Sie sind auf Seite 1von 17

LAPORAN PENDAHULUAN HEMATEMESIS MELENA

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah pengeluaran feses atau
tinja yang berwarna hitam seperti ter yang disebabkan oleh adanya perdarahan
saluran pencernaan bagian atas.Warna hematemesis tergantung pada lamanya
hubungan atau kontak antara darah dengan asam lambung dan besar kecilnya
perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi atau kemerah-merahan dan
bergumpal-gumpal (Nettina, 2001).
Hematemesis adalah muntah darah berwarna merah kehitaman menyerupai
endapan bubuk air kopi.Melena adalah buang air besar dengan kotoran seperti ter atau
aspal, lengket bercampur dengan darah tua.Keduanya ini sebagai akibat perdarahan
saluran pencernaan bagian atas.Lokasi hematemesis dimulai dari faring sampai
intestin di tempat perlekatan ligamentum treitz mulai dari jejunum proksimal,
duodenum, gaster, dan esophagus (Sunaryo, 2008).
usus halus.Warna merah gelap atau hitam berasal dari konversi Hb menjadi

2. Epidemiologi/insiden kasus
Hematemesis melena sering dijumpai ditiap rumah sakit di seluruh dunia
termasuk Indonesia.Sebagian besar (70-85 %) pasien pengidap hematemesis melena
disebabkan olah pecahnya varises esofagus yang terjadi pada pasien serosis
hati.Hematemesis sebagian besaradalah keadaan darurat rumah sakit yang sangat
umum yang masih pembawa kematian 8% - 14% di rumah sakit. Pada orang dewasa,
perdarahan dari ulkus lambung atau duodenum dan varises esofagus adalah penyebab
yang paling banyak. Penyebab umum lainnya dan frekuensi relatif yaitupada anak-
anak, lesi mukosa dan perdarahan varises (biasanya sekunder ke portal vena hepatik
obstruksi tambahan) yang umum dan dalam pengaturan perawatan intensif,
manajemen ventilator, infeksi, dan obat-obatan mendominasi sebagai penyebab stress
ulkus (Hastings, 2005).

