Sie sind auf Seite 1von 20

BAB 2

ANALISIS JURNAL

2.1 Judul Jurnal


Interleukin-6 urin sebagai pemeriksaan cepat pielonefritis pada neonatus.

2.2 Penulis
1. Nezman Nuri
2. Rafita Ramayati
3. Oke Rina Ramayani
4. Rosmayanti Syafriani Siregar
5. Beatrix Siregar

2.3 Nama Jurnal


The Journal of Medical School, University of Sumatera Utara.

2.4 Tujuan Jurnal


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan tindakan tes interleukin-6
urin sebagai pemeriksaan cepat pielonefritis pada neonatus di Rumah Sakit Umum
Pusat H. Adam Malik Medan.

2.5 Metodelogi Penelitian


Penelitian ini tidak menggunakan metodelogi secara terstruktur karena uji coba
yang dilakukan langsung dengan alat dan sampel urin yang dimana sampel yang
tidak terkontaminasi dengan menggunakan metode kultur semikuantitatif.

2.6 Analisis Jurnal


Adanya bakteri pada saluran kemih menyebabkan pelepasan sitokin
proinflamasi seperti interleukin-6 urin dan interleukin-8 ke aliran darah sehingga
menyebabkan respon pejamu pada pasien dengan pielonefritis. Normalnya
interleukin 6 urin tidak ditemukan pada urin orang sehat, konsentrasi interleukin-6
urin pada urin meningkat pada pielonefritis dan lebih tinggi lagi pada pasien dengan
pielonefritis akut. Sebaliknya, peningkatan interleukin-6 urin serum kebanyakan
ditemukan pada pasien dengan demam oleh karena pielonefritis. ndotelial dan sel
epitel tubulus renalis. Pemeriksaan awal konsentrasi IL-6 urin pada urin dapat
berguna sebagai penanda diagnostik perubahan pielonefritis pada neonatus untuk
mencegah timbulnya parut ginjal. Konsentrasi interleukin-6 urin pada urin
meningkat pada menit awal kerusakan mukosa. Setelah beberapa jam, leukosit
polimorfonuklear muncul dan diekskresikan pada urin.
Interleukin-6 urin merupakan sitokin yang berkarakteristik oleh reaksi
pleiotropic, dapat berubah sesuai fungsi seperti proliferasi sel dan diferensiasi serta
apoptosis, akan tetapi fungsi utamanya adalah proses inflamasi.

2.7 Kelebihan dan Kekurangan


- Kata-kata yang digunakan dalam jurnal ini bersifat baku dan sesuai EYD Bahasa
Indonesia.

( Makalah Pielonefritis – Kelompok 5 ) 1


- Dalam Jurnal ini terdapat teori yang menjadi dasar dan sumber dalam penelitian
yang dilakukan. Peneliti membandingkan dengan jurnal yang dilakukan oleh
peneliti lain dengan disertai sumber yang valid.
- Dalam jurnal ini, peniliti sangat jelas menjelaskan teori atau konsep dasar dari
pieonefritis dan Interleukin-6 itu sendiri.
- Untuk tujuan dan manfaat dalam penelitian sudah cukup jelas walaupun tidak
dijelaskan secara langsung.
- Dalam jurnal ini tidak dijelaskan alat seperti apa yang diperlukan atau prosedur
yang harus dilewati ketika akan melakukan pemeriksaan interleukin-6.
- Jurnal ini lebih terlihat seperti artikel dibandingkan penelitian karena tidak ada
metode maupun pengambilan sampel dan populasi yang jelas untuk dijadikan
acuan membuat suatu penelitian atau eksperimen.

2.8 Implikasi Keperawatan


Menurut kami jurnal ini tidak bisa secara langsung di aplikasikan di bidang
keperawatan, namun ketika dilapangan kita menjumpai pasien yang memiliki tanda
dan gejala atau memiliki risiko untuk mengalami pielonefritis, kita bisa
menganjurkan pasien tersebut untuk melakukan pemeriksaan interleukin-6 urin
pada neonatus untuk mencegah terjadinya komplikasi.

2.9 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil yaitu standar pemeriksaan pielonefritis adalah
kultur dan sentitifitas urin. Interleukin 6 urin sebagai penanda yang baru untuk
diagnosa adanya pielonefritis sehingga akan mencegah dan meminimalisi
komplikasi yang mungkin akan timbul. Dengan pemeriksaan IL-6 urin, tindakan
invasif pemeriksaan pielonefritis dan terjadinya komplikasi dapat dihindari.

LAMPIRAN
Nezman dkk (2013) Interleukin-6 urin. sebagai pemeriksaan cepat pielonefritis pada
neonatus. The Journal of Medical School, University of Sumatera Utara. Volume
46,No. 2.

