Sie sind auf Seite 1von 10

Nama : Cristy Indryany Br Sinulingga

NIM : 4163312005
Class : Bilingual Mathematic Education
1. Pendidikan Pancasila merupakan mata kuliah wajib di Perguruan Tinggi,
hal tersebut tertuang di dalam pasal 35 ayat (3) UU No. 12 Tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi. Coba anda jelaskan mengapa Pendidikan
Pancasila dijadikan mata kuliah wajib di Perguruan Tinggi?
Karena mengingat fungsi Pancasila yang sangat penting dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, maka perlu ada pendidikan Pancasila bagi setiap
warga Negara, agar permasalahan peserta didik dan masyarakat luas dapat diminimalsisir.
Pendidikan pancasila tidak hanya di ajarkan di SD, SMP, maupun SMA saja namun di
Perguruan tinggi pun perlu untuk mempelajarinya.
Terdapat tiga alasan pentingnya memasukkan Pendidikan Pancasila dalam mata kuliah agar
tidak sekadar hafalan teks mati tanpa makna.
1. Pertama, adanya nilai ketuhanan dalam Pancasila.
2. Kedua, adanya ajaran untuk mengedepankan toleransi dan menyelesaikan setiap
permasalahan dengan cara mufakat.
3. Ketiga, adanya ajaran untuk bisa berbuat adil.
Kita sebagai mahasiswa dan mahasiswi yang baik sudah seharusnya mau mengamalkan nilai
yang terkandung dalam Pancasila. Pengamalannya tersebut pasti akan tercermin dalam
kehidupan sehari-hari. Dimana kita akan menghormati setiap perbedaan yang ada, serta selalu
menciptakan suasana yang aman dan nyaman.
Sudah seharusnyan kita sebagai calon penerus bangsa bisa turut melaksanakan,
memelihara, dan melestarikan Pancasila yang mengandung nilai luhur serta landasan bersikap.
Untuk kita semua yang cinta akan kedamaian serta taat hukum pasti dapat mengamalkan nilai-
nilai Pancasila dengan baik.
(http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:bAKNFwDS888J:imeldaput
ri231207.blogspot.com/2013/01/perlukah-mata-kuliah-
pendidikan.html+&cd=10&hl=jv&ct=clnk&client=firefox-b)

2. Pendidikan Pancasila adalah materi perkuliahan yang menyangkut


pemahaman tentang filsafat & ideologi Negara, persatuan dan kesatuan,
kesadaran dalam bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Jelaskan
pendapat saudara latar belakang dan tujuan mempelajari Pendidikan
Pancasila.
Latar Belakang Mempelajari Pendidikan Pancasila Di Perguruan Tinggi

Menghadapi era globalisasi ekonomi, ancaman bahaya laten terorisme, komunisme


dan fundamentalisme merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia. Akhir-
akhir ini bangsa Indonesia patut mewaspadai pengelompokan suku bangsa di Indonesia yang
kini semakin kuat, yaitu ketika bangsa ini kembali dicoba oleh pengaruh asing untuk di
kotak-kotakan tidak saja oleh konflik vertikal tetapi juga oleh pandangan terhadap ke
Tuhanan Yang Maha Esa.
Di Era Reformasi ini Nasionalisme bangsa Indonesia mulai mengalami penurunan.
Mulai dari kurangnya kepeduliaan bangsa terhadap kebudayaan di tiap daerah atau kurangnya
minat rakyat Indonesia terhadap produk dalam negeri. Sehingga, banyak kebudayaan
Indonesia yang diklaim bangsa lain dan masuknya produk asing secara bebas hingga
mengalahkan distribusi produk dalam negeri.Hal ini bukan merupakan hal yang sepele, ini
patut untuk diperrhatikan dan dicari solusinya untuk peningkatan rasa Nasionalisme bangsa
ini.

Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia merupakan karya besar bangsa Indonesia
dan merupakan lambang ideologi bangsa Indonesia yang setingkat dengan ideologi besar di
dunia lainnya. Bangsa Indonesia menggunakan Pancasila sebagai pedoman hidup dalam
kehidupan sehari-hari, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila juga dijadikan
pedoman dalam pelaksaan pemerintahan.

Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh perumus Pancasila itu ialah,
Mr. Mohammad Yamin, Prof. Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Dapat dikemukakan mengapa
Pancasila itu sakti dan selalu dapat bertahan dari guncangan kisruh politik di negara ini, yaitu
pertama ialah karena secara intrinsik dalam Pancasila itu mengandung toleransi, dan siapa
yang menantang Pancasila berarti dia menentang toleransi.

Dengan demikian Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia bertujuan agar
warga negara Indonesia menghormati, menghargai, menjaga dan menjalankan apa-apa yang
telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya pahlawan proklamasi yang telah berjuang
untuk kemerdekaan negara Indonesia. Sehingga baik golongan muda maupun tua tetap
meyakini Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tanpa adanya keraguan guna memperkuat
persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia.

Peningkatan rasa Nasionalisme bangsa ini patut diupayakan mulai dari usia dini.
Mulai dari Pendidikan Dasar, Menengah, hingga Perguruan Tinggi. Kenapa Pendidikan
setingkat Perguruan Tinggi masih perlu diterapkan Pendidikan Pancasia pula? Karena
Pendidikan Pancasila yang diterapkan pada tingkat itu lebih terarah untuk pengamalan ilmu
yang dimiliki tiap-tiap mahasiswa agar terorientasi dari Nasionlitas bangsa dan kepeduliaan
terhadap kemajuan bangsa.Pembelajaran pancasila secara lebih mendalam sangat penting
untuk memajukan bangsa Indonesia.

(https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:T8UiWH0eNCAJ:https://s
uparma n11.wordpress.com/2014/10/01/makalah-pendidikan-pancasila-landasan-dan-tujuan-
pendidikan-pancasila/+&cd=3&hl=jv&ct=clnk&client=firefox-b)

Tujuan Mempelajari Pendidikan Pancasila .

1. Memberikan pemahaman dan penghayatan atas jiwa dan nilai-nilai dasar Pancasila
kepada mahasiswa sebagai warga negara Republik Indonesia, serta membimbing
untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
2. Mempersiapkan mahasiswa agar mampu menganalisis dan mencari solusi terhadap
berbagai persoalan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara melalui sistem
pemikiran yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.
3. Membentuk sikap mental mahasiswa yang mampu mengapresiasi nilai-nilai
ketuhanan, kemanusiaan, kecintaan pada tanah air dan kesatuan bangsa, serta
penguatan masyarakat madani yang demokratis, berkeadilan, dan bermartabat
berlandaskan Pancasila, untuk mampu berinteraksi dengan dinamika internal dan
eksternal masyarakat bangsa Indonesia.
4. Agar mahasiswa memahami, menghayati dan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945
dalam kehidupan sehari-hari sebagai warga negara RI
5. Menguasai pengetahuan dan pemahaman tentang beragam masalah dasar kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang hendak diatasi dengan pemikiran yang
berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

(https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=7&cad=rja&uact=8&ved=0a
hUKEwjHpsaU1oXXAhXHLpQKHdarALUQFghXMAY&url=http%3A%2F%2Fwww.academia.ed
u%2F27463043%2FTUJUAN_PENDIDIKAN_PANCASILA&usg=AOvVaw1y_1UwAudhpZxDrIu
ypG8d)

3. Pancasila sebagai ideologi Negara Republik Indonesia melalui proses


yang sangat panjang. Uraikan secara singkat proses perencanaan
perumusan hingga penetapan Pancasila sebagai dasar Negara pada
tanggal 18 Agustus 1945
Proses Perencanaan Perumusan hingga Penetapan Pancasila sebagai dasar
Negara pada tanggal 18 Agustus 1945
A. Pembentukan BPUPKI
Jepang mulai menguasai Indonesia setelah Belanda menyerah kepada Jepang tanggal 8
Maret 1942 di Kalijati, Subang Jawa Barat. Untuk menarik simpatik rakyat Indonesia, Jepang
mendengungkan semboyan “Jepang Pelindung Asia, Jepang Pemimpin Asia, dan Jepang
Cahaya Asia”. Sejak berkuasa di Indonesia, Jepang dengan segala cara menguras kekayaan dan
tenaga rakyat Indonesia yang menimbulkan kesengsaraan bagi rakyat Indonesia.
Pada bulan September 1944, Perdana Menteri Jepang, Koiso, dalam sidang parlemen
mengatakan bahwa Jepang akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Tindak lanjut
dari janji tersebut, pada tanggal 1 Maret 1945, Jepang mengumumkan pembentukan Dokuritsu
Zyunbi Tyoosakai (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia/BPUPKI). BPUPKI beranggotakan 62 orang yang terdiri atas tokoh-tokoh bangsa
Indonesia dan 7 orang anggota perwakilan dari Jepang. Ketua BPUPKI adalah dr. K.R.T.
Radjiman Wedyodiningrat, dengan dua wakil ketua, yaitu : Ichibangase Yosio (Jepang) dan
R.P Soeroso. BPUPKI mengadakan sidang sebanyak dua kali sidang resmi dan satu kali sidang
tidak resmi. Sidang BPUPKI dilaksanakan di gedung “Chuo Sangi In”, dan kini disebut
Gedung Pancasila.

