Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II
WA YANTI (P.1608015)
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap wanita hamil mempunyai potensi resiko komplikasi persalinan dengan dampak
ketidak nyamanan, ketidakpuasan, bahkan kematian. Preeklampsia merupakan suatu penyakit yang
langsung disebabkan oleh kehamilan yang hingga kini penyebabnya masih belum diketahui dengan
pasti, yang ditandai dengan hipertensi atau tekanan darah tinggi, edema dan proteinuria yang masih
merupakan sebab utama kematian ibu dan sebab kematian perinatal yang tinggi , untuk mendeteksi
preeklamsia sedini mungkin dengan melalui pemeriksaan kehamilan secara teratur mulai trimester I
sampai trimester III dalam upaya mencegah preeklampsia menjadi lebih berat.( Wiknjosastro, 2008)
preeklamsia berat sering ditemukan pada wanita hamil pada trimester ketiga dengan
penyebab yang belum diketahui dan sering terjadi pada usia 30 tahun ke atas. Preeklampsia
merupakan suatu penyakit yang langsung disebabkan oleh kehamilan yang hingga kini
penyebabnya masih belum diketahui dengan pasti, yang ditandai dengan hipertensi atau tekanan
darah tinggi, edema dan proteinuria yang masih merupakan sebab utama kematian ibu dan sebab
kematian perinatal yang tinggi
B. PENGERTIAN
Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas
yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menjukkan tanda-tanda kelainan
vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan
berumur 20 minggu atau lebih. (Nanda, 2012)
Preeklamsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan
proteinuria, penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ketiga dalam kehamilan, atau segera
setelah persalinan. ( Prawirohardjo, 2008)
Preeklamsia kadang-kadang berkembang tanpa gejala. Tekanan darah tinggi dapat berkembang
secara perlahan, namun lebih sering terjadi secara mendadak. Pemantauan tekanan darah adalah
bagian penting dari perawatan kehamilan, karena tanda pertama preeklampsia umumnya
peningkatan tekanan darah. Tekanan darah dari 140/90 (mm Hg) atau lebih besar.
C. KLASIFIKASI
Dibagi dalam 2 golongan :
1. Pre-eklampsi ringan, bila keadaan sebagai berikut :
a) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi rebah terlentang/tidur
berbaring, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih, atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau
lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 x pemeriksaan dengan jarak periksa 1
jam, sebaiknya 6 jam.
b) Edema umum, kaki, jari tangan dan muka, atau kenaikan berat badan 1 kg atau lebih
perminggu.
c) Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih perliter, kwalitatif 1+atau 2+ pada urin kateter atau
midstream ( Ida Bagus.1998).
2. Pre-eklampsi berat:
a) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
b) Proteinuria 5 gr atau lebih perliter
c) Oliguria, jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam
d) Keluhan subjektif :
Nyeri di epigastrium
Gangguan penglihatan
Nyeri kepala
Edema paru dan sianosis
e) Pemeriksaan :
Kadar enzim hati meningkat disertai ikterus
Perdarahan pada retina
Trombosit kurang dari 100.000/mm
D. ETIOLOGI
Penyebab preeklampsia sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti, sehingga penyakit ini
disebut dengan “The Diseases of Theories”.
Beberapa faktor yang berkaitan dengan terjadinya preeklampsia adalah :
1. Faktor Trofoblast
Semakin banyak jumlah trofoblast semakin besar kemungkina terjadinya Preeklampsia. Ini
terlihat pada kehamilan Gemeli dan Molahidatidosa. Teori ini didukung pula dengan adanya
kenyataan bahwa keadaan preeklampsia membaik setelah plasenta lahir.
2. Faktor Hormonal
Penurunan hormon Progesteron menyebabkan penurunan Aldosteron antagonis, sehingga
menimbulkan kenaikan relative Aldoteron yang menyebabkan retensi air dan natrium,
sehingga terjadi Hipertensi dan Edema.
