Sie sind auf Seite 1von 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap tahun hampir sekitar setengah juta warga dunia harus menemui ajalnya
karena persalinan, hal tersebut menarik perhatian yang cukup besar sehingga
dilakukannya berbagai usaha untuk menanggulangi masalah kematian ibu. Usaha
tersebut terlihat dari beberapa program yang dilaksanakan oleh organisasi
internasional misalnya program menciptakan kehamilan yang lebih aman (Making
Pregnancy Safer Program) yang dilaksanakan oleh World Health Organization
(WHO), atau program gerakan sayang ibu (safe motherhood program) yang
dilaksanakan oleh Indonesia sebagai salah satu rekomendasi dari konferensi
internasional di Mesir, Kairo tahun 1994. Selain usaha-usaha tersebut, ada pula
beberapa konferensi internasional yang juga bertujuan untuk menurunkan Angka
Kematian Ibu (AKI) seperti International Conference on Population and
Development, di Kairo, 1994 dan The World Conference on Women, di Beijing,
1995 (Rahima, 2003).

Menurut survey demografi Indonesia /SDKI angka kematian ibu 2005 202/100 ribu
KH dan pada tahun 2007 menjadi 228 /100 ribu KH, sedangkan target pada tahun
2015 102/100 ribu KH melalui pelaksanaan MPS. Dengan salah satu pesan kunci
yaitu setiap komplikasi obstetri neonatal mendapat pelayanan yang adekuat. Hal
tersebut dapat terwujud apabila dilakukan pemeriksaan Antenatal yang adekuat
minimal 4 kali selama kehamilan.
Secara nasional cakupan cakupan kunjungan k4 ibu hamil per provinsi pada tahun
2008, DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Sumatera Utara menempati peringkat 3
tertinggi yaitu masing-masing 95,78%, 95,78%, dan 94,53%. Sedangkan Papua
(38,46%), Sulawesi Barat (64,02%), dan Maluku (64,02%) merupakan 3 provinsi
dengan cakupan K4 terendah. Terjadi kesenjangan yang besar antara provinsi
dengan cakupan K4 tertinggi (95,78) dan terendah (38,46%), walaupun
dibandingkan dengan tahun 2007 keduanya mengalami peningkatan dengan
cakupan tertinggi 93% dan terendah 25%.

Salah satu upaya yang dikembangkan oleh Depkes RI dalam rangka mengurangi
angka kesakitan, resiko tinggi, kematian maternal dan neonatal adalah dengan
mengupayakan pemberdayaan keluarga dan masyarakat melalui penggunaan buku
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan
buku catatan dan informasi tentang kesehatan ibu dan anak yang terdiri dari
beberapa kartu kesehatan dan kumpulan berbagai materi penyuluhan KIA. Buku
KIA sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga karena bisa memberikan informasi
lengkap tentang kesehatan ibu dan anak, mengetahui adanya resiko tinggi
kehamilan serta mengetahui kapan dan jenis pelayanan apa saja yang dapat
diperoleh di tempat pelayanan kesehatan. Selain itu Buku KIA merupakan alat
untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan atau masalah kesehatan ibu dan
anak, alat komunikasi dan penyuluhan dengan informasi yang penting bagi ibu dan
masyarakat mengenai pelayanan, kesehatan ibu dan anak termasuk rujukannya dan
paket (standar) pelayanan KIA, gizi, imunisasi, dan tumbuh kembang anak (Depkes
RI, 2003).

Dari data yang ada di Puskesmas Kemiling tahun 2009 di diketahui bahwa Wilayah
Kerja Puskesmas Kemiling memiliki sasaran ibu hamil sebanyak 717 orang,
dari jumlah tersebut diketahui pula jumlah ibu hamil yang mendapatkan buku KIA
baru mencapai 147 orang (20,5%).