( Makalah Pielonefritis – Kelompok 5 ) 2


BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 KONSEP DASAR PENYAKIT PIELONEFRITIS


3.1.1 Definisi
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri piala ginjal, tubulus, dan jaringan
interstisial dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kemih
melalui uretra dan naik ke ginjal. Meskipun ginjal menerima 20% - 25%
curah jantung, bakteri jarang mencapai ginjal melalui darah; kasus
penyebaran secara hematogen kurang dari 3% ( Dikutip dalam Smeltzer dan
Brenda, 2002).
Inflamasi pelvis ginjal disebut Pielonefritis, penyebab radang pelvis ginjal
yang paling sering adalah kuman yang berasal dari kandung kemih yang
menjalar naik ke pelvis ginjal. Pielonefritis ada yang akut dan ada yang
kronis (Tambayong. 2000)
Pielonefritis adalah inflamasi atau infeksi akut pada pelvis renalis, tubula
dan jaringan interstisiel. Penyakit ini terjadi akibat infeksi oleh bakteri enterit
(paling umum adalah Escherichia Coli) yang telah menyebar dari kandung
kemih ke ureter dan ginjal akibat refluks vesikouretral. Penyebab lain
pielonefritis mencakup obstruksi urine atau infeksi, trauma, infeksi yang
berasal dari darah, penyakit ginjal lainnya, kehamilan, atau gangguan
metabolik.

3.1.2 Etiologi
Penyebab dari pielonefretis, meliputi hal – hal berikut (Dikutip dalam
Muttaqin dan Sari, 2014).
1. Uropatogen. Agen bakteri, meliputi Escherichia coli, klebsiella, proteus,
dan staphylococcus aureus.
2. Infeksi saluran kemih. Terutama pada kondisi stasis kemih akibat batu
saluran kemih, refluks vesikoureter dan penurunan imunitas pada proses
penuaan, sera peningkatan kada glukosa dalam urine pad apsien diabetes
mellitus di mana akan menyebabkan pertumbuhn bakteri lebih besar.

( Makalah Pielonefritis – Kelompok 5 ) 3


Escherichia coli (bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di usus
besar) merupakan penyebab dari 90% infeksi ginjal diluar rumah sakit dan
penyebab dari 50% infeksi ginjal di rumah sakit. Selain E.coli bakteri lain
yang juga turut serta dapat mengakibatkan pielonefritis seperti klebsiella,
golongan streptokokus. Infeksi biasanya berasal dari daerah kelamin yang
naik ke kandung kemih. Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini
biasanya bisa dicegah oleh aliran air kemih yang akan membersihkan
organisme dan oleh penutupan ureter di tempat masuknya ke kandung kemih.
Berbagai penyumbatan fisik pada aliran air kemih (misalnya batu ginjal atau
pembesaran prostat) atau arus balik air kemih dari kandung kemih ke dalam
ureter, akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi ginjal. Infeksi
juga bisa dibawa ke ginjal dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah.

3.1.3 Klasifikasi
1. Pyelonefritis akut
Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang
karena terapi tidak sempurna atau infeksi baru. 20% dari infeksi yang
berulang terjadi setelah dua minggu setelah terapi selesai.Infeksi bakteri
dari saluran kemih bagian bawah ke arah ginjal, hal ini akan
mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi saluran urinarius atas dikaitkan
dengan selimut antibodi bakteri dalam urin. Ginjal biasanya membesar
disertai infiltrasi interstisial sel-sel inflamasi. Abses dapat dijumpai pada
kapsul ginjal dan pada taut kortikomedularis. Pada akhirnya, atrofi dan
kerusakan tubulus serta glomerulus terjadi. Kronis Pielonefritis kronis juga
berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat juga karena faktor lain seperti
obstruksi saluran kemih dan refluk urin.
Pielonefritis akut adlah peradangan pada pielum dengan maniftasi
pembentukan jaringan parut pada ginjal dan dapat menyebabkan kerusakan
pada ginjal, gagal ginjal, pembentukan abses (misalnya nefrik, perinefrik),
sepsis, syok, atau kegagalan multisistem.

( Makalah Pielonefritis – Kelompok 5 ) 4


2. Pyelonefritis kronis
Pyelonefritis kronis dapat merusak jaringan ginjal secara permanen
akibat inflamasi yang berulangkali dan timbulnya parut dan dapat
menyebabkan terjadinya renal failure (gagal ginjal) yang kronis. Ginjal
pun membentuk jaringan parut progresif, berkontraksi dan tidak
berfungsi. Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi
ginjal yang berulang-ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah
infeksi yang gawat.Pembagian PielonefritisPielonefritis akutSering
ditemukan pada wanita hamil, biasanya diawali dengan hidro ureter dan
hidronefrosis akibat obstruksi ureter karena uterus yang membesar.

