Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
sejarah terbentuknya daratan di Indonesia berawal pada zaman es. Pada masa itu,
wilayah Indonesia bagian Barat yang disebut juga Dataran Sunda masih menyatu
dengan Benua Asia, sedangkan Indonesia bagian Timur yang disebut juga Dataran
Sahul menyatu dengan Benua Australia. Dataran Sunda dan Dataran Sahul juga masih
berupa daratan belum dipisahkan oleh laut dan selat. Keadaan tersebut menyebabkan
keanekaan flora dan fauna di Indonesia bagian Barat seperti Jawa, Bali, Kalimantan,
dan Sumatera pada umumnya menunjukkan kemiripan dengan flora di Benua Asia.
Begitu pula dengan flora dan fauna di Indonesia bagian Timur seperti Irian Jaya dan
pulau-pulau disekitarnya pada umumnya mempunyai kemiripan dengan flora dan fauna
di benua Australia.
Kemudian, pada akhir zaman es, suhu permukaan bumi naik sehingga
mengakibatkan naiknya permukaan air laut. Naiknya permukaan air laut ini
mengakibatkan Jawa terpisah dengan Benua Asia, kemudian terpisah dari Kalimantan
dan terakhir dari Sumatera. Selanjutnya Sumatera terpisah dari Semenanjung Malaka
dan terakhir Kalimantan terpisah dari Semenanjung Malaka.
Kelompok vegetasi yang lain di wilayah ini adalah hutan bakau/mangrove yang
biasanya tersebar di sepanjang pantai dan muara-muara sungai.
1. Persebaran jenis flora yang terdapat di wilayah pulau Sumatra tersebar dari
ujung utara sampai selatan pulau tersebut. Meski demikian wilayah ini memiliki
daerah miniatur yang mirip dengan berbagai ekosistem yang ada di pulau
Sumatra. Sebaran flora di Sumatra dapat dikatakan terwakili oleh adanya Taman
Nasional Gunung Leuser di Propinsi Nangroe Aceh Darussalam. Di wilayah
taman nasional tersebut memiliki koleksi khas ekosistem Sumatra mulai dari
ekosistem pantai. rawa, dataran rendah, hingga ekosistem pegunungan.
2. Wilayah Kalimantan di dominasi oleh hutan hujan tropis yang kaya akan pohon
berkayu keras dan besar. Terdapat juga liana (tumbuhan pemanjat) yang
menjadi komoditi unggulan yaitu : rotan.
Di Kalimantan bagian selatan terdiri atas daerah dataran rendah pantai,
daerah rawa, daerah perbukitan dan pegunungan
Di bagian tengah, terdapat pegunungan Meratus yang membujur dari utara
ke selatan yang membelah wilayah menjadi dua bagian yang berbeda
Di bagian timur terdapat daerah berbukit yang ditumbuhi oleh hutan primer,
hutan sekunder, semak belukar dan padang ilalang.
Di bagian barat, terdapat dataran rendah yang terdiri atas rawa monoton,
rawa banjir, rawa pasang surut, dan daerah aluvial. Pada bagian ini
ditumbuhi oleh hutan bakau, hutan rawa, dan lahan dengan berbagai jenis
rawa.
B. Contoh Flora Endemik Pulau Sumatera
1. Bunga Rafflesia
2. Bunga Bangkai
Bunga bangkai atau suweg raksasa atau batang krebuit (nama lokal untuk fase
vegetatif), Amorphophallus titanum Becc., merupakan tumbuhan dari suku talas-talasan
(Araceae) endemik dari Sumatera, Indonesia, yang dikenal sebagai tumbuhan dengan
bunga (majemuk) terbesar di dunia, meskipun catatan menyebutkan bahwa kerabatnya,
A. gigas (juga endemik dari Sumatera) dapat menghasilkan bunga setinggi 5m.
Namanya berasal dari bunganya yang mengeluarkan bau seperti bangkai yang
membusuk, yang dimaksudkan sebenarnya untuk mengundang kumbang dan lalat
penyerbuk bagi bunganya. Banyak orang sering salah mengira dan tidak bisa
membedakan bunga bangkai dengan "Rafflesia arnoldii" mungkin karena orang sudah
mengenal bahwa Rafflesia sebagai bunga terbesar dan kemudian menjadi bias dengan
ukuran bunga bangkai yang juga besar.
3. Cempaka wangi
Tumbuhan asal anak benua India dan Asia Tenggara ini juga berguna kayunya
dan berfungsi pula sebagai penghias taman. Bijinya terbungkus oleh salut biji yang
disukai burung.
2. Harimau Sumatera
3. Gajah Sumatera
Gajah Sumatera adalah subspesies dari gajah Asia yang hanya berhabitat di
pulau Sumatera. Gajah Sumatera berpostur lebih kecil daripada subspesies gajah India.
Populasinya semakin menurun dan menjadi spesies yang sangat terancam.
Gajah Sumatera
Sekitar 2000 – 2700 ekor gajah Sumatera yang tersisa di alam liar berdasarkan
survei tahun 2000. Sebanyak 65% populasi gajah Sumatera lenyap akibat dibunuh
manusia dan 30% kemungkinan diracuni manusia. Sekitar 83% habitat gajah Sumatera
telah menjadi wilayah perkebunan akibat perambahan yang agresif untuk perkebunan.
Referensi:
Isa Putra Anugrah, 2013, Persebaran Flora dan Fauna di Indonesia, dalam
http://iiinnssttaann.blogspot.com/2013/09/persebaran-flora-dan-fauna-di-
indonesia.html, diakses tanggal Oktober 2014