Di Kota Bandar Lampung pada tahun 2009 proporsi ibu hamil yang mendapatkan
buku KIA sebanyak 17.806 (96,6%) jumlah buku KIA yang didistribusikan ke
seleluruh wilayah puskesmas di Kota Bandar Lampung sebanyak 15.600 buku,
sementara sasaran ibu Hamil di Kota Bandar Lampung pada tahun 2009 adalah
18.432 ibu hamil jadi di Kota Bandar Lampung tidak seluruh ibu hamil
mendapatkan buku KIA (Kesga Dinas kesehatan Kota Bandar Lampung Tahun
2009).

Hasil pra survey di Puskesmas Kemiling Januari 2010 didapatkan sebanyak 14


orang ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya. Dari 14 orang ibu hamil
tersebut 6 orang (42,85%) diantaranya sudah memiliki buku KIA dan pernah
membacanya, namun belum mengerti tentang manfaat dari penggunaan buku KIA,
sedangkan 8 orang lainnya (57,14%) belum memiliki buku KIA.

Berdasarkan latar belakang dan fenomena tersebut di atas, peneliti sangat tertarik
untuk meneliti tentang gambaran pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya buku
KIA di Puskesmas ZZZ tahun 2010”

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Pengertian

Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak
balita serta anak prasekolah.
Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA merupakan upaya memfasilitasi masyarakat
untuk membangun sistem kesiagaan masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat
darurat dari aspek non klinis terkait kehamilan dan persalinan
Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan
untuk masyarakat, dalam hal penggunaan alat transportasi/ komunikasi (telepon
genggam, telpon rumah), pendanaan, pendonor darah, pencatatan-pemantaun dan
informasi KB.
Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada
masyarakat, pemuka masyarakat serta menambah keterampilan para dukun bayi serta
pembinaan kesehatan di taman kanak-kanak.

Tujuan

1. Tujuan Umum
Tujuan program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya kemampuan hidup sehat
melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan keluarganya untuk
atau mempercepat pencapaian target Pembangunan Kesehatan Indonesia yaitu
Indonesia Sehat 2010, serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin
proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas
manusia seutuhnya.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan perilaku) dalam mengatasi
kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat guna dalam
upaya pembinaan kesehatan keluarga, Desa Wisma, penyelenggaraan Posyandu dan
sebagainya.
b. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara
mandiri di dalam lingkungan keluarga, Desa Wisma, Posyandu dan Karang Balita,
serta di sekolah TK.
c. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas dan ibu menyusui.
d. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu
menyusui, bayi dan anak balita.
e. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh
anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak prasekolah, terutama
melalui peningkatan peran ibu dalam keluarganya.

Kegiatan

1. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan menyusui serta bayi, anak balita dan anak
prasekolah.
2. Deteksi dini faktor resiko ibu hamil.
3. Pemantauan tumbuh kembang balita.
4. Imunisasi Tetanus Toxoid 2 kali pada ibu hamil serta BCG, DPT 3 kali, Polio 3 kali
dan campak 1 kali pada bayi.
5. Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan program
KIA.
6. Pengobatan bagi ibu, bayi, anak balita dan anak pra sekolah untuk macam-macam
penyakit ringan.
7. Kunjungan rumah untuk mencari ibu dan anak yang memerlukan pemeliharaan
serta bayi-bayi yang lahir ditolong oleh dukun selama periode neonatal (0-30 hari)
8. Pengawasan dan bimbingan kepada taman kanak-kanak dan para dukun bayi serta
kader-kader kesehatan.

Sistem kesiagaan di bidang KIA di tingkat masyarakat terdiri atas :

