Sie sind auf Seite 1von 19

Porno Grafi & Porno Aksi

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat karunia
dan rahmat-Nyalah kami dari kelompok 11 dapat menyelesaikan makalah ini dengan
sebaik-baiknya. Makalah ini berisi penjelasan tentang persoalan pornografi & pornoaksi
yang semakin marak terjadi khususnya di Negeri Indonesia ini. Kami telah merangkum
dari informasi yang kami dapatkan baik dari media cetak maupun media elektronik.
Makalah ini disusun supaya pembaca dapat lebih mengembangkan pengetahuan
tentang kesosiologian dan mampu mengenal jati diri sendiri, peranan atau fungsinya di
tengah masyarakat, serta mengenal nilai dan norma sosial yang berlaku, sehingga dapat
diharapkan terhindar dari perilaku menyimpang khusunya yeng berkaitan tentang harga
diri.
Bertitik tolak dari itu, maka makalah ini disusun secara berurut, rapi, dan mudah
untuk dipahami, supaya tidak terjadi kekeliruan pada para pembaca.Oleh sebab itu kami
berterimakasih kepada dosen pembimbing dalam mengerjakan makalah ini.
Kami selaku penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang ada relevasinya dengan penyempurnaan
makalah ini, sangat kami harapkan. Kritik dan saran sekecil apapun akan kami perhatikan
dan pertimbangkan guna penyempurnaan makalah-makalah kami selanjutnya.
Akhir kata, semoga makalah ini mampu memberikan manfaat bagi para pembaca.

Pekanbaru, Juli 2011


Penyusun

DAFTAR ISI
JUDUL HAL
SAMPUL 01
KATA PENGANTAR 02
DAFTAR ISI 03
BAB 1 PENDAHULUAN 04
 I.1 Latar Belakang Masalah 04
 I.2 Rumusan Masalah 06
 I.3 Tujuan Penulisan 06
 I.4 Manfaat Penulisan 06
 I.5 Metode Penulisan 07
BAB II PEMBAHASAN 08
 II.1 Sekilas Perkembangan Pornografi di Indonesia 08
 II.2 Persentase Pertumbuhan Kasus Porno di Dunia & Indonesia 09
 II.3 Dampak dari Pornografi & Pornoaksi 12
 II.4 Cara Meningkatkan Kesadaran Kepada Masyarakat 14
 II.5 Aturan Hukum Negara Indonesia 16
BAB III SIMPULANA & SARAN 18
 III.1 Simpulan 18
 III.2 Saran 20
BAB IV LITERATUR 21

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah


Era Reformasi sampai saat ini telah menghembuskan udara kebebasan di benak rakyat.
Kebebasan ini mencakup kebebasan untuk berekspresi maupun kebebasan untuk menuntut hak-
hak yang belum terpenuhi. Namun, kebebasan tanpa ada batasan jelas yang mengatur tentang
kebebasan itu sendiri pada akhirnya akan membawa dampak yang dapat berakibat pada
menurunnya moralitas bangsa. Kebebasan berekspresi terutama melalui dalam dunia seni dan
perfilman telah semakin mengaburkan nilai-nilai kesopanan di tengah-tengah masyarakat. Hal ini
bisa kita lihat dari banyaknya situs-situs, acara-acara televisi maupun film yang menyajikan
tayangan ‘seronok’. Sebut saja seperti film “Buruan Cium Gue” (2005) yang dulu sempat
dicekal oleh Lembaga Sensor Film Indonesia, karena dinilai terlalu banyak menampilkan adegan
yang tidak senonoh, dan kurang layak untuk dikonsumsi masyarakat. Terakhir, film “Suster
Keramas” (2009), diprotes oleh Majelis Ulama Indonesia karena dianggap mengusik tatanan
kesusilaan masyarakat. Kasus serupa yang masih lekat di ingatan kita yaitu pencekalan terhadap
penyanyi asal daerah Lamongan, Jawa Timur, Inul Daratista di sejumlah daerah Indonesia.
Pencekalan itu terjadi lantaran aksi jogetnya yang dianggap telah melampaui batas kesopanan
moral dan adat beragama.
Kebebasan berekspresi dalam dunia tekhnologi informasi melalui internet juga turut
berpengaruh dalam penyebaran informasi tanpa batas. Internet yang pada mulanya hanya
dikembangkan untuk kepentingan militer, riset dan pendidikan terus berkembang memasuki
seluruh aspek kehidupan umat manusia. Saat ini, internet telah membentuk masyarakat dengan
kebudayaan baru berupa masyarakat dengan kebebasan beraktivitas dan berkreasi yang hampir
tanpa batas. Namun dibalik itu, internet juga melahirkan permasalahan baru. Diantaranya muncul
kejahatan yang lebih canggih dalam bentuk “cybercrime”. Hal ini ditandai dengan berkembangan
pesatnya situs-situs porno dalam berbagai tampilan situs yang sangat menggoda.
Kebebasan berekspresi pada dunia Informatika ataupun pada dunia seni dan perfilman
seperti yang telah disebutkan di atas, pada akhirnya menimbulkan suatu fenomena baru yang
disebut dengan Pornografi. Tayangan-tayangan yang menampilkan pornografi dinilai dapat
merusak moralitas bangsa, mengikis akhlak serta menimbulkan tindak kriminalitas. Tanpa kita
sadari dampak dari pornografi dapat merusak kehidupan masyarakat sekarang dan generasi yang
akan datang terutama pada moral dan mental generasi muda, sebagai generasi penerus bangsa.
Sudah begitu banyak kasus kriminal dan tindakan asusila yang diberitakan di koran-koran
maupun televisi yang disebabkan oleh pornografi ini. Salah satunya adalah sebagai berikut:
 Indosiar.com, Lombok Timur - Seorang pemuda lulusan SD, nekat mencabuli keponakannya
sendiri yang baru berusia 7 tahun akibat pengaruh film porno yang ditontonnya. Tersangka
membujuk korban akan memberikan uang seribu rupiah, jika bersedia bermain kuda-kudaan
dengannya. (www.indosiar.com / 16 Januari 2010)
 SEMARANG ( Pos Kota ) – Seorang pembina Pramuka, Novi Wirahadi
Purnawan,23, mencabuli 6 siswi SMP di Tegal Jawa-Tengah, dibekuk polisi. Tersangka
mengaku perbuatannya itu dilakukan akibat pengaruh nonton film porno. (www.poskota.co.id /
12 Februari 2010)
 Newsroom - Pemprov Kalsel Banjarmasin (19/01/10) Berdasarkan data Komisi Perlindungan
Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kalsel, selama 2009 tercatat sebanyak 21 kasus kasus
pencabulan pelecehan dan perkosaan dari tahun 2008, namun ditahun 2009 terjadi peningkatan
menjadi 30 kasus sedangkan kasus kekerasan pada anak dari semula 9 kasus ditahun 2008 di
akhir tahun 2009 meningkat menjadi 32 kasus. Penyebab meningkatnya kasus anak berhadapan
dengan hukum ini sebagian besar dikarenakan faktor pergaulan, pornografi, ekonomi dan
kurangnya perhatian serta bimbingan dari orang tua. (www.kalselprov.go.id / 20 Januari 2010)
Peristiwa-peristiwa di atas seharusnya mampu membuka mata semua pihak akan bahaya
pornografi. Dengan melihat besarnya pengaruh fatal dari hal-hal yang berbau pornografi ini,
diperlukan adanya kesadaran terhadap bahaya pornografi dan pornoaksi. Di latar belakangi oleh
hal inilah, maka penulis tertarik untuk mengangkat tema “Upaya Peningkatan Kesadaran dan
Penanggulangan terhadap Bahaya Pornografi dan Pornoaksi” dalam penulisan Karya Tulis
Ilmiah ini.