B. Sidang Pertama BPUPKI


Sidang resmi pertama tanggal 29 Mei - 1 Juni 1945, membahas tentang dasar negara.
Ketua BPUPKI dr. KRT Radjiman Wedyodiningrat pada pidato awal sidang pertama BPUPKI,
menyatakan bahwa untuk mendirikan Indonesia merdeka maka diperlukan suatu dasar negara
Indonesia merdeka. Seperti disampaikan oleh Ir Soekarno pada awal pidato tanggal 1 Juni
1945.
Untuk menjawab permintaan Ketua BPUPKI ini, maka beberapa tokoh pendiri negara
mengusulkan rumusan dasar negara. Rumusan dasar negara yang diusulkan memiliki
perbedaan satu dengan yang lain. Namun demikian rumusan-rumusan tersebut memiliki
persamaan dari segi materi dan semangat yang menjiwainya. Gagasan yang disampaikan
berdasarkan sejarah perjuangan bangsa dan dengan melihat pengalaman bangsa lain.
Pandangan yang disampaikan diilhami oleh gagasan-gagasan besar dunia, tetapi berakar pada
kepribadian dan gagasan besar bangsa Indonesia sendiri. Usulan mengenai dasar Indonesia
merdeka dalam Sidang Pertama BPUPKI secara berurutan dikemukakan oleh Mr. Mohammad
Yamin (29 Mei 1945) , Mr. Soepomo (31 Mei 1945), dan Ir. Soekarno(1 Juni 1945).
Ir. Soekarno dalam sidang itu pun menyampaikan bahwa kelima dasar negara tersebut
dinamakan Panca Dharma. Kemudian, atas saran seorang ahli bahasa, Ir. Soekarno
mengubahnya menjadi Pancasila. Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengemukakan
pemikirannya tentang Pancasila, yaitu nama dari lima dasar negara Indonesia. Dengan berdasar
pada peristiwa tersebut maka tanggal 1 Juni ditetapkan sebagai “Hari Lahirnya Pancasila”.
Pada akhir masa persidangan pertama, Ketua BPUPKI membentuk Panitia Kecil yang
bertugas untuk mengumpulkan usul-usul para anggota yang akan dibahas pada masa sidang
berikutnya (10 s.d 17 Juli 1945). Panitia Kecil yang resmi ini beranggotakan delapan orang
(Panitia Delapan) di bawah pimpinan Soekarno. Terdiri dari 6 orang wakil golongan
kebangsaan dan 2 orang wakil golongan Islam. Panitia Delapan ini terdiri Soekarno, M. Hatta,
M. Yamin, A. Maramis,
M. Sutardjo Kartohadikoesoemo, Otto Iskandardinata (golongan kebangsaan), Ki
Bagoes Hadikoesoemo dan K.H. Wachid Hasjim (golongan Islam). Panitia Kecil ini
mengadakan pertemuan untuk mengumpulkan dan memeriksa usul-usul menyangkut beberapa
masalah yaitu Indonesia merdeka selekas-selekasnya, Dasar (Negara), Bentuk Negara Uni atau
Federasi, Daerah Negara Indonesia, Badan Perwakilan Rakyat, Badan Penasihat, Bentuk
Negara dan Kepala Negara, Soal Pembelaan, dan Soal Keuangan.
Di akhir pertemuan tersebut, Soekarno juga mengambil inisiatif membentuk Panitia
Kecil beranggotakan 9 orang, yang kemudian dikenal sebagai “Panitia Sembilan”. Panitia
Sembilan ini terdiri dari Soekarno (ketua), Mohammad Hatta, Muhammad Yamin, A.A.
Maramis, Soebardjo (golongan kebangsaan), K.H. Wachid Hasjim, K.H. Kahar Moezakir, H.
Agoes Salim, dan R. Abikusno Tjokrosoejoso (golongan Islam).
Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan langsung mengadakan rapat di rumah
kediaman Ir. Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta. Rapat berlangsung alot karena
terjadi perbedaan pandangan antarpeserta rapat tentang rumusan dasar negara. Panitia ini
bertugas untuk menyelidiki usul-usul mengenai perumusan dasar negara yang melahirkan
konsep rancangan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Konsep rancangan Pembukaan ini disetujui pada 22 Juni 1945. Oleh Soekarno rancangan
Pembukaan Undang-Undang Dasar ini diberi nama “Mukaddimah”, oleh M. Yamin dinamakan
“Piagam Jakarta”, dan oleh Sukiman Wirjosandjojo disebut “Gentlemen’s Agreement”.

