Sie sind auf Seite 1von 13

Perbedaan Efektivitas Promosi Kesehatan Melalui Media

Audiovisual dan Metode Ceramah Terhadap Tingkat Pengetahuan


Anak SD Mengenai Penyakit TB

Mariatul Fadilah1, Monica Trifitriana2


-
1. Bagian IKM IKK, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan, Indonesia
2. Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan,
Indonesia
E-mail:
monicatrifitriana@rocketmail.com

Abstrak
Tuberkulosis atau TB merupakan penyakit infeksi menular yang paling banyak menyerang paru-paru. Indonesia
merupakan negara nomor dua untuk kejadian TB didunia. Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian kasus
tuberkulosis, WHO mengeluarkan program END-TB Strategy yang memiliki 3 pilar. Pilar nomor 2 mengenai
pentingnya kerjasama dengan pemerintah, pemangku swasta, dan masyarakat untuk pencegahan penyakit TB salah
satunya dalam bentuk promosi kesehatan. Promosi kesehatan menjadi hal terpenting untuk memberikan wawasan
kepada anak-anak terutama mengenai penyakit yang banyak terjadi di Indonesia. Penyampaian informasi mengenai
penyakit TB secara langsung sangat membantu menambah pengetahuan anak-anak, namun hasil akhirnya dipengaruhi
oleh metode penyampaian informasi tersebut. Penerapan metode ceramah dan media audiovisual dalam
menyampaikan informasi memiliki beberapa perbedaan dalam proses dan pencapaian terhadap tingkat pemahaman
murid. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas penggunaan metode ceramah dan media audiovisual
dalam menyampaikan informasi. Sebanyak 136 subjek penelitian adalah murid kelas 6 SD di SD Negeri 205
Palembang dan SD Swasta YWKA Palembang dibagi menjadi 2 kelompok dengan jumlah 68 subjek
penelitian masing-masing SD. 68 subjek penelitian di masing-masing SD dibagi lagi menjadi dua kelompok,
yaitu kelompok media audiovisual (n = 34) dan kelompok metode ceramah (n = 34). Penyampaian informasi tentang
penyakit TB dilakukan pada satu hari secara bersamaan pada kedua kelompok. Penelitian ini menggunakan desain
quasi experimental dengan teknik nonequivalent pretest-posttest (O X O). Setelah intervensi, tingkat pemahaman
untuk kelompok media audiovisual adalah 87,90 % sementara untuk metode ceramah adalah 83,00 % (efektif bila >
75%) dengan nilai p < 0,05. Disimpulkan bahwa penyampaian informasi mengenai penyakit TB pada murid kelas 6
SD yangh dinilai di dua sekolah baik SD Negeri maupun SD Swasta menggunakan media audiovisual dan metode
ceramah secara signifikan keduanya sama-sama efektif, akan tetapi nilai efektivitas pada media audiovisual lebih tinggi
dibandingkan dengan metode ceramah sehingga media audiovisual dianggap lebih baik dibandingkan metode ceramah.

Kata kunci: media audiovisual, metode ceramah, pemahaman.

