Sie sind auf Seite 1von 3

KEPEMIMPINAN SEORANG

JENDERAL GATOT NURMANTYO


(Oleh : Sekar Nastiti M U – 16101283)

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo lahir di Tegal,


Jawa Tengah, pada 13 Maret 1960. Namun sejatinya ayahnya
datang dari Solo serta ibunya dari Cilacap. Gatot di besarkan dari
keluarga yang berlatar militer pejuang begitu kental. Ayah Gatot,
bernama Suwantyo merupakan seseorang pejuang kemerdekaan
yang pernah jadi Tentara Pelajar. Di saat perang kemerdekaan
ayahnya bertugas dibawah komando Jenderal Gatot Subroto. Dari
nama tokoh militer kharismatik tersebut, ayahnya lalu
memberikan nama anaknya “Gatot”.
Ayah Gatot pensiun dengan pangkat paling akhir Letnal
Kolonel Infanteri serta pekerjaan paling akhir sebagai Kepala
Kesehatan Jasmani di Kodam XIII/Merdeka, Sulawesi Utara.
Sedang ibunda Gatot, anak seseorang Kepala Pertamina di
Cilacap, mempunyai tiga orang kakak kandung yang mengabdi sebagai prajurit TNI AD, TNI-AL
serta TNI-AU. Lantaran anak tentara, mulai sejak kecil Gatot hidup berpindah-pindah. Sesudah
dari Tegal, ia geser ke Cimahi, Jawa Barat, sampai kelas 1 Sekolah Basic. Kemudian ia pindah ke
Cilacap hingga kelas 2 SMP. Lantas beliau pindah lagi ke Solo sampai tamat SMA.
Sesungguhnya Gatot menginginkan jadi arsitek. Maka dari itu beliau mendaftar ke
Universitas Gadjah Mada (UGM). Namun tahu anaknya ingin masuk UGM, ibundanya berpesan:
“Ayahmu cuma seseorang pensiunan. Bila anda masuk UGM, nantinya adik-adikmu tak dapat
sekolah.”. Mendengar hal itu, Gatot beralih haluan. Diam-diam dia pergi ke Semarang, mendaftar
AKABRI lewat Kodam Diponegoro. Sekembalinya dari Semarang, ia memberitahukan ibunya
kalau ia telah mendaftar ke AKABRI. Ibunya segera mengizinkan dengan pesan, “Jika anda jadi
tentara, anda mesti jadi anggota RPKAD (Kopassus).” Menurut Gatot, ibunya terobsesi anaknya
jadi anggota RPKAD lantaran rumah orangtua ibunya dekat dengan markas RPKAD di Cilacap.
Sesudah lulus AKABRI 1982, Gatot berupaya masuk 1jadi anggota Kopassus (nama baru
RPKAD). Namun dalam usaha pertama beliau tak di terima. Pada saat selanjutnya, sesudah
berpangkat Kapten, waktu bertugas di Pusat Latihan Tempur di Baturaja, Sumsel, beliau kembali
mendaftar masuk Kopassus, namun kembali tak diterima.
Sesungguhnya peluang itu telah habis. Namun Gatot tak pernah menyerah. Gatot selalu
berdoa pada Allah SWT supaya satu hari dapat diterima jadi prajurit Kopassus seperti pesan
ibundanya. Peluang itu pada akhirnya datang sesudah ia menjabat KSAD (25 Juli 2014–15 Juli
2015). Tidak lama sesudah pelantikan, Gatot memanggil Danjen Kopassus Mayjen TNI Agus
Sutomo serta mengemukakan tujuannya menginginkan mendaftar pendidikan Kopassus. Namun
Agus Sutomo mengemukakan, "Tidak usah ikut pendidikan Pak, nanti brevet kehormatan saja,"
begitu kira-kira kata Mayjen Agus Sutomo. Brevet dan baret kehormatan memang biasanya
diberikan pada perwira tinggi dan para kepala staf. Hebatnya Gatot menolak, beliau berkeras mau
mendapat baret merah melalui jalur normal. Artinya melalui sekolah komando yang katanya bagai
neraka di bumi itu. Baru sekali ada jenderal bintang empat mau mengikuti sekolah komando yang
biasanya untuk para prajurit muda itu.
Tapi Gatot maju terus. Semua pendidikan yang harus ditempuh prajurit komando disikatnya.
Dari gunung hutan sampai rawa laut. Menjadi siswa komando berarti melepaskan pangkat. Semua
diperlakukan sama. Gatot pun merasakan direndam tengah malam di Danau Situ Lembang yang
airnya sedingin es. Lalu longmarch, sampai berenang militer sepanjang lebih 2 jam dari pantai
Cilacap ke pulau Nusakambangan. Bahkan juga Gatot juga ikuti pendidikan Sandi Yudha yang
satu diantara ujiannya mesti menyusup masuk ke satu tempat yang terkunci serta dikawal ketat
oleh prajurit Kopassus. Akhirnya dalam upacara yang khidmat di tepi Pantai Permisan Cilacap,
Gatot dinyatakan lulus sebagai prajurit komando. Mayjen Agus Sutomo memasangkan baret
merah dan menyematkan brevet komando di dada Gatot tanggal 2 September 2014. Usia Gatot
saat itu 55 tahun.
Sesudah resmi jadi prajurit Kopassus, Gatot naik helikopter dari Cilacap ke Kartosuro
(Markas Group 2 Kopassus). Masihlah berbaret merah , gunakan loreng , darah mengalir , ia segera
menuju makam kedua orangtuanya di Solo. Didepan makam kedua orang tuanya itu beliau
memberikan hormat serta mengemukakan , “ Ibu saya telah menunaikan pekerjaan”
Gatot Nurmantyo memiliki karier cemerlang di dunia militer. Sikap disiplin dan kerja
kerasnya mengantarkannya menjadi orang nomor satu di Markas Besar Tentara Nasional Indonesia
(TNI). Ia menjadi Panglima TNI pada usia 55 tahun. Ketika menjadi Panglima TNI , beliau
berpesan bahwa Alutsista canggih , Prajurit hebat bukanlah satu-satunya kunci , tapi sinergitas
antara TNI dan Rakyat adalah modal utama ketahanan Negara. Beliau juga dikenal sebagai
pemimpin yang dekat dengan anggota-anggotanya. Gatot Nurmantyo juga merupakan seorang
pemimpin yang sangat taat dengan Agama.

Pendidikan :
- AKMIL 1982
Karir :
- Danton MO. 81 Kiban Yonif 315/Garuda
- Dankipan B Yonif 320/Badak Putih
- Dankipan C Yonif 310/Kidang Kancana
- Kaurdal Denlatpur
- ADC Pangdam III/Siliwangi
- PS Kasi-2/Ops Korem 174/Anim Ti Waninggap
- Danyonif 731/Kabaresi
- Dandim 1707/Merauke
- Dandim 1701/Jayapura
- Sespri Wakasad
- Danbrigif 1/PIK Jaya Sakti
- Asops Kasdam Jaya
- Danrindam Jaya
- Danrem 061/Suryakencana (2006-2007)
- Kasdivif 2/Kostrad (2007-2008)
- Dirlat Kodiklatad (2008-2009)
- Gubernur Akmil (2009-2010)
- Pangdam V/Brawijaya (2010-2011)
- Dankodiklat TNI AD (2011-2013)
- Pangkostrad (2013-2014)
- KSAD (2014-2015)
- Panglima TNI (2015)

Das könnte Ihnen auch gefallen