Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
sesamoid terbesar dalam tubuh manusia dan mempunyai fungsi mekanis dalam
ekstensi anggota gerak bawah. Untuk mengatasi masalah ini diperlikan strategi-
kasus-kasus lainnya.
Fraktur Patella.
B. Rumusan Masalah
berikut:
Sendi lutut merupakan sendi yang terbesar pada tubuh manusia. Sendi ini
terletak pada kaki yaitu antara tungkai atas dan tungkai bawah. Pada dasarnya sendi
lutut ini terdiri dari dua articulation condylaris diantara condylus femoris medialis,
lateralis dan condylus tibiae yang terkait dalam sebuah sendi pelana , diantara patella
dan fascies patellaris femoris. Sendi lutut dibentuk dari tiga buah tulang yaitu tulang
femur, tulang tibia, tulang fibula dan tulang patella. Yang akan kita bahas pada kasus ini,
yaitu tentang tulang Patella.
Tulang patella merupakan tulang sesamoid terbesar dalam tubuh manusia dan
mempunyai fungsi mekanis dalam ekstensi anggota gerak bawah dengan bentuk
segitiga dan gepeng dengan aspex menghadap kearah distal. Pada permukaan depan
atau anterior tulang patella kasar sedangkan permukaan dalam atau dorsal memiliki
permukaan sendi yang lebih besar dan facies medial yang lebih kecil.
Fraktur patela
Disebelah proksimal melekat otot kuadriseps dan di bagian distal melekat
ligament patella.
Mekanisme trauma yang terjadi pada Patella:
A. Kontraksi yang hebat otot kuadriseps, misalnya menekuk secara keras dan
tiba-tiba
B. Jatuh dan mengenai langsung tulang patella.
C. Etiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2001), fraktur terjadi jika tulang dikenai stress
yang lebih besar dari yang dapat diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh
pukulan langsung, gaya remuk, gerakan puntir mendadak, dan bahkan kontraksi
otot ekstrem. Meskipun tulang patah, jaringan sekitarnya juga akan berpengaruh
mengakibatkan edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi
sendi, rupture tendon, kerusakan saraf, dan kerusakan pembuluh darah.
Menurut Corwin (2009), penyebab fraktur tulang paling sering adalah trauma,
terutama pada anak-anak dan dewasa muda. Beberapa fraktur dapat terjadi
setelah trauma minimal atau tekanan ringan apabila tulang lemah (fraktur
patologis) fraktur patologis sering terjadi pada lansia yang mengalami
osteoporosis, atau individu yang mengalmai tumor tulang, infeksi, atau penyakit
lain. Fraktur stress atau fraktur keletihan dapat terjadi pada tulang normal akibat
stress tingkat rendah yang berkepanjangan atau berulang, biasanya menyertai
peningkatan yang cepat tingkat latihan atlet atau permulaan aktivitas fisik yang
baru (Corwin, 2009).
Patah tulang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan
sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak di sekitar tulang
yang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak
lengkap. Penyebab terjadinya fraktur adalah trauma, stres kronis dan berulang
maupun pelunakan tulang yang abnormal.
Sebagian besar patah tulang merupakan akibat dari cedera, seperti kecelakan
mobil, olah raga atau karena jatuh. Patah tulang terjadi jika tenaga yang
melawan tulang lebih besar daripada kekuatan tulang. Jenis dan beratnya patah
tulang dipengaruhi oleh:
1. Arah, kecepatan dan kekuatan dari tenaga yang melawan tulang.
2. Usia penderita.
3. Kelenturan tulang.
4. Jenis tulang.
mempunyai cukup kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur
penarikan. Bila tekanan kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat
yang terkena dan jaringan lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan
biasanya menyebabkan Fraktur lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan
Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain
tibia, fibula atau matatarsal terutama pada atlet, penari atau calon tentara yang
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang tersebut lunak
a. Fraktur komplit
Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas sehingga tulang
terbagi menjadi dua bagian dan garis patahnya menyeberang dari satu sisi
b. Fraktur inkomplit
Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan garis patah tidak
utuh).