1. Pendahuluan menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk


Tuberkulosis atau yang lebih dikenal percikan dahak dengan sekali batuk
dengan TB merupakan suatu penyakit infeksi menghasilkan 3000 percikan dahak.3
menular disebabkan oleh bakteri Berdasarkan data WHO dalam global
mycobacterium tuberculosis, ditularkan report tahun 2017, secara global kasus TB
melalui droplet nuclei dengan ukuran sangat pada tahun 2016 sebesar 10,4 juta penduduk
kecil yang akan terhirup hingga mencapai yang setara dengan 140 kasus per 100.000
alveolus dan menyerang pertama kali pada populasi.2 Indonesia merupakan negara
organ paru.1 Tuberkulosis merupakan dengan jumlah kasus baru terbanyak kedua
penyebab utama dari sembilan kematian di di dunia setelah India.4 Tahun 2016, Provinsi
seluruh dunia dan penyebab utama dari agen Sumatera Selatan terdapat 9.549 kasus TB
infeksius, dengan peringkat diatas dengan BTA (+) 5.674 kasus dan angka
2
HIV/AIDS. Sumber penularan adalah pasien notifikasi kasus TB sebesar 117/100.000
TB dengan BTA positif melalui percik renik penduduk dengan BTA (+) 70/100.000
dahak yang dikeluarkannya, dimana pada penduduk.4 Selain Imunosupresif, Faktor
saat batuk atau bersin, pasien akan risiko yang penting dalam epidemiologi
tuberkulosis paru adalah status menyampaikan informasi serta sangat
sosioekonomi dan pendapatan yang rendah, efisien tanpa membutuhkan media.
kepadatan penduduk, banyaknya Pengetahuan yang bisa didapat dari
pengangguran, kurangnya dana untuk metode ceramah bisa sangat banyak namun
pelayanan kesehatan, dan rendahnya tidak membuat orang yang mendengarkan
pengetahuan akan TB.5 memahami dengan jelas apa yang
Untuk menurunkan angka kesakitan dan disampaikan, hal ini juga disebabkan faktor
kematian kasus tuberkulosis, WHO kebosanan dan tanpa bantuan peraga
mengeluarkan program END-TB Strategy berperan dalam kurangnya pengetahuan
yang memiliki 3 pilar. Pilar nomor 2 dapat diingat dengan metode ini.10 Media
mengenai pentingnya kerjasama dengan audiovisual memiliki kelebihan bisa
pemerintah, pemangku swasta, dan membuat seseorang mengingat informasi
masyarakat untuk pencegahan penyakit TB lebih lama dan memberikan gambaran yang
salah satunya dalam bentuk promosi lebih nyata sehingga media audiovisual
kesehatan.6 Indonesia sudah mulai lebih efektif. Proses mengingat seseorang
mengadakan promosi kesehatan menganai dengan teknik verbal+visual seperti media
TB yang tertuang dalam Strategi audiovisual dapat meningkatan kemampuan
Pengendalian Tuberkulosis tahun 2011- daya ingat seseorang sebesar 85%
2014, akan tetapi tidak menunjukkan dibandingkan hanya dengan verbal (70%)
penurunan kasus tuberkulosis di indonesia.7 dan visual (72%).9
Berdasarkan Piagam Ottawa (Ottawa Penggunaan media audiovisual dinilai
Charter, 1986) Promosi Kesehatan adalah lebih efektif dibandingkan metode ceramah
upaya yang dilakukan terhadap masyarakat dalam hal kemampuan mengingat
sehingga mereka mau dan mampu untuk seseorang. Pada saat dilakukan promosi
memelihara dan meningkatkan kesehatan kesehatan terdapat beberapa metode dan
mereka sendiri. Promosi kesehatan, seperti media untuk meningkatkan pengetahuan
penyuluhan kesehatan tak dapat lepas dari seseorang terkait hal yang akan
media karena melalui media, pesan yang disampaikan. Oleh karena itu, diharapkan
disampaikan dapat lebih menarik dan dengan adanya penelitian ini dapat menilai
dipahami, sehingga sasaran dapat efektivitas dari metode ceramah maupun
mempelajari pesan tersebut sampai media audiovisual terkait tingkat
memahaminya sehingga mampu pengetahuan anak mengenai penyakit TB
memutuskan untuk mengadopsinya ke sehingga nantinya metode atau media yang
perilaku yang positif.8 Terdapat 3 Strategi dinilai lebih baik akan dapat diterapkan di
dalam promosi kesehatan, yaitu masyarakat luas untuk memberikan cara
pemberdayaan, bina suasana, dan advokasi. penyampaian program kesehatan atau
Pada bina suasana dapat dilakukan penyuluhan yang tepat sehingga dapat
pemanfaatan media seperti billboard di menurunkan angka kesakitan dan kematian
halaman, poster di dinding ruangan, dari penyakit tersebut.
pertunjukan film/video, pemuatan
makalah/berita di majalah dinding, serta 2. Metode Penelitian
penyelenggaraan diskusi, mengundang Jenis penelitian ini adalah kuantitatif
pakar atau alim-ulama atau figur publik menggunakan desain quasi experimental
untuk berceramah, pemanfaatan halaman dengan teknik nonequivalent pretest-
untuk taman obat/taman gizi.9 posttest. Kelompok dalam penelitian ini
Metode yang digunakan baik pada terbagi menjadi kelompok media audiovisual
kelompok ataupun massa yang paling sering video (F1), dan kelompok pembanding atau
digunakan adalah ceramah.8 Metode kelompok metode ceramah dengan
ceramah adalah penuturan bahan ajaran penjelasan langsung (F 2 ). Kuesioner dan
secara lisan, metode paling mudah untuk penjelasan pada penelitian ini yang
disampaikan dengan metode ceramah kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau
maupun media audiovisual berupa video individu dengan menggunakan penerapan
tentang penyakit TB memiliki informasi cara sehingga dapat dipahami masyarakat.8
yang sama. Penilaian efektivitas yang dilakukan
Penelitian dilaksanakan pada bulan menggunakan uji independent sample t test.
Maret 2018 di dua sekolah, yaitu SD Negeri Suatu metode bisa dikatakan efektif jika
205 Palembang dan SD Swasta YWKA hasilnya bisa mencapai atau lebih dari 75%.
Palembang. Sampel penelitian ini adalah Media audiovisual merupakan media
anak-anak yang sedang duduk dibangku yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan
sekolah dasar pada tingkat akhir atau kelas 6 didengar dan penyampaiannya melalui alat
SD. Variabel dependen pada penelitian ini bantu elektronik dengan kelebihan mudah
adalah metode pembelajaran sedangkan dipahami, lebih menarik, dan
variabel independen pada penelitian ini mengikutsertakan seluruh panca indera
adalah tingkat pengetahuan anak SD. sehingga penyampaian dengan audiovisual
Pengambilan sample menggunakan lebih mudah dipahami.9 Metode ceramah
teknik random sampling dengan adalah penuturan bahan ajaran secara lisan,
memperhatikan kriteria inklusi dan ekslusi metode paling mudah untuk menyampaikan
yang ada. Kriteria inklusi pada penelitian ini informasi serta sangat efisien tanpa
adalah anak yang duduk dibangku kelas dasar membutuhkan media. Pengetahuan yang bisa
tingkat akhir atau kelas 6 SD di SD Negeri didapat dari metode ceramah bisa sangat
205 Palembang dan SD Swasta YWKA banyak namun tidak membuat orang yang
Palembang, anak kelas 6 SD yang belum mendengarkan memahami dengan jelas apa
pernah mendapat pengetahuan mengenai yang disampaikan, hal ini juga disebabkan
penyakit TB, dan anak kelas 6 SD yang faktor kebosanan dan tanpa bantuan peraga
