’minuman yang mereka buat sendiri, dan masih menganggapnya sebagai‘ ‘minuman tunggal,’ terutama jika gelasnya besar (White et al., 2003). Jadi, jika kami mencoba mengukur seberapa mabuknya kami dengan menghitung jumlah minuman keras, kami dapat meremehkan efeknya. Peminum berat jangka panjang berisiko mengalami beberapa masalah kesehatan (Thirlaway & Upton, 2009; Wood, Vinson, & Sher, 2001). Salah satu risiko utama adalah penyakit hati yang disebut sirosis. Peminum berat dalam waktu lama dapat menyebabkan sel-sel hati mati dan digantikan oleh jaringan parut permanen yang tidak berfungsi. Ketika jaringan parut ini menjadi luas, hati kurang mampu membersihkan darah dan mengatur komposisinya. Peminum berat juga memiliki risiko kesehatan lainnya: telah dikaitkan dengan perkembangan beberapa bentuk kanker, tekanan darah tinggi, kerusakan jantung dan otak. Pertama, semakin banyak orang mengonsumsi alkohol selama bertahun-tahun, semakin tinggi tekanan darahnya (Tayloretal., 2009). Kedua, kerusakan otak pada peminum berat terjadi pada beberapa struktur sistem saraf pusat dan dapat mengganggu fungsi perseptual dan memori mereka (Ansteyet al., 2006; Parsons, 1986). Fungsi-fungsi ini dapat pulih secara bertahap setelah orang tersebut berhenti minum, tetapi beberapa gangguan dapat bertahan selama setahun atau tidak pernah hilang. Seperti yang Anda duga, peminum berat jangka panjang memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi daripada orang lain (Schutte et al., 2003; Thun et al., 1997). Tetapi jika mereka berhenti, risiko kematian mereka sangat menurun dalam beberapa tahun. Beberapa orang percaya bahwa minum secukupnya — minum, katakan, minum atau dua kali setiap hari — baik untuk kesehatan mereka, dan mereka mungkin benar. Studi prospektif jangka panjang dari ribuan orang telah menemukan bahwa orang yang minum alkohol dalam jumlah ringan atau sedang, terutama anggur, setiap bulan memiliki tingkat morbiditas dan mortalitas yang lebih rendah daripada mereka yang minum banyak atau yang tidak minum sama sekali (Grønbæk et al ., 2000; Sacco et al., 1999; Thun et al., 1997). Apakah minum sedang menyebabkan kesehatan yang lebih baik? Tampaknya hal itu, sebagian besar dengan menghasilkan perbaikan substansial dalam faktor risiko kardiovaskular, seperti kadar kolesterol darah (Mukamal & Rimm, 2001). Meskipun semua jenis alkohol, dikonsumsi sebagai satu atau dua gelas sehari, dapat meningkatkan kesehatan, anggur tampaknya memiliki efek terkuat karena zat yang dikandungnya (Corder et al., 2001; Klatsky dkk., 2003; Stein dkk. , 1999). Alasan lain untuk manfaat kesehatan dari minum sedang adalah bahwa alkohol mempengaruhi respons tubuh terhadap stres, mengurangi reaksi kardiovaskular dan endokrin (misalnya, produksi katekolamin) (Levenson, 1986). Namun seperti yang kita lihat, jumlah alkohol yang lebih besar dapat merusak kesehatan.
Pencegahan dalam Penggunaan dan Penyalahgunaan Alkohol
1. Dalam Sekolah Sekolah adalah bagian utama dari kehidupan sebagian besar anak muda dan, dengan demikian, memberikan pengaturan kritis untuk upaya pencegahan dan intervensi. a. Perbaiki kesalahpahaman bahwa semua mengkonsumsi alkohol minum. b. Ajarkan cara untuk mengatakan tidak pada alkohol. c. Gunakan teknik pengajaran interaktif (mis., Kegiatan kelompok kecil, permainan peran, dan pemimpin dengan usia yang sama). d. Libatkan orang tua dan segmen masyarakat lainnya. e. Tinjau kembali topik selama bertahun-tahun untuk memperkuat pesan pencegahan. f. Berikan pelatihan dan dukungan untuk guru dan siswa.