I.2 Rumusan Permasalahan


a) Apakah yang dimaksud dengan pornografi & pornoaksi dan bagaimana perkembangannya di
Indonesia?
b) Berapakah persentase pertumbuhan kasus porno di Dunia & di Indonesia ?
c) Apakah dampak yang di timbulkan dari melihat aksi pornogarafi & pornoaksi?
d) Bagaimana caranya meningkatkan kesadaran dan penanggulangan terhadap bahaya Pornografi
dan Pornoaksi?
e) Bagaimana aturan hukum negara kita untuk memberi aturan terhadap aksi pornogarafi &
pornoaksi?
I.3 Tujuan Penulisan Makalah ini
a) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pornografi dan bagaimana perkembangannya di
Indonesia.
b) Untuk mengetahui persentase pertumbuhan kasus porno di Dunia & di Indonesia.
c) Untuk mengetahui apakah dampak yang di timbulkan dari melihat aksi pornogarafi & pornoaksi.
d) Untuk mengetahui bagaimana caranya menanggulangi dan meningkatkan kesadaran masyarakat
terhadap bahaya pornografi dan pornoaksi.
e) Untuk mengetahui bagaimana aturan hukum negara kita untuk memberi aturan terhadap aksi
pornogarafi & pornoaksi .

I.4 Manfaat Penulisan Makalah ini


a. Secara teoritis, sebagai bahan informasi dan sumbangan pemikiran dalam usaha untuk
meningkatkan kesadarn terhadap bahaya pornografi dan pornoaksi yang penulis dapatkan setelah
melalui serangkaian penghimpunana data.

b. Secara praktis, diharapkan dapat memberikan dan menumbuhkan kesadaran dalam jiwa
individu, masyarakat, dan pemerintah terhadap bahaya pornografi dan pornoaksi dalam
kehidupan berbangsa, bermasyarakat dan bernegara serta memerikan dorongan agar masing-
masing individu, masyarakat dan pemerintah tersebut dapat memberikan kontribusi sesuai
dengan perannya masing-masing untuk meminimalisir bahaya pornografi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

I.5 Metode Penulisan

Metode yang kami gunakan adalah metode library riset dan cyber riset.

Libarary riset ialah metode yang merupakan tempat menghimpun data, informasi, berita,
& opini, yang di ambil dari Perpustakaan Pribadi Penulis, Perpustakaan Universitas Riau &
Perputakaan Kota Wilayah Pekanbaru pada tanggal 24 Juni 2010 – 30 Juni 2010.

Cyber riset ialah metode yang merupakan tempat menghimpun data, informasi, berita, &
opini, yang di ambil dari internet yang bersumber dari alamat terpercaya yang kami tuliskan di
bagian bab literatur, pada 24 Juni 2010 – 30 Juni 2010.