3.1.4 Manifestasi Klinis


1. Pada Pielonefritis Akut
a. Gejala biasanya timbul secara tiba-tiba berupa demam, menggigil, nyeri
di punggung bagian bawah, mual dan muntah.
b. Beberapa penderita menunjukkan gejala infeksi saluran kemih bagian
bawah, yaitu sering berkemih dan nyeri ketika berkemih.
c. Bisa terjadi pembesaran salah satu atau kedua ginjal. Kadang otot perut
berkontraksi kuat.
d. Bisa terjadi kolik renalis, dimana penderita merasakan nyeri hebat yang
disebabkan oleh kejang ureter. Kejang bisa terjadi karena adanya iritasi
akibat infeksi atau karena lewatnya batu ginjal.
e. Pada anak-anak, gejala infeksi ginjal seringkali sangat ringan dan lebih
sulit untuk dikenali.
2. Pada Pielonefritis Kronis
Pada infeksi menahun (pielonefritis kronis), nyerinya bersifat samar dan
demam hilang-timbul atau tidak ditemukan demam sama sekali.
Pielonefritis kronis hanya terjadi pada penderita yang memiliki kelainan
utama, seperti penyumbatan saluran kemih, batu ginjal yang besar atau
arus balik air kemih dari kandung kemih ke dalam ureter (pada anak kecil).
Pielonefritis kronis pada akhirnya bisa merusak ginjal sehingga ginjal
tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya (gagal ginjal).

( Makalah Pielonefritis – Kelompok 5 ) 5


3.1.5 Patofisiologi
Invasi bakteri pada parenkim ginjal memberikan manifestasi peradangan
dalam bentuk pielonefritis. Infeksi dipengaruhi oleh factor invasi bakteri dan
factor imunologis host. Faktor bakteri seperti Escherichia coli yang bersifat
uropatogenik menempel pada sel epitel dan memicu respons peradangan pada
tubulointerstisial. Faktor host melakukan proses fagositosis dalam urine
secara maksimal pada pH 6,5 – 7,5 dan osmolalitas dari 485 mOsm. Apabila
nilai-nilai ini menyimpang akan mengakibatkan penurunan proses fagositosis
secara signifikan.
Bila pertahanan host terganggu sehingga meningkatkan kemungkinan
infeksi. Beberapa factor yang berperan untuk meningkatkan kondisi infeksi,
meliputi; (1) obstruski saluran kemih, (2) refluks vesicoureteral, (3)
pengosongan kandung kemih tidak lengkap, (4) penggunaan obat spermisida,
(5) diabetes mellitus, (6) atrofi mukosa vagina, (7) prostatitis, (8)
imunodifesiensi (bawaan atau diperoleh), (9) agen organisme yang mampu
menguraikan urea sehingga terjadi perubaha pH secara signifikan (misalnya;
Proteus, E. coli, klebsiella, pseudomonas, staphylococcus), dan (10)
kehamilan.
Obstruksi merupakan factor yang paling pentinguntuk memudahkan
penempelan bakteri di urutelium. Kondisi ini meniadakan efek pembilasan
aliran urine; memungkinkan terjadinya statis urine, menyediakan media
bakteri untuk berkolonisasi,perubahan aliran darah inteneal, dan
memengaruhi pengiriman neutrophil.
Pengosongan kandung kemih mungkin tidak lengkap, biasanya terkait
dengan penggunaan obat (misalnya; antikolinergik). Spermisida nonoxynol-9
menghambat pertumbuhan laktobasilus, yang menghasilkan peroksida
hydrogen. Hubungan seksual yang sering menyebabkan trauma mekanik local
ke uretra pada kedua pasangan. Diabetes militus menghasilkan neuropati
kendung kemih otonom,glukosuria, disfungsi leukosit, microangiopathy, dan
nephrosclerosis. Atrofi mukosa vagina pada wanita postmonepous merupakan
predisposes untuk kolonisasi pathogen saluran urin dan UTI karena pH lebih

( Makalah Pielonefritis – Kelompok 5 ) 6


tinggi (5,5 vs 3,8) dan tidak adanya laktobasilus. Bakeri prostatitis (akut atau
kronik) menghasilkan bakteriuria.
Komplikasi dari obstruksi dengan infeksi termasuk hidronefrosis,
pionefrosis, urosepsis, dan pielonofretis xanthogranulomatous. Proteus
merupakan spesies yang mampu menguraikan urea, namun, E. coli,
klebsiella, pseudomonas, staphylococcus dapat menghasilkan urease sehingga
mereka juga terlibat dalam bentuk kalkulus staghorn.
Kehamilan (hormonal dan perubahan mekanisme) merupakan predisposisi
seorang wanita mengalami infeksi saluran kemih. Hidroureter kehamilan
merupakan efek sekunder untuk kedua factor hormonal dan mekanik,
diwujudkan sebagai dilatasi dari pelvis ginjal dan ureter sehingga
memberikan kesempatan kepada bakteri untuk menempel di urotelium.
Uterus yang membesar menggantikan kandung kemih sehingga ikut
mengakibatkan adanya statis urine.
Respons perubahan patologis pada saluran kemih bagian atas kan
memberikan berbagai masalah keperawatan pada pasien yang mengalami
pielonefritis akut

