Sie sind auf Seite 1von 22

TUGAS KEPERAWATAN MATERNITAS

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.P KEHAMILAN


DENGAN (PRE-EKLAMSIA)”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK II

SARWETIN AITONAM (P.1608028)

ISMYARSI HERLAMBANG (P.1608048)

HERLINA EFRUAN (P.1608045)

JENET AMUNUKUANY (P.1608035)

MARIA KELBULAN (P.1608055)

WA YANTI (P.1608015)

DELVIA MESLIDAN (P.1608047)

JOHANES HIARIEJ (P.1608039)

KRIS USPITANY (P.1608031)

VICKY FAUZY THIO (P.1608025)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

YAYASAN BANGUN PERSADA

STIKES PASAPUA AMBON

2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Setiap wanita hamil mempunyai potensi resiko komplikasi persalinan dengan dampak
ketidak nyamanan, ketidakpuasan, bahkan kematian. Preeklampsia merupakan suatu penyakit yang
langsung disebabkan oleh kehamilan yang hingga kini penyebabnya masih belum diketahui dengan
pasti, yang ditandai dengan hipertensi atau tekanan darah tinggi, edema dan proteinuria yang masih
merupakan sebab utama kematian ibu dan sebab kematian perinatal yang tinggi , untuk mendeteksi
preeklamsia sedini mungkin dengan melalui pemeriksaan kehamilan secara teratur mulai trimester I
sampai trimester III dalam upaya mencegah preeklampsia menjadi lebih berat.( Wiknjosastro, 2008)
preeklamsia berat sering ditemukan pada wanita hamil pada trimester ketiga dengan
penyebab yang belum diketahui dan sering terjadi pada usia 30 tahun ke atas. Preeklampsia
merupakan suatu penyakit yang langsung disebabkan oleh kehamilan yang hingga kini
penyebabnya masih belum diketahui dengan pasti, yang ditandai dengan hipertensi atau tekanan
darah tinggi, edema dan proteinuria yang masih merupakan sebab utama kematian ibu dan sebab
kematian perinatal yang tinggi

B. PENGERTIAN
Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas
yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menjukkan tanda-tanda kelainan
vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan
berumur 20 minggu atau lebih. (Nanda, 2012)
Preeklamsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan
proteinuria, penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ketiga dalam kehamilan, atau segera
setelah persalinan. ( Prawirohardjo, 2008)
Preeklamsia kadang-kadang berkembang tanpa gejala. Tekanan darah tinggi dapat berkembang
secara perlahan, namun lebih sering terjadi secara mendadak. Pemantauan tekanan darah adalah
bagian penting dari perawatan kehamilan, karena tanda pertama preeklampsia umumnya
peningkatan tekanan darah. Tekanan darah dari 140/90 (mm Hg) atau lebih besar.

C. KLASIFIKASI
Dibagi dalam 2 golongan :
1. Pre-eklampsi ringan, bila keadaan sebagai berikut :
a) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi rebah terlentang/tidur
berbaring, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih, atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau
lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 x pemeriksaan dengan jarak periksa 1
jam, sebaiknya 6 jam.
b) Edema umum, kaki, jari tangan dan muka, atau kenaikan berat badan 1 kg atau lebih
perminggu.
c) Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih perliter, kwalitatif 1+atau 2+ pada urin kateter atau
midstream ( Ida Bagus.1998).
2. Pre-eklampsi berat:
a) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
b) Proteinuria 5 gr atau lebih perliter
c) Oliguria, jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam
d) Keluhan subjektif :
 Nyeri di epigastrium
 Gangguan penglihatan
 Nyeri kepala
 Edema paru dan sianosis
e) Pemeriksaan :
 Kadar enzim hati meningkat disertai ikterus
 Perdarahan pada retina
 Trombosit kurang dari 100.000/mm

D. ETIOLOGI
Penyebab preeklampsia sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti, sehingga penyakit ini
disebut dengan “The Diseases of Theories”.
Beberapa faktor yang berkaitan dengan terjadinya preeklampsia adalah :

1. Faktor Trofoblast
Semakin banyak jumlah trofoblast semakin besar kemungkina terjadinya Preeklampsia. Ini
terlihat pada kehamilan Gemeli dan Molahidatidosa. Teori ini didukung pula dengan adanya
kenyataan bahwa keadaan preeklampsia membaik setelah plasenta lahir.

2. Faktor Hormonal
Penurunan hormon Progesteron menyebabkan penurunan Aldosteron antagonis, sehingga
menimbulkan kenaikan relative Aldoteron yang menyebabkan retensi air dan natrium,
sehingga terjadi Hipertensi dan Edema.

3. Faktor Genetik
Menurut Chesley dan Cooper (1986) bahwa Preeklampsia / eklampsia bersifat diturunkan
melalui gen resesif tunggal.2 Beberapa bukti yang menunjukkan peran faktor genetic pada
kejadian Preeklampsia-Eklampsia antara lain:
a) Terdapatnya kecendrungan meningkatnya frekwensi Preeklampsia-Eklampsia pada anak-
anak dari ibu yang menderita Preeklampsia-Eklampsia.
b) Kecendrungan meningkatnya frekwensi Preeklampsia-Eklampsia pada anak dan cucu ibu
hamil dengan riwayat Preeklampsia-Eklampsia dan bukan pada ipar mereka.
4. Faktor Gizi
Menurut Chesley (1978) bahwa faktor nutrisi yang kurang mengandung asam lemak
essensial terutama asam Arachidonat sebagai precursor sintesis Prostaglandin akan
menyebabkan “Loss Angiotensin Refraktoriness” yang memicu terjadinya preeklampsia.

