Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
1. Data-data pembebanan
Berat volume beton bertulang = 25 kN/m3
Berat pasangan batu bata = 17 kN/m3
qD plat atap (sendiri + tambahan) = 3,81 kN/m2
qD plat lantai (sendiri + tambahan) = 4,05 kN/m2
qL plat atap = 0,96 kN/m2
qL plat lantai koridor lantai 1 = 4,79 kN/m2
162
163
A B C D E F G H I J
Gambar VII.2 Notasi As dan penyebaran beban gravitasi pada lantai atap
A B C D E F G H I J
Gambar VII.3 Notasi As dan penyebaran beban gravitasi pada lantai 1 s/d lantai 6
Beban hidup :
qL = (2/3.9.58) + (2/3.19,16) = 19,16 kN/m
Batang 2 Lantai 1
Beban mati :
qD plat = (2/3.6,00).2 = 8,00 kN/m
qD balok induk = 0,4.0,7.25 = 7,00 kN/m
qD total = 15,00 kN/m
Beban hidup :
qL = (2/3.9,58).2 = 12,77 kN/m
Batang 3 Lantai 1
Beban mati :
qD plat = (2/3.12,00) + ((1-(4.22/3.82)).6) = 13,50 kN/m
qD dinding = 0,15.(4-0,7).17 = 8,415
qD balok induk = 0,4.0,7.25 = 7,00 kN/m
qD total = 28,915 kN/m
Beban hidup :
qL = (2/3.19,16)+ ((1-(4.22/3.82)).3,84) = 16,29 kN/m
3b). Total beban mati dan beban hidup pada portal. Total beban mati dan
beban hidup pada portal 3D dihitung sebagai berikut.
Beban mati = WD,rm + WD,a+ WD,lantai 2-6 + WD,lantai 1
= 1728,60 + 5822,25 + (9084,235.5) + 9437,665
= 62409,690 kN
Beban hidup = WL,rm + WL,a+ WL,lantai 2-6 + WL,lantai 1
= 156,00 + 393,12 + (1953,945.5) + 2380,985
= 12699,83 kN
172
dilihat pada Tabel VII.2 di bawah. Terlihat bahwa beban gempa tersebut
terpusat pada pusat massa dengan koordinat (0.0,09), yang berarti persis di
pusat bangunan.
Tabel VII.2. Lokasi titik pusat massa sebagai titik tangkap beban gempa.
OutputCase GlobalFX XCentroidFX YCentroidFX ZCentroidFX
Text KN m m m
STATIK-X -4743.118 0,000 0.090 0
(sumber : SAP2000 v.15)
178
(lanjutan)
D L wi = D + 0,5L Selisih
Lantai
(kN) (kN) (kN) (%)
2 9084.235 1953.945 10061.208 0%
1 9437.665 2380.985 10628.158 5%
Total 62419.578 12699.830 68769.493
(sumber : hasil hitungan)
Dari perhitungan di atas, tidak ada lantai yang mempunyai selisih
massa yang lebih dari 150%, sehingga gedung dianggap tidak mempunyai
ketidakberaturan vertikal tipe 2.
3). Ketidakberaturan tipe 3
Ketidakberaturan ini ada jika ada lantai setback secara vertikal dengan
ukuran lebih dari 130% ukuran lantai di dekatnya. Karena lantai 1 sampai
dengan atap didesain mempunyai ukuran yang sama (tanpa setback), maka
ketidakberaturan tipe ini dianggap tidak ada.
6. Pemilihan jenis analisis beban gempa
Karena KDS pada perencanaan ini termasuk KDS D, maka analisis beban
gempa boleh memakai analisis statis (ELF) dengan syarat
a). Nilai periode getar struktur (T) < 3,5Ts (3,5.0,411 = 1,542 detik). Dengan
rumus pendekatan, nilai T stuktur =0,0466.(30,5)0,9= 1,010 detik. Karena T
struktur < 3,5Ts, maka syarat ini terpenuhi.
b). Gedung tidak mempunyai ketidakberaturan horisontal tipe 1a), 1b) dan
ketidakberaturan vertikal tipe 1a), 1b), 2 dan tipe 3. Berdasarkan evaluasi
pada subbab sebelumnya, gedung tidak mempunyai ketidakberaturan tipe-
tipe tersebut, maka syarat ini sudah terpenuhi.
Karena semua syarat di atas terpenuhi, maka analisa beban gempa
diperbolehkan menggunakan metode Equivalent Lateral Force (ELF).
7. Perhitungan koefisien beban gempa
Perhitungan beban gempa disesuaikan dengan lokasi dari gedung yang
akan dibangun, perhitungan ini mengacu pada buku : Struktur Beton Lanjut
Sesuai SNI 2847-2013 (Asroni, 2015), Bab 1.D dengan menggunakan data
181
getar yang dipakai dalam perhitungan gaya gempa statis ekuivalen adalah
sebagai berikut :
Jika Tc > Ta.Cu, maka digunakan T = Ta.Cu
Jika Ta < Tc < Ta.Cu, maka digunkan T = Tc
Jika Tc < Ta, maka digunakan T = Ta
Dari modal case pada software SAP2000 diperoleh nilai Tc.
Arah X = 0,852 detik
Arah Y = 0,973 detik
Sehingga memenuhi persyaratan Tc < Ta maka digunakan nilai T = Ta.
8b). Distribusi gaya geser dasar gempa (V). Sebelum menghitung gaya
geser dasar gempa dihitung terlebih dahulu nilai koefisien dasar gempa (C),
dengan nilai SD1 = 0,371 dan nilai T > Ts maka nilai C dihitung sebagai
berikut:
C = SD1/T = 0,371 / 1,010 = 0,366
Dengan nilai faktor keutamaan bangunan (Ie) = 1,5 dan faktor modifikasi
respons (R) untuk Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) = 8,
gaya geser dasar gempa (V) untuk masing-masing arah dihitung seperti berikut:
C.I e 0 ,366 .1,5
V= . Wt = .68769.493 = 4723.927 kN.
R 8
Beban horizontal gempa V didistribusikan ke setiap lantai dengan rumus :
Wi .h ik
Fi .V
(W .h
n
i
k
i )
i 1
8c). Validasi perhitungan gaya geser dasar gempa (V). Pada perhitungan
beban gempa dengan software SAP2000 v.15 digunakan load pattern dengan
code IBC 2009 yang sesuai dengan SNI-1726-2012. Lihat pada gambar VII.6.
Data yang digunakan pada code ini adalah nilai SS, S1, kategori desain
seismik, waktu getar (T), faktor keutamaan bangunan (Ie), faktor midifikasi
respons (R), faktor kuat lebih (Ω) dan koefisien pembesaran defleksi (Cd).
untuk desain rangka pemikul momen khusus nilai R, Ω dan Cd bisa dilihat pada
SNI-1726-2012 pasal 7.2.2.
Cara validasi ini mengacu pada modul SAP2000 berjudul : Belajar SAP
2000 Analisis Gempa Seri 2 (Zamil, 2012).
184
Gambar VII.10. Hasil analisis beban mati, beban hidup dan beban gempa
SAP2000 (base reactions)
Setelah dilakukan perhitungan dengan cara manual dan SAP2000,
selanjutnya adalah melakukan validasi hasil hitungan beban mati (WD), beban
hidup (WL) dan beban horizontal gempa (V). hasil validasi disajikan pada tabel
VII.7.
185
B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9
Gambar VII.12. Pembebanan dan momen akibat beban mati pada balok B.268
189
Gambar VII.13. Pembebanan dan momen akibat beban hidup pada balok
B.268