BAB II

PembahaSan
II.1 Sekilas Tentang Pornografi dan Pornoaksi serta Perkembangannya di
Indonesia
Pengertian ‘pornografi’ secara umum telah dipahami oleh setiap individu. Dengan pola
pikir individu yang berbeda, kata ‘pornografi’, terlepas dari konotasi positif dan negatifnya,
memiliki sejumlah arti yang hampir sama dalam keragaman komunitas masyarakat kita.
Pornografi sering dikonotasikan dengan pertunjukan seks, cabul, bagian tubuh terlarang yang
dipertontonkan (khususnya perempuan), dan segala bentuk aksi yang membuat pendengar atau
indidu yang menyaksikan terangsang layaknya manusia normal.
Secara terminologi, pornografi merupakan kata serapan dari Bahasa Inggris yang berasal
dari kata dalam Bahasa Yunani ‘porne’ dan ‘graphos’ yang berarti gambaran atau tulisan
mengenai wanita jalang. Atau dalam arti lain adalah tulisan tentang wanita susila. Berikut ini
beberapa definisi mengenai pornografi:
 Menurut definisi RUU Pornografi, "Pornografi adalah materi seksualitas yang dibuat oleh
manusia dalam bentuk gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak,
animasi, kartun, syair, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan komunikasi lain melalui
berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang dapat
membangkitkan hasrat seksual dan/atau melanggar nilai-nilai kesusilaan dalam masyarakat.
 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia : Pornografi adalah penggambaran tingkah laku secara
erotis dengan lukisan atau tulisan untuk membangkitkan nafsu berahi; bahan bacaan yang dengan
sengaja dan semata-mata dirancang untuk membangkitkan nafsu berahi.
 Oxford English Dictionary : Pornografi adalah pernyataan atau saran mengenai hal-hal yang
mesum atau kurang sopan di dalam sastra atau seni.
RUU Pasal 1 ayat 1, menyebutkan, “Pornografi adalah substansi dalam media atau alat
komunikasi yang dibuat untuk menyampaikan gagasan-gagasan yang mengeksploitasi seksual,
kecabulan, dan/atau erotika.” Pasal 1 ayat 2: “Pornoaksi adalah perbuatan mengekploitasi
seksual, kecabulan, dan/atau erotika di muka umum.

II.2 Persentase Pertumbuhan Kasus Porno di Dunia & di Indonesia

Persentase di Dunia :

Berdasarkan data yang diperoleh dari


Media Ide » Blog Archive » Statistik Situs Porno.htm, 12% situs di dunia ini
mengandung pornografi, 25% yang dicari melalui search engine adalah pornografi, 35%
dari data yang diunduh dari internet adalah pornografi, setiap detiknya 28.258 pengguna
internet melihat pornogafi, setiap detiknya $89.00 dihabiskan untuk pornografi di
internet, setiap harinya 266 situs porno baru.
Muncul kata “sex” adalah kata yang paling banyak dicari di internet, pendapatan
US dari pornografi di internet tahun 2006 mencapai $2.84 milyar, pengguna pornografi di
internet 72% pria dan 28% wanita, 70% traffic pornografi internet terjadi pada hari kerja
jam 9.00 – 17.00, diperkirakan kini ada 372 juta halaman website pornografi, Website
pornografi diproduksi 3% oleh Inggris, 4% oleh Jerman, dan 89% oleh US, Website
pornografi yang traffic-nya paling tinggi: AdultFriendFinder, menduduki peringkat ke-
49 dengan 7.2 juta pengunjung, sedangkan negara-negara yang melarang pornografi yaitu
Saudi Arabia, Iran, Bahrain, Mesir, Uni Emirat Arab, Kuwait, Malaysia, Indonesia,
Singapura, Kenya, India, Kuba, dan Cina.
Data lainnya menyebutkan, rata-rata usia anak berkenalan dengan internet
pornografi antara usia 11 tahun, sedangkan konsumen terbesar pornografi internet adalah
kelompok berumur 12-17 tahun yang dapat dikatakan sebagai remaja.
(www.indonesia.go.id).
Persentase di indonesia :

Berdasarkan data yang diperoleh dari buku “Kumpulan Kisah Inspiratif” dari Kick
Andy, Metro TV & BENTANG, yang berjudul “Jangan Bugil diDepan Kamera”
menuliskan bahwa: Saat ini lebih dari 500 video porno buatan Indonesia baik berbentuk
VCD,DVD,bahkan dari Ponsel ke Ponsel. Sangat mengejutkan 90 % dibuat oleh
mahasiwa dan pelajar yang setiap hari nya lebih dari dua film porno di produksi.
Hasil penelitian Sony Ady Setyawan, mahasiswa Yogyakarta mengungkapkan,
sebagian besar video porno di buat secara amatiran,berdasarkan keisengan belaka.
Kebanyakan menggunakan medi Ponsel yang direkam mulai dari adegan telanjang
sampai hubungan seks atau perkosaan. Sesungguhnya kita telah memasuki gelombang
keempat dalam dunia porno grafi seperti yang terjadi di Jepang.
Pornografi di Indonesia sangat mengkhawatirkan. Sony Setyawan, penulis buku
500 Gelombang Video Porno Indonesia dan penggagas kampanye “ Jangan Bugi didepan
Kamera” mengungkapkan pada 2001 menemukan 6-8 buah video porno buatan orang
Indonesia. Awalnya ia meramalkan lima tahun lagi jumlah video porno “Made in
Indoneia” naik sepuluh kali lipat. Tapi Ramalannya salah besar karena jumlah
peningkatannya lebih besar beberapa kalilipat dari dugaan sebelumnya, yaitu pada tahun
2006 telah mencapai lebih dari 500 buah!, 60 % berisi hubungan intim. Berdasarkan
paparanya Sony membuat tingkatan atau gelombang tentang Video Porno yaitu :
1. Video Porno yang dibuat secara amatiran/iseng.
2. Video Porno yang dibuat atas nama cinta.
3. Video Porno yang dengan Candid Camera ( Kamera Tersembunyi).
4. Video Porno yang dibuat karena ada unsur Komersial.
5. Video Porno yang dibuat dengan adegan kekerasan/pemerkosaan.
6. Video Porno yang dibuat dengan melibakan anak-anak.
Lantas Indonesia Sekarang Sudah di posisis mana?
Ya... Indonesia sudah dipossisi Ke lima karena dapat kita hitung pada tahun 2006 Video
Porno telah mencapai 500 buah bagai mana pada tahun 2010 ini. Berdasarkan data Sony
atas temuannya lagi di Negara kita ini setiap harinya ada 8-11 video Porno baru yang di
Produksi. Bila tak segera di henikan Kita akan sama dengan Jepang bukan karena
kepintarannya tapi kebodohan & kemiskinan moral jiwa.