bersedia mengisi Kuesioner. Kriteria eksklusi berperan dalam kurangnya pengetahuan dapat
pada penelitian ini adalah anak kelas 6 SD diingat dengan metode ini.13
yang sudah pernah menonton video tentang
hal-hal yang berkaitan dengan penyakit TB 3. Hasil
dan anak kelas 6 SD yang tidak mengisi Penelitian ini dilakukan di dua sekolah,
kuesioner dengan lengkap yaitu SD Negeri 205 Palembang dan SD
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan Swasta YWKA Palembang. SD Negeri 205
ini terjadi setelah orang melakukan Palembang di kategorikan sebagai SD
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Negeri dan SD YWKA Palembang
Penginderaan terjadi melalui panca indera dikategorikan sebagai SD Swasta dengan
manusia, yaitu indra penglihatan, pendengaran, total 136 orang yang menjadi subjek
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar penelitian ini merupakan siswa dan siswi
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata kelas 6 SD. Jenis penelitian yang dilakukan
dan telinga.11 Tingkat pemahaman mahasiswa adalah penelitian kuantitatif menggunakan
terbagi menjadi tiga kelompok yaitu tingkat desain quasi experimental dengan teknik
pemahaman baik bila jawaban lebih dari 80% nonequivalent pretest-posttest. Penelitian ini
benar, tingkat pemahaman cukup bila menggunakan dua kelompok penelitian
jawaban 65%-80% benar, dan tingkat yaitu kelompok media audiovisual dan
pemahaman kurang bila jawaban kurang dari kelompok metode ceramah yang dilakukan
65%.12 di masing-masing sekolah baik di SD Negeri
Metode adalah suatu cara teratur atau maupun SD Swasta. Selain itu, penelitian ini
sistematis yang digunakan untuk juga akan membandingkan tingkat
melaksanakan pekerjaan agar tercapai tujuan pengetahuan anak SD negeri dan SD swasta
sesuai dengan yang dikehendaki. Metode dalam kemampuan menyerap materi yang
dalam promosi kesehatan adalah suatu disampaikan. Tujuan dari penelitian ini
kegiatan atau usaha menyampaikan pesan adalah untuk melihat perbedaan efektivitas
media audiovisual dan metode ceramah
dalam menyampaikan informasi kepada SD Swasta Metode Promosi Kesehatan
siswa dan siswi kelas 6 sd mengenai Variab Kategori Ceramah Audiovisual
penyakit TB. el N % N %
Jenis Laki-laki 19 27,9 15 22,1
Karakteristik Responden Kelami Perempuan 15 22,1 19 27,9
n
Dalam penelitian ini, dilakukan
penilaian dari segi karakteristik responden Usia 10 tahun 20 29,4 10 14,7
penelitian yang diteliti dari segi jenis 11 tahun 14 20,6 24 35,3
kelamin, usia, pekerjaan ayah, dan pekerjaan Pekerja Buruh 4 5,9 7 10,3
ibu. Penilaian dari karakterisktik responden an Guru 1 1,5 2 2,9
ini di lihat dari masing-masing SD Negeri ayah Karyawanswasta 11 16,2 10 14,7
dan SD Swasta. Tujuannya agar dapat Pedagang 6 8,8 5 7,4
melihat apakah variabel yang diteliti Pengusaha 1 1,5 0 0
tersebut dapat memengaruhi efektivitas Penjahit 1 1,5 0 0
PNS 7 10,3 7 10,3
promosi kesehatan baik metode ceramah Polisi 0 0 1 1,5
maupun media audiovisual terhadap Supir 2 2,9 1 1,5
pengetahuan penyakit TB. TNI 1 1,5 1 1,5
Pada tabel 1, menunjukkan karakteristik Pekerja Bidan 0 0 1 1,5
responden penelitian pada anak-anak kelas 6 an ibu Dosen 0 0 1 1,5
SD di SD swasta. Pada murid kelas 6 SD di Guru 4 5,9 4 5,9
SD Swasta, jenis kelamin laki-laki, usia10 Ibu rumah tangga 24 35,3 24 35,3
tahun, pekerjaan ayah adalah Karyawanswasta 1 1,5 0 0
Pedagang 5 7,4 2 2,9
karyawanswasta, dan pekerjaan ibu adalah PNS 0 0 2 2,9
ibu rumah tangga merupakan variabel yang Tabel 1. Karakteristik Responden Penelitian berdasarkan
paling banyak pada kelompok ceramah. Jenis Kelamin, Usia, Pekerjaan Ayah, dan Pekerjaan ibu
Sedangkan, jenis kelamin perempuan, usia pada murid SD Swasta
11 tahun, pekerjaan ayah adalah
karyawanswasta, dan pekerjaan ibu adalah Pada tabel 2, menunjukkan karakteristik
ibu rumah tangga merupakan variabel yang responden penelitian pada anak-anak kelas 6 SD
paling banyak pada kelompok media di SD Negeri. Pada murid kelas 6 SD di SD
audiovisual. Negeri, jenis kelamin perempuan, usia 11 tahun,
pekerjaan ayah adalah buruh, dan pekerjaan ibu
adalah ibu rumah tangga merupakan variabel yang
paling banyak pada kelompok ceramah.
Sedangkan, jenis kelamin perempuan, usia 11
tahun, pekerjaan ayah adalah buruh, dan
pekerjaan ibu adalah ibu rumah tangga merupakan
variabel yang paling banyak pada kelompok
media audiovisual.
SD Negeri Metode Promosi Kelompok Jumlah Rerata Pemahaman p
Kesehatan
(N) Murid value
Variabel Kategori Ceramah Audiovisual
N % N %
Jenis Laki-laki 16 23,5 13 19,1 Audiovisual 68 63,74 % 1,00
Kelamin Perempuan 18 26,5 21 30,9
Ceramah 68 63,74 %
Usia 10 tahun 1 1,5 0 0 Tabel 3. Uji Homogenitas Pengetahuan Murid kelas 6
11 tahun 16 23,5 16 23,5 SD di SD Swasta Terhadap Pengetahuan Penyakit TB
12 tahun 12 17,6 15 22,1 (N=136)
13 tahun 4 5,9 3 4,4
14 tahun 1 1,5 0 0 Hasil Analisis Univariat
Pekerjaan Buruh 21 30,9 18 28,5 Pada tabel 4, dilakukan penilaian
ayah Guru 0 0 1 1,5
Karyawanswasta 0 0 3 4,4
mengenai tingkat pemahaman murid di SD
Pedagang 1 1,5 2 2,9 Swasta yang dibagi menjadi 3 kelompok,
Petugas PLN 2 2,9 0 0 yaitu kurang, cukup, dan baik dengan
PNS 0 0 1 1,5 melihat dari hasil pretest dan posttest.
Supir 3 4,4 3 4,4 Pemahaman murid di SD Swasta pada
Tidak bekerja 6 8,8 3 4,4 kelompok metode ceramah dan media
TNI 1 1,5 3 4,4
audiovisual yang dilihat dari hasil pretest
Pekerjaan Guru 0 0 2 2,9
ibu Ibu rumah 31 45,6 29 42,6
yang dilakukan adalah 67,6 % (N=23)
tangga termasuk ke dalam tingkat pemahaman
Pedagang 1 1,5 1 1,5 kurang dan 32,4 % (N=11) termasuk ke
Penjahit 1 1,5 0 0 dalam tingkat pemahaman cukup. Hasil
Perawat 0 0 1 1,5 posttest yang dilakukan pada kelompok
Petugas PLN 1 1,5 0 0 metode promosi kesehatan dengan
TKI 0 0 1 1,5
Tabel 2. Karakteristik Responden Penelitian berdasarkan
menggunakan metode ceramah setelah
Jenis Kelamin, Usia, Pekerjaan Ayah, dan Pekerjaan ibu pada dilakukan intervensi maka didapatkan hasil
murid SD Negeri 79,4 % (N=27) termasuk kedalam kategori
tingkat pemahaman baik. Sedangkan pada
kelompok metode promosi kesehatan dengan
Uji Homogenitas menggunakan media audiovisual setelah
Uji Homogenitas pada penelitian ini dilakukan intervensi didapatkan hasil 91,2%
dilakukan untuk mengetahui pengetahuan (N=31) termasuk kedalam kategori tingkat
murid mengenai penyakit TBsebelum pemahaman baik. Secara keseluruhan hasil
dilakukan intervensi berupa metode posttest kedua kelompok metode promosi
pembelajaran yang menggunakan media
audiovisual dan metode ceramah. Untuk Kelompok Pemahaman Murid Total
melihat homogenitas pengetahuan mahasiswa
dilakukan dengan menggunakan levene’s test Kurang Cukup Baik
dan didapatkan p value sebesar 1,00. N % N % N % N %
Mahasiswa angkatan 2013 rata-rata
memiliki tingkat pengetahuan yang sama Pretest Ceramah 23 67,6 11 32,4 0 0 34 100
mengenai penyakit TB.
Audiovisual 23 67,6 11 32,4 0 0 34 100

