Sie sind auf Seite 1von 2

Kasus R. J.

Lino dari Kacamata Psikolog Sosial

Ambigu, mungkin merupakan sebuah kata yang tepat untuk menggambarkan kasus R. J. Lino yang tengah
hangat menjadi buah bibir di masyarakat. Sosok yang mendapat panggilan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi
akibat kasus pemesanan crane tersebut nampaknya tetap bersikukuh dengan argumennya bahwa dia tidak
bersalah. R. J. Lino berulang kali memberikan dalih dan alasan-alasan terhadap tuntutan yang dilayangkan
kepadanya. Bahkan sampai saat ini, baik masyarakat maupun pihak KPK masih belum dapat menentukan
apakah semua pembelaan yang diucapkan R. J. Lino maupun kuasa hukumnya adalah sebuah fakta atau dusta
belaka. Lantas bagaimana jika kasus R. J. Lino ini ditilik dari kacamata seorang psikolog social? Pengadilan
mungkin bisa salah dalam menjatuhi hukuman apabila mereka melewatkan beberapa hal kecil saja. Mengapa
sebuah pendapat dari psikolog social bisa begitu penting? Tugas atau tujuan dari seorang psikolog social adalah
mengamati atau memberikan interpretasi terhadap stimulus yang terjadi dalam sebuah masyarakat sehingga kita
memahami sesuatu yang terjadi pada masyarakat tersebut. Pekerjaan psikolog social adalah mengamati perilaku
masyarakat dan membuat persepsi atas dasar perilaku tersebut, sehingga persepsi seorang psikolog social akan
lebih tajam. Dengan demikian, kita akan dapat memilih tindakan yang lebih tepat dalam kasus R. J. Lino ini.

Psikolog social menggunakan teori atribusi untuk mengamati kasus R. J. Lino tersebut. Teori atribusi adalah
sebuah percobaan atau pengamatan dari sebuah perilaku manusia yang menentukan apakah perilaku tersebut
disebabkan oleh internal atau eksternal (Robbins, 2015: 104). Atribusi Internal adalah sebuah perilaku yang
merupakan perilaku atas kendali individu. Sedangkan atribusi eksternal adalah sebuah perilaku yang bersifat
memaksa individu. Untuk menentukan sebuah perilaku disebabkan internal atau eksternal, factor yang
menentukan adalah: (1) perbedaan atau distingsi; (2) konsistensi dan (3) konsensus.

Banyak hal yang terjadi dalam kasus R.J. Lino, termasuk perubahan-perubahan yang dibuat beliau dalam
pemesanan alat crane ini. Dari perbedaan inilah seorang psikolog social akan menjadikannya sebagai dasar
untuk berpersepsi. R. J. Lino mengatakan penyebab ia melakukan penunjukan langsung adalah karena
sebelumnya sejak tahun 2007 Pelindo II telah gagal melakukan lelang selama sembilan kali. Tindakan ini tidak
semata-mata diambil, namun berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor 5 Tahun 2009. Selain itu
disebutkan oleh R. J. Lino bahwa penggantian crane menjadi twin lift adalah karena masalah lapangan dan harga
yang jauh lebih murah. Kedua hal ini menunjukkan bahwa tindakan atau perilaku yang diambil R. J. Lino
merupakan perilaku yang memiliki factor perbedaan atau distingsi yang tinggi. Karena perbedaan merujuk
apakah seorang individu berperilaku beda dalam situasi yang berbeda. R. J. Lino mengambil tindakan yang
berbeda dalam situasi yang berbeda. Ini artinya perilakunya merupakan atribusi eksternal, bukan berasal dari
dalam diri sendiri. R. J. Lino pula menyebutkan bahwa kasus mobile crane yang juga tengah diselidiki merupakan
kasus yang berbeda dengan kasus yang dituduhkan kepada dirinya. Jika R. J. Lino melakukan beberapa
perubahan dalam pemesanan crane karena factor lapangan, uang dan sah secara hukum, maka dalam kasus
mobile crane perubahan yang terjadi tidak didasari dengan alasan yang kuat. Hal ini menunjukan bahwa terjadi
consensus yan rendah karena dalam situasi yang sama yakni pemesanan crane, kedua pihak memberikan
respons atau perubahan yang berbeda. Konsensus yang rendah menunjukkan bahwa perilaku R. J. Lino adalah
atribusi eksternal. Kita juga bisa melihat dari respon Lino saat ditanyai mengenai letak koordinasi maupun hal
yang mengenai tanggung jawab. Beliau menjawab dengan singkat, padat dan jelas. Respon-respon ini adalah
tetap atau konsisten. Tingginya sebuah konsisten merupakan tanda bahwa perilaku itu disebabkan oleh atribusi
eksternal.

Dari pemaparan diatas, jelas bahwa perilaku-perilaku yang dimunculkan oleh R. J. Lino merupakan perilaku yang
disebabkan oleh atribusi eksternal. Kembali lagi ke pengertiannya, atribusi eksternal adalah sebuah perilaku yang
bersifat memaksa individu. Artinya banyak hal yang membuat R. J. Lino melakukan perubahan-perubahan yang
dicurigai ini. Dan perubahan-perubahan ini disebabkan oleh keadaan sekitar yang memaksa dan bukan karena
motif di dalam dirinya. Jadi bagaimana kasus mengenai R. J. Lino apabila ditilik dari kacamata psikologi social?
Dengan diterapkannya teori atribusi yang sesuai dengan psikologi social, maka ditemukanlah banyak atribusi
eksternal yang terjadi. Maka R. J. Lino melakukan perubahan-perubahan dalam pemesanan crane bukan karena
motif ingin menggelapkan dana namun karena situasilah yang memaksanya untuk demikian. Kita tidak bisa
menelaah perilaku seseorang hanya diluarnya saja, namun harus ditelisik lebih jauh apa saja yang membuat
orang berperilaku demikian. Seperti kata Goenawan Mohamad dalam novelnya Caping 3, “Seorang novelis
sebaiknya menciptakan “sebuah wilayah di mana tak seorang pun memiliki kebenaran...tapi di mana setiap orang
punya hak untuk dimengerti."
Nama : Adzkia Ra’ida Salma

NIM : 15010115130178

Kelas : 204

TUGAS ARTIKEL PSIKOLOGI SOSIAL

Das könnte Ihnen auch gefallen