5. Jumlah primigravi, terutama primigravida muda


6. Distensi rahim berlebihan : hidramnion, hamil ganda, mola hidatidosa
7. Penyakit yang menyertai hamil : diaetes melitus, kegemukan
8. Jumlah umur ibu diatas 35 tahun
E. TANDA DAN GEJALA

1. Tekanan darah tinggi

Hipertensi dalam kehamilan yang muncul pada trimester ketiga bisa menjadi gejala preeklamsia
yang sangat jelas. Kondisi ini bisa dilihat apakah ibu mengalami gangguan ini sejak awal atau baru
muncul saat hamil. Tekanan darah tinggi pada ibu hamil sangat berbahaya untuk kesehatan ibu dan
janin. Dalam dunia medis ketika ibu memiliki tekanan darah sebesar 140 / 90 maka itu sudah
tergolong darah tinggi. Kemudian angka yang lebih besar bisa menjadi tanda yang sangat
berbahaya. Jika ibu mengalami sepertin ini maka pemeriksaan yang pasti harus dilakukan di rumah
sakit atau fasilitas kesehata yang lain.

2. Kaki bengkak saat hamil

Masalah kaki bengkak untuk ibu hamil biasanya sering terjadi pada trimester ketiga. Kondisi ini
bisa menyebabkan tubuh menjadi tidak nyaman dan bahaya kaki bengkak saat hamil. Bengkak di
kaki disebabkan karena terjadi penumpukan cairan pada bagian kaki. Meskipun pembengkakan juga
bisa terjadi pada bagian wajah atau tubuh yang lain. Tanda yang harus diperhatikan adalah apabila
bagian yang bengkak di tekan dengan jari namun tidak segera pulih. Kemudian ibu harus
memperhatikan perubahan warna kaki dan selalu merubah posisi kaki ketika duduk atau tidur.

3. Ada protein dalam urin

Gejala preeklamsia pada ibu hamil bisa menyebabkan adanya protein dalam urin atau lebih dikenal
dengan nama proteinuria. Protein biasanya terdapat pada darah saja, namun karena masalah ini
maka protein bisa bocor dalam urin karena sudah masuk ke ginjal. Kemudian dalam urin juga
ditemukan bahan lain termasuk albumin. Pemeriksaan ini dilakukan dilaboratorium dengan
mengambil sampel urin ibu hamil. Dengan alat khusus maka bisa membuktikan jika ada protein
dalam urin. Jika sudah seperti ini maka pengawasan terhadap kondisi ibu bisa dilakukan selama 24
sampai 48 jam. Kondisi ini juga menjadi gejala keracunan kehamilan yang harus diperhatikan.
(baca: akibat kelebihan albumin bagi ibu hamil)

4. Sakit kepala

Ibu yang mengalami preeklamsia juga akan merasaka sakit kepala yang berat. Penyebab sering
pusing saat hamil berkaitan dengan masalah ini harus segera ditemukan. Kondisi ini ditandai
dengan rasa berat pada kepala, kepala terasa berdenyut, migrain dan nyeri kepala yang lebih berat.
Jika ibu mengalami sakit kepala yang berat maka juga bisa terkena dampak sensitif terhadap suara,
cahaya dan kiga gerakan tubuh. Penggunaan obat sakit kepala untuk ibu hamil tidak dilakukan
secara asal karena harus mengikuti resep dari dokter yang merawat. (baca: obat sakit kepala untuk
ibu hamil)

5. Sakit perut bagian kanan

Ibu hamil juga bisa mengalami sakit perut pada bagian kanan. Rasa sakit bahkan bisa terasa hingga
ke bagian rusuk dan ini akan sangat menyakitkan. Beberapa ibu hamil mungkin akan merasa seperti
sakit maag atau gerakan bayi yang menendang dari rahim. Namun jika dibiarkan maka rasa sakit
bisa menyebar hingga ke bagian bahu kanan atau terasa seperti leher yang tertekan. Hal ini
menyebabkan gerakan ibu tidak normal dan ibu tidak bisa bergerak dengan bebas. Jika sudah
seperti ini maka ibu hamil harus segera pergi ke dokter untuk mencari perawatan yang tepat. Sakit
perut bagian ini juga harus dikenali jika memang sudah terjadi kontraksi. (baca: ciri ciri kontraksi
akan melahirkan – tanda tanda akan melahirkan)
6. Mual dan muntah

Umumnya mual dan muntah akan terjadi pada ibu hamil yang masuk ke trimester pertama
sebagai gangguan kehamilan yang wajar. Ini menjadi tanda bahwa ibu mengalami morning sickness
dan sangat wajar. Jika mual dan muntah terjadi pada trimster ketiga maka ini adalah gejala
preeklamsia pada ibu hamil. Mual dan muntah bisa terjadi secara mendadak sehingga mungkin ibu
tidak akan mengenali ini sebagai akibat kelelahan atau masuk angin pada ibu hamil. Untuk
mendapatkan pemeriksaan apakah ini preeklamsia atau bukan maka ibu hamil bisa melakukan
pemeriksaan ke rumah sakit terdekat.