Posttest Ceramah 0 0 7 20,6 27 79,4 34 100

Audiovisual 0 0 3 8,8 31 91.2 34 100


kesehatan 0 % (N=0) termasuk kedalam
kategori tingkat pemahaman kurang.
audiovisual dilihat dari hasil pretest yang
dilakukan adalah 67,6 % (N=46) termasuk
Tabel 4. Hasil Pretest dan Posttest Tentang dalam tingkat pemahaman kurang dan 32,4
Tingkat Pemahaman Murid SD Swasta dengan
Menggunakan Metode Audiovisual dan Metode
% (N=22) termasuk ke dalam tingkat
Ceramah (N=68) pemahaman cukup. Hasil posttest yang
dilakukan pada kelompok metode promosi
Pada tabel 5, dilakukan penilaian kesehatan dengan menggunakan metode
mengenai tingkat pemahaman murid di ceramah setelah dilakukan intervensi maka
SD Negeri yang dibagi menjadi 3 didapatkan hasil 67,6 % (N=46) termasuk
kelompok, yaitu kurang, cukup, dan baik kedalam kategori tingkat pemahaman baik.
dengan melihat dari hasil pretest dan Sedangkan pada kelompok metode
posttest. Pemahaman murid di SD Negeri promosi kesehatan dengan menggunakan
pada kelompok metode ceramah dan media audiovisual setelah dilakukan
media audiovisual dilihat dari hasil pretest intervensi didapatkan hasil 89,7% (N=61)
yang dilakukan adalah 67,6 % (N=23) termasuk kedalam kategori tingkat
termasuk dalam tingkat pemahaman pemahaman baik. Secara keseluruhan
kurang dan 32,4 % (N=11) termasuk ke hasil posttest kedua kelompok metode
dalam tingkat pemahaman cukup. Hasil promosi kesehatan 0 % (N=0) termasuk
posttest yang dilakukan pada kelompok kedalam kategori tingkat pemahaman
metode promosi kesehatan dengan kurang.
menggunakan metode ceramah setelah
Kelompok Pemahaman Murid Total
dilakukan intervensi maka didapatkan
hasil 55,9 % (N=19) termasuk kedalam Kurang Cukup Baik
kategori tingkat pemahaman baik.
Sedangkan pada kelompok metode N % N % N % N %

promosi kesehatan dengan menggunakan Pretest Ceramah 46 67,6 22 32,4 0 0 68 100


media audiovisual setelah dilakukan
intervensi didapatkan hasil 88,2% (N=30) Audiovisual 46 67,6 22 32,4 0 0 68 100
termasuk kedalam kategori tingkat
Posttest Ceramah 0 0 22 32,4 46 67,6 68 100
pemahaman baik. Secara keseluruhan
hasil posttest kedua kelompok metode Audiovisual 0 0 7 10,3 61 89,7 68 100
promosi kesehatan 0 % (N=0) termasuk Tingkat
Tabel 6. Hasil Pretest dan Posttest Tentang
kedalam kategori tingkat pemahaman Pemahaman Murid SD Negeri dan SD Swasta dengan
kurang. Menggunakan Metode Audiovisual dan Metode
Ceramah (N=136)
Kelompok Pemahaman Murid Total