3. Faktor Genetik
Menurut Chesley dan Cooper (1986) bahwa Preeklampsia / eklampsia bersifat diturunkan
melalui gen resesif tunggal.2 Beberapa bukti yang menunjukkan peran faktor genetic pada
kejadian Preeklampsia-Eklampsia antara lain:
a) Terdapatnya kecendrungan meningkatnya frekwensi Preeklampsia-Eklampsia pada anak-
anak dari ibu yang menderita Preeklampsia-Eklampsia.
b) Kecendrungan meningkatnya frekwensi Preeklampsia-Eklampsia pada anak dan cucu ibu
hamil dengan riwayat Preeklampsia-Eklampsia dan bukan pada ipar mereka.
4. Faktor Gizi
Menurut Chesley (1978) bahwa faktor nutrisi yang kurang mengandung asam lemak
essensial terutama asam Arachidonat sebagai precursor sintesis Prostaglandin akan
menyebabkan “Loss Angiotensin Refraktoriness” yang memicu terjadinya preeklampsia.
Hipertensi dalam kehamilan yang muncul pada trimester ketiga bisa menjadi gejala preeklamsia
yang sangat jelas. Kondisi ini bisa dilihat apakah ibu mengalami gangguan ini sejak awal atau baru
muncul saat hamil. Tekanan darah tinggi pada ibu hamil sangat berbahaya untuk kesehatan ibu dan
janin. Dalam dunia medis ketika ibu memiliki tekanan darah sebesar 140 / 90 maka itu sudah
tergolong darah tinggi. Kemudian angka yang lebih besar bisa menjadi tanda yang sangat
berbahaya. Jika ibu mengalami sepertin ini maka pemeriksaan yang pasti harus dilakukan di rumah
sakit atau fasilitas kesehata yang lain.
Masalah kaki bengkak untuk ibu hamil biasanya sering terjadi pada trimester ketiga. Kondisi ini
bisa menyebabkan tubuh menjadi tidak nyaman dan bahaya kaki bengkak saat hamil. Bengkak di
kaki disebabkan karena terjadi penumpukan cairan pada bagian kaki. Meskipun pembengkakan juga
bisa terjadi pada bagian wajah atau tubuh yang lain. Tanda yang harus diperhatikan adalah apabila
bagian yang bengkak di tekan dengan jari namun tidak segera pulih. Kemudian ibu harus
memperhatikan perubahan warna kaki dan selalu merubah posisi kaki ketika duduk atau tidur.
Gejala preeklamsia pada ibu hamil bisa menyebabkan adanya protein dalam urin atau lebih dikenal
dengan nama proteinuria. Protein biasanya terdapat pada darah saja, namun karena masalah ini
maka protein bisa bocor dalam urin karena sudah masuk ke ginjal. Kemudian dalam urin juga
ditemukan bahan lain termasuk albumin. Pemeriksaan ini dilakukan dilaboratorium dengan
mengambil sampel urin ibu hamil. Dengan alat khusus maka bisa membuktikan jika ada protein
dalam urin. Jika sudah seperti ini maka pengawasan terhadap kondisi ibu bisa dilakukan selama 24
sampai 48 jam. Kondisi ini juga menjadi gejala keracunan kehamilan yang harus diperhatikan.
(baca: akibat kelebihan albumin bagi ibu hamil)
4. Sakit kepala
Ibu yang mengalami preeklamsia juga akan merasaka sakit kepala yang berat. Penyebab sering
pusing saat hamil berkaitan dengan masalah ini harus segera ditemukan. Kondisi ini ditandai
dengan rasa berat pada kepala, kepala terasa berdenyut, migrain dan nyeri kepala yang lebih berat.