Berikut ini adalah data Top Rank Negara yang tercatat paling sering mengakses
cyberporn melalui internet berdasarkan pengamatan Googletrends dari tahun 2005-2010:

1. India
2. Indonesia
3. Filipina
4. Australia
5. Selandia Baru
6. Irlandia
7. Inggeris
8. Kanada
9. Amerika Serikat
10. Jerman

(sumber:http://www.google.com/trendsq=cyber+porn&ctab=0&geo=all&date=all&sor
t=0)

Data di atas menunjukkan posisi Indonesia sebagai pengakses cyberporn diantara


deretan negara-negara lain di dunia. Dan dalam posisinya di dunia untuk pengakses
cyberporn, Indonesia berada di nomer urut dua. Hal ini berarti Indonesia tercatat sebagai
negara dengan tingkat konsumsi pornografi yang jauh lebih tinggi dibanding dengan
negara-negara Liberal seperti Inggris, Kanada, dan Amerika Serikat. Hal ini sangat
kontradiksi dengan citra negara Indonesia sebagai negara yang agamis, dan notabane
masih sangat menjunjung budaya Timur.
Berikut ini grafik mengenai perkembangan akses pornografi melalui internet di
wilayah Indonesia dari tahun 2004-2010:

Top Rank Kota pengakses cyberporn tertinggi melalui internet di Indonesia:


1. Jakarta
2. Semarang
3. Yogyakarta
4. Surabaya
5. Medan
6. Bandung
(sumber:http://trends.google.com/trends?q=PORN&ctab=0&geo=id&geor=all&da)

II.3 Dampak yang di Timbulkan dari Aksi Pornogarafi & Pornoaksi


Karena pornografi & pornoaksi saat ini sangat merajalela seolah-olah masyarakat
tidak tahu bahwa aksi atau perilaku seperti ini membawa dampak yang tidak bisa
dianaggap remeh, maka dampaknya bagi masyarakat sangat luas, baik psikologis, sosial,
etis maupun teologis. Secara psikologis, pornografi membawa beberapa dampak. Antara
lain, timbulnya sikap dan perilaku antisosial. Selain itu kaum pria menjadi lebih agresif
terhadap kaum perempuan. Yang lebih parah lagi bahwa manusia pada umumnya
menjadi kurang responsif terhadap penderitaan, kekerasan dan tindakan-tindakan
perkosaan. Akhirnya, pornografi akan menimbulkan kecenderungan yang lebih tinggi
pada penggunaan kekerasan sebagai bagian dari seks. Dampak psikologis ini bisa
menghinggapi semua orang, dan dapat pula berjangkit menjadi penyakit psikologis yang
parah dan menjadi ancaman yang membawa bencana bagi kemanusiaan.
Dilihat dampak sosialnya, dapat disebutkan beberapa contoh, misalnya meningkatnya
tindak kriminal di bidang seksual, baik kuantitas maupun jenisnya. Misalnya sekarang
kekerasan sodomi mulai menonjol dalam masyarakat, atau semakin meningkatnya
kekerasan seksual dalam rumah tangga. Contoh lain ialah eksploitasi seksual untuk
kepentingan ekonomi yang semakin marak dan cenderung dianggap sebagai bisnis yang
paling menguntungkan. Selain itu, pornografi akan mengakibatkan semakin maraknya
patologi sosial seperti misalnya penyakit kelamin dan HIV/AIDS. Dapat ditambahkan
bahwa secara umum pornografi akan merusak masa depan generasi muda sehingga
mereka tidak lagi menghargai hakikat seksual, perkawinan dan rumah tangga.
Dari segi etika atau moral, pornografi akan merusak tatanan norma-norma dalam
masyarakat, merusak keserasian hidup dan keluarga dan masyarakat pada umumnya dan
merusak nilai-nilai luhur dalam kehidupan manusia seperti nilai kasih, kesetiaan, cinta,
keadilan, dan kejujuran. Nilai-nilai tersebut sangat dibutuhkan masyarakat sehingga
tercipta dan terjamin hubungan yang sehat dalam masyarakat. Masyarakat yang sakit
dalam nilai-nilai dan norma-norma, akan mengalami kemerosotan kultural dan akhirnya
akan runtuh dan khaos.
Selain itu, secara rohani dan teologis dapat dikatakan bahwa pornografi akan merusak
harkat dan martabat manusia sebagai citra sang Pencipta/Khalik yang telah menciptakan
manusia dengan keluhuran seksualitas sebagai alat Pencipta untuk meneruskan generasi
manusia dari waktu ke waktu dengan sehat dan terhormat.
Dampak
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pornografi membawa dampak
sangat buruk bagi kehidupan manusia. Maka tidak bisa lain, harus ada usaha bersama
seluruh masyarakat melawan pornografi supaya tidak semakin jauh menjerumuskan kita
kepada pengingkaran akan hakikat kita sebagai manusia yang dikaruniai segala sesuatu
oleh sang Pencipta, termasuk seksualitas untuk tugas dan tujuan mulia, yaitu menciptakan
generasi manusia secara berkelanjutan dengan keadaan sehat jasmani dan rohani, jiwa
dan raga. Pornografi pastilah merusak kehidupan umat manusia pada umumnya, kini dan
di masa yang akan datang