Kurang Cukup Baik


Uji Normalitas
Sebelum dilakukan analisis data
N % N % N % N % bivariat maka perlu dilakukan uji normalitas
terlebih dahulu dengan menggunakan
Pretest Ceramah 23 67,6 11 32,4 0 0 34 100
analisis Shapiro-Wilk, data berdistribusi
Audiovisual 23 67,6 11 32,4 0 0 34 100 normal jika p value > 0,05. Setelah dilakukan
uji normalitas pada data kelompok metode
Posttest Ceramah 0 0 15 44,1 19 55,9 34 100
ceramah maka didapatkan hasil p value =
Audiovisual 0 0 4 11,8 30 88,2 34 100 0,018 pada pretest dan p value= 0,058 pada
Tabel 5. Hasil Pretest dan Posttest Tentang Tingkat posttest. Sedangkan, uji normalitas yang
Pemahaman Murid SD Negeri dengan Menggunakan dilakukan pada kelompok media audiovisual
Metode Audiovisual dan Metode Ceramah (N=68) mendapatkan hasil p value = 0,018 pada
Pada tabel 6, dilakukan penilaian prestest dan p value = 0,011 pada posttest.
mengenai tingkat pemahaman murid di Dari data yang didapatkan dengan
SD Swasta dan SD Negeri yang dibagi uji normalitas yang dilakukan pada kedua
menjadi 3 kelompok, yaitu kurang, cukup, kelompok penelitian maka didapatkan hasil
dan baik dengan melihat dari hasil pretest data penelitian berdistribusi normal pada
dan posttest. Pemahaman murid pada posttest kelompok metode ceramah dengan p
kelompok metode ceramah dan media value > 0,05. Bila ada salah satu data yang
berdistribusi tidak normal pada kelompok
Kelompok Jumlah Rerata Selisih P
penelitian maka semua data dianggap (N) pemahaman pretest value
berdistribusi tidak normal. Dari hasil diatas murid dan
maka pendekatan yang dilakukan pada posttest
Pretest Pretest 34 62,74 % 21,68 0,000
penelitian ini adalah pendekatan %
Posttest 84,42 %
non-parametrik dengan menggunakan Audiovisual Pretest 34 62,74 % 26,04 0,000
Wilcoxon Signed Ranks test dan Mann- Posttest 88,78 % %
Whitney test. Tabel 8. Analisis Perbedaan Hasil Pretest dan Posttest
Tentang tingkat pemahaman Murid SD Swasta dengan
Kelompok Shapiro-wilk Menggunakan Metode Ceramah dan Audiovisual
Jumlah SD P
(N) value Tabel 9 menunjukkan selisih hasil
Ceramah Pretest 68 6,28 0,018 dari pretest dan posttest pemahaman
Posttest 68 7,52 0,058 murid SD Negeri dengan menggunakan
Audiovisual Pretest 68 8,66 0,018 intervensi berupa metode ceramah 18,85%,
Posttest 68 6,12 0,011 tes signifikansi yang dilakukan
Tabel 7. Distribusi Frekuensi hasil pretest dan menggunakan Wilcoxon Signed Ranks test
posttest Metode Audiovisual dan didapatkan p value 0,05 atau tingkat
Ceramah pada muris SD Negeri dan SD Swasta kepercayaan 95%. Setelah dilakukan tes
signifikansi pada kelompok media
Hasil analisis bivariat audiovisual didapatkan p value = 0,00
Tabel 8 menunjukkan selisih hasil (p<0,05), ada perbedaan bermakna pada
dari pretest dan posttest pemahaman hasil pretest dan posttest yang dilakukan.
murid SD Swasta dengan menggunakan Pada kelompok media audiovisual
intervensi berupa metode ceramah 21,68%, didapatkan selisih hasil pretest dan posttest
tes signifikansi yang dilakukan 24,29%, tes signifikansi menggunakan
menggunakan Wilcoxon Signed Ranks test Wilcoxon Signed Ranks test dengan tingkat
didapatkan p value 0,05 atau tingkat signifikansi 5% atau p value 0,05. Setelah
kepercayaan 95%. Setelah dilakukan tes dilakukan tes signifikansi pada kelompok
signifikansi pada kelompok media media audiovisual didapatkan p value =
audiovisual didapatkan p value = 0,00 0,00 (p<0,05), artinya ada perbedaan
(p<0,05), ada perbedaan bermakna pada bermakna pada hasil pretest dan posttest
hasil pretest dan posttest yang dilakukan. yang dilakukan. Pada kedua kelompok
Pada kelompok media audiovisual terjadi peningkatan pemahaman yang
didapatkan selisih hasil pretest dan posttest bermakna dilihat dari hasil pretest dan
26,04%, tes signifikansi menggunakan posttest yang dilakukan akan tetapi tingkat
Wilcoxon Signed Ranks test dengan tingkat pemahaman murid kelas 6 SD di SD Negeri
signifikansi 5% atau p value 0,05. Setelah dengan menggunakan media audiovisual
dilakukan tes signifikansi pada kelompok lebih tinggi dibandingkan pemahaman murid
media audiovisual didapatkan p value = kelas 6 SD di SD Negeri dengan
0,00 (p<0,05), artinya ada perbedaan menggunakan metode ceramah.
bermakna pada hasil pretest dan posttest Bila dilihat dari tabel 10 dan 11,
yang dilakukan. Pada kedua kelompok Tingkat pemahaman murid kelas 6 SD di
terjadi peningkatan pemahaman yang Swasta yang menggunakan intervensi
bermakna dilihat dari hasil pretest dan berupa media audiovisual lebih tinggi (26,04
posttest yang dilakukan akan tetapi tingkat %) dibandingkan tingkat pemahaman murid
pemahaman murid kelas 6 SD di SD Swasta kelas 6 SD di SD Negeri (24,29 %) yang
dengan menggunakan media audiovisual menggunakan intervensi media audiovisual.
lebih tinggi dibandingkan pemahaman murid
kelas 6 SD di SD Swasta dengan
menggunakan metode ceramah
Kelompok Jumlah Rerata Selisih P
(N) pemahaman pretest value
murid dan
Pada tabel 11, Tingkat pemahaman
posttest murid kelas 6 SD di SD Swasta dengan
Ceramah Pretest 34 62,74 % 18,85 0,000 mengunakan metode ceramah mencapai
Posttest 81,59 % % rata-rata 84,42 % atau termasuk kedalam
Audiovisual Pretest 34 62,74 % 24,29 0,000 kategori tingkat pemahaman baik,
Posttest 87,03 % %
sedangkan dengan media audiovisual
Tabel 9. Analisis Perbedaan Hasil Pretest dan Posttest
mencapai rata-rata 88,78 % atau termasuk
Tentang tingkat pemahaman Murid SD Negeri dengan
Menggunakan Metode Ceramah dan Audiovisual ke dalam kategori tingkat pemahaman baik.
Pada tingkat pemahaman murid kelas 6 SD
Tabel 10 menunjukkan selisih hasil di SD Negeri dengan metode ceramah
dari pretest dan posttest pemahaman dari mencapai rata-rata 81,59 % atau termasuk
gabungan murid di SD Swasta dan SD dalam kategori tingkat pemahaman baik,
Negeri dengan menggunakan intervensi sedangkan media audiovisual mencapai
berupa metode ceramah 20,26%, tes rata-rata 87,09% yang juga termasuk dalam
signifikansi yang dilakukan menggunakan tingkat pemahaman baik. Bila tingkat
Wilcoxon Signed Ranks test didapatkan p pemahaman murid digabungkan baik
value 0,05 atau tingkat kepercayaan 95%. dengan SD Swasta dan SD Negeri dengan
Setelah dilakukan tes signifikansi pada menggunakan metode ceramah rata-rata
kelompok media audiovisual didapatkan p mencapai 83,00 % atau termasuk dalam