7. Sakit punggung bawah

Kemudian jika ibu terkena preeklamsia maka juga akan merasakan sakit punggung bawah yang
sangat kuat. Kondisi ini biasanya dikenali oleh ibu hamil karena merasa kelelahan atau akibat
berdiri terlalu lama. Namun bisa juga disebabkan karena gangguan hati pada ibu hamil dan
preeklamsia. Sakit punggung bawah biasanya datang bersamaan dengan nyeri perut dan sakit bahu
pada bagian atas. Jika gejala terus berkembang dan tubuh ibu hamil kurang nyaman maka sebaiknya
segera pergi ke dokter untuk mendapatkan perawatan.

8. Kenaikan berat badan yang cepat

Biasanya ketika ibu melakukan pemeriksaan rutin maka ibu akan mendapatkan hasil pemeriksaan
berat badan. Berat badan untuk ibu hamil bisa menjadi pertimbangan apakah janin berkembang
dengan baik atau tidak. Namun jika kenaikan berat badan terjadi pada trimester ketika dengan
sangat cepat maka ini bisa menjadi pertanda preeklamsia. Jika ibu merasa seperti ini maka
sebaiknya ibu tidak berusaha untuk diet atau usaha untuk menurunkan berat badan. Ibu harus pergi
ke dokter untuk mendapatkan saran terbaik saat merawat kondisi perubahan tubuh yang cepat.
Asupan air putih untuk ibu juga harus cukup dan konsumsi makanan yang sesuai dengan program
diet.

9. Hiperreflexia

Hiperreflexia adalah sebuah kondisi ketika ibu memberikan sinyal yang kuat terhadap sebuah
respon. Misalnya dari pemeriksaan dokter yang memberikan pukulan kecil untuk lutut dan kaki ibu
naik dengan cepat. Sistem respon ini mungkin terjadi tanpa pernah disadari karena terlihat berbeda
untuk orang yang sehat. Kondisi ini bisa menyebabkan ibu memiliki ancaman respon syaraf yang
berlebihan termasuk kejang. Kejang pada ibu hamil sangat berbahaya karena bisa menyebabkan
kematian ibu dan bayi.

10. Mata menjadi kabur

Ibu yang mengalami preeklamsia juga bisa merasakan mata kabur yang sering terjadi bersamaan
dengan sakit kepala. Perubahan fungsi mata yang normal ini terjadi ketika adanya bagian sistem
syaraf pusat yang mengalami iritasi sehingga terjadi pembengkakan pada bagian otak. Perubahan
fungsi mata ini biasanya bisa ditandai dengan efek mata saat terkena cahaya yang berlebihan, lampu
yang berkedip dengan cepat dan pandangan ibu yang menjadi kabur terhadap objek yang terang.
11. Sesak nafas

Dada sesak saat hamil bisa menjadi tanda preeklamsia juga bisa menderita berbagai gangguan lain
termasuk sesak nafas. Sesak nafas bisa terjadi bersamaan dengan rasa panik yang berlebihan,
perasaan bingung, cemas dan rasa tidak selamat. Bahkan ibu hamil bisa merasakan tekanan
kehamilan yang sangat besar akibat masalah mental. Kondisi ini biasanya terjadi karena adanya
gumpalan atau penumpukan cairan yang berlebihan pada bagian paru-paru ibu. Jika gejala ini
muncul dengan cepat maka sebaiknya ibu hamil cepat datang ke rumah sakit. Jika sudah seperti ini
maka ibu bisa mencoba cara mengatasi sesak nafas saat hamil.

F. KOMPLIKASI

 Kejang-kejang (eklampsia)
Eklampsia merupakan jenis kejang (kontraksi involunter dari otot) yang dapat dialami
wanita hamil, biasanya dari minggu 20 kehamilan atau beberapa waktu setelah melahirkan.
Selama kejang eklampsia, lengan, kaki, leher atau rahang ibu tanpa sadar akan berkedut
berulang kali. Ibu dapat kehilangan kesadaran dan mengompol. Kejang biasanya
berlangsung kurang dari satu menit.
Meski kebanyakan wanita melakukan pemulihan penuh setelah eklampsia, ada risiko
kecil terjadinya cacat tetap atau kerusakan otak jika mengalami kejang parah. Dari mereka
yang memiliki eklampsia, sekitar 1 dari 50 meninggal dalam kondisi tersebut. Bayi yang
belum lahir bisa mati lemas selama kejang terjadi, dan 1 dari 14 bayi meninggal.
Penelitian telah menemukan bahwa obat yang disebut magnesium sulfat dapat
mengurangi separuh risiko eklampsia dan risiko ibu sekarat. Obat ini sekarang banyak
digunakan untuk pengobatan setelah terjadinya eklampsia, dan untuk mengobati wanita
yang mungkin berisiko
.
 Sindrom HELLP
Sindrom HELLP adalah gangguan hati dan pembekuan darah langka yang dapat
terjadi pada wanita hamil. Kemungkinan besar terjadi setelah bayi dilahirkan, tetapi dapat
muncul kapan saja setelah 20 minggu kehamilan dan sebelum 20 minggu dalam kasus yang
jarang terjadi.
Nama HELLP merupakan inisial untuk setiap kondisi, yaitu:
• “H” adalah hemolisis – di mana sel-sel darah merah dalam darah memecah
• “EL” adalah peningkatan enzim hati (protein) – tingginya jumlah enzim dalam hati
merupakan tanda kerusakan hati
• “LP” adalah jumlah trombosit yang rendah – trombosit adalah zat dalam darah yang
dapat membuat darah membeku
Sindrom HELLP berbahaya seperti eklampsia, tetapi sedikit lebih umum. Satu-satunya cara
untuk mengatasi kondisi ini adalah dengan melahirkan bayi sesegera mungkin. Ibu dapat
sepenuhnya pulih setelah menerima pengobatan.