Jika ibu mengalami sakit kepala yang berat maka juga bisa terkena dampak sensitif terhadap suara,
cahaya dan kiga gerakan tubuh. Penggunaan obat sakit kepala untuk ibu hamil tidak dilakukan
secara asal karena harus mengikuti resep dari dokter yang merawat. (baca: obat sakit kepala untuk
ibu hamil)
Ibu hamil juga bisa mengalami sakit perut pada bagian kanan. Rasa sakit bahkan bisa terasa hingga
ke bagian rusuk dan ini akan sangat menyakitkan. Beberapa ibu hamil mungkin akan merasa seperti
sakit maag atau gerakan bayi yang menendang dari rahim. Namun jika dibiarkan maka rasa sakit
bisa menyebar hingga ke bagian bahu kanan atau terasa seperti leher yang tertekan. Hal ini
menyebabkan gerakan ibu tidak normal dan ibu tidak bisa bergerak dengan bebas. Jika sudah
seperti ini maka ibu hamil harus segera pergi ke dokter untuk mencari perawatan yang tepat. Sakit
perut bagian ini juga harus dikenali jika memang sudah terjadi kontraksi. (baca: ciri ciri kontraksi
akan melahirkan – tanda tanda akan melahirkan)
6. Mual dan muntah
Umumnya mual dan muntah akan terjadi pada ibu hamil yang masuk ke trimester pertama
sebagai gangguan kehamilan yang wajar. Ini menjadi tanda bahwa ibu mengalami morning sickness
dan sangat wajar. Jika mual dan muntah terjadi pada trimster ketiga maka ini adalah gejala
preeklamsia pada ibu hamil. Mual dan muntah bisa terjadi secara mendadak sehingga mungkin ibu
tidak akan mengenali ini sebagai akibat kelelahan atau masuk angin pada ibu hamil. Untuk
mendapatkan pemeriksaan apakah ini preeklamsia atau bukan maka ibu hamil bisa melakukan
pemeriksaan ke rumah sakit terdekat.
Kemudian jika ibu terkena preeklamsia maka juga akan merasakan sakit punggung bawah yang
sangat kuat. Kondisi ini biasanya dikenali oleh ibu hamil karena merasa kelelahan atau akibat
berdiri terlalu lama. Namun bisa juga disebabkan karena gangguan hati pada ibu hamil dan
preeklamsia. Sakit punggung bawah biasanya datang bersamaan dengan nyeri perut dan sakit bahu
pada bagian atas. Jika gejala terus berkembang dan tubuh ibu hamil kurang nyaman maka sebaiknya
segera pergi ke dokter untuk mendapatkan perawatan.
Biasanya ketika ibu melakukan pemeriksaan rutin maka ibu akan mendapatkan hasil pemeriksaan
berat badan. Berat badan untuk ibu hamil bisa menjadi pertimbangan apakah janin berkembang
dengan baik atau tidak. Namun jika kenaikan berat badan terjadi pada trimester ketika dengan
sangat cepat maka ini bisa menjadi pertanda preeklamsia. Jika ibu merasa seperti ini maka
sebaiknya ibu tidak berusaha untuk diet atau usaha untuk menurunkan berat badan. Ibu harus pergi
ke dokter untuk mendapatkan saran terbaik saat merawat kondisi perubahan tubuh yang cepat.
Asupan air putih untuk ibu juga harus cukup dan konsumsi makanan yang sesuai dengan program
diet.
9. Hiperreflexia
Hiperreflexia adalah sebuah kondisi ketika ibu memberikan sinyal yang kuat terhadap sebuah
respon. Misalnya dari pemeriksaan dokter yang memberikan pukulan kecil untuk lutut dan kaki ibu
naik dengan cepat. Sistem respon ini mungkin terjadi tanpa pernah disadari karena terlihat berbeda
untuk orang yang sehat. Kondisi ini bisa menyebabkan ibu memiliki ancaman respon syaraf yang
berlebihan termasuk kejang. Kejang pada ibu hamil sangat berbahaya karena bisa menyebabkan
kematian ibu dan bayi.
Ibu yang mengalami preeklamsia juga bisa merasakan mata kabur yang sering terjadi bersamaan
dengan sakit kepala. Perubahan fungsi mata yang normal ini terjadi ketika adanya bagian sistem
syaraf pusat yang mengalami iritasi sehingga terjadi pembengkakan pada bagian otak. Perubahan
fungsi mata ini biasanya bisa ditandai dengan efek mata saat terkena cahaya yang berlebihan, lampu
yang berkedip dengan cepat dan pandangan ibu yang menjadi kabur terhadap objek yang terang.