( Makalah Pielonefritis – Kelompok 5 ) 7


3.1.6 WOC

Infeksi kuman bakteri ke saluran kemih

Ketidakmampuan pertahanan lokal terhadap infeksi

Penempelan bakteri di urotelium


pielum dan parenkim ginjal

Pemenuhan
Pielonefritis Akut
Informasi

Risiko Reaksi infeksi Reaksi infeksi-inflamasi lokal


kekambuhan Nyeri lokal
inflamasi sistemik
infeksi Iritasi pada saluran kemih
saluran
kemih Anoreksia, mual, demam,
menggigil, penurunan
berat badan, kelemahan Nyeri pada pinggang, Hematuria,
nyeri perut, nyeri piura, disuria,
panggul, neri tekan urgensi
Peningkatan suhu tubuh pada sudut
Intake nutrisi kurang kostovertebral
Kelemahan fisik umum
kondisi penyakit
Nyeri Perubahan
eliminasi
Hipertermia urine
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
Kecemasan

( Makalah Pielonefritis – Kelompok 5 ) 8


3.1.7 Pemeriksaan Penunjang
1) Urinalisis
Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya
ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang
besar (LPB) sediment air kemih
Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment
air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik
berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
2) Bakteriologis
a. Mikroskopis: satu bakteri lapangan pandang minyak emersi. 102 -103
organisme koliform / mL urin plus piuria
b. Biakan bakteri
c. Tes kimiawi: tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna pada uji
carik
3) Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik.
Pemeriksaan ini dilakukan bila ada dugaan infeksi saluran kemih. Pada
pria, urine yang diambil adalah sample urine porsi tengah (mid stream
urine), pada wanita sebaiknya diambil melalui kateterisasi, sedangkan pada
bayi dapat diambil urine dari aspirasi suprapubik atau melalui alat
penampung urine. Jika didapatkan kuman di dalam urine, dibiakkan di
dalam medium tertentu untuk mencari jenis kuman dan sekaligus
sensitifitas kuman terhadap antibiotika yang diujikan. Pada pasien dengan
pielonefritis, hasil pemeriksaan kultur urinenya terdapat bakteriuria.
4) Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari
urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap
sebagai criteria utama adanya infeksi.
5) Metode tes
a. Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes
Griess untuk pengurangan nitrat).
b. Tes esterase lekosit positif: maka pasien mengalami piuria.
c. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang
mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.

( Makalah Pielonefritis – Kelompok 5 ) 9


d. Penyakit Menular Seksual (PMS): Uretritia akut akibat organisme
menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria
gonorrhoeae, herpes simplek).
6) Tes- tes tambahan:
a. Urogram intravena (IVU).
b. Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan
untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus
urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau
hiperplasie prostate.
c. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur
urodinamik dapat dilakukan untuk
d. Mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.

3.1.8 Penatalaksanaan
1. Pielonefritis Akut: pasien pielonefritis akut berisiko terhadap bakteremia
dan memerlukan terapi antimikrobial yang intensif. Terapi parentral di
berikan selama 24-48 jam sampai pasien afebril. Pada waktu tersebut,
agens oral dapat diberikan. Pasien dengan kondisi yang sedikit kritis akan
efektif apabila ditangani hanya dengan agens oral. Untuk mencegah
berkembangbiaknya bakteri yang tersisa, maka pengobatan pielonefritis
akut biasanya lebih lama daripada sistitis. Masalah yang mungkin timbul
dalam penanganan adalah infeksi kronik atau kambuhan yang muncul
sampai beberapa bulan atau tahun tanpa gejala. Setelah program
antimikrobial awal, pasien dipertahankan untuk terus dibawah penanganan
antimikrobial sampai bukti adanya infeksi tidak terjadi, seluruh faktor
penyebab telah ditangani dan dikendalikan, dan fungsi ginjal stabil.
Kadarnya pada terapi jangka panjang.
2. Pielonefritis kronik: agens antimikrobial pilihan didasarkan pada
identifikasi patogen melalui kultur urin, nitrofurantion atau kombinasi
sulfametoxazole dan trimethoprim dan digunakan untuk menekan
pertumbuhan bakteri. Fungsi renal yang ketat, terutama jika medikasi
potensial toksik.

( Makalah Pielonefritis – Kelompok 5 ) 10


3. Simtomatik, untuk menurunkan keluhan nyeri dan demam.

3.1.9 Komplikasi
Ada tiga komplikasi penting dapat ditemukan pada pielonefritis akut
(Patologi Umum & Sistematik J. C. E. Underwood, 2002):
1. Nekrosis papila ginjal. Sebagai hasil dari proses radang, pasokan darah
pada area medula akan terganggu dan akan diikuti nekrosis papila ginjal,
terutama pada penderita diabetes melitus atau pada tempat terjadinya
obstruksi.
2. Fionefrosis. Terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter yang
dekat sekali dengan ginjal. Cairan yang terlindung dalam pelvis dan sistem
kaliks mengalami supurasi, sehingga ginjal mengalami peregangan akibat
adanya pus.
3. Abses perinefrik. Pada waktu infeksi mencapai kapsula ginjal, dan meluas
ke dalam jaringan perirenal, terjadi abses perinefrik.