value = 0,00 (p<0,05), ada perbedaan tingkat pemahaman baik sedangkan metode
bermakna pada hasil pretest dan posttest audiovisual mencapai rata-rata 87,90 %.
yang dilakukan. Secara garis besar, tingkat pemahaman anak
Pada kelompok media audiovisual SD di SD Swasta baik dengan
didapatkan selisih hasil pretest dan posttest menggunakan metode ceramah maupun
25,16%, tes signifikansi menggunakan media audiovisual menunjukkan
Wilcoxon Signed Ranks test dengan tingkat peningkatan yang lebih tinggi bila
signifikansi 5% atau p value 0,05. Setelah dibandingkan SD Negeri. Metode
dilakukan tes signifikansi pada kelompok audiovisual selalu mengalami peningkatan
media audiovisual didapatkan p value = pemahaman yang lebih tinggi dibandingkan
0,00 (p<0,05), artinya ada perbedaan metode ceramah baik dilihat dari kelompok
bermakna pada hasil pretest dan posttest SD Negeri, SD Swasta, maupun gabungan
yang dilakukan. Pada kedua kelompok dari SD Negeri dan SD Swasta.
terjadi peningkatan pemahaman yang Tingkat pengetahuan murid dilihat
bermakna dilihat dari hasil pretest dan dari hasil posttest yang dilakukan pada
posttest yang dilakukan, akan tetapi tingkat kedua kelompok menunjukkan perbedaan
pemahaman murid kelas 6 SD di SD Swasta yang signifikan dengan p value sebesar 0,05
dan SD Negeri dengan menggunakan media atau disebut juga tingkat kepercayaan 95%.
audiovisual lebih tinggi dibandingkan Tes signifikansi yang dilakukan
pemahaman murid kelas 6 SD di SD Swasta menggunakan Mann-Whitney test. Dengan
dan SD Negeri dengan menggunakan p value < 0,05 artinya ada perbedaan
metode ceramah bermakna pada hasil posttest yang
Kelompok Jumlah Rerata Selisih P dilakukan terhadap intervensi yang
(N) pemahaman pretest value diberikan baik media audiovisual dan
murid dan
posttest
metode ceramah baik di SD Swasta, SD
Ceramah Pretest 68 62,74 % 20,26 0,000 Negeri, maupun SD Negeri dan SD Swasta.
Posttest 83,00 % %
Audiovisual Pretest 68 62,74 % 25,16 0,000
Posttest 87,90 % %
Tabel 10. Analisis Perbedaan Hasil
Pretest dan Posttest Tentang tingkat
pemahaman Murid SD Negeri dan
SD Swasta dengan Menggunakan
Metode Ceramah dan Audiovisual
logistic, didapatkan faktor metode promosi
Kelompok Jumlah Rerata P
kesehatan dan usia yang berpengaruh
(N) pemahaman value terhadap tingkat pengetahuan anak
mengeanai penyakit TB sehingga
murid
didapatkan rumus Y = 1,306 + 1,507 (X1) -
SD Ceramah 34 84,42 % 0,006 1,070 (X2). Disimpulkan, bila seorang anak
berusia 10-11 tahun dan menggunakan
Swasta Audiovisual 34 88,78 %
metode audiovisual dapat meningkatkan
SD Ceramah 34 81,59 % 0,002 pengetahuan TB 2x lebih besar.
Pada odd ratio, didapatkan hasil
Negeri Audiovisual 34 87,03 %
4,514 ada kelompok metode promosi
SD Ceramah 68 83,00 % 0,000 kesehatan artinya metode promosi
kesehatan merupakan faktor risiko dan
Swasta
Audiovisual 68 87,90 % dapat meningkatan tingkat pengetahuan TB
dan SD 4,514 kali lebih besar. Pada usia didapatkan
hasil odd ratio 0,343 dimana bila nilai odd
Negeri
ratio kurang dari 1 maka dianggap faktor
Tabel 11. Perbandingan Tingkat Pemahaman Murid dari
Hasil Posttest dengan menggunakan Metode Ceramah dan
determinan atau bukan faktor risiko
Audiovisual sehingga usia bukan faktor risiko dalam
meningkatkan pengetahuan TB.
Pada tabel 12, Target minimal yang
ingin dicapai dalam penelitian adalah sama
Variabel Nilai Konstanta Kategori Odd
dengan atau lebih dari 75% benar. Tingkat
pemahaman murid dengan metode ceramah in koefisien ratio
mencapai rata-rata 83,00% jawaban benar, equation
sedangkan dengan media audiovisual Metode 1,507 1,306 0 = 4,514
mencapai 87,90% jawaban benar. Selisih Promosi Ceramah
dari hasil posttest media audiovisual dan Kesehatan 1 =
metode ceramah adalah 4,90 %, lebih tinggi Audiovisual
untuk media audiovisual. Uji yang
Usia -1,070 0 = 10-11 0,343
dilakukan pada hasil ini adalah tingkat
kepercayaan 95% dengan menggunakan tahun
Mann-Whitney test. Media audiovisual dan 1 = >12
metode ceramah sama-sama efektif dalam tahun
menyampaikan informasi kepada murid. Rumus Y = 1,306 + 1,507 (X1) - 1,070 (X2)
Kelompok Jumlah Rerata Target Hasil Tabel 13. Hasil analisis multivariat
(N) pemahaman
Murid 4. Pembahasan
Ceramah 68 83,00 % 75 % Efektif Analisis Univariat
Audiovisual 68 87,90 % 75 % Efektif
1. Pretest
Selisih 4,9 %
Persentase Dari hasil pretest dari 34 murid kelas 6 SD di
SD Negeri dan 34 murid di SD Swasta yang
Tabel 12. Perbedaan Efektifitas Media Audiovisual dan menjadi subjek penelitian dengan
Metode Ceramah dari Persentase Hasil Posttest setelah memanfaatkan metode belajar menggunakan
Intervensi media audiovisual berupa video semuanya
Hasil analisis multivariat termasuk ke dalam kelompok murid dengan
Dilakukan analisis multivariat, tingkat pengetahuan kurang dan cukup akan
untuk melihat faktor-faktor yang penyakit TB. Kelompok dengan menggunakan
memengaruhi peningkatan pengetahuan metode ceramah yang berjumlah 34 murid di
murid mengenai penyakit TB pada SD Negeri dan 34 murid di SD Swasta juga
penelitian ini. Faktor-faktor yang menunjukkan hasil semua murid termasuk ke
memengaruhi terdiri dari kategori jenis dalam kelompok tingkat pengetahuan kurang
kelamin, usia, pekerjaan orangtua, jenis dan cukup mengenai pengetahuan penyakit
sekolah dasar, dan metode promosi TB. Hasil pretest yang didapat dari kedua
kesehatan. Setelah dilakukan uji binary kelompok baik pada kelompok metode
ceramah dan media audiovisual menunjukkan sangat kompeten untuk mencari calon guru
bahwa semua murid yang menjadi subjek sehingga murid-murid yang diajarkan lebih
penelitian memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi ilmunya dibandingkan dengan SD
sama yaitu kurang dan cukup tentang penyakit Negeri.14 Peningkatan pemahaman murid tertinggi
TB. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian terjadi pada SD Swasta dibandingkan dengan SD
sandjaja bahwa SD Swasta lebih teliti dalam Negeri. Hal ini sesuai dengan penelitian rizalie yang
memilih calon guru sehingga memperoleh menyatakan bahwa orang tua pada SD Swasta
guru yang lebih tinggi tingkat kompetensinya memiliki kepedulian yang tinggi yang ditandai
dalam mengajar sehingga murid di SD Swasta dengan (1) Kepedulian dalam menghadiri
lebih pintar.14 Hal ini juga tidak sesuai dengan undangan sekolah; (2) Kepedulian dalam