2. Pencegahan Keluarga Berfokus untuk Remaja
Faktor keluarga sangat memengaruhi apakah seorang remaja akan mulai menggunakan alkohol. Misalnya, kurangnya hubungan orangtua dan anak yang positif atau riwayat keluarga yang memiliki masalah dengan alkohol, keduanya dapat meningkatkan risiko. Di sisi lain, seorang anak yang memiliki ikatan keluarga yang kuat dengan orang tuanya dan yang memiliki orang tua yang secara aktif terlibat dalam kehidupannya sering lebih kecil kemungkinannya untuk terlibat dalam minum di bawah umur 22–24 Karena pengaruh keluarga sangat penting dalam Membentuk perilaku masalah remaja, program yang berfokus pada praktik pengasuhan komunikasi orangtua dan anak, ikatan orangtua dan anak, serta manajemen keluarga yang efektif dapat mengurangi perilaku bermasalah pada anak-anak dan remaja. Intervensi yang berfokus pada keluarga dapat berhasil baik untuk populasi umum dan untuk keluarga dengan remaja yang menunjukkan perilaku tunggakan yang lebih serius. Sejumlah program yang menjanjikan telah dirancang untuk kelompok usia remaja yang berbeda. 3. Pencegahan Minuman Keras pada Kalangan tingkat Mahasiswa Konsumsi minuman keras terutama pesta minuman keras di kalangan mahasiswa tetap menjadi perhatian utama orangtua dan institusi pendidikan. Program yang hanya memberikan informasi tentang alkohol dan bahaya terkait alkohol belum ditemukan efektif di kalangan mahasiswa. Meskipun demikian, program seperti itu sering disukai oleh institusi karena mereka murah, mudah dilaksanakan, dan tidak kontroversial. Strategi pencegahan yang menunjukkan keberhasilan paling banyak dengan kelompok usia ini yakni dengan memberikan pendekatan intervensi motivasi singkat, intervensi kognitif-perilaku, dan menantang harapan siswa. Intervensi motivasi berfokus pada peningkatan motivasi dan komitmen siswa untuk mengubah perilakunya. Biasanya disampaikan dalam satu atau dua sesi, sesi tersebut dapat dilakukan melalui surat, online, atau secara langsung. Intervensi kognitif-perilaku berusaha mengubah perilaku dengan membantu siswa untuk mengenali kapan dan mengapa dia minum terlalu banyak dan kemudian menyediakan alat untuk mengubah perilaku itu. Menantang harapan siswa termasuk meningkatkan kesadaran mereka tentang bagaimana alkohol mempengaruhi kesehatan, kesejahteraan hidup dan mengoreksi kesalahan persepsi tentang penggunaan alkohol yang benar-benar terjadi di antara rekan-rekan mereka. Pendekatan ini sangat efektif ketika digabungkan dengan umpan balik individual dari konselor terlatih atau dari siswa itu sendiri menggunakan bahan berbasis web dan sumber daya lainnya. Sejumlah situs pendidikan daring sekarang tersedia yang menggabungkan fitur-fitur yang ditemukan dalam individu motivasi- perilaku yang efektif atau motivasi singkat intervensi. Ini termasuk myStudentBody, CollegeAlc, Alkohol eCheckup to Go (sebelumnya dikenal sebagai e-Chug), dan AlcoholEdu. Sumber daya ini semua menggabungkan umpan balik pribadi berdasarkan informasi siswa sendiri tentang perilaku minumnya. Para siswa dapat melihat bagaimana minum mereka sendiri dibandingkan dengan teman sebaya mereka. Program-program ini biasanya menggabungkan komponen interaktif bersama dengan informasi tentang alkohol dan dampaknya. Beberapa juga memberikan siswa dengan tips tentang bagaimana membangun keterampilan untuk memantau dan membatasi minum mereka. Mahasiswa minum tidak dibatasi pada kampus-kampus - siswa minum di luar kampus di komunitas sekitar. Kemitraan antara perguruan tinggi dan masyarakat dapat membantu menegakkan hukum yang terkait dengan pengaturan dan mempertahankan usia minum minimum, mengurangi mengemudi dengan gangguan alkohol, menaikkan harga minuman beralkohol, membatasi jumlah toko yang menjual alkohol, dan melatih pengecer untuk menyediakan layanan minuman yang bertanggung jawab. Namun, kolaborasi ini dengan mitra masyarakat, seperti kepolisian dan pemerintah daerah, mungkin sulit untuk dikembangkan.