 Stroke
Suplai darah ke otak dapat terganggu sebagai akibat dari tekanan darah tinggi. Hal
ini dikenal sebagai perdarahan otak atau stroke. Jika otak tidak mendapatkan cukup oksigen
dan nutrisi dari darah, sel-sel otak akan mati sehingga menyebabkan kerusakan otak bahkan
kematian.
 Masalah organ
 Pulmonary oedema – di mana cairan menumpuk di dalam dan di sekitar paru-paru,
membuat paru-paru berhenti bekerja dengan baik yaitu menghalangi paru-paru menyerap
oksigen.
 Gagal ginjal – bila ginjal tidak dapat menyaring produk limbah dari darah. Hal ini
menyebabkan racun dan cairan tertumpuk di dalam tubuh.
 Gagal hati – gangguan fungsi hati. Hati memiliki banyak fungsi termasuk mencerna
protein dan lemak, memproduksi empedu dan mengeluarkan racun. Setiap kerusakan
yang mengganggu fungsi-fungsi ini bisa berakibat fatal.

 Gangguan pembekuan darah


Sistem pembekuan darah ibu dapat rusak, dikenal secara medis sebagai “disseminated
intravascular coagulation”.
Hal ini bisa mengakibatkan perdarahan karena tidak ada cukup protein dalam darah
untuk membuatnya menggumpal, atau gumpalan darah berkembang ke seluruh tubuh karena
protein yang mengontrol pembekuan darah menjadi aktif dengan tidak normal.
Gumpalan darah ini dapat mengurangi atau memblokir aliran darah melalui pembuluh
darah dan kemungkinan merusak organ.

 Masalah yang mempengaruhi bayi


Bayi dengan ibu penderita preeklampsia dapat tumbuh lebih lambat di dalam rahim
dari seharusnya karena kondisinya mengurangi jumlah nutrisi dan oksigen dari ibu untuk
bayinya. Bayi-bayi ini seringkali lebih kecil dari biasanya, terutama jika preeklampsia
terjadi sebelum 37 minggu.
Jika preeklampsia parah, bayi mungkin perlu segera dilahirkan sebelum preeklampsia
bertambah parah. Hal ini dapat menyebabkan komplikasi serius seperti kesulitan bernapas
yang disebabkan oleh paru-paru tidak sepenuhnya berkembang (neonatal respiratory distress
syndrome). Dalam kasus ini, bayi biasanya perlu tinggal di unit perawatan intensif neonatal
sehingga dapat dipantau dan diobati.
Beberapa bayi dengan ibu penderita preeklampsia bahkan bisa mati dalam kandungan
dan lahir mati. Diperkirakan sekitar 1.000 bayi meninggal setiap tahun karena preeklampsia.
Sebagian besar bayi ini meninggal karena komplikasi yang terkait dengan kelahiran
prematur.
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.P KEHAMILAN


DENGAN (PRE-EKLAMSIA)

A. PENGKAJIAN

1. IDENTITAS

a. Identitas pasien
Nama : Ny. P
Umur : 32 th
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Suli atas
Status Perkawinan : Kawin
No. RM : 01245266
Tanggal masuk RS :12 februari 2018 (19.00 WIB)

b. Identitas penanggung jawab


Nama Suami : Tn. S
Umur : 30 th
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : swasta
Alamat : Suli Atas

B. KELUHAN UTAMA
Pasien mengeluh Mual dan muntah dan Pasien juga mengeluh bengkak pada kaki dan mata
saat bangun tidur

C. RIWAYAT PENYAKIT PASIEN


a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan suatu hari sebelum masuk rumah sakit pasien memeriksakan
kandungannya ke klinik kandungan, dalam pemeriksaan didapatkan bahwa TD pasien
180/100 mmHg dan oedema pada kaki, kemudian pasien dianjurkan untuk dirawat intensive
di RS Dr. Haulusy kehamilan disertai PEB, pada tanggal ( 10 februari 2018) (19.00 wib)
pasien datang ke RS Dr. Haulusi dan didapatkan TD pasien 180/110 mmHg

b. Riwayat Kesehatan Dahulu


Klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit berat

c. Riwayat Kesehatan Keluarga


Pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan klien
maupun penyakit menurun seperti Diabetes Militus, Hipertensi serta penyakit menular
seperti TBC, Hepatitis dan HIV
d. Riwayat Keperawatan Prenatal
1. GPA : G2P1A0
2. Riwayat penggunaan kontrasepsi
Jenis : Pil KB
Mulai menggunakan : klien mengatakan mulai menggunakan pil KB ± 6 tahun yang
lalu.
Terakhir menggunakan : 25 agustus 2017
Keluhan : Tidak ada
3. Riwayat menstruasi
Menarche : 17 tahun
Siklus : 28 hari
Keluhan : desminhorea
Banyak darah : normal
HPHT : 12 oktober 2017

4. Riwayat perkawinan
Status perkawinn : Kawin
Berapa kali menikah :1x
Usia pernikahan : 18 tahun
Lama pernikahan : 11 tahun

5. Riwayat kehamilan sekarang


Usia kehamilan : 22 minggu
Test kehamilan : + hamil
Keluhan atau masalah : ibu mengatakan merasakan pusing, pegal-
pegal dan kesemutan pada daerah kaki.
Mulai pergerakan anak : klien mengatakan ada pergerakan janin pada
usia 20 minggu
Pemakaian obat-obatan : klien mengatakan tidak pernah menggunakan
obat- obatan selain dari petugas kesehatan.
Kebiasaan (merokok/minum alkohol) : klien mengatakan tidak pernah merokok dan
meminum minuman beralkohol.
Pemeriksaan kehamilan (ANC) : klien mengatan telah melakukan pemeriksaan
ANC sebanyak 5 kali.
Keikutsertaan pada kelas persalinan :klien mengatakan suka mengikuti penyuluhan-
penyuluhan di posyandu.
Imunisasi : klien mengatakan sudah mendapatkan
imunisasi TT 1 dan TT 2.

