Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Jawab :
Industri pangan (susu, minyak goreng, margarin, terigu, dan lain sebagainya).
Industri tekstil (benang, tenun, zat pewarna).
Industri kimia (cat, sabun, dempul, sepatu karet).
Industri alat listrik dan logam (mesin jahit, lemari es, lampu, telepon, hand phone, mesin
obras, mesin bordir, kamera).
Industri alat tulis (pensil, pen, bollpoint, penghapus).
Industri alat-alat musik (gitar, piano, biola, organ, dan lain-lain).
Industri bahan bangunan dan umum (kayu lapis, asbes, keramik, marmer, konstruksi
bangunan, dan lain-lain).
industri pesawat terbang
industri konveksi
industri otomotif
industri meubeler.
Contoh Kopi
Kopi arabika merupakan satu dari tujuh komoditas unggulan Provinsi Bali. Daerah sentra kopi
arabika berada di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Untuk memba-ngun subsektor
perkebunan, termasuk kopi arabika, pemerintah memperkenalkan konsep “Kawasan Industri
Masyarakat Perkebunan” (Kimbun). Kini telah ada empat Kimbun di Bali, salah satunya Kimbun
kopi arabika. Kimbun ini dirintis melalui agroindustri skala kelompok.
Sebagian besar kopi arabika di Bali diusahakan oleh perkebunan rakyat. Kualitas kopi tergolong
ren-dah karena umumnya petani me-metik buah secara asalan dan mengolahnya secara kering.
Dinas Perkebunan setempat bekerja sa-ma dengan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (PPKK) terus
membina dan menyosialisasikan petik merah dan pengolahan secara basah. Me-lalui upaya ini,
mutu kopi arabika makin baik. Mutu kopi harus terus ditingkatkan mengingat makin ketatnya
persaingan pasar.
Agroindustri kopi arabika ber-tujuan meningkatkan nilai tambah produk sehingga petani
memper-oleh harga jual kopi lebih tinggi. Kegiatan yang tercakup meliputi penyediaan bahan
baku, pengolah-an, penyediaan produk akhir, dan pemasaran. Setiap mata rantai tersebut saling
terkait dan mem-pengaruhi. Agroindustri melibatkan petani, pedagang, subak pengolah,
koperasi, eksportir, mediator (Dinas Perkebunan dan PPKK), dan lem-baga permodalan.
Dengan menerapkan inovasi petik merah, harga kopi meningkat 30% dibanding kopi petik
asalan. Pengolahan basah memberikan nilai tambah Rp10.000/kg, dan peng-olahan kopi bubuk
dari kopi ose memberikan nilai tambah Rp15.000/ kg. Nilai tambah yang tidak dapat dihitung
adalah meningkatnya ke-sempatan kerja, pengetahuan dan keterampilan SDM, akses informasi
harga, dan aset subak, terutama peralatan untuk mengolah kopi.
Peningkatan nilai tambah (Value added) atau penurunan biaya dapat dicapai dengan cara
mencari prestasi yang lebih baik yang berkaitan dengan supplier, dengan mempermudah
distribusi produk, outsourcing (yaitu mencari komponen atau jasa yang disediakan oleh
perusahaan lain), dan dengan cara mengidentifikasi bidang-bidang dimana perusahaan tidak
kompetitif.
Analisis aktivitas nilai dapat membantu mengidentifikasi aktivitas dimana perusahaan dapat
menambah nilai secara siginifikan untuk pelanggan, contohnya, merupakan hal yang umum
sekarang ini bagi pabrik-pabrik pemrosesan makanan dan pabrik pengepakan untuk mengambil
lokasi yang dekat dengan pelanggan terbesarnya supaya dapat melakukan pengiriman dengan
cepat dan murah. Serupa dengan hal tersebut, perusahaan pengecer seperti Wal-Mart
menggunakan teknologi yang berbasis komputer untuk melakukan koordinasi dengan para
supplier tokonya. Dalam industri perbankan, ATM diperkenalkan untuk meningkatkan pelayanan
kepada pelanggan dan mengurangi biaya pemrosesan. Sekarang ini bank mengembangkan
teknologi komputer on-line untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada pelanggan dan untuk
memberikan peluang lebih lanjut akan adanya penurunan biaya. c. Mengidentifikasi peluang
untuk mengurangi biaya.
Studi terhadap aktivitas nilai dan cost driver dapat membantu manajemen perusahaan
menentukan pada bagian mana dari value chain yang tidak kompetitif bagi perusahaan.