C. Sidang II BPUPKI
Naskah mukadimah yang ditandatangani oleh 9 (sembilan) orang anggota Panitia
Sembilan, yang dikenal Piagam Jakarta atau Jakarta Charter selanjutnya dibawa ke sidang
BPUPKI tanggal 10-17 Juli 1945.
Sidang kedua BPUPKI tanggal 10 - 17 Juli 1945, membahas rancangan bentuk negara,
wilayah negara, kewarganegaraan, rancangan Undang-Undang Dasar, ekonomi, keuangan,
pendidikan dan pengajaran.
dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat selaku Ketua BPUPKI menyerukan agar para
anggota secara merdeka melahirkan pendapatnya dan pandangannya untuk membahas
penyusunan Rancangan UUD. Panitia Perancang UUD diketuai oleh Mr. Soepomo.
Pada tanggal 14 Juli 1945, mukadimah hukum dasar disepakati oleh BPUPKI.
Rumusan konsep dasar negara yang tercantum dalam mukadimah hukum dasar pada Piagam
Jakarta yang disepakati tersebut, memiliki banyak persamaan dengan Pembukaan UUD 1945.
Dasar negara yang termuat dalam Piagam Jakarta, sebagai berikut :
1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemelukpemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3. Persatuan Indonesia, dan
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

D. Penetapan Pancasila sebagai Dasar Negara


Pada tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan oleh Jepang. Sebagai gantinya
dibentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang beranggotakan 21 orang.
PPKI diketuai oleh Ir. Soekarno dan wakilnya Drs. Moh. Hatta. PPKI yang dibentuk oleh
Jepang kemudian ditambah anggotanya menjadi 27 orang. Perubahan keanggotaan PPKI
memiliki nilai strategis karena PPKI murni dibentuk bangsa Indonesia untuk mempersiapkan
kelahiran Negara Kesatuan Republik Indonesia dan kesan bahwa PPKI bentukan Jepang
hilang.
Pada tanggal 17 Agustus 1945, setelah upacara proklamasi kemerdekaan, datang
berberapa utusan dari wilayah Indonesia Bagian Timur. Berberapa utusan tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Sam Ratulangi, wakil dari Sulawesi
b. Tadjoedin Noor dan Ir. Pangeran Noor, wakil dari Kalimantan
c. I Ketut Pudja, wakil dari Nusa Tenggara
d. Latu Harhary, wakil dari Maluku
Mereka semua berkeberatan dan mengemukakan pendapat tentang bagian kalimat
dalam rancangan Pembukaan UUD yang juga merupakan sila pertama Pancasila sebelumnya,
yang berbunyi, “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya”.
Pada Sidang PPKI I, yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945, Hatta lalu mengusulkan
mengubah tujuh kata tersebut menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Pengubahan kalimat ini
telah dikonsultasikan sebelumnya oleh Hatta dengan 4 orang tokoh Islam, yaitu Kasman
Singodimejo, Wahid Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, dan Teuku M. Hasan. Mereka
menyetujui perubahan kalimat tersebut demi persatuan dan kesatuan bangsa. Dan akhirnya
bersamaan dengan penetapan rancangan pembukaan dan batang tubuh UUD 1945 pada Sidang
PPKI I tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila pun ditetapkan sebagai dasar negara Indonesia.
Rumusan inilah yang kemudian dijadikan dasar negara sampai sekarang bahkan hingga
akhir perjalanan bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia bertekad bahwa Pancasila sebagai dasar
negara tidak dapat diubah oleh siapapun, termasuk oleh MPR hasil Pemilu. Jika merubah dasar
negara Pancasila sama dengan membubarkan negara hasil proklamasi.
Tanggal 18 Agustus 1945 PPKI melaksanakan sidang. Hasil sidang PPKI tanggal 18
Agustus 1945 menetapkan 3 (tiga) hal:
1. Menetapkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2. Memilih Presiden dan Wakil Presiden, yaitu Ir Soekarno dan Moh Hatta.
3. Membentuk sebuah Komite Nasional, untuk membantu Presiden.
Salah satu keputusan sidang PPKI adalah mengesahkan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, yang dalam Pembukaan Alinea IV mencantumkan sila-sila
Pancasila sebagai dasar negara. Perubahan penting dalam sidang ini yaitu perubahan rumusan
dasar negara yang telah disepakati dalam Piagam Jakarta.yaitu tujuh kata setelah Ke-Tuhanan,
yang semula berbunyi “Ke-Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya” diubah menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa.
Rumusan sila-sila Pancasila yang ditetapkan oleh PPKI dapat dilihat selengkapnya
dalam naskah Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Rumusan sila-sila Pancasila tersebut adalah :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