II.4 Cara Meningkatkan Kesadaran dan Penanggulangan Terhadap Bahaya


Pornografi dan Pornoaksi Kepada Masyarakat
Berikut ini adalah dua upaya penanganan terhadap bahaya Pornografi ini. Pertama,
penganganan Internal, yaitu : meningkatkan ketahanan diri dan keluarga. Kedua,
penganganan Eksternal, yaitu : Adanya regulasi yang tegas dan payung hukum yang
memadai.

Dalam penanganan Internal, para orang tua diharapakan mampu menelaah


kembali pendidikan dasar agama yang bukan hanya teori di dalam setiap sumah tangga,
namun lebih menitik beratkan kepada praktek. Orang tua seharusnya tidak gagap
teknologi, dan mengevaluasi kembali cara berkomunikasi dengan anaknya. Ketersediaan
waktu untuk anak juga merupakan unsur yang selayaknya menjadi prioritas. Untuk
mengatasi badai pornografi yang semakin mengganas, orang tua tidak bisa bekerja
sendiri, tanpa mengalang kerjasama dengan berbagai pihak, yaitu : sesama anggota
keluarga, pihak sekolah, masyarakat, dan komunitas tempat anak bersosialisasi dan
beraktifitas.
Selain itu, setiap individu hendaknya memiliki kesadaran pribadi mengenai
dampak dari pornografi dan pornoaksi. Dengan adanya kesadaran masing-masing
individu diharapkan setiap pribadi memiliki pengendalian terhadap diri sendiri untuk
tidak melakukan perbuatan yang tidak senonoh dan melanggar norma agama dan
kesopanan. Individu yang menyadari bahaya pornografi, termasuk di dalamnya para
pelaku dunia seni, artis, dan para public figure, tentu akan memberikan contoh
berperilaku yang baik. Sehingga diharapkan, ke depannya kasus-kasus kriminalitas
seksual maupun beredarnya video-video tidak senonoh yang bukan konsumsi publik
dapat diminimalisir. Bagaimanapun, penanggulangan bahaya pornografi harus dimulai
dari kesadaran tiap individu untuk senantiasa memanfaatkan kebebasan informarsi,
kebebasan berkarya dan berekspresi yang sesuai dengan batasan agama dan kesusilaan.

Sedangkan dalam penanganan eksternal diperlukan adanya regulasi yang tegas


dan payung hukum yang memadai dalam bentuk sebuah UU. Adanya UU pornografi
dapat menciptakan lingkungan dan masyarakat yang lebih aman. Kepolisian dan
kehakiman dapat menjerat pelaku dengan ketentuan yang jelas, dan membuat pelaku jera.
Kelompok Penanggulangan Masalah Pornografi dan Pornoaksi oleh para perwakilan dari
instansi terkait seperti Menko, Kesra, Meneg PP. Menkominfo, Departemen Agama,
Kepolisian, Elemen Masyarakat Tolak Pornografi dan Kejaksaan Agung, pada bulan
Januari 2006 telah merumuskan beberapa upaya terhadap penanggulanagan pornografi
dan pornoaksi di Indonesia. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut (sumber:
www.depkominfo.go.id) :
 Teguran terhadap tayangan, barang cetakan, pelaku pornografi dan porno aksi oleh
penegak hukum (Polri dan Jaksa Agung)
 Perlunya aksi nyata pemerintah yang bersinergi dengan masyarakat secara terpadu dan
terkoordinasi dengan baik.
 Rencana Aksi Nasional Penghapusan Pornografi dan Pornoaksi yang didukung oleh dana
dan sarana yang memadai.upaya rehabilatasi dengan melakukan sosialisasi dan advokasi
kepada masyarakat yang telah menjadi korban tayangan-tayangan dan gambar-gambar
pornografi di tingkat nasional dan daerah.
 Dibentuknya rencana aksi penanggulangan pornografi dan pornoaksi untuk tahun 2006-
2010 dengan tujuan terbentuknya norma hukum dan tindakan hukum terhadap pelaku,
meningkatkan kesadaran masyarakat seluruh lapisan masyarakat akan bahaya pornografi
dan pornoaksi.encana aksi pena
 Meningkatkan koordinasi dan kemitraan antar pemangku kepentingan (stakeholders)
dalam penanggulangan pornografi dan pornoaksi serta meningkatkan upaya pencegahan
dan perlindungan terhadap korban pornografi dan pornoaksi.
 Kegiatan-kegiatan rencana aksi nasional yang akan dilakukan di antaranya
mengharmoniskan standar hukum internasional ke dalam hukum nasional di bidang
pencegahan, pemberantasan, dan penghukuman terhadap pornografi dan pornoaksi.
 Selain itu, adalah melakukan konsultasi dan lobi dalam rangka pengesahan UU Anti
Pornografi dan Pornoaksi dan UU Telematika; meninjau dan mengevaluasi berbagai
peraturan perundang-undangan maupun peraturan daerah yang merugikan upaya
penanggulangan pornografi dan pornoaksi, penetapan fatwa berbagai agama untuk
penanggulangan pornografi dan pornoaksi serta memperkuat koordinasi kepolisian,
kejaksaan dan kehakiman dalam menangani dan menuntaskan kasus-kasus pornografi
dan pornoaksi.