11. Sesak nafas
Dada sesak saat hamil bisa menjadi tanda preeklamsia juga bisa menderita berbagai gangguan lain
termasuk sesak nafas. Sesak nafas bisa terjadi bersamaan dengan rasa panik yang berlebihan,
perasaan bingung, cemas dan rasa tidak selamat. Bahkan ibu hamil bisa merasakan tekanan
kehamilan yang sangat besar akibat masalah mental. Kondisi ini biasanya terjadi karena adanya
gumpalan atau penumpukan cairan yang berlebihan pada bagian paru-paru ibu. Jika gejala ini
muncul dengan cepat maka sebaiknya ibu hamil cepat datang ke rumah sakit. Jika sudah seperti ini
maka ibu bisa mencoba cara mengatasi sesak nafas saat hamil.
F. KOMPLIKASI
Kejang-kejang (eklampsia)
Eklampsia merupakan jenis kejang (kontraksi involunter dari otot) yang dapat dialami
wanita hamil, biasanya dari minggu 20 kehamilan atau beberapa waktu setelah melahirkan.
Selama kejang eklampsia, lengan, kaki, leher atau rahang ibu tanpa sadar akan berkedut
berulang kali. Ibu dapat kehilangan kesadaran dan mengompol. Kejang biasanya
berlangsung kurang dari satu menit.
Meski kebanyakan wanita melakukan pemulihan penuh setelah eklampsia, ada risiko
kecil terjadinya cacat tetap atau kerusakan otak jika mengalami kejang parah. Dari mereka
yang memiliki eklampsia, sekitar 1 dari 50 meninggal dalam kondisi tersebut. Bayi yang
belum lahir bisa mati lemas selama kejang terjadi, dan 1 dari 14 bayi meninggal.
Penelitian telah menemukan bahwa obat yang disebut magnesium sulfat dapat
mengurangi separuh risiko eklampsia dan risiko ibu sekarat. Obat ini sekarang banyak
digunakan untuk pengobatan setelah terjadinya eklampsia, dan untuk mengobati wanita
yang mungkin berisiko
.
Sindrom HELLP
Sindrom HELLP adalah gangguan hati dan pembekuan darah langka yang dapat
terjadi pada wanita hamil. Kemungkinan besar terjadi setelah bayi dilahirkan, tetapi dapat
muncul kapan saja setelah 20 minggu kehamilan dan sebelum 20 minggu dalam kasus yang
jarang terjadi.
Nama HELLP merupakan inisial untuk setiap kondisi, yaitu:
• “H” adalah hemolisis – di mana sel-sel darah merah dalam darah memecah
• “EL” adalah peningkatan enzim hati (protein) – tingginya jumlah enzim dalam hati
merupakan tanda kerusakan hati
• “LP” adalah jumlah trombosit yang rendah – trombosit adalah zat dalam darah yang
dapat membuat darah membeku
Sindrom HELLP berbahaya seperti eklampsia, tetapi sedikit lebih umum. Satu-satunya cara
untuk mengatasi kondisi ini adalah dengan melahirkan bayi sesegera mungkin. Ibu dapat
sepenuhnya pulih setelah menerima pengobatan.
Stroke
Suplai darah ke otak dapat terganggu sebagai akibat dari tekanan darah tinggi. Hal
ini dikenal sebagai perdarahan otak atau stroke. Jika otak tidak mendapatkan cukup oksigen
dan nutrisi dari darah, sel-sel otak akan mati sehingga menyebabkan kerusakan otak bahkan
kematian.
Masalah organ
Pulmonary oedema – di mana cairan menumpuk di dalam dan di sekitar paru-paru,
membuat paru-paru berhenti bekerja dengan baik yaitu menghalangi paru-paru menyerap
oksigen.