3.2 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PIELONEFRITIS


3.2.1 Pengkajian
1. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering didapatkan meliputi keluhan nyeri dan keluhan
iritasi miksi (dysuria, hematuria, piuria,urgensi).
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat peningkatan suhu tubuh disertai menggigil biasanya dikeluhkan
beberapa hari sebelum klien meminta pertolongan pada tim kesehatan.
Pada klien pielonefritis biasanya didapatkan keluhan nyeri. Pengkajian
keluhan nyeri adalah sebagai berikut.
Provoking Accident : Penyebab nyeri pada kostovertebra akibat respons
peradangan pada pielum dan parenkim ginjal.
Quality/Quantity : Kualitas nyeri seperti ditusuk – tusuk
Region/Relief : Area nyeri panggul, nyeri tekan pada sudut
kostovertebral, nyeri di daerah perut dan
pinggang.

( Makalah Pielonefritis – Kelompok 5 ) 11


Scale of pain : Skala nyeri bervariasi pada rentang sedang
sampai berat atau 2 – 3 (0-4)
Time ; Onset nyeri dimulai bersamaan dengan keluhan
timbulnya demam.
Kaji keluhan miksi tentang adanya nyeri saat berkemih, kemih darah,
kemih nanah, dan rasa sangat ingin BAK sehingga terasa sakit. Keadaan
ini adalah akibat hiperiribilitas dan hiperaktivitas saluran kemih karena
inflamasi. Keluhan lain secara umum adalah malaise, anoreksia, mual dan
muntah, serta demam dan menggigil.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji apakah ada riwayat penyakit seperti adanya keluhan obstruksi pada
saluran kemih (yang meningkatkan kerentanan ginjal terhadap infeksi),
tumor kandung kemih, striktur, hyperplasia prostatik benigna, diabetes
militus. Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat – obatan
masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat dan
dokumentasikan.
4. Psikososiokultural
Pengkajian pengetahuan pasien tentang factor untuk menurunkan risiko
kekambuhan, sumber informasi yang ada, dan rencana perawatan rumah.
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai
respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan
peran klien dalam keluarga dan masyarakat, serta respons atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga ataupun
dalam masyarakat. adanya keluhan berupa nyeri, prognosis penyakit
memberikan manifestasi yang berbeda kepada setiap klien yang
mengalami pielonefritis. Oleh karena klien harus menjalani rawat inap,
maka apakah keadan ini memberi dampak pada setatus ekonomi klien. Hal
ini di karenakan biaya perawatan dan pengobatan memerlukan dana yang
tidak sedikit.
5. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum klien lemah dengan tingkat kesadaran biasanya
komposmetis. Pada ttv sering di dapatkan adanya perubahan seperti ; suhu

( Makalah Pielonefritis – Kelompok 5 ) 12


tubuh meningkat dapat melebihi 39,40C, frekuennsi denyut nadi
mengalami peningkatan, seta frekuensi meningkat sesuai dengan
peningkatan suhu tubuh dan denyut nadi. Tekanan darah tidak terjadi
perubahan secara signipikan kecuali adanya penyulit seperti sklerotik arteri
renal yang sering di dapatkan adanya peningkatan tekanan darah secara
bermakna, atau pada penurunan fungsi sistemik akan terjadi penurunan
sistolik dibawah 90 mmHg yang memberikan indikasi terjadinya syok
sepsis.
B1 (breathing). Bila tidak melibatkan infeksi sistemik, pola nafas dan
jalan nafas dalam kondisi efektip walau secara frekuensi mengalami
peningkatan.
B2 (blood). Bila tidak melibatkan infeksi sistemik, setatu kariovaskuler,
tidak mengalami perubahan walau secara frekuensi denyut jantung
mengalami peningkatan. Perfusi periper dalam batas normal, akral hangat,
CRT <3 detik.

B3 (brain). Pada wajah, biasanya tidak di dapatkan adanya perubahan,


konjungtivita tidak anemis, sclera tidak ikterik, mukosa mulut tidak
mengalami perdangan. Status neurologis tidak mengalami perubahan,
tingkat kesadaran dalam batas normal dimana orientasi ( tempat, waktu,
orang) baik.
B4 (bladder).
Inspeksi : Tidak ada pembesaran pada suprapubis, tidka ada kelainan
pada genetalia eksterna. Didapatkan adanya hematuria, piuria,
dan urgensi. Pada pielonefritis yang mengenai kedua ginjal
sering di dapatkan penurunan urin output karena terjadinya
penurunan dari fungsi ginjal.
Palpasi : Sering di daptka distensi kandung kemih. Pada plpasi, area
kostovertebra sering di dapatkan adanya perasaan tidak
nyaman dan mungkin di dapatkan adanya masa dari
pembesaran ginjal akibat inpiltrasi interstisial sel-sel inflamasi
pada palpasi ginjal.

( Makalah Pielonefritis – Kelompok 5 ) 13


Perkusi : Perkusi pada sudut kostovertebra memberikan stimulus nyeri
lokak disertai suatu penjalaran nyeri ke pinggang dan perut.
Auskultasi ; tidak didapatkan adanya bruid ginjal.
B5 (bowel). Didapatkan adanya mual dan muntah, serta anoreksia
sehingga sering di dapatkan penurunan berat badan terutama pada
pielonefritis kronik. Penurunan peristaltic usus sering didaptkan .
B6 (bone). Didapatkan malaise dan adanya kelemahan fisik secara umum.