6. Riwayat kehamilan/persalinan dahulu :


No Tahun Usia Usia Lahir Tindakan Kondisi bayi
ibu kehamilan di persalinan PB BB Patologis
1 2002 19 th 36 ambon Normal 49 3000
minggu cm gram

III. ASPEK BIOLOGIS

Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
 Penampilan : klien tidak terlihat lemas
 Kesadaran
 Kualitas: compos mentis
 Kuantitas: E = 4, M = 6, V = 5 GCS = 15
 Fungsi kortikal: klien dapat mengenal ruangan, tempat, waktu dan orang.
 Tanda-tanda vital
 TD = 180/110 mmHg
 P = 80 x / m
 R = 27 x / m
 S = 36,5˚C
 BB sebelum hamil: 43 kg
 BB sekarang: 51 kg
 TB: 153 cm

2. Rambut dan kulit kepala


Bentuk simetris, rambut dan kulit kepala klien bersih, tidak ada benjolan, tidak ada
keluhan.

3. Muka
Bentuk simetris, tidak ada edema, tidak sembab, tidak ada cloasma gravidarum.

4. Mata
Conjungtiva anemis, sclera an-ikterik, pungsi penglihatan klien baik terbukti klien dapat
membaca papan nama yang mengkaji dalam jarak ± 30 cm.

5. Hidung
Bentuk simetris, keadaan bersih, pernafasan cuping hidung (-), fungsi penciuman baik
terbukti klien dapat mencium aroma kayu putih.

6. Leher
Tidak ada peningkatan JVP, tidak ada pembesaran KGB dan tidak ada peningkatan tyroid.

7. Dada
Bentuk simetris, bunyi jantung reguler, tidak terdapat bunyi ronchi maupun wheezing,
mamae simetris tidak ada benjolan, puting susu menonjol, sudah ada pengeluaran
colostrum.

8. Abdomen
Tidak ada luka bekas operasi, bentuk abdomen simetris, lingkar perut 92 cm.
Pemriksaan leopoid
 TFU = 25 cm
 DJJ = 142 x / menit

Leopold I : teraba fundus uteri 3 jari di bawah proc. Xyphoideus teraba massa besar, lunak,
noduler
Leopold II : teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian – bagian kecil janin di sebelah
kanan.
Leopold III : teraba masa keras, terfiksir
Leopold IV : bagian terbawah janin telah masuk pintu atas panggul

9. Genetalia
bersih, tidak ada varises, tidak ada pembesaran kelenjar batholin
10. Tungkai
Tidak terdapat edema, terdapat parises, reflek patela (+)

IV. AKTIFITAS SEHARI-HARI

1. Nutrisi
Klien mengatakan makan dengan jenis nasi, sayura juga lauk pauk dengan frekuensi tiga kali
sehari dan minum frekuensi ± 8 gelas = 2000 ml/ hari dengan jenis air putih dan air teh.

2. Istirahat/tidur
Klien mengatakan tidur siang ±1 jam dan tidur malam ± 6 jam dengan kualitas tidak nyenyak.

3. Personal Hygiene
Klien mengatakan mandi dua kali sehari, cuci rambut tiga kali seminggu, gosok gigi dua kali
sehari, dan ganti pakaian 2kali sehari.

4. Eliminasi
Klien mengatakan BAB sehari satu kali dengan konsentrasi padat, warna kuning khas feces.
BAK sehari ± 6 kali sehari dengan warna putih.

5. Pola aktivitas
Kegiatan dalam pekerjaan selama hamil memasuki trimester ke- III klien istirahat bekerja hanya
diam dirumah,membantu memasak dan bersih-bersih rumah,olahraga jalan-jalan pagi dan ikut
senam hamil 0,5 jam – 1 jam keluhan dalam aktivitas nyeri pinggang dan pusing.

V. ASPEK SOSIAL
Hubungan klien dengan lingkungan rumahnya dan rumah sakit baik. Klien kooperatif dengan
petugas kesehatan rumah sakit.