Gagal ginjal – bila ginjal tidak dapat menyaring produk limbah dari darah. Hal ini
menyebabkan racun dan cairan tertumpuk di dalam tubuh.
Gagal hati – gangguan fungsi hati. Hati memiliki banyak fungsi termasuk mencerna
protein dan lemak, memproduksi empedu dan mengeluarkan racun. Setiap kerusakan
yang mengganggu fungsi-fungsi ini bisa berakibat fatal.
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
a. Identitas pasien
Nama : Ny. P
Umur : 32 th
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Suli atas
Status Perkawinan : Kawin
No. RM : 01245266
Tanggal masuk RS :12 februari 2018 (19.00 WIB)
B. KELUHAN UTAMA
Pasien mengeluh Mual dan muntah dan Pasien juga mengeluh bengkak pada kaki dan mata
saat bangun tidur
4. Riwayat perkawinan
Status perkawinn : Kawin
Berapa kali menikah :1x
Usia pernikahan : 18 tahun
Lama pernikahan : 11 tahun
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Penampilan : klien tidak terlihat lemas
Kesadaran
Kualitas: compos mentis
Kuantitas: E = 4, M = 6, V = 5 GCS = 15
Fungsi kortikal: klien dapat mengenal ruangan, tempat, waktu dan orang.
Tanda-tanda vital
TD = 180/110 mmHg
P = 80 x / m
R = 27 x / m
S = 36,5˚C
BB sebelum hamil: 43 kg
BB sekarang: 51 kg
TB: 153 cm
3. Muka
Bentuk simetris, tidak ada edema, tidak sembab, tidak ada cloasma gravidarum.
4. Mata
Conjungtiva anemis, sclera an-ikterik, pungsi penglihatan klien baik terbukti klien dapat
membaca papan nama yang mengkaji dalam jarak ± 30 cm.
5. Hidung
Bentuk simetris, keadaan bersih, pernafasan cuping hidung (-), fungsi penciuman baik
terbukti klien dapat mencium aroma kayu putih.
6. Leher
Tidak ada peningkatan JVP, tidak ada pembesaran KGB dan tidak ada peningkatan tyroid.
7. Dada
Bentuk simetris, bunyi jantung reguler, tidak terdapat bunyi ronchi maupun wheezing,
mamae simetris tidak ada benjolan, puting susu menonjol, sudah ada pengeluaran
colostrum.
8. Abdomen
Tidak ada luka bekas operasi, bentuk abdomen simetris, lingkar perut 92 cm.
Pemriksaan leopoid
TFU = 25 cm
DJJ = 142 x / menit
Leopold I : teraba fundus uteri 3 jari di bawah proc. Xyphoideus teraba massa besar, lunak,
noduler
Leopold II : teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian – bagian kecil janin di sebelah
kanan.
Leopold III : teraba masa keras, terfiksir
Leopold IV : bagian terbawah janin telah masuk pintu atas panggul
9. Genetalia
bersih, tidak ada varises, tidak ada pembesaran kelenjar batholin
10. Tungkai
Tidak terdapat edema, terdapat parises, reflek patela (+)
1. Nutrisi
Klien mengatakan makan dengan jenis nasi, sayura juga lauk pauk dengan frekuensi tiga kali
sehari dan minum frekuensi ± 8 gelas = 2000 ml/ hari dengan jenis air putih dan air teh.
2. Istirahat/tidur
Klien mengatakan tidur siang ±1 jam dan tidur malam ± 6 jam dengan kualitas tidak nyenyak.
3. Personal Hygiene
Klien mengatakan mandi dua kali sehari, cuci rambut tiga kali seminggu, gosok gigi dua kali
sehari, dan ganti pakaian 2kali sehari.
4. Eliminasi
Klien mengatakan BAB sehari satu kali dengan konsentrasi padat, warna kuning khas feces.
BAK sehari ± 6 kali sehari dengan warna putih.