Upaya-upaya penanggulangan dan peningkatan kesadaran terhadap bahaya


pornografi dan pornoaksi yang disebutkan di atas bertujuan menjaga martabat perempuan
dan melindungi hak anak dan remaja, serta menghormati nilai-nilai budaya lokal yang
positif dan konstruktif, bagi pemantapan budaya bangsa. Untuk itu diharapkan seluruh
komponen bangsa agar bersikap proaktif dalam memberantas segala bentuk pornografi
dan pornoaksi, sehingga masyarakat indonesia benar-benar bersih dan aman dari bahaya
pornografi/pornoaksi.
II.5 Aturan Hukum Negara Indonesia untuk Memberi Aturan Terhadap Aksi Pornogarafi &
Pornoaksi

Kelemahan Hukum
Larangan pornografi sebenarnya telah diatur dalam hukum positif kita, diantaranya
adalah dalam KUHP, UU No 8/1992 tentang Perfilman, UU No 36/1999 tentang
Telekomunikasi, UU No 40/1999 tentang Pers dan UU No 32/2002 tentang Penyiaran.
Namun pada tahap aplikasi, beberapa UU ini tidak dapat bekerja dengan maksimal
karena mengandung beberapa kelemahan dan kekurangan pada substansinya, yaitu
perumusan melanggar kesusilaan yang bersifat abstrak/multitafsir, jurisdiksi yang bersifat
territorial dan perumusan beberapa istilah dan pengertiannya yang tidak mencakup
aktivitas pornografi diinternet, sistem perumusan sanksi pidana yang tidak tepat dan
jumlah sanksi pidana denda yang relatif kecil, sistem perumusan pertanggungjawaban
pidana korporasi/badan hukum yang tidak jelas dan tidak rinci, dan tidak adanya
harmonisasi tindak pidana dan kebijakan formulasi tindak pidana, baik pada tingkat
nasional, regional maupun internasional. Adanya kelemahan-kelemahan ini menunjukkan
perlu adanya amandemen bahkan pembaharuan hukum, agar hukum dapat menjangkau
penjahat-penjahat di dunia maya.

Upaya untuk memasukkan program internet kesekolah-sekolah, bahkan keseluruh


masyarakat yang ada dipelosok-pelosok negeri ini merupakan langkah yang sangat baik
dan perlu ditingkatkan. Namun peningkatan tersebut tentunya tidak hanya sebatas pada
kuantitasnya saja, yaitu sebanyak mungkin memberikan akses internet, tetapi juga harus
disertai pula dengan peningkatan kualitas dari para siswa/masyarakat yang nantinya akan
menjadi user atau pengguna internet tersebut. Sehingga internet dapat menjadi media
teknologi yang sehat untuk memperoleh informasi, menambah wawasan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, dan bukan menjadi media yang akan menimbulkan
masalah sosial baru yang berdampak negatif luas bagi anak-anak dan membutuhkan tidak
sedikit waktu, tenaga, pikiran dan biaya untuk memperbaikinya dimasa depan.
BAB III
SIMPULAN & SARAN
III.1 Simpulan
Pornografi bisa dikatakan memiliki usia yang tidak jauh berbeda dengan usia
manusia. Perkembangannya dari masa ke masa mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Pornografi sering dikonotasikan dengan pertunjukan seks, cabul, bagian
tubuh terlarang yang dipertontonkan (khususnya perempuan), dan segala bentuk aksi
yang membuat pendengar atau pelihat terangsang layaknya manusia normal. Istilah lain
yang tidak jauh berbeda arti dengan pornografi adalah ‘pornoaksi’. Pengertian pornoaksi
berdasarkan RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi, “pornoaksi” adalah perbuatan
mengeksploitasi seksual, kecabulan, dan/atau erotika di muka umum.
Pornografi di Indonesia adalah ilegal, namun penegakan hukumnya lemah dan
interpretasinya pun tidak sama dari zaman ke zaman. Perkembangan pornografi di
Indonesia kian meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari jumlah akses
terhadap situs porno yang dicatat melalui Googletrends yang menempatkan Indonesia
pada urutan nomer dua di dunia. Hal ini tentu meresahkan bangsa. Sebab kemudahan
akses terhadap pornografi ini pada akhirnya akan melahirkan perilaku-perilaku
menyimpang yang berujung pada dekadensi moral dan tindakan asusila. Bahaya
pornografi dan pornoaksi ini ibarat bom yang siap merusak akhlak maupun pikiran
pemuda Indonesia.
Maraknya peredaran pornografi dapat memicu kekerasan seksual dan perilaku
yang tidak sesuai dengan budaya bangsa dan tuntutan agama pada akhirnya akan dapat
merusak kualitas sumber daya manusia. Bahaya pornografi dan pornoaksi ini jika tidak
kita bendung dampaknya sangat merusak moral bangsa Indonesia, banyaknya
penyimpangan seksual, pembunuhan, pergaulan bebas merupakan riak-riak kecil akibat
dari derasnya informasi yang didapat generasi muda saat ini. Oleh karena itu pemerintah
dapat bekerja sama dengan lembaga masyarakat dan agama untuk menyelenggarakan
seminar maupun sosialisasi dalam rangka membendung dan memperbaiki moral bangsa
untu kedepannya. Untuk itu, perlu kesadaran semua pihak untuk menyadarkan
masyarakat dalam skala kecil atau keluarga dan masyarakat pada umumnya untuk
mengatasi dampak yang diakibatkan oleh pornografi ini.
Upaya peningkatan kesadaran ini tidak terlepas dari peranan pemerntah sebagai
aparat penegak hukum, kesadaran masyarakat sebagai lembaga kontrol sosial, serta
peranan masing-masing individu dalam menyadari besarnya bahaya pornografi dalam
kehidupan sehari-hari. Menyadari bahaya pornografi dan pornoaksi, berarti memahami
besarnya resiko dan akibat yang dihasilkan dari pornografi itu sendiri. Upaya penanganan
terhadap bahaya Pornografi ini dapat dilakukan melalui dua hal. Pertama, penganganan
Internal, yaitu : meningkatkan ketahanan diri dan keluarga. Kedua, penganganan
Eksternal, yaitu : Adanya regulasi yang tegas dan payung hukum yang memadai.