1. Sistem pencatatan-pemantauan
2. Sistem transportasi-komunikasi
3. Sistem pendanaan
4. Sistem pendonor darah
5. Sistem Informasi KB.
Proses Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini tidak hanya proses memfasilitasi
masyarakat dalam pembentukan sistem kesiagaan itu saja, tetapi juga merupakan
proses fasilitasi yang terkait dengan upaya perubahan perilaku, yaitu:
Upaya mobilisasi sosial untuk menyiagakan masyarakat saat situasi gawat darurat,
khususnya untuk membantu ibu hamil saat bersalin.
2. Upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menurunkan angka
kematian maternal.
3. Upaya untuk menggunakan sumberdaya yang dimiliki oleh masyarakat dalam
menolong perempuan saat hamil dan persalinan.
4. Upaya untuk menciptakan perubahan perilaku sehingga persalinan dibantu oleh
tenaga kesehatan profesional.
5.Merupakan proses pemberdayaan masyarakat sehingga mereka mampu mengatasi
masalah mereka sendiri.
6. Upaya untuk melibatkan laki-laki dalam mengatasi masalah kesehatan maternal.
7. Upaya untuk melibatkan semua pemanggku kepentingan (stakeholders) dalam
mengatasi masalah kesehatan.
Karena itu Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini berpijak pada konsep-konsep
berikut
ini
Revitalisasi praktek-praktek kebersamaan sosial dan nilai-nilai tolong menolong,
untuk perempuan saat hamil dan bersalin.
2. Merubah pandangan: persalinan adalah urusan semua pihak, tidak hanya urusan
perempuan.
3. Merubah pandangan: masalah kesehatan tidak hanya tanggung jawab pemerintah
tetapi merupakan masalah dan tanggunjawab masyarakat.
4. Melibatan semua pemangku kepentingan (stakeholders) di masyarakat.
5. Menggunakan pendekatan partisipatif.
6. Melakukan aksi dan advokasi.
Siklus proses yang memberikan masyarakat kesempatan untuk memahami kondisi
mereka dan melakukan aksi dalam mengatasi masalah mereka ini disebut dengan
pendekatan belajar dan melakukan aksi bersama secara partisipatif (Participatory
Learning and Action -PLA). Pendekatan ini tidak hanya memfasilitasi masyarakat
untuk menggali dan mengelola berbagai komponen, kekuatan-kekuatan dan
perbedaan-perbedaan, sehingga setiap orang memiliki pandangan yang sama tentang
penyelesaian masalah mereka, tetapi pendekatan ini juga merupakan proses
mengorganisir masyarakat sehingga mereka mampu untuk berpikir dan menganalisa
dan melakukan aksi untuk menyelesaikan masalah mereka. Ini adalah proses
pemberdayaan masyarakat sehingga mereka mampu melakukan aksi untuk
meningkatkan kondisi mereka. Jadi, ini merupakan proses dimana masyarakat
merubah diri mereka secara individual dan secara kolektif dan mereka menggunakan
kekuatan yang mereka miliki dari energi dan kekuatan mereka (Hartock, 1981).
Didalam konteks pembentukan sistem kesiagaan, pertama-tama masyarakat perlu
untuk memahami dan menganalisa kondisi kesehatan mereka saat ini, seperti kondisi
kesehatan ibu; kesehatan bayi baru lahir, kesehatan bayi, pelayanan kesehatan, dan
berbagai hubungan dan kekuasaan yang memperngaruhi kondisi tersebut agar mereka
mampu untuk melakukan aksi guna memperbaiki kondisi tersebut berdasarkan analisa
mereka tentang potensi yang mereka miliki. Untuk memfasilitasi mereka agar berpikir,
menganalisa dan melakukan aksi, proses fasilitasi dan warga yang berperan
melakukan fasilitasi sangat diperlukan. Selain itu, warga yang berperan memfasilitasi
masyarakatnya membutuhkan pemahaman tidak hanya tentang konsep Pemberdayaan
Masyarakat bidang KIA tetapi juga membutuhkan pengetahuan dan keterampilan
penggunaan metode dan alat-alat partisipatif. Jadi, pendekatan yang diaplikasikan
dalam Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini akan menentukan proses dan
kegiatan berikutnya dalam keseluruhan proses Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA
ini.
Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk
mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat
sepertikurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan
kejadian luar biasa, kejadian bencana, kecelakaan dan lain-lain dengan memanfaatkan
potensi setempat, secara gotong royong.
Selain sebagai upaya untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada
masyarakat, pengembangan Desa Siaga juga mencakup upaya peningkatan
kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi masalah-masalah kesehatan,
memandirikan masyarakat dalam mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat.
Inti dari kegiatan Desa Siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan
mampu untuk hidup sehat.
Memperhatikan tujuan dan ruang lingkup pengembangan Desa Siaga tersebut, maka
Pemberdayaan Masyarakat bidang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah
satu komponen yang penting dalam pencapaian tujuan Desa Siaga dalam hal
penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi.