VI. ASPEK SPIRITUAL


Klien menjalankan ibadah selama berada di rumah sakit.klien juga selalu berdoa agar proses
persalinan berjalan dengan baik

VIII. PEMERIKSAAN LAB DAN DIAGNOSTIK


No Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan
Hematologi
Darah perifer lengkap

1. Haemoglobin 10,6 10-18 g/dl


2. Leucosit 12,1 4,0 - 11,0 10ˆ3/ul
3. Trombosit 213 150 - 450 10ˆ3/ul
4. Hematokrit 33,0 31 - 55 %
5. Eritrosit 4,38 4,76 - 6,95 10ˆ3/ul
6. Golongan darah B

Urin : Proteinuria, Oliguria


XI. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS MASALAH
1. Pola nafas tidak efektif b/d Deformitas dinding dada (adanya edema pada paru)
2. Nyeri akut berhubungan dengan Agen cidera biologi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Ketidakmampuan dalam memasukkan/mencerna makanan karena faktor biologi
4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan retensi garam dan air
5. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan sindroma nefrotik (penurunan filtrasi)
6. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasife

IX. DATA FOKUS


Data subyektif:
1) klien mengatakan mengalami nyeri hebat pada daerah perut
2) klien mengatakan susah makan karena sering mual muntah
3) klien mengatakan sering merasa haus

Data obyektif:
1) klien tampak pucat, dehidrasi
2) klien tampak kurus, anoreksia, konjungtiva pucat
3) klien tampak lemah, bedrest

ANALISA DATA
NO SYMPTOM PROBLEM ETIOLOGI
1. DS : Klien Pola nafas tidak Deformitas dinding
Mengatakan Nyeri efektif dada(adanya edema
Pada dada pada paru)
DO :
 Dipsnea
 Napas Pendek
 Batuk
 Hemoptisis
 Pembesaran Limpa
 Hipoksia
2. DS: klien Nyeri akut Agen cidera biologi
mengatakan
mengalami nyeri
hebat pada daerah
perut
P: nyeri berkurang
setelah minum obat
Q: nyeri berat
R: nyeri pada daerah
perut
S: skala 8
T: nyeri terasa
selama 3 menit
sekali
DO: klien tampak
menahan nyeri
3. DS: klien Ketidak seimbangan Ketidakmampuan
mengatakan susah nutrisi kurang dari dalam
makan karena sering kebutuhan tubuh memasukkan/mencerna
mual muntah makanan karena faktor
DO: klien tampak biologi
kurus, lemah,
anoreksia,
konjungtiva pucat

4. DS: ibu klien Resiko kekurangan Retensi garam dan air


mengatakan sering volume cairan
merasa haus
DO: klien tampak
lemah, bedrest,
dehidrasi, turgor kulit
lambat
5. Ds : - Pasien Gangguan eliminasi Sindroma nefrotik
mengatakan merasa urin (penurunan filtrasi)
nyeri saat awal
setelah BAK

Do :
- Dipermukaan
saluran kencing
bawah (orifisium
uretra) merah
(eritematus) dan
membengkak
(oedema)
6. DS : Resiko infeksi Tindakan invasif
DO :
- Pasien tampak
lemah
- Skala nyeri 8
- Tampak terpasang
kateter

INTERVENSI
WAKTU NO.
NOC NIC RASIONAL
Tgl Jam Dx
1. Setelah dilakukan 1. Buka jalan nafasdengan 1. Agar memudahkan
tindakan tehnik chin lift bernapas dengan lancar
keperawatan 2. Posisikan klien untuk 2. Untuk memenuhi
selama….X24 jam memaksimalkan kebutuhan O2 klien
diharapkan pola ventilasi
nafas klien normal 3. Identifikasi jika 3. Mencegah terjadinya
dengan kriteria pasien perlu hipoksia
hasil: pemasangan alat jalan
- Respirasi dalam nafas buatan
batas normal 4. Auskultasi suara nafas, 4. Untuk mengetahui
- Mudah bernafas catat adanya suara adanya suara nafas
- Tidak ada dipsnea nafas tambahan tambahan
- TTV normal 5. Monitor respirasi dan 5. Untuk mengetahui
status O2 respirasired dan
kebutuhab O2
6. Observasi TTV 6. Mengetahui keadaan
umum klien