a. Fraktur tertutup yaitu Fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh,
b. Fraktur terbuka yaitu Fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya
a. Green Stick yaitu pada sebelah sisi dari tulang, sering terjadi pada anak-
E. PATOFISIOLOGI
Fraktur disebabkan oleh adanya trauma (langsung dan tidak langsung), stress
tekanan atau daya yang mengenai tulang maka akan mengakibatkan terjadinya
fraktur dan perdarahan biasanya terjadi disekitar tempat patahan dan kedalam
jaringan lunak disekitar tulang tersebut. Bila terjadi hematoma maka pembuluh
darah vena akan mengalami pelebaran sehingga terjadi penumpukan cairan dan
nyeri. Selain itu karena kerusakan pembuluh darah kecil atau besar pada waktu
suplai darah ke otak sehingga kesadaran pun menurun yang mengakibatkan syok
hipovolemi. Bila mengenai jaringan lunak maka akan terjadi luka dan kuman
akan mudah untuk masuk sehingga mudah terinfeksi dan lama kelamaan akan
berakibat delayed union dan mal union dan yang tidak terinfeksi mengakibatkan
non union. Apabila fraktur mengenai peristeum atau jaringan tulang dan korteks
krepitasi, kehilangan fungsi dan apabila hal ini tidak teratasi, maka akan
remuk dan emboli lemak. Komplikasi dini misalnya : cedera syaraf, cedara arteri,
cedera organ vital, cedera kulit dan jaringan lunak, sedangkan komplikasi lanjut
misalnya : delayed union, mal union, non union, kontraktur sendi dan miossitis
atau pemendekan.
Menurut Smeltzer dan Bare (2001), manifestasi klinis fraktur antara lain:
diimobilisasi.
bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid seperti
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan
yang lainnya.
5. Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit terjadi sebagai akibat
b. Palpasi
terjadinya fraktur meliputi pulsasi arteri, warna kulit, capillary refill test
c. Gerakan
2. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan radiologis
Dilakukan pada daerah yang dicurigai fraktur, harus mengikuti aturan role
2) Memuat dua sendi antara fraktur, yaitu bagian proksimal dan distal
b. Pemeriksaan laboratorium
c. Pemeriksaan arteriografi
d. Foto Rontgen
periodic.
H. Komplikasi
1. Komplikasi Awal
a. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi,
CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin
pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting,
perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
b. Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena
terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut.
Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf,
dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips dan
embebatan yang terlalu kuat.
c. Fat Embolism Syndrom
terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak
d. Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga
karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
e. Avaskuler Nekrosis
f. Shock
a. Delayed Union
b. Nonunion
c. Malunion
I. Penatalaksanaan
Terdapat beberapa tujuan penatalaksanaan Fraktur menurut Henderson
(1997), yaitu mengembalikan atau memperbaiki bagian-bagian yang patah ke
dalam bentuk semula (anatomis), imobiusasi untuk mempertahankan bentuk dan
memperbaiki fungsi bagian tulang yang rusak. Jenis-jenis Fraktur reduction
yaitu:
1. Manipulasi atau close red
Adalah tindakan non bedah untuk mengembalikan posisi, panjang dan bentuk.
2. Open reduksi
3. Traksi
Alat traksi diberikan dengan kekuatan tarikan pada anggota yang Fraktur
a. Skin traksi
b. Skeletal traksi
Adalah traksi yang digunakan untuk meluruskan tulang yang cedera dan
dalam tulang.
c. Maintenance traksi
1. Fase inflamasi
pembengkakan dan nyeri. Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cidera dan
pembentukan hematoma di tempat terjadinya fraktur. Ujung fragmen tulang
Pada stadium ini terjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi fibro
telah mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus masuk
ke dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah osteoblast beregenerasi dan
yang menggabungkan kedua fragmen tulang yang patah. Fase ini berlangsung
bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan
juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi oleh kegiatan osteoblast dan
Massa sel yang tebal dengan tulang yang imatur dan kartilago, membentuk
kallus atau bebat pada permukaan endosteal dan periosteal. Sementara tulang
yang imatur (anyaman tulang) menjadi lebih padat sehingga gerakan pada
dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang lambat dan mungkin perlu
beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk membawa beban yang normal.