Contohnya, Intel Corp pernah memproduksi computer chips dan computer board, seperti
Modem, tetapi untuk berbagai alasan perusahaan meninggalkan porsi dalam industri dan
sekarang lebih memfokuskan pada terutama pada pembuatan prosesor. Serupa dengan hal
tersebut, beberapa perusahaan mungkin mengubah aktivitas nilainya dengan tujuan
mengurangi biaya. Contohnya, Iowa Beef Processors memindahkan pabrik pemrosesan menjadi
lebih dekat dengan feedlots di negara bagian Southwest dan Midwest, sehingga dapat
menghemat biaya transportasi dan mengurangi kerugian karena menurukan berat badan ternak
yang biasanya menderita selama pengangkutan. Singkatnya analisis value chain mendukung
keunggulan kompetitif stratejik pada perusahaan dengan membantu menemukan peluang
untuk menambah nilai bagi pelanggan dengan cara menurunkan biaya produk atau jasa.
Lebih lanjut, analisis value chain dapat dipergunakan untuk menentukan pada titik-titik mana
dalam rantai nilai yang dapat mengurangi biaya atau memberikan nilai tambah (value added).
Sebaliknya dalam perolehan bahan baku atau proses advertensi dan promosi, Langkah pertama;
dalam value chain untuk pemerintah atau organisasi yang tidak berorientasi pada laba adalah
membuat pernyataan tentang misi social organisasi tersebut, termasuk kebutuhan masyarakat
spesifik yang dapat dilayani. Tahap Kedua; adalah mengembangkan sumber daya untuk
organisasi, baik personel maupun fasilitasnya. Tahap ketiga dan Tahap keempat; adalah
melakukan operasi organisasi dan memberikan jasa kepada masyarakat.
Dalam suatu rantai produk yang lengkap, supplier, manufaktur dan pemasaran serta
penanganan purna jual dilakukan oleh perusahaan yang berbeda. Bahkan mereka bisa saja
independen antara satu dengan yang lain. Akan tetapi, aktivitas yang dilakukan oleh masing-
masing tahap harus dilihat dalam konteks yang luas. Aktivitas-aktivitas ini memang terpisah tapi
mereka mempunyai suatu hubungan yaitu pembentukan nilai untuk produk yang dihasilkan.
Oleh karena itu, aktivitas-aktivitas tersebut tidak independen tapi interdependen. Masing-
masing pihak memerlukan nilai dari pihak lain untuk memaksimalkan nilai produk yang
dihasilkan. Perusahaan harus mengidentifikasi posisi perusahaan pada rantai nilai tersebut,
apakah berada dibagian supplier, manufaktur, bagian pemasaran atau penaganan purna jual.
Hal ini penting untuk memahami karakteristik industri tersebut dan saingan yang ada.
Pada saat bersamaan, proses hilirisasi komoditas unggulan belum berjalan. Di saat harga
komoditas tersebut menurun, Provinsi Kaltim ikut mengalami kontraksi.
"Kondisi seperti ini banyak terjadi di provinsi lain, sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi nasional," ungkap Arif.
Untuk itulah, model pertumbuhan di wilayah memerlukan alternatif, dengan tidak bergantung
pada satu komoditas utama yang tidak terdiversifikasi. Tak kalah pentingnya yakni mendorong
pertumbuhan dari potensi ekonomi lain yang ada di masing-masing wilayah.
Pada kasus Kaltim, Arif memaparkan, strategi jangka pendek yang dapat dilakukan khusus di
Kaltim, antara lain mengembangkan industri olahan makanan dan minuman berbasis agro,
karena provinsi tersebut memiliki potensi yang sangat besar. Selain itu, Pemprov Kaltim juga
dapat memaksimalkan potensi yang ada di delapan kawasan strategi di wilayahnya.
Solusi lainnya adalah optimalisasi sumber daya perikanan, percepatan industri hilir kelapa sawit
dan percepatan proyek strategis nasional di Kaltim. Tak kalah pentingnya, hasil kajian KEIN juga
menyebutkan perlunya mengembangkan kapasitas industri pengolahan dan barang dari kayu
serta industri bahan kimia organik.
Jika hasil kajian KEIN tersebut berjalan, Arif memaparkan, berpotensi meningkatkan
pertumbuhan ekonomi Kaltim sebesar 2,90 persen, jauh dari kondisi sekarang yang minus.
"Bahkan dapat mendorong perekonomian nasional hingga sebesar 0,3 persen," tegas Arif.
Karena itulah, Arif menambahkan, mendorong pertumbuhan ekonomi berbasiskan kekuatan
wilayah menjadi sangat penting. Selain mampu berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi
nasional secara maksimal, target pemerataan seperti yang kerap disampaikan oleh Presiden
dapat tercapai mengingat terjadinya redistribusi aset ke daerah-daerah