penelitian rizalie yang menyebutkan bahwa menyediakan aspek finansial dan fasilitas
orangtua pada SD Swasta cenderung memiliki belajar; (3) Kepedulian dalam memberikan
sikap peduli yang tinggi termasuk dalam saran dan pemikiran; (4) Kepedulian dalam
melengkapi kebutuhan anak sekolah menyediakan diri bertindak di rumah selaku
dibandingkan dengan orangtua SD Negeri guru.15
dimana hal ini memengaruhi tingkat
kepintaran anak. 15 Tingkat pemahaman murid Analisis Bivariat
terbagi menjadi tiga kelompok yaitu: tingkat 1. Perbedaan Nilai Pretest dan Posttest
pemahaman baik bila jawaban lebih dari 80% Kedua Kelompok di SD Negeri dan SD
benar, tingkat pemahaman cukup bila jawaban Swasta
65%-80% benar, dan tingkat pemahaman Rerata nilai yang didapatkan pada SD
kurang bila jawaban kurang dari 65% kurang Negeri dan SD Swasta dari posttest yang
yang sesuai dalam buku purwanoto. 16 dilakukan pada kelompok media
audiovisual terjadi peningkatan
2. Posttest dibandingkan dengan nilai pretest-nya,
Hasil yang diperoleh baik pada SD Swasta pada kelompok metode ceramah juga
maupun SD Negeri pada kelompok metode terjadi peningkatan nilai posttest
ceramah lebih rendah jika dibandingkan dibandingkan nilai pretest-nya namun
kelompok media audiovisual dengan rata-rata peningkatan nilainya tidak sebesar
nilai kelompok media audiovisual termasuk ke peningkatan yang terjadi pada kelompok
dalam kategori tingkat pemahaman baik. media audiovisual. Hal ini menunjukkan
Kelompok murid dengan metode ceramah bisa bahwa media video atau audiovisual lebih
menerima informasi yang disampaikan unggul dibandingkan dengan metode
pembicara dengan baik namun tidak sebaik pada ceramah dalam menyampaikan informasi
kelompok media audiovisual. Hal ini juga serta dapat mempengaruhi tingkat
terlihat pada penelitian Muthia dkk yang pemahaman murid. Hasil ini juga terlihat
menyatakan bahwa media audiovisual berupa pada penelitian mutiah yang menunjukkan
video lebih unggul dalam menyampaikan bahwa tingkat pemahaman kelompok
informasi dibandingkan dengan metode klasikal intervensi berupa audiovisual video lebih
atau metode ceramah.17 Metode ceramah juga tinggi dibandingkan dengan kelompok
efektif dalam menyampaikan informasi kepada intervensi ceramah berupa penjelasan.17
murid, namun tidak sama efektifnya dengan Dari hasil yang didapatkan pada kedua
media audiovisual. Secara keseluruhan terjadi kelompok menunjukkan penerimaan
peningkatan pemahaman mengenai penyakit TB informasi dengan menggunakan media
pada kedua kelompok metode pembelajaran. audiovisual lebih baik dibandingkan metode
Rata-rata murid di kedua kelompok termasuk ke ceramah. Hal ini juga sesuai dengan
dalam kategori tingkat pemahaman baik dan penjelasan dari departemen kesehatan bahwa
cukup, tidak ada lagi yang termasuk ke dalam penyampaian media informasi yang paling baik
kategori tingkat pemahaman kurang. dengan menggunakan audiovisual dimana
Hasil posttest yang diperoleh juga dengan audiovisual dapat meningkatakan
menunjukkan bahwa SD Swasta memiliki pemahaman seseorang 6x dibandingkan dengan
jumlah yang paling banyak untuk tingkat metode ceramah atau verbal saja.8
pemahaman baik dibandingkan dengan SD Walaupun peningkatan pemahaman
Negeri. Hal ini sesuai dengan penelitian pada kelompok media audiovisual lebih
sandjaja yang menyatakan bahwa SD swasta baik dibandingkan dengan kelompok
metode ceramah, namun peningkatan 2. Perbedaan Efektivitas Media
pemahaman yang terjadi pada kelompok Audiovisual dan Metode Ceramah.
metode ceramah juga bermakna. Salah satu Untuk mengatasi keterbatasan dana
keunggulan metode ceramah adalah waktu dalam penelitian maka penilaian
diskusi, di dalam diskusi para peserta perbedaan efektifitas dilakukan dengan
meteode ceramah bisa bertanya hal yang menentukan batas atau target yang ingin
bersifat kurang jelas terkait informasi yang dicapai. Suatu metode dikatakan berhasil
mereka terima kepada pembicara. Akan atau efektif bila mencapai target minimal
tetapi, Media audiovisual dapat menarik 75% sesuai dengan penelitian yang
perhatian dan minat pesertanya lebih baik dilakukan oleh safitrah.18
daripada metode ceramah namun diskusi Nilai posttest yang diperoleh dari
yang dilakukan pada metode ceramah dapat kelompok metode audiovisual telah
mempengaruhi pengetahuan TB pada anak melewati target yang ditentukan yaitu 75%,
SD. sedangkan nilai posttest yang diperoleh dari
Pemahaman murid di SD Negeri kelompok ceramah juga berada diatas
dan SD Swasta mengenai penyakit TB target. Akan tetapi, walaupun kedua
lebih tinggi pada kelompok media metode tersebut sama-sama melewati target
audiovisual jika dibandingkan dengan yang ditentukan, nilai efektivitas pada
kelompok metode ceramah. Tes kelompok media audiovisual lebih tinggi
signifikansi yang dilakukan menggunakan dibandingkan dengan metode ceramah. Hal
Wilcoxon Signed Ranks test dengan tingkat ini terlihat dari antusiasme anak-anak SD
signifikansi 5% atau p value 0,05. Setelah baik di SD Negeri maupun SD Swasta
dilakukan tes signifikansi terhadap tingkat pada saat menonton video mengenai
pemahaman murid mengenai penyakit TB penyakit TB terbilang cukup tinggi.
didapatkan p value = 0,00 (p<0.05), artinya Ketertarikan murid-murid dalam mengikuti
ada perbedaan bermakna terhadap tingkat kegiatan menonton video bersama juga
pemahaman murid mengenai penyakit menjadi faktor yang mempengaruhi
TB jawaban pada kuesioner.
Rerata nilai yang didapatkan pada Pada kelompok metode ceramah
SD Swasta dari posttest yang dilakukan juga terjadi peningkatan nilai posttest
baik pada kelompok media audiovisual dan dibandingkan nilai pretest, namun tidak
metode ceramah terjadi peningkatan nilai sebesar pada kelompok media audiovisual.
pretest yang lebih tinggi dibandingkan Penurunan konsentrasi anak-anak SD pada
dengan SD Negeri. pada SD Negeri juga metode ceramah mempengaruhi efektivitas
terjadi peningkatan nilai posttest penerimaan informasi oleh peserta
dibandingkan nilai pretest-nya namun ceramah yang dapat berdampak pada
peningkatan nilainya tidak sebesar jawaban serta nilai pretest dan posttest
peningkatan yang terjadi pada SD Swasta murid. Hal ini sesuai dengan pernyataan
baik dari metode ceramah maupun media kementrian kesehatan, bahwa bila dengan
