Sie sind auf Seite 1von 5

Nama : Sonia Maria Y G

NIM : 220101316140039

ALKALOID

Pada tahun 1819, W. Meissner menemukan senyawa alkaloid. Senyawa alkaloid


adalah zat alami yang dasar. Alkaloid adalah kelompok senyawa terbesar. Alkaloid
biasanya dapat ditemukan pada tumbuhan, jamur dan bakteri. Pada tumbuhan, alkaloid
dapat ditemukan di bagian-bagian tumbuhan seperti buah dan biji.
Fungsi dari metabolit sekunder ini ialah sebagai senyawa yang membantu
pertahanan suatu tumbuhan. Alkaloid juga dapat membantu penyerbukan dan
mengambil peran dalam respons alelopatik.

I. Struktur, Biogenesis
1.1 Struktur
Struktur dari senyawa alkaloid beragam, mulai dari berat molekul 100 sampai 900.
Pada struktur alkaloid, selalu ditemukan gusus nitrogen (intracystic).
Contoh senyawa heterosiklik adalah pyrrole, pyrollidine, piperidine, dll.

1.2 Biogenesis
Berdasarkan asal mulanya (biogenesis) dan hubungannya dengan asam amino,
alkaloid dibagi menjadi tiga kelas, yaitu alkaloid sejati, proto alkaloid, dan pseudo
alkaloid. Ciri-ciri dari ketiga kelas alkaloid adalah sebagai berikut (Cordell, 1981)
1. Alkaloid Sejati
Alkaloid jenis ini memiliki ciri-ciri bersifat toksik, memiliki perbedaan keaktifan
fisiologis yang besar, basa, biasanya mengandung atom nitrogen dalam cincicn
heterosiklis, turunan asam amino, dan distribusinya terbatas. Contoh dari alkaloid
ini adalah morfin, kuinin, dan kokain.
2. Proto Alkaloid
Alkaloid jenis ini memiliki ciri-ciri mempunyai struktur amina yang sederhana,
dengan atom nitrogen dari asam aminonya tidak berada dalam cincin heterosiklik.
Biosintesisnya berasal dari asam amino dan basa. Contoh dari alkaloid ini adalah
meskalin dan efedrin.
3. Pseudo Alkaloid
Alkaloid jenis ini memiliki ciri-ciri tidak diturunkan dari asam amino dan umumnya
bersifat basa. Terdapat 2 jenis alkaloid penting di kelompok ini yaitu alkaloid
steroid (contohnya conessin) dan purin (contohnya kafein).

II. Sifat Fisik dan Kimia Alkaloid


2.1 Kebasaan
Alkaloid merupakan golongan suatu senyawa yang memiliki ciri khas sebagai
senyawa bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya pasangan elektron
pada nitrogen.Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat
melepaskan elektron, sebagai contoh; gugus alkil, maka ketersediaan elektron pada
nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat basa. Hingga trietilamin lebih basa
daripada dietilamin dan senyawa dietilamin lebih basa daripada etilamin.
Sebaliknya, bila gugus fungsional yang berdekatan bersifat menarik elektron
(contoh; gugus karbonil), maka ketersediaan pasangan elektron berkurang dan
pengaruh yang ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral atau bahkan sedikit asam.
Contoh ; senyawa yang mengandung gugus amida.
Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami
dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil dari
reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi
dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu
yang lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik (tartarat, sitrat) atau
anorganik (asam hidroklorida atau sulfat) sering mencegah dekomposisi. Itulah
sebabnya dalam perdagangan alkaloid lazim berada dalam bentuk garamnya.

2.2 Kelarutan
Kelarutan dari senyawa ini bergantung dari bentuknya dan pH nya.
- Pada bentuk dasar dari senyawa ini tidak larut dalam air, sedangkan pada bentuk
garamnya larut dalam air.
- Pada kedua bentuk dari senyawa ini akan larut dalam pelarut polar seperti
alkohol.
- Pada bentuk dasar dari senyawa ini, akan larut dalam pelarut ether, sedangkan
pada bentuk garamnya tidak larut didalam pelarut ether.
III. Deteksi Alkaloid
Deteksi yang dilakukan pada senyawa ini berjalan dengan cepat, sederhana dan
menggunakan teknik yang sensitif.
3.1 Presipitas Alkaloid
Kebanyakan alkaloid diendapkan dari larutan netral atau asam oleh sejumlah
reagen yang mengandung logam berat seperti merkuri (Hg) platina (Pt), bismuth (Bi)
dan emas (Au), dengan membentuk ikatan garam dengan mereka.
Contoh reagen pengendap alkaloid
a. Mayer’s reagent (kalium merkuri iodida)
Memberikan presipitasi berwarna krem terhadap sebagian besar alkaloid. Kafein
dan efredin hanya pada konsentrasi tinggi. Ricinin tidak memberikan presipitasi
b. Wagner’s reagent (I/KI)
Memberikan endapan warna merah bata terhadap hamper semua alkaloid
c. Hager’s reagent (larutan asam pikrat pekat)
Memberikan endapan kuning
d. Dragendroff s reagent (larutan potassium bismuth iodida)
Memberikan warna orange kemerahan hingga kecoklatan. Juga digunakan sebagai
pereaksi semprot untuk identifikasi alakaoit KLT
e. Reagenisia lain yang menggunakan asam
Tannat, asam fosfomolibdat, fosfotungstat