3.2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Perubahan pemenuhan eliminasi urin b.d. respons inflamasi saluran kemih,
iritasi saluran kemih.
2. Nyeri b.d. respons inflamasi akibat infeksi pielum dan parenkim ginjal
3. Hipertermi b.d. respons sistemik sekunder dari infeksi pada pielum
parenkim ginjal
4. Resiko kekambuhan infeksi saluran kemih b.d. tidak terpajannya
pemenuhan informasi, misinterpretasi, kesalahan sumber informasi,
rencana perawatan rumah
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. intake nutrisi
tidak adekuat, efek sekunder dari anoreksia, mual, muntah.

3.2.3 Intervensi
Perubahan eliminasi urine b.d respons inflamasi saluran kemih, irtasi saluran
kemih.
Tujuan: Dalam waktu 3x24 jam gangguan eliminasi dapat teratasi secara optimal
sasuai kondisi klien.
Kriteria evaluasi:
- Tidak ada keluhan iritasi dalam melakukan miksi, seperti disuria dan urgensi.
- Mampu melakukan miksi setiap 3-4 jam.
- Produksi urine 50 cc/jam, urine tidak keruh atau urine yang keluar berwarna
kuning jernih.
Intervensi Rasional
Kaji pola berkemih dan catat produksi Mengetahui fungsi ginjal.
urine tiap 6 jam.
Palpasi kemungkinan adanya distensi Menilai perubahan kandung kemih akibat
kandung kemih. dari infeksi saluran kemih.
Istirahatkan pasien. Pada kondisi istirahat, maka ada
kesempatan jaringan untuk memperbaiki

( Makalah Pielonefritis – Kelompok 5 ) 14


diri.
Anjurkan untuk miksi setiap 3-4 jam.Mempercepat dan meningkatkan
pembilasan pada saluran kemih.
Anjurkan klien untuk minum minimal Membantu mempertahankan fungsi
2.000 cc/hari. ginjal.
Kolaborasi: Pemeriksaan kultur dan uji sensitivitas
 Diagnostik kultur dan uji dapat menentukan jenis antimikroba yang
sensitivitas. sesuai.
 Pemberian antimikroba. Antimikroba yang bersifat bakterisid
dapat membunuh kuman yang diberikan
sesuai dengan uji sensitivitas.

Nyeri b.d reaksi inflamasi respons inflamasi akibat infeksi pada pielum dan
parenkim ginjal.
Tujuan: dalam waktu 1x24 jam nyeri berkurang/hilang atau teradaptasi.
Kriteria evaluasi:
- Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang/hilang atau dapat diadaptasi 0-1 (0-
4).
- Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
- Klien tidak gelisah.
Intervensi Rasional
Jelaskan dan bantu klien dengan Pendekatan dengan menggunakan
tindakan pereda nyeri nonfarmakologi relaksasi dan nonfarmakologi lainnya
dan noninvasif telah menunjukkan keefektifan dalam
mengurangi nyeri.
Lakukan manajemen nyeri
keperawatan:
 Atur posisi fisiologis.  Posisi fisiologis akan meningkatkan
asupan O2 ke jaringan yang
mengalami iskemia sekunder dari
inflamasi
 Istiahatkan klien.  Istirahat akan menurunkan kebutuhan
O2 jaringan perifer sehingga akan
meningkatkan suplai darah ke
jaringan.
 Manajemen lingkungan: lingkungan  Lingkungan tenang akan menurunkan
tenang, kurang cahaya, dan batasi stimulus nyeri eksterna atau
pengunjung. kesensitifan terhadap cahaya dan
menganjurkan klien untuk beristirahat
dan pembatasan pengunjung akan
membantu meningkatkan kondisi O2
ruangan yang akan berkurang apabila
banyak pengunjung yang berada di
ruangan.
 Ajarkan teknik relaksasi pernapasan  Meningkatkan asupan O2 sehingga
dalam. akan menurunkan nyeri sekunder
iskemia.

( Makalah Pielonefritis – Kelompok 5 ) 15


 Ajarkan teknik distraksi pada saat  Ditraksi (pengalihan perhatian) dapat
nyeri. menurunkan stimulus internal dengan
mekanisme peningkatan produksi
endofrin dan enkefalin yang dapat
memblok reseptor nyeri untuk tidak
dikirimkan ke korteks serebri
sehingga menurunkan persepsi nyeri.
Berikan kesempatan waktu istirahat bila Istirahatkan akan merelaksasikan semua
terasa nyeri dan berikan posisi yang jaringan sehingga akan meningkatkan
nyaman, misalnya pada saat tidur, kenyamanan.
bagian belakangnya dipasang bantal
kecil.
Tingkatkan pengetahuan tentang: sebab- Pengetahuan yang didapat akan
sebab nyeri dan menghubungkan berapa membantu mengurangi nyerinya dan
lama nyeri akan berlangsung. dapat membantu mengembangkan
kepatuhan klien terhadap rencana
terapeutik.
Observasi tingkat nyeri dan respons Pengkajian yang optimal akan
mototrik klien 30 menit setelah memberikan perawat data yang objektif
pemberian obat analgetik untuk untuk mencegah kemungkinan komlikasi
mengkaji efektivitasnya, serta setiap 1-2 dan melakukan intervensi yang tepat.
jam setelah tindakan perawatan selama
1-2 hari.
Kolaborasi dengan dokter untuk Analgetik memblok lintasan nyeri
pemberian analgetik. sehingga nyeri akan berkurang.