3. Etiologi
Hematemesis dapat disebabkan oleh adanya:
1. Kelainan di esofagus
a. Varises esofagus
Penderita dengan hematemesis melena yang disebabkan pecahnya varises
esofagus , tidak pernah mengeluh rasa nyeri atau pedih id epigastrum. Pada
umumnya sifat perdarahan timbul spontan dan masif.Darah yang dimuntahkan
berwarna kehitam-hitaman dan tidak membeku karena sudah bercampur
dengan asam lambung.
b. Karsinoma esofagus
Karsinoma esofagus sering memberikan keluhan melena daripada
hematemesis. Disamping mengeluh disfagia,badan mengurus dan anemis,
hanya seseklai penderita muntah darah dan itupun tidak masif. Pada
penendoskopi jelas terlihat gmabaran karsinoma yang hampir menutup
esofagus dan mudah berdaharah yang terletak di sepertiga bawah esofagus.
c. Sindroma Mallory-Weis
Sebelum timbul hematemesis didahului muntah–muntah hebat yang pada
akhirnya baru timbul perdarahan, misalnya pada peminum alkohol atau pada
hamil muda.Biasanya disebabkan oleh karena terlalu sering muntah-muntah
hebat dan terus menerus.Bila penderita mengalami disfagia kemungkinan
disebabkan oleh karsinoma esofagus.
d. Esofagogastritis korosif
Pada sebuah penelitian ditemukan seorang penderita wanita dan seorang pria
muntah darah setelah minum air keras untuk patri. Dari hasil analisis air keras
tersebut ternyata mengandung asam sitrat dan asam HCI, yang bersifat korosif
untuk mukosa mulut, esofagus danlambung. Disamping muntah darah
penderita juga mengeluh rasa nyeri dan panas seperti terbakar di mulut.Dada
dan epigastrum.
e. Esofagitis dan tukak esophagus
Esofagitis bila sampai menimbulkan perdarahan lebih sering bersifat
intermittem atau kronis dan biasanya ringan, sehingga leih sering timbul
melena daripada hematemsis.Tukak di esofagus jarang sekali mengakibatkan
perdarahan jika dibandingkan dengan tukak lambung dan duodenum.
2. Kelainan di lambung
a. Gastritis erosiva hemorhagik
Hematemesis bersifat tidak masif dan timbul setelah penderita minum obat-
obatan yang menyebabkan iritasi lambung.Sebelum muntah penderita
mengeluh nyeri ulu hati.Perlu ditanyakan juga apakah penderita sedang atau
sering menggunakan obat rematik (NSAID + steroid) ataukah sering minum
alkohol atau jamu-jamuan.
b. Karsinoma lambung
Insidensi karsinoma lambung di negara kita tergolong sangat jarang dan pada
umumnya datang berobat sudah dalam fase lanjut, dan sering mengeluh rasa
pedih, nyeri di daerah ulu hati sering mengeluh merasa lekas kenyang dan
badan menjadi lemah.Lebih sering mengeluh karena melena.
c. Kelainan di duodenum
d. Tukak duodeni
e. Karsinoma papila veterii
f. Ulkus peptikum
3. Kelainan darah
Pelisetimia vera, limfoma, leukemia, anemia, hemofili, trombositopenia purpura,
DIC (disseminated intravascular coagulation).
4. Pecahnya vena di sekitar lambung atau tenggorokan akibat serosis hati.
5. Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik
Golongan salisilat, kortikosteroid, alkohol, dan lain-lain.
4. Patofisiologi
Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar mengakibatkan
peningkatan tekanan vena porta.Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral dalam
submukosa esophagus, lambung, dan rectum serta pada dinding abdomen anterior
yang lebih kecil dan lebih mudah pecah untuk mengalihkan darah dari sirkulasi
splenik menjauhi hepar.Dengan meningkatnya tekanan dalam vena ini, maka vena
tersebut menjadi mengembang dan membesar (dilatasi) oleh darah disebut
varises.Barises dapat pecah mengakibatkan perdarahan gastrointestinal
massif.Selanjutnya dapat mengakibatkan kehilangan darah tiba-tiba, penurunan arus
balik vena ke jantung, dan penurunan perfusi jaringan.Dalam berespon terhadap
penurunan curah jantung, tubuh melakukan mekanisme kompensasi untuk mencoba
mempertahankan perfusi.Mekanisme ini merangsang tanda-tanda dan gejala-gejala
utama yang terlihat pada saat pengkajian awal.Jika volume darah tidak digantikan,
penurunan perfusi jaringan mengakibatkan disfungsi seluler. Penurunan aliran darah
akan memberikan efek pada seluruh sistem tubuh dan tanpa suplai oksigen yang
mencukupi system tersebut akan mengalami kegagalan.
Pada melena dalam perjalanannya melalui usus, darah menjadi berwarna
merah gelap bahkan hitam.Perubahan warna disebabkan oleh HCL lambung, pepsis,
dan warna hitam ini diduga karena adanya pigmen porfirin.Kadang-kadang pada
perdarahan saluran cerna bagian bawah dari usu halus atau kolon asenden, feses dapat
berwarna merah terang/gelap.
Diperkirakan darah yang muncul dari duodenum dan jejunum akan tertahan
pada saluran cerna sekitar 6-8 jam untuk merubah warna feses menjadi hitam. Paling
sedikit perdatahan sebanyak 50-100 cc baru dijumpai keadaan melena.Feses tetap
berwarna hitam seperti ter selama 48-72 jam setelah perdarahan berhenti.Ini bukan
berarti keluarnya feses yang berwarna hitam tersebut menandakan perdarahan masih
berlangsung.Darah yang tersembunyi terdapat pada feses selama 7-10 hari setelah
episode perdarahan tunggal (Ayu, 2010).
Sumber perdarahan GI bawah biasanya hadir dengan hematochezia atau darah
terang. Sebuah tes dengan sensitivitas/spesifisitas rendah mungkin mendeteksi
sumber perdarahan adalah scan sel darah merah. Ini terutama digunakan untuk
perdarahan lambat (<0,5 ml / menit). Namun, untuk perdarahan cepat (> 0,5 ml /
menit), angiogram mesenterika +/- embolisasi adalah standar emas. Melena sering
merupakan suatu keadaan yang tidak darurat medis karena perdarahan lambat.
Namun perawatan segera diperlukan untuk menyingkirkan penyebab yang serius dan
mencegah berpotensi darurat mengancam nyawa.
Biasanya hematemesis terjadi bila ada perdarahan di daerah proksimal
jejunum dan melena dapat terjadi tersendiri atau bersama-sama dengan
hematemesis.Paling sedikit terjadi perdarahan sebanyak 50-100 ml, baru dijumpai
keadaan melena.Banyaknya darah yang keluar selama hematemesis atau melena sulit
dipakai sebagai patokan untuk menduga besar kecilnya perdarahan saluran
pencernaan bagian atas.Hematemesis dan melena merupakan suatu keadaan yang
gawat dan memerlukan perawatan segera di rumah sakit.Perdarahan yang berasal dari
saluran cerna bawah (seperti kolon sigmoid dan rektum) umumnya dikaitkan dengan
berlalunya darah merah terang (hematochezia). Darah bertindak sebagai agen katarsis
dalam usus. Hanya darah yang berasal dari sumber yang tinggi (seperti usus kecil),
atau pendarahan dari sumber yang lebih rendah yang terjadi cukup lambat untuk
memungkinkan pemecahan enzimatik dikaitkan dengan melena. Untuk alasan ini,
melena sering dikaitkan dengan darah dalam lambung atau duodenum (saluran
pencernaan bagian atas), misalnya dengan ulkus peptikum. Sebuah perkiraan kasar
adalah bahwa dibutuhkan sekitar 14 jam untuk darah dipecah dalam lumen usus,
sehingga jika waktu transit kurang dari 14 jam pasien akan memiliki hematochezia,
dan jika lebih dari 14 jam pasien akan menunjukkan melena. Satu aturan yang sering
dinyatakan praktis adalah bahwa melena hanya terjadi jika sumber perdarahan berada
di atas ligamentum Treitz (Paul, 2009).