5. Fase remodelling
Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama
beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses
tebal diletakkan pada tempat yang tekanannya lebih tinggi, dinding yang tidak
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan menurut Doengoes, (2000) ditemukan diagnosa
keperawatan sebagai berikut :
1. Risiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kehilangan integritas
tulang (fraktur).
2. Nyeri (akut) berhubungan dengan spasme otot gerakan fragmen tulang, edema
dan cedera pada jaringan lunak, alat traksi/imobilisasi, stress, ansietas
3. Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan
penurunan/interupsi aliran darah : cedera vaskuler langsung, edema
berlebihan, pembentukan thrombus, hipovolemia.
4. Risiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
pertukaran aliran : darah/emboli lemak, perubahan membran alveolar/kapiler
intestisial, edema paru, kongesti.
5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka
neuromuskuler : nyeri/ketidaknyamanan : terapi restriktif (imobilisasi
tungkai).
K. PERENCANAAN
1. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kehilangan integritas
tulang (fraktur).
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperaatan diharapkan trauma tidak terjadi
Kriteria evaluasi :
a. Mempertahankan stabilitas dan posisi fraktur
b. Menunjukan mekanika tubuh yang meningkatkan stabilitas pada sisi
fraktur.
c. Menunjukan pembentukan kallus/mulai penyatuan fraktur yang tepat.
Intervensi :
a. Pertahankan tirah baring atau ekstremitas sesuai indikasi, berikan
sokongan sendi di atas dan di bawah fraktur bila bergerak.
b. Letakkan papan di bawah tempat tidur, pertahankan posisi netral pada
bagian yang sakit dengan bantal pasir, gulungan trochanter, papan kaki.
c. Kaji integritas alat fiksasi eksternal.
d. Kaji tulang foto atau evaluasi.
2. Nyeri (akut) berhubungan dengan spasme otot gerakan ragmen tulang, edema
dan cedera pada jaringan lunak, alat traksi/imobilisasi, stress, ansietas.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang/hilang
Kriteria evaluasi :
a. Menyatakan nyeri hilang
b. Menunjukan sikap santai
c. Menunjukan keterampilan penggunaan relaksasi dan aktifitas terapeutik
sesuai indikasi untuk situasi individu.
Intervensi :
a. Kaji tingkat nyeri, lokasi nyeri, kedalaman, karakteristik serta intensitas
b. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips,
pemberat, traksi
c. Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena.
d. Berikan alternatif tindakan kenyamanan misalnya : pijatan dan perubahan
posisi.
e. Ajarkan menggunakan teknik manajemen stress misalnya : relaksasi
progresif, latihan nafas dalam.
f. Kolaborasi, berikan analgetik sesuai program.
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka
neuromuskuler : nyeri / ketidaknyamanan : terapi restriktif (imobilisasi
tungkai)
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan mobilitas fisik
terpenuhi.
Kriteria evaluasi :
a. Meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang
mungkin.
b. Mempertahankan posisi fungsional.
c. Meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit dan mengkompensasi bagian
tubuh.
d. Menunjukan teknik yang memampukan melakukan aktivitas.
Intervensi :
a. Kaji derajat imobilisasi yang dihasilkan oleh cidera atau pengobatan dan
perhatikan persepsi klien tehadap imobilisasi.
b. Instruksikan dan Bantu dalam gerak aktif atau pasif pada ekstremitas yang
sakit dan tidak sakit.
c. Bantu dan dorong perawatan diri dan Bantu imobilitas dengan kursi roda
dan tongkat.
d. Observasi TTV.
e. Konsul dengan ahli terapi atau okupasi dan spesifikasi rehabilitasi.