Hipertermi b.d. respons sistemik sekunder dari infeksi pada pielum parenkim
ginjal
Tujuan: Suhu tubuh menurun setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24
jam
Kriteria evaluasi: Suhu tubuh normal 36-37 C
Intervensi Rasional
Monitor suhu tubuh pasien Peningkatan suhu tubuh bisa menjadi
stimulus penahan cairan yang dapat
mengganggu control dari system saraf
pusat
Anjurkan minum air putih lebih banyak Pemenuhan hidrasi cairan tubuh oleh
perawat melalui via oral atau via
intravena dengan jumlah total pemberian
cairan 2500-3000 ml/hr yang bertujuan
selain sebagai pemelihara juga untuk
meningkatkan produksi urine yang juga
memberikan dampak terhadap
pengeluaran suhu tubuh melalui system
perkemihan
Beri kompres dingin di kepala dan Memberikan respons dingin pada pusat
aksila pengatur panas dan pada pembuluh darah

( Makalah Pielonefritis – Kelompok 5 ) 16


besar
Pertahankan tirah baring total selama Mengurangi peningkatan proses
fase akut metabolime umum yang memberikan
dampak terhadap peningkatan suhu tubuh
secara sistemik
Kolaborasi pemberian terapi : Antipiretik bertujuan untuk membantu
antipiretik dan antimikroba menurunkan suhu tubuh, sedangkan
antimikroba dapat mengurangi inflamasi
sekunder dari toksin.

Risiko kekambuhan infeksi saluran kemih b.d tidak terpajannya pemenuhan


informasi, misinterpretasi, kesalahan, sumber informasi, rencana perawatan
rumah.
Tujuan: dalam waktu 1x4 jam informasi kesehatan terpenuhi.
Kriteria evaluasi:
- Pasien mampu menjelaskan kembali pendidikan kesehatan yang diberikan.
- Klien termotivasi untuk melaksanakan penjelasan yangtelah diberikan.
Intervensi Rasional
Kaji tingkat pengetahuan klien tentang Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh
intervensi menurunkan risiko keondisi sosial ekonomi klien. Perawat
kekambuhan dan rencana perawatan menggunakan pendekatan yang sesuai
rumah. dengan kondisi individu klien. Dengan
mengetahui tingkat pengetahuan tersebut
perawat dapat lebih terarah dalam
memberikan pendidikan yang sesuai
dengan pengetahuan klien secara efisien
dan efektif.
Cari sumber yang meningkatkan Keluarga terdekapa dengan klien perlu
penerimaan informasi. dilibatkan dalam pemenuhan informasi
untuk menurunkan risiko misinterpretasi
terhadap informasi yang diberikan.
Intervensi menurunkan risiko
kekambuhan:
 Informasikan untuk menghindari  Penggunaan kateter terus-menerus
penggunaan kateter terus-menerus. biasanya digunakan oleh pasien yang
mengalami disfungsi saraf dalam
kontrol BAK, seperti pada pasien
stroke, cedera tulang belakang, atau
kandung kemih neurogenik.
Penggunaan kondom kateter
merupakan alternatif pilihan untuk
menurunkan frekuensi masuknya
kateter ke dalam saluran kemih.
 Informasikan untuk mengonsumsi  Cairan yang adekuat akan
cairan minimal 2.500 ml/hari. meningkatkan produksi urine yang
 Identifikasi, khususnya pada berguna dalam proses pembilasan
orangtua yang memiliki anak dengan kuman di saluran kemih.