5. Gejala Klinis
a. Muntah darah (hematemesis)
b. Mengeluarkan tinja yang kehitaman (melena)
c. Serosis hati
d. Tukak lambung
e. Varises esofagus
f. Akral teraba dingin dan basah
g. Nyeri perut
h. Distensi abdomen
i. Ascites
j. Nafsu makan menurun
k. Mual, muntah
l. Sesak napas
m. Edema
n. Jika terjadi perdarahan yang berkepanjangan dapat menyebabkan
terjadinya anemia, seperti mudah lelah, lemah, letih, lesu, pucat, nyeri dada, dan
pusin.

6. Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi
- Lemah, letih, lesu
- Anemia (konjungtiva pucat)
- Oedema
- Mual, muntah
- Sesak nafas
b. Palpasi
- Distensi abdomen
- Oedema
- Asites
c. Auskultasi
- Frekuensi nafas cepat
d. Perkusi
- Suara abdomen pekak
Pemeriksaan fisik penderita perdarahan saluran makan bagian atas yang perlu
diperhatikan adalah keadaan umum, kesadaran, nadi, tekanan darah, tanda-tanda
anemia dan gejala-gejala hipovolemik agar dengan segera diketahui keadaan yang
lebih serius seperti adanya rejatan atau kegagalan fungsi hati.Disamping itu dicari
tanda-tanda hipertensi portal dan sirosis hepatis, seperti spider naevi, ginekomasti,
eritema palmaris, caput medusae, adanya kolateral, asites, hepatosplenomegali dan
edema tungkai.

7. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium seperti kadar hemoglobin, hematokrit, leukosit,
sediaan darah hapus, golongan darah dan uji fungsi hati segera dilakukan
secara berkala untuk dapat mengikuti perkembangan penderita.
b. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologik dilakukan dengan pemeriksaan esofagogram untuk
daerah esofagus dan diteruskan dengan pemeriksaan double contrast pada
lambung dan duodenum.emeriksaan tersebut dilakukan pada berbagai posisi
terutama pada daerah 1/3 distal esofagus, kardia dan fundus lambung untuk
mencari ada/tidaknya varises. Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan,
dianjurkan pemeriksaan radiologik ini sedini mungkin, dan sebaiknya segera
setelah hematemesis berhenti.
c. Pemeriksaan endoskopy
Dengan adanya berbagai macam tipe fiberendoskop, maka pemeriksaan secara
endoskopik menjadi sangat penting untuk menentukan dengan tepat tempat
asal dan sumber perdarahan. Keuntungan lain dari pemeriksaan endoskopik
adalah dapat dilakukan pengambilan foto untuk dokumentasi, aspirasi cairan,
dan biopsi untuk pemeriksaan sitopatologik. Pada perdarahan saluran makan
bagian atas yang sedang berlangsung, pemeriksaan endoskopik dapat
dilakukan secara darurat atau sedini mungkin setelah hematemesis berhenti.
d. Pemeriksaan ultrasonografi dan scanning hati
Pemeriksaan dengan ultrasonografi atau scanning hati dapat mendeteksi
penyakit hati kronik seperti sirosis hati yang mungkin sebagai penyebab
perdarahan saluran makan bagian atas.Pemeriksaan ini memerlukan peralatan
dan tenaga khusus yang sampai sekarang hanya terdapat dikota besar saja.

8. Komplikasi
Syok hipovolemik, aspirasi pneumonia, gagal ginjal akut.sindrom hepatorenal
koma hepatikum, anemia karena perdarahan (Ambar, 2011)
a. Syok hipovolemik
Disebut juga dengan syok preload yang ditandai dengan menurunnya volume
intravaskuler oleh karena perdarahan dapat terjadi karena kehilangan cairan tubuh
yang lain. Menurunnya volume intravaskuler menyebabkan penurunan volume
intraventrikel. Pada klien dengan syok berat, volume plasma dapat berlangsung
sampai lebih dari 30% dan berlangsung selama 24-28 jam.
b. Gagal ginjal akut
Terjadi sebagai akibat dari syok yang tidak teratasi dengan baik.Untuk mencegah
gagal ginjal maka setelah syok diobati dengan menggantikan volume
intravaskuler.
c. Penurunan kesadaran
Terjadi penurunan transpostasi O2 ke otak sehingga terjadi penurunan kesadaran.
d. Ensefalopati
Terjadi akibat kerusakan fungsi hati di dalam menyaring toksin di dalam
darah.Racun-racun tidak dibuang karena fungsi hati terganggu.Dan suatu kelainan
dimana fungsi otak mengalami kemunduran akibat zat-zat racun di dalam darah,
yang dalam keadaan normal dibuang oleh hati (Ayu, 2010).

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Dilakukan anamnesis yang teliti dan bila keadaan umum penderita lamah atau
kesadaran menurun maka dapat diambil aloanamnesis. Perlu ditanyakan riwayat
penyakit dahulu, misalnya hepatitis, penyakit hati menahun, alkoholisme, penyakit
lambung, kanker saluran pencernaan bagian atas, pemakaian obat-obat ulserogenik
dan penyakit darah seperti: leukemia dan lain-lain. Biasanya pada perdarahan saluran
makan bagian atas yang disebabkan pecahnya varises esofagus tidak dijumpai adanya
keluhan rasa nyeri atau pedih di daerah epigastrium dan gejala hematemesis timbul
secara mendadak.Dari hasil anamnesis sudah dapat diperkirakan jumlah perdarahan
yang keluar dengan memakai takara yang praktis seperti berapa gelas, berapa kaleng
dan lain-lain.

a. Pengkajian Umum

1. Pernapasan :
Napas pendek (dispnea) pada istirahat dan aktivitas, hipoksia.
2. Intake :
Anorexia, mual, muntah, penurunan berat badan.
3. Eliminasi :
 BAB :konstipasi atau diare, adakah melena (warna darah hitam, konsistensi
pekat), distensi abdomen.
 BAK :warna gelap, konsistensi pekat
4. Neurosensori :
Adanya penurunan kesadaran (bingung, halusinasi, koma), sakit kepala.