2. Setelah dilakukan 1. Kaji secara 1 Mengindikasikan


asuhan komprehensif tentang terjadinya komplikasi.
keperawatan nyeri meliputi: lokasi,
selama ... x 24 jam karakteristik, dan onset,
diharapkan nyeri durasi, frekuensi,
berkurang dengan kualitas,
kriteria hasil: intensitas/beratnya nyeri,
 Mengenali faktor dan faktor-faktor
penyebab presipitasi
 Menggunakan 2. Kaji pengalaman 2.Dapat membandingkan
metode individu terhadap nyeri, nyeri yang ada dari nyeri
pencegahan keluarga, dengan nyeri sebelumnya
 Menggunakan kronis
metode 3. Evaluasi tentang 3.Penggunaan persepsi
pencegahan non keefektifitan dari diri/ perilaku untuk
analgetik untuk tindakan mengontrol menghilangkan nyeri
mengurangi nyeri nyeri yang telah dapat membantu pasien
 Menggunakan digunakan mengatasinya lebih
analgetik sesuai 4. Berikan informasi efektif
kebutuhan tentang nyeri seperti 4. Informasi tentang nyeri
 Melaporkan penyebab, berapa lama dapat membantu dalam
gejala pada tenaga terjadi, dan tindakan menurunkan persepsi
kesehatan pencegahan nyeri
 Mengenali 5. Berikan analgetik sesuai 5.Analgetik diberikan
gejala-gejala nyeri anjuran untuk nyeri ringan yang
 Mencatat 6. Beritahu dokter jika tidak hilang dengan
pengalaman tindakan berhasil atau tindakan kenyamanan.
tentang nyeri terjadi keluhan 6.Untuk melanjutkan
sebelumnya terapi selanjutnya
 Melaporkan
nyeri yang sudah
terkontrol
Keterangan
penilaian NOC:
1. Tidak dilakukan
sama sekali
2. Jarang
dilakukan
3. Kadang
dilakukan
4. Sering
dilakukan
5. Selalu
dilakukan
3. Setelah dilakukan 1. Kaji adanya alergi 1. Untuk mengetahui
asuhan makanan apakah pasien ada alergi
keperawatan makanan
selama ... x 24 jam
diharapkan nafsu
makan klien 2. Anjurkan pasien untuk 2. intake fe dapat
normal lagi dengan meningkatkan intake meningkatkan kekuatan
kriteria hasil: Fe tulang
 Stamina,Tenaga 3. Berikan substansi gula 3. substansi gula dapat
 Kekuatan meningkatkan energi
menggenggam pasien
 Penyembuhan 4. Berikan makanan 4. Untuk memenuhi status
jaringan yang terpilih( sudah gizi pasien
 Daya tahan tubuh dikonsultasikan dengan
 Tidak ada ahli gizi)
penurunan BB yg 5. Ajarkan pasien 5. Catatan harian makanan
berlebih bagaimana membuat dapat mengetahui asupan
Keterangan catatan makanan harian nutrisi pasien
penilaian NOC:
1. Tidak pernah
menunjukkan
2. Jarang
menunjukkan
3. Kadang
menunjukkan
4. Sering
menunjukkan
5. Selalu
menunjukkan
4. Setelah dilakukan 1. Pertahankan catatan 1. Untuk mengetahui
asuhan intake output urin yang perubahan intake output
keperawatan di buat urin klien
selama 3 x 24 jam 2. Monitor adanya status 2.antisipasi terjadinya
diharapkan klien dehidrasi dehidrasi berat
dapat tidak ada 3. Monitor hasil lab. yang 3.untuk memberikan
resiko kekurangan sesuai dengan retensi tindakan yang sesuai
volume cairan cairan dengan kondisi klien
dengan kriteria 4. Monitor TTV 4.untuk mengetahui
hasil: keadaan umum klien
 Mempertahankan 5. Kolaborasi pemberian 5.Untuk memulihkan
urin output sesuai cairan atau makanan/ energi pasien
dengan usia dan infus
BB 6. Monitor status nutrisi 6. Untuk mengetahui
 TTV dalam batas intake nutrisi pasien
normal 7. Dorong masukan oral 7. Mengoptimalkan
 Elastisitas turgor keadaan pasien agar
kulit normal kembali normal
 Tidak ada tanda-
tanda dehidrasi
 Membran mukosa
lembab
 Tidak ada rasa
haus berlebihan
Keterangan
penilaian NOC:
1. Tidak dilakukan
sama sekali
2. Jarang dilakukan
3. Kadang
dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
5. Setelah dilakukan Urinary elimination
tindakan management
keperawatan 1. Monitor pengeluaran 1. Untuk mengetahui
selama…x 24 jam urin termasuk frekuensi, warna, frekuensi, volume
eliminasi urin klien warna, volume, dan dan senyawa yang
dalam rentang senyawa yang terkandung terkandung dalam urine
normal dengan didalamnya yang di keluarkan oleh
urinary paisen.
elimination kriteria 2. Monitor tanda dan 2. Untuk mengetahui
hasil : gejala adanya retensi urin tanda dan gejala yang
- Frekuensi terjadi pada pasien pada
eliminasi urin saat terjadi retensi urine.
dalam rentang 3. Catat waktu 3. Untuk mengetahui
normal pengeluaran urin terakhir pengeluaran urin pasien
- Tidak ada 4. Ajarkan pasien untuk 4. Untuk membantu
bengkak dan minum secara lancar yaitu pasien dalam
memerah pada 8 gelas sehari memasukkan cairan secara
saluran kemih optimal.
- Tidak ada 5. Anjurkan klien untuk 5. Untuk membantu
sekret/cairan nanah mengenali adanya ISK pasien mengetahui gejala
keluar dari saluran yang berkelanjutan apabila ISK kembali.
kencing
- Urin tidak
mengandung
protein glukosa
ataupun keton

6. Setelah dilakukan 1. Pertahankan tehnik 1. Untuk mencegah


tindakan isolasi terjadinya infeksi
keperawatan 2. Batasi pengunjung bila 2. Untuk mengurangi
selama 2x24 jam, perlu resiko infeksi dari
diharapkan pasien pengunjung
mampu 3. Instruksikan pada 3. Untuk mencegah
mengkontrol pengunjung untuk penyebaran pathogen
terjadinya infeksi mencuci tangan saat terhadap pengunjung
dengan criteria berkunjung dan setelah
hasil: berkunjung
- faktor resiko dari 4. Pertahankan 4. Untuk mengurangi
lingkungan lingkungan aseptic selama penyebaran pathogen
terpantau pemasangan alat
- strategi kontrol 5. Tingkatkan intake 5. Untuk mempertahankan
resiko berkembang nutrisi asupan nutrisi klien
dengan efektif 6. Berikan terapi 6. Antibiotic sebagai
- memonitor antibiotic bila perlu pelindung tubuh untuk
perubahan status menolak pathogen yang
kesehatan merugikan bagi tubuh
- melaksanakan
strategi kontrol
resiko yang terpilih
Skala:
Tidak pernah
sampai
diperlihatkan
1.tidak
diperlihatkan
2.jarang
diperlihatkan
3.kadang-kadang
diperlihatkan
4.sering
diperlihatkan
5.konsisten
diperlihatkan