3.2 Reagen warna khusus

a. Erlich’s reagent (Van-Urk reagent)

Larutan p-dimethylaminobenzaldehide dalam asam, memberikan warna khas birun


kelabu atau kehijauan dengan Ergot

b. Cerric ammonium sulphate (CAS) dalam suasana asam. Reagensia khas untuk
alakaoid indol, dengan memberikan warna kuning atau orange kemerahan.

c. Vitali-Mari reagent: khas untuk alkaloid tropan

d. Thaleoquine reaction: khas untuk alkaloid sinkona

e. Murexide reaction: khas untuk basa purin


IV. Karakterisasi Alkaloid
4.1 KLT ( Kromatografi Lapis Tipis )
Pemisahan alkaloid dengan KLT dapat menggunakan pereaksi penyemprot
Dragendorff Setelah disemprot, plat akan menunjukkan bercak coklat-jingga,
orange-merah, coklat berlatar belakang kuning. Pereaksi ini dibuat dari
bismutnitrat, asam tartarat, kalium iodida dan ar.

4.2 HPLC atau KCKT ( Kromatografi Cair Kinerja Tinggi )


Bab ini membahas beberapa aspek umum analisis alkaloid dengan kromatografi cair
kinerja tinggi (HPLC). Analisis HPLC alkaloid dilakukan melalui pertukaran ion,
dibalik fase, pasangan ion dan fase lurus kromatografi. HPLC telah menemukan
aplikasi terbatas dalam analisis alkaloid. Fase stasioner yang dipekerjakan di HPLC
ini biasanya pertukaran ion kimia Berikat kelompok (alkylsulfonic kelompok) pada
silika gel. Retensi alkaloid dapat diubah oleh perubahan dalam fase mobile, yaitu
kekuatan ionik, sifat counter ion, pH, dan penambahan pelarut organik ke tahap
mobile. Dibalik fase kromatografi paling banyak telah digunakan dalam analisis
alkaloid HPLC, terutama pada mikropartikel silica gel dengan kimiawi Berikat alkil
kelompok-kelompok itu adalah metoksisinamat dan octadecyl. Namun, dalam
beberapa kasus, dibalik fase bahan yang cocok untuk analisis senyawa dasar.

VII. Aktivitas Farmakologis dan Penggunaan Therapeutic


7.1 Aktivitas Farmakologis
a. Sistem Saraf Pusat
- Mengurangi rasa sakit ( morfin )
- Halusinogenik ( morfin )
- Stimulan ( cafein )
b. Sistem Saraf Otonom : ephedra, hiosami
c. Anastesi lokal : kokain
d. Antimalaria : quanin

VIII. Contoh-contoh tanaman yang mengandung alkaloid dan digunakan secara terapeutik

- Opium poppy ( Papaver somniferum Frust)


Tanaman opium dapat ditemukan di Mediterania bagian timur. Senyawa
morphine dapat ditemukan pada getah tanaman opium. Senyawa morphine
berperan sebagai analgesik. Pada tanaman opium juga ditemukan senyawa
codein dan noscapin yang berperan sebagai antitusif. Selain itu, tanaman opium
mengandung senyawa papaverine yang berperan sebagai antipasmodic
intestinal
- Tembakau ( Nicotiana tabacum )
Tanaman tembakau berasal dari Amerika Selatan. Tanaman tembakau
mengandung nikotin. Senyawa nikotin dalam tanaman tembakau merupakan
komponen bioaktif utama dari rokok.
- Quinquina ( Cinchona sp )
Tanaman kina berasal dari hutan tropis Andes di Amerika Selatan bagian barat.
Tanaman ini dapat digunakan untuk mengobati malaria.

Das könnte Ihnen auch gefallen