5. Pola aktivitas
Kegiatan dalam pekerjaan selama hamil memasuki trimester ke- III klien istirahat bekerja hanya
diam dirumah,membantu memasak dan bersih-bersih rumah,olahraga jalan-jalan pagi dan ikut
senam hamil 0,5 jam – 1 jam keluhan dalam aktivitas nyeri pinggang dan pusing.
V. ASPEK SOSIAL
Hubungan klien dengan lingkungan rumahnya dan rumah sakit baik. Klien kooperatif dengan
petugas kesehatan rumah sakit.
Data obyektif:
1) klien tampak pucat, dehidrasi
2) klien tampak kurus, anoreksia, konjungtiva pucat
3) klien tampak lemah, bedrest
ANALISA DATA
NO SYMPTOM PROBLEM ETIOLOGI
1. DS : Klien Pola nafas tidak Deformitas dinding
Mengatakan Nyeri efektif dada(adanya edema
Pada dada pada paru)
DO :
Dipsnea
Napas Pendek
Batuk
Hemoptisis
Pembesaran Limpa
Hipoksia
2. DS: klien Nyeri akut Agen cidera biologi
mengatakan
mengalami nyeri
hebat pada daerah
perut
P: nyeri berkurang
setelah minum obat
Q: nyeri berat
R: nyeri pada daerah
perut
S: skala 8
T: nyeri terasa
selama 3 menit
sekali
DO: klien tampak
menahan nyeri
3. DS: klien Ketidak seimbangan Ketidakmampuan
mengatakan susah nutrisi kurang dari dalam
makan karena sering kebutuhan tubuh memasukkan/mencerna
mual muntah makanan karena faktor
DO: klien tampak biologi
kurus, lemah,
anoreksia,
konjungtiva pucat
Do :
- Dipermukaan
saluran kencing
bawah (orifisium
uretra) merah
(eritematus) dan
membengkak
(oedema)
6. DS : Resiko infeksi Tindakan invasif
DO :
- Pasien tampak
lemah
- Skala nyeri 8
- Tampak terpasang
kateter
INTERVENSI
WAKTU NO.
NOC NIC RASIONAL
Tgl Jam Dx
1. Setelah dilakukan 1. Buka jalan nafasdengan 1. Agar memudahkan
tindakan tehnik chin lift bernapas dengan lancar
keperawatan 2. Posisikan klien untuk 2. Untuk memenuhi
selama….X24 jam memaksimalkan kebutuhan O2 klien
diharapkan pola ventilasi
nafas klien normal 3. Identifikasi jika 3. Mencegah terjadinya
dengan kriteria pasien perlu hipoksia
hasil: pemasangan alat jalan
- Respirasi dalam nafas buatan
batas normal 4. Auskultasi suara nafas, 4. Untuk mengetahui
- Mudah bernafas catat adanya suara adanya suara nafas
- Tidak ada dipsnea nafas tambahan tambahan
- TTV normal 5. Monitor respirasi dan 5. Untuk mengetahui
status O2 respirasired dan
kebutuhab O2
6. Observasi TTV 6. Mengetahui keadaan
umum klien
IMPLEMENTASI
No
Tgl Implementasi Paraf
DX
1 1. Membuka jalan nafas dengan tehnik chin lift
2. memposisikan klien untuk memaksimalkan
ventilasi
3. mengIdentifikasi jika pasien perlu pemasangan alat
jalan nafas buatan
4. mengauskultasi suara nafas, catat adanya suara
nafas tambahan
5. memonitor respirasi dan status O2
6. mengobservasi TTV
2 1. mengkaji secara komprehensif tentang nyeri
meliputi: lokasi, karakteristik, dan onset, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan
faktor-faktor presipitasi
2. mengkaji pengalaman individu terhadap nyeri,
keluarga, dengan nyeri kronis
3. mengevaluasi tentang keefektifitan dari tindakan
mengontrol nyeri yang telah digunakan
4. memberikan informasi tentang nyeri seperti
penyebab, berapa lama terjadi, dan tindakan
pencegahan
5. memberikan analgetik sesuai anjuran
6. memberitaukan dokter jika tindakan berhasil atau
terjadi keluhan
3 1. mengkaji adanya alergi makanan
2. menganjurkan pasien untuk meningkatkan intake
Fe
3. memberikan substansi gula
4. memberikan makanan yang terpilih( sudah