Dalam penanganan Internal, para orang tua untuk menelaah kembali pendidikan
dasar agama yang bukan hanya teori di dalam setiap sumah tangga, namun lebih menitik
beratkan kepada praktek. Selain itu, setiap individu hendaknya memiliki kesadaran
pribadi mengenai dampak dari pornografi dan pornoaksi. Dengan adanya kesadaran
masing-masing individu diharapkan setiap pribadi memiliki pengendalian terhadap diri
sendiri untuk tidak melakukan perbuatan yang tidak senonoh dan melanggar norma
agama dan kesopanan.

Sedangkan dalam penanganan eksternal diperlukan adanya regulasi yang tegas


dan payung hukum dalam bentuk Undang Undang. Untuk mengantisipasi dampak dari
pornografi dan pornoaksi maka sebagian kalangan di masyarakat berusaha menangkal
perubahan-perubahan dahsyat ini melalui Rancangan Undang-Undang Anti Pornografi
dan Pornoaksi. Meskipun RUU Pornografi diwarnai kontroversi sejak awal pengajuan
draft rancangannya, namun pada 28 Oktober 2008 RUU Pornografi resmi disahkan
menjadi Undang-Undang.
III.2 Saran

Pornografi dan pornoaksi di Indonesia senantiasa menuai pro dan kontra. Ada yang
menilai perlu ditanggulangi oleh pemerintah secara serius, namun ada pula yang menilai regulasi
dalam hal ini bukanlah suatu hal yang krusial di dalam suatu negara dibandingkan dengan
masalah lain seperti kemiskinan, krisis ekonomi, dan sebagainya. Meskipun aparat pemerintah
terkesan lamban dalam menyusun peraturan perundang-undangan mengenai pornografi, terlepas
dari berbagai kontroversi dalam pembahasan dan pengesahannya, lahirnya UU Pornografi patut
menjadi catatan kita, terutama dalam konteks upaya melahirkan produk hukum yang dapat
menjawab berbagai keresahan masyarakat terhadap bahaya maraknya pornografi dan pornoaksi.
Untuk itu, implementasi UU Pornografi di daerah membutuhkan partisipasi aktif semua pihak
agar bersikap proaktif dalam memberantas segala bentuk pornografi dan pornoaksi, sehingga
masyarakat indonesia benar-benar bersih dan aman dari bahaya pornografi/pornoaksi.
Upaya untuk menumbuhkan kesadaran terhadap bahaya pornografi dan pornoaksi ini
dapat dicapai melalui peran para pakar dan praktisi pendidikan agar dapat menghimbau dan
memelopori tumbuh-kembangnya pendidikan budi pekerti, penanaman nilai-nilai keagamaan dan
pendidikan karakter bangsa. Pemerintah juga bisa melakukan aksi pemblokiran situs porno di
internet, begitu pula terhadap produk media cetak pornografi seperti majalah yang kini kian
marak, seyogyanya ada keberanian pihak aparat hukum untuk melakukan penindakan.
Yang kita perlukan adalah keseragaman faham untuk memerangi bahaya dan dampak
pornografi. Jika setiap pihak telah sepakat bahwa pornografi perlu ditanggulangi, maka setiap
individu dapat memerikan saran dan kontribusi masing-masing sesuai dengan peranannya di
masyarakat. Kebijakan ini sesungguhnya merupakan ajakan untuk bersinergi bagi para pemuka
agama, bagi para pakar tekhnologi informatika, bagi orang tua, bagi para pemerintah, bagi para
pekerja seni, bagi para pendidik, dan setiap elemen masyarakat untuk menyeragamkan tujuan
dan memahami bahwa memang pornografi dan kekerasan bukanlah modal yang relevan untuk
membangun bangsa. Sehingga pada akhirnya, setiap dari kita dapat menjadi bagian dari solusi
dari permasalahan pornografi di Indonesia.
BAB IV
LITERATUR
IV.1 Literatur
Link Internet

http://www.menkokesra.go.id
http://www.depkominfo.go.id
http://www.kalselprov.go.id
http://www.indosiar.com
http://id.wikipedia.org
http://www.ubb.ac.id
http://riky-perdana.blogspot.com
http://trends.google.com
http://solution.wen.su
http://yusufhanafiah.blogspot.com
Artikel Referensi:
 “UU Pornografi” karya Drs Usman Yatim M.Pd
 “Studi Kasus Pornografi (Realitas Dan Tantangan Dalam Konteks Ke-
Indonesiaan)” karya Isyrokh Fuaidy Soetaman
 “Kumpulan Kisah Inspiratif ( Jangan Bugil diDepan Kamera)”, hal 32. Kick
Andy
 “Sosiologi Suatu Pengantar ( Masalah Sosial)”, bab 9. Soerjono Soekanto

