Sie sind auf Seite 1von 4

Trauma pada ENT (telinga, hidung dan tenggorokan) bias any berhubungan dengan trauma

kepala dan leher. Oleh karena lokasinya tersebut, trauma ENT dapat menyebabkan kondisi gawat
darurat. Penyebab trauma ENT yang lazim adalh kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan di rumah.
Trauma TElinga dan leher mencangkup 1 atau lebih struktur / organ, yaitu :

 Maxillofacial : nasal, paranasal, maxilla, dan mandibular


 Cavitas oral : dens, palatum, dan lidah
 Faring : nasofaring, orofaring, hypopharing
 Laringotracheal
 Leher : jaringan lunak, otot, vasa, glandula
 Telinga : eksternal, media, internal

Tipe cedera pada trauma ENT :


a. Penetrating injury : sepeti akibat tembakan, akibat ledakan bomb, benda tajam, dan kecelakaan
lalu lintas
b. Trauma tumpul
c. Trauma bahan kimia
Prinsip manajemen
1. Penetalaksanaan umum yang dilakukan untuk pasien yang mengalami cedera, yaitu melakukan
Basic Life support, yang meliputi
- Airway (lakukan pembukaan jalan nafas)
o Chin lift
o Jaw thrust
o Intubation
o Cricothyroidotomy
o Tracheostomy : Emergency tracheostomy = laryngotomy / cricothyroidotomy
 Note : jikaada cedera cervical jangan lakukan Head tilt / cegah hyperexstensi leher
Macam macam cedera yang dapat menyebabkan obstruksi saluran nafas
1. Cedera maxillofacial
2. Cedera cavitas oral
3. Cedra pharyngeal
4. Cedera laryngotracheal
5. Cedra penetrating
6. Cedera tumpul

- Breathing
- Circulation
2. Pemeriksaan fisik
- Evaluasi cedera otak dan cranial – evaluasi dan tentukan level kesadaran dengan mengunakan
GCS
3. Pemeriksaan ENT
Pemeriksaan ENT dilakukan setelah pasien stabil. Kelainan yang dapat ditemukan :
1. Trauma Jaringan lunak dan auricular
Berhubungan dengan pendarahan yang massive. Pendarahan tersebut biasanya berasal dari
robeknya arteri facial maupun arteri temporalis superficial. Pendarahan harus dikontrol dengan
menggunakan prinsip tekn langsung pada arteri tersebut, kemudian diikut denganligasi dengan
hati – hati pada luka. Menajemen luka bergantung pada tipe dari luka.
Trauma pada telinga luar dapat menyebabkan
o Hematoma
o Laserasi
o Avulsi
o Fraktur
2. Perforasi membrane timpani (traumatic)
Gejala yang dialami pasien, meliputi nyeri, pendarahan, kehilangan pendengaran, tinnitus,
vertigo (kecenderungan cedera auris interna), purulent otorrhea dapat berlangsung dalam 24 jam
sampai 48 jam, khsusnya ketika air masuk auris media. Penurnuna pendengaran yang parah jika
Kerusakan pada ossiculus auditiva, atau adanya cedera pada aurin interna. Penyebab dari
perforasi membrane timphani (traumatic), yaitu :
a. Adanyabenda yang dimasukkan ke dalam canalis acusticus eksterna untuk tujuan tertentu atau
secara ketidaksengajaan
b. Benturan keras pada telinga
c. Trauma kepala(dengan atau tanpa fracture basilar)
d. Tekanan negative yang mendadak (string suction pada canalis accusticuseksterna)
e. Barotrauma (selama perjalanan udara atau diving)
f. Iatrogenic perforation selama irigasi telinga atau saat mengambil benda asing
Diagnosis : otoscopy dan audiometry
Treatment : jaga telinga tetap kering, oral atau topica antibiotics jika terjadi dirty injury, kadang
– kadang ga butuh tx, antibiotic dapat diberikan jika terjadi infeksi, operasi apabila :
o Perforasi terjadi lebih dari 2 bulan
o Kerusakan ossicus auditiva
o Cedera pada auris interna