( Makalah Pielonefritis – Kelompok 5 ) 17


ISK berulang.  Anak-anak dengan ISK berulang akibat
 Tekankan pentingnya kelainan struktur saluran kemih
mempertahankan asupan nutrisi yang memerlukan evaluasi segera gejala
mengandung protein dan kalori yang saluran urine dan pengobatan yang
tinggi, serta asupan cairan yang tepat.
cukup setiap hari .  Diet TKTP dan cairan yang adekuat
memenuhi peningkatan kebutuhan
metabolik tubuh. Pendidikan kesehatan
tentang hal tersebut meningkatkan
kemandirian klien dalam perawatan
penyakitnya.
 Oleh karena sedikit bukti yang
mendukung teori bahwa diet saring
(blender) lebih menguntungkan
daripada makanan biasa, maka klien
telah dianjurkan untuk makan apa saja
yang disukainya. Namun, ada beberapa
kewaspadaan untuk dipertimbangkan
pada tahap awal penyembuhan. Selain
itu, upaya dibuat untuk menetralisasi
asam dengan makan tiga kali sehari
makanan biasa. Makan sedikit tapi
sering tidak diperlukan selama antasida
atau penyekat histamin digunakan
(Smeltzer, 2002)
Beri informasi tentang manajemen nyeri Manajemen nyeri dilakukan untuk
keperawatan. peningkatan kontrol nyeri pada klien.
Berian informasi pada klien yang akan
menjalani perawatan rumah, meliputi:
 Anjurkan pasien untuk istirahat.  Istirahat sangat penting untuk
pemulihan. Kegiatan harus minimal,
pasien tidak boleh kembali bekrja
selama 2 minggu untuk memberikan
waktu untuk infeksi yang akan
dihilangkan dan bagi pasien untuk
memulihkan kekuatan fisik.
 Informasikan agar pasien meminum  Pasien harus minum antibiotik seperti
obat antibiotik sesuai jadwal. yang diarahkan dan menyelesaikan
pengobatan sebagaimana telah
ditetapkan. Hal ini meminimalkan
risiko kekambuhan dan perkembangan
organisme resisten.
 Anjurkan untuk mengonsumsi cairan  Menghindari dehidrasi sangat penting
minimal 2.500 ml/hari. bgai fungsi ginjal pasien. Ketika sakit,
individu minum kurang dan
memberikan manifestasi untuk
terjadinya sehidrasi. Oleh karena pasien
tidak bisa mengukur berat urine yang

( Makalah Pielonefritis – Kelompok 5 ) 18


spesifik di rumah, mereka harus minum
cukup air atau cairan lainnya untuk
menghasilkan urine berwarna terang,
hampir seerti air.
 Informasikan bahwa sangat penting  Urine keruh, gejala disuria, urgensi, dan
untuk kontrol bila terdapat frekuensi merupakan tanda penting
perubahan pada eliminasi urine. terjadinya kekambuhan.
 Anjurkan pasien wanita dalam  Alat kontrasepsi dalam rahim
mengganti alat kontrasepsi dalam merupakan salah satu predisposisi
rahim. kekambuhan. Pengguanaan hormonal
bila tidak ada kontraindikasi merupakan
alternatif pilihan.
 Hindari merokok.  Klien yang sebelum pembedahan telah
terbiasa merokok, apabila telah pulang
ke rumah akan mengulangi kebiasaan
ini. Penjelasan bahwa dampak dari asap
rokok akan memperlambat proses
penyembuhan mungkin akan dapat
diterima oleh pasien.
 Merokok berperan dalam memperburuk
kondisi penyakit kanker lambung
melalui tiga cara, meliputi:
 Menghirup asap akan meningkatkan
kadar karbon monoksida (CO) darah.
Hemoglobin, komponen darah yang
mengangkut oksigen, lebih mudah
terikat kepada CO dari pada O2. Jadi,
oksigen yang disuplai ke jaringan
esofagus untuk proses penyembuhan
menjadi sangat berkurang.
 Asam nikotinat pada tembakau memicu
pelepasan katekolamin, yang
menyebabkan konstriksi arteri. Aliran
darah dan oksigenasi jaringan menjadi
terganggu.
 Merokok meningkatkan adhesi
trombosit, mengakibatkan
kemungkinan peningkatan
pembentukan trombus yang akan
memperpanjang proses penyembuhan
akibat penurunan suplai darah pada
area lokal.
 Anjurkan untuk semampunya  Beberapa agen nyeri farmakulogik
melakukan manajemen nyeri non biasanya memberikan reaksi negatif
farmakulogik pada saat nyeri pada gastrointestinal.
muncul.
Berikan motivasi dan dukungan moral. Intervensi untuk meningkatkan keinginan
klien dalam pelaksanaan prosedur

( Makalah Pielonefritis – Kelompok 5 ) 19


pengembalian fungsi pascabedah
esofagektomi.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. intake nutrisi


tidak adekuat, efek sekunder dari anoreksia, mual, muntah.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan kep selama 1x24 jam pasien akan
mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat.
Kriteria evaluasi:
- KU baik
- nafsu makan meningkat
- mukosa lembab
- TTV dalam batas normal
- tidak diare
- tidak nyeri tekan
- bising usus normal
- tonus otot meningkat
Intervensi Rasional
Mulai dengan makanan kecil dan Kandungan makanan dapat
tingkatkan sesuai dengan toleransi. mengakibatakan ketidak toleransi
GI,sehingga memerlukan perubahan pada
kecepatan/tipe formula.

Berikan diet nutrisi seimbang Macam macam jenis makanan dapat


dibuat untuk tambahan atau batasan
factor tertentu

Fasilitasi pasien diet sesuai dengan Konsumsi minuman yang mengandung


indikasi, dan anjurkan menghindari kafein perlu dihindari karena dapat
paparan dari agen iritan. menstruasi system saraf pusat

Kolaborasi dengan ahli gizi dalam Diet yang sesuai dapat mempercepat
pemberian diet penyembuhan

( Makalah Pielonefritis – Kelompok 5 ) 20

Das könnte Ihnen auch gefallen