IMPLEMENTASI
No
Tgl Implementasi Paraf
DX
1 1. Membuka jalan nafas dengan tehnik chin lift
2. memposisikan klien untuk memaksimalkan
ventilasi
3. mengIdentifikasi jika pasien perlu pemasangan alat
jalan nafas buatan
4. mengauskultasi suara nafas, catat adanya suara
nafas tambahan
5. memonitor respirasi dan status O2
6. mengobservasi TTV
2 1. mengkaji secara komprehensif tentang nyeri
meliputi: lokasi, karakteristik, dan onset, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan
faktor-faktor presipitasi
2. mengkaji pengalaman individu terhadap nyeri,
keluarga, dengan nyeri kronis
3. mengevaluasi tentang keefektifitan dari tindakan
mengontrol nyeri yang telah digunakan
4. memberikan informasi tentang nyeri seperti
penyebab, berapa lama terjadi, dan tindakan
pencegahan
5. memberikan analgetik sesuai anjuran
6. memberitaukan dokter jika tindakan berhasil atau
terjadi keluhan
3 1. mengkaji adanya alergi makanan
2. menganjurkan pasien untuk meningkatkan intake
Fe
3. memberikan substansi gula
4. memberikan makanan yang terpilih( sudah
dikonsultasikan dengan ahli gizi)
5. memberikan pasien bagaimana membuat catatan
makanan hari
4 1. mempertahankan catatan intake output urin yang di
buat
2. memonitir adanya status dehidrasi
3. memonitor hasil lab. yang sesuai dengan retensi
cairan
4. memonitor TTV
5. mengkolaborasikan pemberian cairan atau
makanan/ infus
6. memonitor status nutrisi
7. mendorong masukan oral
5 1. memonitor pengeluaran urin termasuk frekuensi,
warna, volume, dan senyawa yang terkandung
didalamnya
2. memonitor tanda dan gejala adanya retensi urin
3. mencatat waktu pengeluaran urin terakhir
4. mengajarkan pasien untuk minum secara lancar
yaitu 8 gelas sehari
5. mengajarkan klien untuk mengenali adanya ISK
yang berkelanjutan
6 1. Mempertahankan tehnik isolasi
2. mengintruksikan pada pengunjung untuk mencuci
tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
3. mempertahankan lingkungan aseptic selama
pemasangan alat
4. mmeningkatkan intake nutrisi
5. memberikan terapi antibiotic bila perlu
EVALUASI
No
TGL EVALUASI PARAF
DX
1 S : Klien mengatakan tidak lagi sesak
O : Pola nafas klien lancar
A : Tujuan tercapai, masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
2 S : Klien mengatakan nyeri sudah berkurang
O : wajah klien terlit tidak meringis menahan nyeri
A : Tujuan tercapai, Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
3 S : Klien mengatakan sudah tidak merasa mual
O : Klien sudah tidak terlihat lemas, konjungtiva
normal
A : Tujuan tercapai, Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
4 S : Klien mengatakan tidak merasa lemah
O :Tugor kulit normal
A : Tujuan tercapai, Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
5 S:-
O : Klien BAK dengan normal
A : Tujuan tercapai, Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
6 S:-
O : Tidak terpasang kateter
A : Tujuan tercapai, Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dalam rangka menurunkan angka kematian maternal dan perinatal akibat preeklampsia-
eklampsia deteksi dini dan penanganan yang adekuat terhadap kasus preeklampsia ringan harus
senantiasa diupayakan. Hal tersebut hanya dapat dilakukan dengan mempertajam kemampuan
diagnosa para penyelenggara pelayanan bumil dari tingkat terendah sampai teratas, dan melakukan
pemeriksaan bumil secara teratur. Mengingat komplikasi terhadap ibu dan bayi pada kasus-kasus
PEB-E, maka sudah selayaknyalah semua kasus-kasus tersebut dirujuk ke pusat pelayanan
kesehatan yang memiliki fasilitas penanganan kegawatdaruratan ibu dan neonatal. Demikian
makalah mengenai Penanganan Preeklampsia Berat dan Eklampsia kami rangkum sebagai
penyegaran bagi rekan-rekan di daerah.

3.2 SARAN
 Diharapkan pada tenaga kesehatan untuk menjelaskan tanda-tanda bahaya dalam kehamilan,
sehingga ibu hamil dapat mengetahui gejala awal dan penyimpangan yang terjadi dan
mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat
 Tenaga kesehatan harus memberikan penyuluhan pada ibu –ibu hamil tentang KB supaya
mereka bisa mengatur kehamilannya dan meningkatkan kondisi kesehatannya sehingga
dapat mencegah terjadinya komplikasi dan penyulit kehamilan dan persalinan
 Jika tenaga kesehatan menemui kasus ibu hamil / ibu antepartum dengan PEB segera rujuk
ke RS
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, dkk. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC


Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. Jakarta: YBP-SP
Curtis, Glade B. 1999. Apa Yang Anda Hadapi Minggu Per Minggu Kehamilan. Jakarta : Arcan.
Walsh, Linda V. 2008. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC.
Bobak, Irena. M. (2004), Perawatan Maternitas dan Ginekologi. Jakarta : EGC

Dinkes Kaltim. (2009). Angka kematian Ibu Masih tinggi. diakses pada 18 Juli 2010
dari http://dinkeskaltim.com

Doenges & Moorhouse. (2001). Rencana Perawatan Maternal/Bayi.Jakarta : EGC

Doenges, Moorhouse, Geissler. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC

Das könnte Ihnen auch gefallen