3. Fraktur sinus paranasal


PEnggunaan CT scan menjadi pilahan untuk evaluasi keadaan ini. Selin itu juga dlakukan
directcornal imaging unutk mengevaluasi lantai orbit dan basis cranii. Yang perlu diwaspadai
adalah fracture zygomaticomaxillry

4. Fraktur nasal
Fraktur atau cedar apada os atau kartilago nasi, fraktur nasi termasuk fraktur yang os pada wajah
yang sering mengalami fraktur. tanda dan gejala :
o Pembengkakan, nyeritekan astu titik, hypermobility, crepitus
o Epitaxis(indikasa fracture jika ada trauma facial) , periorbital bruishing
o Adanya deformitas septum, pembengkakan, laserasi
o Adanya ecchymosis (pada nasal atau periorbital)
o Adanya nasal obstruction
o CSF rhinorrhea (bias jernih atau bercampur darah)
o Pemeriksaan : Px exam, x ray ada fraktur nasi yang uncomplicated, CT
o Penegakan diagnosis : klinis
o Tx :
 Reduksi (delayed reduction)-> ditunda selam 3 – 5hari setelah cedar agar pembengkakan mereda
tapi harus dilakukan dalam waktu 2 – 3 minggu sebelum callus tulang terbentuk.
 Stabilisasi melalui internal packing, splinting
 Hematoma septal didrainase dengan cepat (jangan ditunda)
Berdasarkan mekanisme cedera :
 Fraktur maxilla, orbita, dan lamina cribiformis
 Cedera pada udctus nasolacrimalis dapat juga terjadi
Komplikasi akibat fraktur nasi :
o Deformitas kosmetik dan obstruksi fungsional
o Hematoma septal:
 Lead to avascular
 Necrosis septal pada cartilage denga deformitas
o Fraktur lamina cribiformis -> kebocoran CSF, dengan peningkatan resiko meningitis dan abses
otak

5. Fraktur maxilla
6. Fraktur mandibular
7. Fraktur laring dan Fractur trachea
o Cedera laring jarang (< 1 %). Biasanya cedera laring ini berhubungna dengan (intracaranial
(13%), cervical spine (8%), esophagus injury (3%))
o Mekanisme cedera:
 Cedar laryng diklasifikasikan menjadi :
 Cedera tumpul
 Cedera penetrating
o History And px
 Riwayat trauma leher anterior
 Gejala : obstruksi saluran nafas, dyspnea, dan dysphonia, hoarseness/ perubahan pada suara pasien,
dysphagia, odynophagia, nyerileher depan. Sulit bernafas -> menendakan cedar yang berat.
o Px : Stridor, emphysema subcutan, hemoptysis, laryngeal tenderness, loss kartilagotiroid
prominence, ecchymosis atau edema pada kulit. CT with fine cuts 1 mm untk evaluasi laryng.
o Tx : Airway management, Mdical Management, surgical management -> open exploration
8. Penetrating face and neck
o Berhubungan dengan pendarahan yang massive, obstruksi airway dan emboli udara.
o Fracture os temporal :
 Setelah severe blunt trauma pada kepala
 Kadang2 mencangkp struktr telinga
 Gejala : hearing loss, vertigo, gangguan keseimbangan, paralisis facial
 Dx : CT scan, assessment fungsi nervus facialis dan nervus VIII
 Tx :
 Facial nerve injury, hearing Loss, disfungsi vestibular
 Protect airway
 Kebocoran CSF
o Pharyngeal and esophageal Trauma :
 Gejala : rieayat trauma region leher, Perubahan suara, dan kesulitan menelan, pneumomediastinum
 Dx : Klinis dan CT scan
 Tx : surgery
9. ENT situation yang tidak berhubungan dengan trauma :
a. Sudden deafness
SNHL, Rapid loss hearing, terjadi sealam 3 hari, dipertimbangkan sebagai kondisi emergency
4 theoritical pathwy :
 Labyrinthine viral infection
 Labyrintine vascular compromise
 Intracochlear embrane rupture
 Immune – mediated inner ear disease
b. epitaxis

Das könnte Ihnen auch gefallen