Manajemen Kegiatan KIA

Pemantauan kegiatan KIA dilaksanakan melalui Pemantauan Wilayah Setempat –


KIA
(PWS-KIA) dengan batasan :
Pemantauan Wilayah Setempat KIA adalah alat untuk pengelolaan kegiatan KIA serta
alat untuk motivasi dan komunikasi kepada sektor lain yang terkait dan dipergunakan
untuk pemantauan program KIA secara teknis maupun non teknis.
Melalui PWS-KIA dikembangkan indikator-indikator pemantauan teknis dan non
teknis,
yaitu :
1. Indikator Pemantauan Teknis :
Indikator ini digunakan oleh para pengelola program dalam lingkungan kesehatan
yang
terdiri dari :
a. Indikator Akses
b. Indikator Cakupan Ibu Hamil
c. Indikator Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
d. Indikator Penjaringan Dini Faktor Resiko oleh Masyarakat
e. Indikator Penjaringan Faktor resiko oleh Tenaga Kesehatan
f. Indikator Neonatal.
2. Indikator Pemantauan Non teknis :
Indikator ini dimaksudkan untuk motivasi dan komunikasi kemajuan maupun masalah
operasional kegiatan KIA kepada para penguasa di wilayah, sehingga dimengerti dan
mendapatkan bantuan sesuai keperluan. Indikator-indikator ini dipergunakan dalam
berbagai tingkat administrasi, yaitu :
a.Indikator pemerataan pelayanan KIA
Untuk ini dipilih indikator AKSES (jangkauan) dalam pemantauan secara teknis
memodifikasinya menjadi indikator pemerataan pelayanan yang lebih dimengerti oleh
para penguasa wilayah.
b. Indikator efektivitas pelayanan KIA :
Untuk ini dipilih cakupan (coverage) dalam pemantauan secara teknis dengan
memodifikasinya menjadi indikator efektivitas program yang lebih dimengerti oleh
para penguasa wilayah.
Kedua indikator tersebut harus secara rutin dijabarkan per bulan, per desa serta
dipergunakan dalam pertemuan-pertemuan lintas sektoral untuk menunjukkan
desa-desa mana yang masih ketinggalan.
Pemantauan secara lintas sektoral ini harus diikuti dengan suatu tindak lanjut yang
jelas dari para penguasa wilayah perihal : peningkatan penggerakan masyarakat serta
penggalian sumber daya setempat yang diperlukan

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Pengertian

Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak
balita serta anak prasekolah.
Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA merupakan upaya memfasilitasi masyarakat
untuk membangun sistem kesiagaan masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat
darurat dari aspek non klinis terkait kehamilan dan persalinan
Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan
untuk masyarakat, dalam hal penggunaan alat transportasi/ komunikasi (telepon
genggam, telpon rumah), pendanaan, pendonor darah, pencatatan-pemantaun dan
informasi KB.
Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada
masyarakat, pemuka masyarakat serta menambah keterampilan para dukun bayi serta
pembinaan kesehatan di taman kanak-kanak.

Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya kemampuan hidup sehat
melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan keluarganya untuk
atau mempercepat pencapaian target Pembangunan Kesehatan Indonesia yaitu
Indonesia Sehat 2010, serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin
proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas
manusia seutuhnya.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan perilaku) dalam mengatasi
kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat guna dalam
upaya pembinaan kesehatan keluarga, Desa Wisma, penyelenggaraan Posyandu dan
sebagainya.
b. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara
mandiri di dalam lingkungan keluarga, Desa Wisma, Posyandu dan Karang Balita,
serta di sekolah TK.
c. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas dan ibu menyusui.
d. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu
menyusui, bayi dan anak balita.
e. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh
anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak prasekolah, terutama
melalui peningkatan peran ibu dalam keluarganya.