5. Aktifitas/ istirahat:
Lemah, lelah, letargi, penurunan tonus otot, kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih
banyak.

6. Sirkulasi :
Riwayat kehilangan darah kronis, mis: GI kronis, ekstremitas pucat pada kulit dan
membrane mukosa, pengisian kapiler melebar.
7. Nyeri :
Nyeri abdomen, sakit kepala
8. Integument :
Kulit dingin, kering, dan pucat, pengisian kapiler > 2 detik.
b. Pengkajian Fisik
1. Kesadaran, tekanan darah, nadi, temperatur, respirasi
2. Inspeksi :
Mata : conjungtiva (ada tidaknya anemis)

Mulut : adanya isi lambung yang bercampur darah

Ekstremitas : ujung-ujung jari pucat

Kulit : dingin

3. Auskultasi :
Jantung : irama cepat atau lambat

Usus : peristaltik menurun

4. Perkusi :
Abdomen : terdengar sonor, kembung atau tidak

Reflek patela : menurun

5. Studi diagnostik
Pemeriksaan darah : Hb, Ht, RBC, Protrombin, Fibrinogen, BUN, serum, amoniak,
albumin.
Pemeriksaan urin : BJ, warna, kepekatan
Pemeriksaan penunjang : esophagoscopy, endoscopy, USG, CT Scan.
c. Pengkajian Khusus
Pengkajian Kebutuhan Fisiologis

1. Oksigen
Yang dikaji adalah :
 Jumlah serta warna darah hematemesis.
 Warna kecoklatan : darah dari lambung kemungkinan masih tertinggal,
potensial aspirasi.
 Posisi tidur klien : untuk mencegah adanya muntah masuk ke jalan nafas,
mencegah renjatan.
 Tanda-tanda renjatan : bisa terjadi apabila jumlah darah > 500 cc dan
terjadi secara kontinyu.
 Jumlah perdarahan : observasi tanda-tanda hemodinamik yaitu tekanan
darah, nadi, pernapasan, temperatur. Biasanya tekanan darah (sistolik) 110
mmHg, pernafasan cepat, nadi 110 x/menit, suhu antara 38 - 39 derajat Celcius,
kulit dingin pucat atau cyanosis pada bibir, ujung-ujung ekstremitas, sirkulasi
darah ke ginjal berkurang, menyebabkan urine berkurang.
2. Cairan
Keadaan yang perlu dikaji pada klien dengan hematemesis melena yang
berhubungan dengan kebutuhan cairan yaitu jumlah perdarahan yang terjadi. Jumlah
darah akan menentukan cairan pengganti.
Dikaji :
Macam perdarahan/cara pengeluaran darah untuk menentukan lokasi perdarahan serta
jenis pembuluh darah yang pecah. Perdarahan yang terjadi secara tiba-tiba, warna
darah merah segar, serta keluarnya secara kontinyu menggambarkan perdarahan yang
terjadi pada saluran pencernaan bagian atas dan terjadi pecahnya pembuluh darah
arteri. Jika fase emergency sudah berlalu, pada fase berikutnya lakukan pengkajian
terhadap :
 Keseimbangan intake output. Pengkajian ini dilakukan pada klien
hematemesis melena yang disebabkan oleh pecahnya varices esofagus sebagai
akibat dari cirrochis hepatis yang sering mengalami asites dan edema.
 Pemberian cairan infus yang diberikan pada klien.
 Output urine dan catat jumlahnya per 24 jam.
 Tanda-tanda dehidrasi seperti turgor kulit yang menurun, mata cekung,
jumlah urin yang sedikit. Untuk klien dengan hemetemesis melena sering
mengalami gangguan fungsi ginjal.
3. Nutrisi
Dikaji :
 Kemampuan klien untuk beradaptasi dengan diit : 3 hari I cair selanjutnya
makanan lunak.
 Pola makan klien
 BB sebelum terjadi perdarahan
 Kebersihan mulut : karena hemetemesis dan melena, sisa-sisa
perdarahandapat menjadi sumber infeksi yang menimbulkan ketidaknyamanan.