dikonsultasikan dengan ahli gizi)
5. memberikan pasien bagaimana membuat catatan
makanan hari
4 1. mempertahankan catatan intake output urin yang di
buat
2. memonitir adanya status dehidrasi
3. memonitor hasil lab. yang sesuai dengan retensi
cairan
4. memonitor TTV
5. mengkolaborasikan pemberian cairan atau
makanan/ infus
6. memonitor status nutrisi
7. mendorong masukan oral
5 1. memonitor pengeluaran urin termasuk frekuensi,
warna, volume, dan senyawa yang terkandung
didalamnya
2. memonitor tanda dan gejala adanya retensi urin
3. mencatat waktu pengeluaran urin terakhir
4. mengajarkan pasien untuk minum secara lancar
yaitu 8 gelas sehari
5. mengajarkan klien untuk mengenali adanya ISK
yang berkelanjutan
6 1. Mempertahankan tehnik isolasi
2. mengintruksikan pada pengunjung untuk mencuci
tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
3. mempertahankan lingkungan aseptic selama
pemasangan alat
4. mmeningkatkan intake nutrisi
5. memberikan terapi antibiotic bila perlu
EVALUASI
No
TGL EVALUASI PARAF
DX
1 S : Klien mengatakan tidak lagi sesak
O : Pola nafas klien lancar
A : Tujuan tercapai, masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
2 S : Klien mengatakan nyeri sudah berkurang
O : wajah klien terlit tidak meringis menahan nyeri
A : Tujuan tercapai, Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
3 S : Klien mengatakan sudah tidak merasa mual
O : Klien sudah tidak terlihat lemas, konjungtiva
normal
A : Tujuan tercapai, Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
4 S : Klien mengatakan tidak merasa lemah
O :Tugor kulit normal
A : Tujuan tercapai, Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
5 S:-
O : Klien BAK dengan normal
A : Tujuan tercapai, Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
6 S:-
O : Tidak terpasang kateter
A : Tujuan tercapai, Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dalam rangka menurunkan angka kematian maternal dan perinatal akibat preeklampsia-
eklampsia deteksi dini dan penanganan yang adekuat terhadap kasus preeklampsia ringan harus
senantiasa diupayakan. Hal tersebut hanya dapat dilakukan dengan mempertajam kemampuan
diagnosa para penyelenggara pelayanan bumil dari tingkat terendah sampai teratas, dan melakukan
pemeriksaan bumil secara teratur. Mengingat komplikasi terhadap ibu dan bayi pada kasus-kasus
PEB-E, maka sudah selayaknyalah semua kasus-kasus tersebut dirujuk ke pusat pelayanan
kesehatan yang memiliki fasilitas penanganan kegawatdaruratan ibu dan neonatal. Demikian
makalah mengenai Penanganan Preeklampsia Berat dan Eklampsia kami rangkum sebagai
penyegaran bagi rekan-rekan di daerah.
3.2 SARAN
Diharapkan pada tenaga kesehatan untuk menjelaskan tanda-tanda bahaya dalam kehamilan,
sehingga ibu hamil dapat mengetahui gejala awal dan penyimpangan yang terjadi dan
mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat
Tenaga kesehatan harus memberikan penyuluhan pada ibu –ibu hamil tentang KB supaya
mereka bisa mengatur kehamilannya dan meningkatkan kondisi kesehatannya sehingga
dapat mencegah terjadinya komplikasi dan penyulit kehamilan dan persalinan
Jika tenaga kesehatan menemui kasus ibu hamil / ibu antepartum dengan PEB segera rujuk
ke RS
DAFTAR PUSTAKA
Dinkes Kaltim. (2009). Angka kematian Ibu Masih tinggi. diakses pada 18 Juli 2010
dari http://dinkeskaltim.com