Das könnte Ihnen auch gefallen

  • Laporan
    Laporan
    Dokument8 Seiten
    Laporan
    Meity Marlha Suki
    Noch keine Bewertungen
  • Rokok
    Rokok
    Dokument23 Seiten
    Rokok
    Meity Marlha Suki
    Noch keine Bewertungen
  • Bab 5
    Bab 5
    Dokument2 Seiten
    Bab 5
    Meity Marlha Suki
    Noch keine Bewertungen
  • Vitamin
    Vitamin
    Dokument4 Seiten
    Vitamin
    Meity Marlha Suki
    Noch keine Bewertungen
  • Biokimia 2
    Biokimia 2
    Dokument30 Seiten
    Biokimia 2
    Meity Marlha Suki
    Noch keine Bewertungen
  • Rokok
    Rokok
    Dokument23 Seiten
    Rokok
    Meity Marlha Suki
    Noch keine Bewertungen
  • Contoh Pendapat
    Contoh Pendapat
    Dokument29 Seiten
    Contoh Pendapat
    Meity Marlha Suki
    Noch keine Bewertungen
  • April
    April
    Dokument4 Seiten
    April
    Meity Marlha Suki
    Noch keine Bewertungen
  • SK Monitoring
    SK Monitoring
    Dokument2 Seiten
    SK Monitoring
    Meity Marlha Suki
    Noch keine Bewertungen
  • Contoh Pendapat
    Contoh Pendapat
    Dokument29 Seiten
    Contoh Pendapat
    Meity Marlha Suki
    Noch keine Bewertungen
  • April
    April
    Dokument4 Seiten
    April
    Meity Marlha Suki
    Noch keine Bewertungen
  • ST
    ST
    Dokument4 Seiten
    ST
    Meity Marlha Suki
    Noch keine Bewertungen
  • Sa 8 Naioni
    Sa 8 Naioni
    Dokument47 Seiten
    Sa 8 Naioni
    Meity Marlha Suki
    Noch keine Bewertungen
  • ST Lansia Yang Baru 2018
    ST Lansia Yang Baru 2018
    Dokument1 Seite
    ST Lansia Yang Baru 2018
    Meity Marlha Suki
    Noch keine Bewertungen
  • April
    April
    Dokument4 Seiten
    April
    Meity Marlha Suki
    Noch keine Bewertungen
  • Bab 2 PD
    Bab 2 PD
    Dokument2 Seiten
    Bab 2 PD
    Meity Marlha Suki
    Noch keine Bewertungen
  • Surat Kuasa
    Surat Kuasa
    Dokument1 Seite
    Surat Kuasa
    Meity Marlha Suki
    Noch keine Bewertungen
  • Sop Pemeriksaan HB
    Sop Pemeriksaan HB
    Dokument2 Seiten
    Sop Pemeriksaan HB
    Meity Marlha Suki
    Noch keine Bewertungen
  • April
    April
    Dokument4 Seiten
    April
    Meity Marlha Suki
    Noch keine Bewertungen
  • April
    April
    Dokument4 Seiten
    April
    Meity Marlha Suki
    Noch keine Bewertungen
  • GEGEG
    GEGEG
    Dokument2 Seiten
    GEGEG
    Meity Marlha Suki
    Noch keine Bewertungen
  • PD Bab 1
    PD Bab 1
    Dokument2 Seiten
    PD Bab 1
    Meity Marlha Suki
    Noch keine Bewertungen
  • Lagu Rohani
    Lagu Rohani
    Dokument4 Seiten
    Lagu Rohani
    Meity Marlha Suki
    Noch keine Bewertungen
  • Tugas Sela 2
    Tugas Sela 2
    Dokument6 Seiten
    Tugas Sela 2
    Meity Marlha Suki
    Noch keine Bewertungen
  • Kuliah I
    Kuliah I
    Dokument67 Seiten
    Kuliah I
    Meity Marlha Suki
    Noch keine Bewertungen
  • Pemba Has An
    Pemba Has An
    Dokument3 Seiten
    Pemba Has An
    Meity Marlha Suki
    Noch keine Bewertungen
  • Antipornografi 4
    Antipornografi 4
    Dokument6 Seiten
    Antipornografi 4
    Meity Marlha Suki
    Noch keine Bewertungen
  • Narkoba 1
    Narkoba 1
    Dokument5 Seiten
    Narkoba 1
    Meity Marlha Suki
    Noch keine Bewertungen
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokument2 Seiten
    Daftar Pustaka
    Meity Marlha Suki
    Noch keine Bewertungen
  • Antipornografi 2
    Antipornografi 2
    Dokument11 Seiten
    Antipornografi 2
    Meity Marlha Suki
    Noch keine Bewertungen