4. Temperatur
Klien dengan hematemesis melena pada umumnya mengalami kenaikan temperatur
sekitar 38 - 39 derajat Celcius. Pada keadaan pre renjatan temperatur kulit menjadi dingin
sebagai akibat gangguan sirkulasi. Penumpukan sisa perdarahan merupakan sumber
infeksi pada saluran cerna sehingga suhu tubuh klien dapat meningkat.Selain itu
pemberian infus yang lama juga dapat menjadi sumber infeksi yang menyebabkan suhu
tubuh klien meningkat.

5. Eliminasi
Pada klien hematemesis melena pada umumnya mengalami gangguan eliminasi.
Yang perlu dikaji adalah :
 Jumlah serta cara pengeluaran akibat fungsi ginjal terganggu. Urine berkurang
dan biasanya dilakukan perawatan tirah baring.
 Defikasi, perlu dicatat jumlah, warna dan konsistensinya.
6. Perlindungan
Latar belakang sosio ekonomi klien, karena pada hematemesis melena perlu
dilakukan beberapa tindakan sebagai penegakan diagnosa dan terapi bagi klien.
7. Kebutuhan Fisik dan Psiologis
Perlindungan terhadap bahaya infeksi. Perlu dikaji : kebersihan diri, kebersihan
lingkungan klien, kebersihan alat-alat tenun, mempersiapkan dan melakukan pembilasan
lambung, cara pemasangan dan perawatan pipa lambung, cara persiapan dan pemberian
injeksi IV atau IM.
Perlindungan terhadap bahaya komplikasi :
 Kaji persiapan pemeriksaan endoscopy (informed concern).
 Persiapan yang berhubungan dengan pengambilan/pemeriksaan darah.
. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan (kehilangan secara aktif)
b. Potensial gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemik karena
perdarahan.
c. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan akibat anemia.
d. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kehilangan nafsu makan akibat mual muntah
e. Kecemasan berhubungan dengan ancaman terhadap kesejahteraan diri.
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan hasil
1 Defisit volume Tujuan: Kebutuhan 1. Ukur dan catat pemasukkan dan 1. Dokumentasi yang
cairan berhubungan cairan terpenuhi pengeluaran. akurat membantu
dengan perdarahan setelah dilakukan 2. Monitor vital sign meng-identifikasi
(kehilangan secara perawatan. 3. Monitor cairan parentral kehilangan cairan
4. Monitor laboratorium ; Hb, Hct
aktif) atau memenuhi
Kriteria hasil : kebutuhan cairan dan
 Tanda vital dalam mempengaruhi
batas normal. tindakan selanjutnya.
 Turgor kulit normal. 2. Hipotensi, tachikardi,
 Membran mukosa peningkatan respirasi
lembab. merupakan indikasi
 Produksi urine kekurangan cairan.
3. Penurunan volume
output seimbang
cairan petensial untuk
 Muntah darah dan
terjadinya dehidrasi,
berak darah
kolaps kardiovaskuler
berhenti
tidak seimbangnya
cairan dan elektrolit.
4. Anemia, Hct rendah
terjadi akibat
kehilangan cairan
pada saat muntah
darah dan berak
darah
2 Potensial gangguan Tujuan: Setelah 1. Auskultasi frekuensi dan irama 1. Frekuensi dan
perfusi jaringan dilakukan perawatan jantung irama jantung yang
berhubungan perfusi jaringan 2. Observasi warna dan suhu kulit, abnormal
dengan hipovolemik adekuat membrane mukosa menunjukkan perfusi
karena perdarahan 3. Ukur keluaran urin jaringan yang tidak
4. Cek kualitas nadi
Kriteria hasil : adekuat
5. Observasi adanya edema
- TD : 120/80 6. Kolaborasi pemberian IV line 2. Kulit pucat dan
mmHg sianosis, suhu dingin
- Nadi : 60-100x merupakan tanda fase
/menit konstriksi perifer
- Akral hangat 3. Menandakan
- Sianosis (-) keseimbanagan intake
- CRT< 2 s output cairan
- Turgor 4. Nadi lemah
menandakan
gangguan perfusi
jaringan perifer
5. Edema
menandakan adanya
gangguan perfusi
jaringan
6. Peningkatan
cairan untuk
mendukung perfusi
jaringan.
3 Gangguan Tujuan: Pasien 1. Observasi respon terhadap 1. Melihat
pemenuhan ADL mampu melakukan aktivitas kemampuan
berhubungan akvitas hariannya 2. Identifikasi faktor yang beraktivitas klien
dengan kelemahan dengan bantuan mempengaruhi pemenuhan ADL 2. Intevensi
akibat anemia orang lain. seperti stres, efek samping obat, dilaksanakan sesuai
pemasangan WSD faktor yang
Kriteria Hasil: 3. Rencanakan periode istirahat mempengaruhi
a. Tingkat 4. Bantu pasien memenuhi 3. Mengurangi
kemandirian klien kebutuhan ADL kelelahan melalui
meningkat dari isitirahat yang cukup
4. Membantu pasien
kemandirian total
untuk memenhi
ke parsial.
kebutuhannya tanpa
b. Klien
menyebabkan
memperoleh
kelelahan
bantuan untuk
memenuhi
kebutuhan ADL
secara parsial.
c. Kebutuhan
makan, minum,
BAB, BAK, mandi,
dan ganti baju
terpenuhi.