Kegiatan

1. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan menyusui serta bayi, anak balita dan anak
prasekolah.
2. Deteksi dini faktor resiko ibu hamil.
3. Pemantauan tumbuh kembang balita.
4. Imunisasi Tetanus Toxoid 2 kali pada ibu hamil serta BCG, DPT 3 kali, Polio 3 kali
dan campak 1 kali pada bayi.
5. Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan program
KIA.
6. Pengobatan bagi ibu, bayi, anak balita dan anak pra sekolah untuk macam-macam
penyakit ringan.
7. Kunjungan rumah untuk mencari ibu dan anak yang memerlukan pemeliharaan
serta bayi-bayi yang lahir ditolong oleh dukun selama periode neonatal (0-30 hari)
8. Pengawasan dan bimbingan kepada taman kanak-kanak dan para dukun bayi serta
kader-kader kesehatan.

Sistem kesiagaan di bidang KIA di tingkat masyarakat terdiri atas :


1. Sistem pencatatan-pemantauan
2. Sistem transportasi-komunikasi
3. Sistem pendanaan
4. Sistem pendonor darah
5. Sistem Informasi KB.
Proses Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini tidak hanya proses memfasilitasi
masyarakat dalam pembentukan sistem kesiagaan itu saja, tetapi juga merupakan
proses fasilitasi yang terkait dengan upaya perubahan perilaku, yaitu:
Upaya mobilisasi sosial untuk menyiagakan masyarakat saat situasi gawat darurat,
khususnya untuk membantu ibu hamil saat bersalin.
2. Upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menurunkan angka
kematian maternal.
3. Upaya untuk menggunakan sumberdaya yang dimiliki oleh masyarakat dalam
menolong perempuan saat hamil dan persalinan.
4. Upaya untuk menciptakan perubahan perilaku sehingga persalinan dibantu oleh
tenaga kesehatan profesional.
5.Merupakan proses pemberdayaan masyarakat sehingga mereka mampu mengatasi
masalah mereka sendiri.
6. Upaya untuk melibatkan laki-laki dalam mengatasi masalah kesehatan maternal.
7. Upaya untuk melibatkan semua pemanggku kepentingan (stakeholders) dalam
mengatasi masalah kesehatan.
Karena itu Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini berpijak pada konsep-konsep
berikut
ini
Revitalisasi praktek-praktek kebersamaan sosial dan nilai-nilai tolong menolong,
untuk perempuan saat hamil dan bersalin.
2. Merubah pandangan: persalinan adalah urusan semua pihak, tidak hanya urusan
perempuan.
3. Merubah pandangan: masalah kesehatan tidak hanya tanggung jawab pemerintah
tetapi merupakan masalah dan tanggunjawab masyarakat.
4. Melibatan semua pemangku kepentingan (stakeholders) di masyarakat.
5. Menggunakan pendekatan partisipatif.
6. Melakukan aksi dan advokasi.
Siklus proses yang memberikan masyarakat kesempatan untuk memahami kondisi
mereka dan melakukan aksi dalam mengatasi masalah mereka ini disebut dengan
pendekatan belajar dan melakukan aksi bersama secara partisipatif (Participatory
Learning and Action -PLA). Pendekatan ini tidak hanya memfasilitasi masyarakat
untuk menggali dan mengelola berbagai komponen, kekuatan-kekuatan dan
perbedaan-perbedaan, sehingga setiap orang memiliki pandangan yang sama tentang
penyelesaian masalah mereka, tetapi pendekatan ini juga merupakan proses
mengorganisir masyarakat sehingga mereka mampu untuk berpikir dan menganalisa
dan melakukan aksi untuk menyelesaikan masalah mereka. Ini adalah proses
pemberdayaan masyarakat sehingga mereka mampu melakukan aksi untuk
meningkatkan kondisi mereka. Jadi, ini merupakan proses dimana masyarakat
merubah diri mereka secara individual dan secara kolektif dan mereka menggunakan
kekuatan yang mereka miliki dari energi dan kekuatan mereka (Hartock, 1981).
Didalam konteks pembentukan sistem kesiagaan, pertama-tama masyarakat perlu
untuk memahami dan menganalisa kondisi kesehatan mereka saat ini, seperti kondisi
kesehatan ibu; kesehatan bayi baru lahir, kesehatan bayi, pelayanan kesehatan, dan
berbagai hubungan dan kekuasaan yang memperngaruhi kondisi tersebut agar mereka
mampu untuk melakukan aksi guna memperbaiki kondisi tersebut berdasarkan analisa
mereka tentang potensi yang mereka miliki. Untuk memfasilitasi mereka agar berpikir,
menganalisa dan melakukan aksi, proses fasilitasi dan warga yang berperan
melakukan fasilitasi sangat diperlukan. Selain itu, warga yang berperan memfasilitasi
masyarakatnya membutuhkan pemahaman tidak hanya tentang konsep Pemberdayaan
Masyarakat bidang KIA tetapi juga membutuhkan pengetahuan dan keterampilan
penggunaan metode dan alat-alat partisipatif. Jadi, pendekatan yang diaplikasikan
dalam Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini akan menentukan proses dan
kegiatan berikutnya dalam keseluruhan proses Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA
ini.
Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk
mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat
sepertikurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan
kejadian luar biasa, kejadian bencana, kecelakaan dan lain-lain dengan memanfaatkan
potensi setempat, secara gotong royong.
Selain sebagai upaya untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada
masyarakat, pengembangan Desa Siaga juga mencakup upaya peningkatan
kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi masalah-masalah kesehatan,
memandirikan masyarakat dalam mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat.
Inti dari kegiatan Desa Siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan
mampu untuk hidup sehat.
Memperhatikan tujuan dan ruang lingkup pengembangan Desa Siaga tersebut, maka
Pemberdayaan Masyarakat bidang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah
satu komponen yang penting dalam pencapaian tujuan Desa Siaga dalam hal
penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi.