(http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:XQi9jYc1HUsJ:ppknsmp1cikajang.blo
gspot.com/2014/09/sejarah-perumusan-dan-
penetapan.html+&cd=3&hl=jv&ct=clnk&client=firefox-b)

4. Anda jelaskan hubungan antara sila-sila Pancasila dan apa makna yang
terkandung didalmnya, serta bagaimana anda mengimplementasikan sila
Pancasila tersebut
Hubungan antar Sila-Sila dalam Pancasila dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, meliputi dan menjiwai sila-sila II, III, IV, V.

Sila pertama menunjukan bahwa,setiap bangsa Indonesia wajib untuk ber-Tuhan,apapun


keyakinan yang dianutnya. Sila pertama juga menjelaskan bahwa pada sila pertama meliputi
dan menjamin isi sila 2, 3, 4,dan 5 yang artinya segala hal yang berkaiyan dengan pelaksanaan
dan penyelenggaraan negara harus dijiwai nilai-nilai keTuhahanan Yang Maha Esa.

Jadi hubungan antara Negara dengan landasan sila pertama, yaitu ini sila ketuhanan yang maha
esa adalah berupa hubungan yang bersifat mutlak dan tidak langsung. Hal ini sesuai dengan
asal mula bahan pancasila yaitu berupa nilai-nilai agama , nilai-nilai kebudayaan, yang telah
ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala yang konsekuensinya harus direalisasikan
dalam setiap aspek penyelenggaraan Negara.

2. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, diliputi dan dijiwai oleh sila pertama dan meliputi
serta menjiwai sila-sila III, IV, V.

Jika semua komponen bangsa Indonesia sudah, maka akan naik ke tangga sila 2, kemanusiaan
yang adil dan beradab. Manusia yang ber-Tuhan (apapun agamanya) pasti beradab. Beradab
dalam arti tidak memicu permusuhan, fanatik berlebihan, berpikir terbuka, tidak bertindak
merusak.
Inti sila kemanusiaan yang adil dan beradab adalah landasan manusia. Maka
konsekuensinya dalam setiap aspek penyelengaraan Negara antara lain hakikat Negara, bentuk
Negara, tujuan Negara , kekuasaan Negara, moral Negara dan para penyelenggara Negara dan
lain-lainnya harus sesuai dengan sifat-sifat dan hakikat manusia.

3. Sila Persatuan Indonesia


Sila Persatuan Indonesia, diliputi dan dijiwai oleh sila I, II dan meliputi serta menjiwai sila-sila
IV,V.
Jika masing-masing individu sudah beradab, baru naik ke level selanjutnya, sila 3, bersatu
sebagai sebuah bangsa yang besar. Karena kalau sudah beradab maka bangsa menjadi bersatu.

Sila ini mempunyai makna manusia sebagai makhluk sosial wajib mengutamakan persatuan
negara Indonesia yang setiap daerah memiliki kebudayaan maupun agama yang berbeda.
Dengan ini kemakmuran negara dapat terjamin dan dapat mempertahankan negara secara
bersama-sama, dengan tidak mengorbankan nilai agama dan kemanusiaan .

4. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmad Kebijaksanaan Dalam


Permusyawaratan Perwakilan.

Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan


perwakilan, dilputi dan dijiwai sila I,II,III, dan meliputi serta menjiwai sila V.

Jika semua sudah bersatu, maka barulah bisa digelar musyawarah dan tercapai mufakat. Jika
belum bersatu, tentu musyawarah tidak akan berjalan karena masing-masing berada pemikiran
kepentingan masing-masing. Jika terjadi perselisihan attau kepentingan tiap individu atau
kelompok maka musyawarah adalah hal mutlak untuk dilakukan. Musyawarah itu dilakukan
dengan tetap manjaga persatuan dan tanpa menciderai asas Ketuhanan dan kemanusiaan.

5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, diliputi dan dijiwai oleh sila I,II,III,IV.

Jika keempat diatas udah dijalankan, maka kita akan mencapai puncak dari semua ini. Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal ini akan memicu negara kita ini menjadi negara yang
adil dan makmur.Sila kelima dijiwai oleh isi sila 1,2,3 dan 4. Sila ini mengandung makna yang
harus mengutamakan keadilan bersosialisasi bagi rakyat Indonesia tanpa memandang
perbedaan yang ada. Inti sila kelima yaitu “keadilan” yang mengandung makna sifat-sifat dan
keadaan Negara Indonesia harus sesuai dengan hakikat adil, yaitu pemenuhan

(https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&cad=rja&uact=8
&ved=0ahUKEwj-
td6104XXAhUHjZQKHYkgAsAQFghMMAU&url=http%3A%2F%2Fsmkalhidkudus.blogspot.com
%2F2014%2F08%2Fhubungan-sila-sila-dalam-
pancasila.html&usg=AOvVaw0OaWDNZUxghp5xRbn8-edh)

Makna Sila-Sila dalam Pancasila yang terkandung didalamnya yaitu :

1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa


Menunjukkan bahwa Tuhan adalah sebab pertama dari segala sesuatu, Yang Maha Esa, dan
segala sesuatu bergantung kepada-Nya, maka manusia Indonesia akan mengembangkan toleransi
antar umat beragama, toleransi sesama umat beragama, dan toleransi antar umat beragama dengan
negaranya. Tidak akan memaksakan agama kepada pemeluk agama lain. Bangsa Indonesia bukan
bangsa yang sekuler atau memisahkan agama dan negara. Indonesia juga bukan negara agama yang
mendasarkan kepada agama tertentu.

2. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab


Manusia memiliki hakikat pribadi yang mono-pluralis terdiri atas susunan kodrat jiwa raga,
serta berkedudukan sebagai makhluk pribadi yang berdiri sendiri dan makhluk TuhanYang Maha Esa.
Nilai luhur kemanusiaan akan menumbuhkan sikap tepasalira, menghormati hak asasi manusia, anti
penjajahan, mengutamakan kebenaran dan keadilan, mencintai sesama manusia, tenggang rasa, dan
sebagainya. Negara memberi kebebasan untuk menentukan jumlahanak, akan tetapi program keluarga
berencana merupakan program pemerintah agar warga negaralebih bertanggung jawab pada generasi
mendatang. Warga negara berhak menentukan jenis pekerjaan dengan imbalan yang layak menurut
kemampuannya masing-masing.

3. Sila Persatuan Indonesia

Berupa pengakuan terhadap hakikat satu tanah air, satu bangsa dan satu negara Indonesia,
tidak dapat dibagi sehingga seluruhnya merupakan suatu keseluruhan dan keutuhan. Nilai luhur
persatuan terkandung di dalamnya cinta tanah air, tidak membeda-bedakan sesama warga negara
Indonesia, cinta perdamaian dan persatuan, tidak mengagung-agungkan bangsa sendiri, suku dan
daerah tertentu.

4. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmad Kebijaksanaan Dalam


Permusyawaratan Perwakilan.