4 Perubahan nutrisi: Tujuan: Kebutuhan 1. Tentukan kemampuan pasien 1. mengetahui


kurang dari nutrisi pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sejauh mana bantuan
kebutuhan tubuh terpenuhi setelah 2. Ketahui makanan kesukaan akan diberikan
berhubungan dilakukan perawatan pasien 2. menambah nafsu
dengan kehilangan 3. pantau kandungan nutrisi dan makan pasien
nafsu makan akibat Kriteria Hasil: kalori pada catatan asupan 3. memastikan
mual muntah  Mempertahan 4. pantau nilai laboratorium, pasien mendapatkan
kan massa tubuh khususnya transferin, albumin, dan nutrisi adekuat
dan berat badan elektrolit 4. mengetahui status
dalam batas 5. pertahankan oral hygiene nutrisi pasien
normal 6. kolaborasi dengan ahli gizi 5. menambah nafsu
 Nilai mengenai diet yang tepat makan pasien
laboratorium 6. memberikan
dalam batas nutrisi yang tepat bagi
normal pasien

5 Kecemasan Tujuan : ansietas 1. Kaji perilaku koping baru dan 1. mengajarkan


berhubungan teratasi setelah anjurkan penggunaan ketrampilan koping positif kepada
dengan ancaman dilakukan asuhan yang berhasil pada waktu lalu. pasien
terhadap keperawatan 2. Dorong untuk mengungkapkan 2. membantu pasien
kesejahteraan diri ansietas dan rasa takut; berikan mengurangi stres
Kriteria hasil : pasien penenangan. 3. mengurangi
mampu 3. Jelaskan prosedur dan tindakan kecemasan pasien
4. mengurangi
mendemonstrasikan dan beri penguatan penjelasan
kecemasan pasien
koping positif, TTV mengenai penyakit, tindakan dan
normal. prognosis.
4. Pertahankan lingkungan yang
tenang dan tanpa stres.
1

Das könnte Ihnen auch gefallen