audiovisual . Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi melalui verbal saja dapat
ana-anak SD Swasta memiliki tingkat membuat bosan peserta yang
pemahaman yang lebih tinggi dibandingkan mendengarkan dan peningkatan
dengan SD Negeri pada saat menerima kemampuan seseorang dengan verbal hanya
informasi yang disampaikan. Hal ini sesuai 1x untuk meningkatkan daya ingat
dengan penelitian sandjaja yang menyatakan dibandingkan denagn audiovisual.8
bahwa SD Swasta selalu menjaga kualitasnya Pada penelitian ini diperoleh hasil
dan meningkatkan keunggulan dengan memilih yang menunjukkan bahwa media
calon guru yang kompeten dalam mengajar audiovisual mempengaruhi penerimaan
sehingga orangtua murid merasa puas dan informasi lebih baik jika dibandingkan
selalu ingin mengirimkan anaknya ke dengan metode ceramah. Minat dan
pendidikan swasta.14 antusias dari peserta video terlihat lebih
tinggi jika dibandingkan dengan metode
ceramah sehingga informasi yang
disampaikan dengan menggunakan video
lebih mudah diterima oleh murid. Informasi
yang disampaikan dengan Pada penelitian ini, dilakukan uji
menggunakan video lebih mudah dengan menggunakan binary logistic
diterima oleh murid. sesuai dengan didapatkan fakrot metode promosi
pendapat Sanjaya menggunakan kesehatan dan usia yang berpengaruh
audiovisual sebagai media terhadap tingkat pengetahuan
pembelajaran dapat membuat proses mengenai penyakit TB. rumus Y =
pembelajaran two way traffic lebih 1,306 + 1,507 (X1) - 1,070 artinya
mungkin terjadi sehingga bila seorang anak berusia 10-11 tahun
pembelajaran menjadi lebih dan menggunakan metode
interaktif.19 audiovisual dapat meningkatkan
Kelompok media audiovisual pengetahuan TB 2x lebih besar. Pada
dan metode ceramah telah memenuhi nilai odd ratio, metode promosi
batasan atau target yang telah kesehatan memiliki nilai 4,514
ditetapkan pada penelitian. Dari hasil artinya metode promosi kesehatan
yang diperoleh dari kedua kelompok merupakan faktor risiko dan dapat
dapat disimpulkan bahwa metode meningkatkan 4x lebih besar
audiovisual dan metode ceramah mengenai pengetahuan penyakit TB.
sama-sama efektif dengan nilai Sedangkan, usia memiliki nilai odd
efektivitas pada kelompok media ratio 0,343 merupakan faktor
audiovisual lebih tinggi determinan atau bukan faktor risiko
dibandingkan dengan metode untuk meningkatkan tingkat
ceramah. Tes signifikansi dilakukan pengetahuan penyakit TB.
dengan akurasi tingkat kepercayaan
95% atau p value 0,05 untuk melihat 5. Kesimpulan
apakah ada perbedaan bermakna pada Metode promosi kesehatan dengan
efektivitas media audiovisual menggunakan media audiovisual dan
dibandingkan dengan metode metode ceramah sama-sama efektif, tetapi
ceramah. Setelah dilakukan tes nilai efektivitas pada media audiovisual
signifikansi didapatkan p value = 0,00 lebih tinggi dibandingkan dengan metode
(p<0.05), artinya ada perbedaan ceramahsehingga media audiovisual
bermakna terhadap efektivitas media dianggap lebih baik dibandingkan dengan
audiovisual dan metode ceramah metode ceramah
dalam menyampaikan informasi
mengenai penyakit TB. Hal ini sesuai Daftar Pustaka
dengan pernyataan kementrian 1. Departemen Kesehatan RI. 2016.
kesehatan bahwa media audiovisual Petunjuk Teknis dan Manajemen
adalah suatu media yang
Tatalaksana TB anak. Jakarta, Kemenkes,
menggunakan mata dan telinga secara
bersamaan dalam menerima informasi hal. 3
sehingga proses penerimaan informasi 2. World Health Organization. 2017. Global
menjadi lebih efektif..8 Tuberculosis Report 2017. Switzerland.
Analisis Multivariat Jenewa: World Health Organization. hal.
Analisis multivariat dilakukan 188
untuk melihat faktor-faktor yang Departemen Kesehatan RI. 2014.
paling berpengaruh terhadap tingkat Pedoman Nasional Pengendalian
pengetahuan penyakit TB. Pada Tuberkulosis. Jakarta, Kemenkes, hal. 3
penelitian ini, dimasukkan faktor- 3. Kemenkes RI. 2016. INFODATIN: Pusat
faktor berupa jenis kelamin, usia,
pekerjaan orang tua, jenis sekolah Data Dan Informasi Kementerian
dasar, dan metode promosi kesehatan. Kesehatan RI. Hal 2
4. Kemenkes RI. 2017. Profil Kesehatan 13. Direktorat Tenaga Pendidikan. 2008.
Indonesia Tahun 2016. Jakarta: Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya.
Kemenkes RI. Hal 145-155 Jakarta: Dinas pendidikan, hal 14
5. A, Asyari. Childhood Tuberculosis: A 14. Sandjaja, soejanto stefanus. 2013.
Neglected Paradigm in Developing Perbedaan Pemahaman Tema Moral
Countries. Departement of Public Health Murid Sekolah Dasar Ditinjau Dari
Indonesia. 3(1) : 7-10. Status Sekolah. Jakarta: UKI, hal 2.
6. World Health Organization. 2015. The 15. Rizalie, ahmad mulyani. 2015. Kajian
End TB Strategy. Switzerland. Jenewa: Tentang Kepedulian Orang Tua Terhadap
World Health Organization. hal. 2 Proses Pendidikan di Sekolah Dasar.
7. Departemen Kesehatan RI. 2014. Banjarmasin: univ. Lambung Mangkurat,
Pedoman Nasional Pengendalian hal 1
Tuberkulosis. Jakarta, Kemenkes, hal. 3 16. Purwanto, M.N. 2012. Prinsip-prinsip dan
8. Kemenkes RI. 2016. Promosi Kesehatan. Teknik Evaluasi Pengajaran, Remaja
Jakarta: Kemenkes RI, Hal 73. Rosdakarya, Bandung: Indonesia. hal 82.
9. Kemenkes RI. 2011. Promosi Kesehatan 17. Muthia, farah dkk. 2015. Perbedaan
di daerah bermasalah kesehatan. Jakarta: Efektifitas Penyuluhan Kesehatan
Kemenkes RI, hal 47 menggunakan
10. Direktorat Tenaga Pendidikan. 2008. Metode Ceramah dan Media Audiovisual
Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya. (Film) terhadap Pengetahuan Santri
Jakarta: Dinas pendidikan, hal 14 Madrasah Aliyah Pesantren Khulafaur
11. Notoatmodjo, S. 2011. Kesehatan Rasyidin tentang TB Paru Tahun 2015.
Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta, Rineka FK Untan, hal 1.
Cipta 18. Sanjaya, W. 2011. Perencanaan dan
12. Safitrah, muhammad mahardian. 2017. Desain Sistem Pembelajaran, cet.4.
Perbedaan efektivitas media audiovisual Kencana, Jakarta,:Indonesia, hal 211.
dan metode ceramah dalam 19. Suyami. Pengaruh Pendidikan Kesehatan
menyampaikan informasi kepada Melalui Metode Ceramah dengan Media
mahasiswa fakultas kedokteran Audiovisual Terhadap Pengetahuan Ibu
universitas sriwijaya mengenai kegiatan Tentang Menopause Di Kecamatan Klaten
kepanitraan klinik, palembang: Univ. Utara. Jawa tengah, hal 13.
Sriwijaya, hal 31.

Das könnte Ihnen auch gefallen