Manajemen Kegiatan KIA

Pemantauan kegiatan KIA dilaksanakan melalui Pemantauan Wilayah Setempat –


KIA
(PWS-KIA) dengan batasan :
Pemantauan Wilayah Setempat KIA adalah alat untuk pengelolaan kegiatan KIA serta
alat untuk motivasi dan komunikasi kepada sektor lain yang terkait dan dipergunakan
untuk pemantauan program KIA secara teknis maupun non teknis.
Melalui PWS-KIA dikembangkan indikator-indikator pemantauan teknis dan non
teknis,
yaitu :
1. Indikator Pemantauan Teknis :
Indikator ini digunakan oleh para pengelola program dalam lingkungan kesehatan
yang
terdiri dari :
a. Indikator Akses
b. Indikator Cakupan Ibu Hamil
c. Indikator Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
d. Indikator Penjaringan Dini Faktor Resiko oleh Masyarakat
e. Indikator Penjaringan Faktor resiko oleh Tenaga Kesehatan
f. Indikator Neonatal.
2. Indikator Pemantauan Non teknis :
Indikator ini dimaksudkan untuk motivasi dan komunikasi kemajuan maupun masalah
operasional kegiatan KIA kepada para penguasa di wilayah, sehingga dimengerti dan
mendapatkan bantuan sesuai keperluan. Indikator-indikator ini dipergunakan dalam
berbagai tingkat administrasi, yaitu :
a.Indikator pemerataan pelayanan KIA
Untuk ini dipilih indikator AKSES (jangkauan) dalam pemantauan secara teknis
memodifikasinya menjadi indikator pemerataan pelayanan yang lebih dimengerti oleh
para penguasa wilayah.
b. Indikator efektivitas pelayanan KIA :
Untuk ini dipilih cakupan (coverage) dalam pemantauan secara teknis dengan
memodifikasinya menjadi indikator efektivitas program yang lebih dimengerti oleh
para penguasa wilayah.
Kedua indikator tersebut harus secara rutin dijabarkan per bulan, per desa serta
dipergunakan dalam pertemuan-pertemuan lintas sektoral untuk menunjukkan
desa-desa mana yang masih ketinggalan.
Pemantauan secara lintas sektoral ini harus diikuti dengan suatu tindak lanjut yang
jelas dari para penguasa wilayah perihal : peningkatan penggerakan masyarakat serta
penggalian sumber daya setempat yang diperlukan

Pengertian Buku KIA


Buku KIA adalah buku catatan terpadu yang digunakan dalam keluarga dan
masyarakat dalam memelihara / merawat kesehatan ibu dan anak, serta meningkatkan
kualitas pelayanan KIA (Putu Sudayasa, 2010).
Buku KIA adalah buku catatan terpadu yang digunakan dan ditingkatkan
keluarga untuk mencapai tujuan (Buku Kesehatan Ibu Dan Anak, 2009)
Berdasarkan pendapat kedua sumber diatas maka penulis menyimpulkan buku
KIA adalah buku catatan terpadu yang digunakan dalam masyarakat terutama
keluarga yang bertujuan untuk Kesehatan Ibu Dan Anak.
Ada 4 komponen strategi buku KIA antara lain :
a. Menyediakan instrumen pencatatan kesehatan ibu dan anak ditingkat
keluarga.
b. Meningkatkan komunikasi antara ibu dan petugas dalam rangka
mendidik ibu / keluarga tentang perawatan dan pemeliharaan KIA dan gizi
dirumah
c. Lebih meningkatkan jangkauan pelayanan KIA yang berkualitas
d. Memperbaiki system kesehatan dalam menerapkan manajemen
pelayanan KIA yang lebih aktif. (Buku KIA, 2009).

Manfaat buku Kesehatan Ibu dan Anak


1. Ibu dan anak mempunyai catatan kesehatan yang lengkap sejak mulai
hamil sampai anak berumur 5 tahun.
2. Instrumen pencatatan dan pemantauan informasi / komunitas dan
penyuluhan tentang kesehatan / gizi dan standar pelayanan KIA.
3. Deteksi dini adanya gangguan / masalah Kesehatan Ibu Dan Anak
4. Menanggapi kebutuhan maupun kegiatan ibu hamil dan balita.
5. Meningkatkan komunikasi antara ibu dan petugas dalam rangka
mendidik, ibu maupun keluarga tentang perawatan dan pemeliharan KIA,
serta masalah gizi dirumah
6. Meningkatkan jangkauan pelayanan KIA berkualitas
7. Memperbaiki system kesehatan dalam merupakan manajemen
pelayanan KIA yang lebih efektif. (Buku KIA, 2010)
Isi dan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
a. Bagian Ibu
1. Identitas keluarga
2. Ibu hamil
3. Ibu bersalin
4. Ibu nifas
Catatan pelayanan ibu
1. Ibu hamil
2. Ibu bersalin
3. Ibu nifas
Keterangan persalinan dan keterangan kelahiran anak
b. Bagian Anak
1. Identitas anak
2. BBL (bayi kurang 1 bulan)
3. Bayi dan anak (umur 1 bulan sampai 5 tahun)
4. Bagaimana mengatasi penyakit yang sering diderita anak dirumah.
5. Apa saja tanda bahaya pada anak sakit
6. Kapan anak harus segera dibawah kembali ke tempat pelayanan
7. Apa saja obat pertolongan pertama yang diperlukan disediakan
dirumah
8. Bagaimana mencegah agar anak tidak mengalami kecelakaan kartu
menuju sehat
Catatan pelayanan kesehatan anak
a. Pemeriksaan neonatus
b. Pemberian imunisasi
c. Pemberian vitamin A
d. Anjuran pemberian rangsangan perkembangan dan nasehat pemberi
makan

Das könnte Ihnen auch gefallen