Menjunjung dan mengakui adanya rakyat yang meliputi keseluruhan jumlah semua orang
warga dalam lingkungan daerah atau negara tertentu yang segala sesuatunya berasal dari rakyat
dilaksanakan oleh rakyat dan diperuntukkan untuk rakyat. Nilai luhur kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan"perwakilan, antara lain terkandung makna cinta
permusyawaratan, cinta demokrasi, tidak memaksakan kehendak kepada orang lain, menghindari
kekerasan dalam menyelesaikan masalah, tidak mementingkan diri sendiri, cinta kebersamaan, dan
sebagainya.

5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Mengakui hakikat adil berupa pemenuhan segala sesuatu yang berhubungan dengan hak
dalam hubungan hidup kemanusiaan. Nilai luhur yang terkandung didalamnya adalah mencintai
keadilan sosial, cinta kekeluargaan, suka bekerja keras, menghormati kedaulatan bangsa lain, dan
menganggap bangsa lain sederajat.
(https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8
&ved=0ahUKEwjyveb50oXXAhXBEpQKHbe-
BosQFggsMAE&url=http%3A%2F%2Fwww.academia.edu%2F17275540%2FNilai-
nilai_yang_terkandung_dalam_sila-sila_Pancasila&usg=AOvVaw3UbzK7RJpAIF4MeEcing27)

Cara-cara untuk Mengimplementasikan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, antara


lain:
1. Berdasarkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, kita wajib percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa
2. Berdasarkan sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab; dalam pergaulan kita tidak boleh
membeda-bedakan manusia berdasarkan ras atau warna kulit, suku bangsa, golongan, pangkat,
kdedukan dan hal lainnya yang merendahkan harkat dan martabat orang lain.
3. Berdasarkan sila Persatuan Indonesia; kita harus bangga berbangsa dan bertanah air Indonesia,
menggunakan produk dalam negeri, menempatakan persatuan dan kesatuan, dan lainnya.
4. Berdasarkan sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
pemusyawaratan/perwakilan, kita harus menghargai pendapat orang lain dalam bermusyawarah, ikut
serta dalam pemilihan umum dengan penuh rasa tanggung jawab.
5. Berdasarkan sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, kita wajib menghargai hasi karya
orang lain, mau melaksanakan gotong royong, dan kegiatan kerjabakti.
(https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=10&cad=rja&uact=8&v
ed=0ahUKEwiUm42d1IXXAhXEj5QKHQsMC3UQFghuMAk&url=https%3A%2F%2Fwww.kompa
siana.com%2Finassnabila%2Fpancasila-dan-pengamalannya-dalam-kehidupan-sehari-
hari_55183a3da333119306b6660b&usg=AOvVaw1b7Oji1fGwbFyvylAPWZQJ)

5. Di dalam Piagam Jakarta rumusan Pancasila sebagai berikut Ketuhanan


dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya,
akhirnya kalimat tersebut diubah menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa.
Coba anda jelaskan makna perubahan tersebut
Menurut catatan sejarah, tepat sehari setelah Indonesia memproklamasikan
kemerdekaannya, maka pada tanggal 18 Agustus 1945, dilakukanlah sidang PPKI pertama
sekaligus melakukan pengesahan UUD 1945 dimana istilah ‘Mukaddimah’ diubah menjadi
‘pembukaan’. Kemudian, sila pertama yang berisi kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi
pemeluknya, diganti menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa.Perubahan itu sendiri dilakukan
karena hal itu merupakan usulan dari masyarakat di Indonesia Timur agar menghilangkan 7
kata dalam Piagam Jakarta yaitu “…dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya …” Usulan tersebut disampaikan sebagai masukan sebelum sidang
yang disampaikan oleh seorang opsir Jepang yang bertugas di Indonesia Timur, yang
bernama Nishijama.Pada saat itu, sang opsir itu memberitahukan bahwa wakil-wakil dari
pemuka agama Protestan dan Katolik, sangat berkeberatan terhadap bagian kalimat dalam
Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi, “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at
Islam bagi pemeluk-pemeluknya”.Mereka mengakui bahwa bagian kalimat itu tidak mengikat
mereka, dan hanya menyangkut rakyat yang beragama Islam. Dengan tercantumnya
ketetapan seperti itu di dalam suatu dasar yang menjadi pokok UUD 1945, berarti
mengadakan diskriminasi terhadap golongan minoritas. Jika diskriminasi itu ditetapkan juga,
mereka lebih suka berdiri di luar Republik Indonesia.Meskipun menurut Moh. Hatta bahwa
itu bukanlah suatu diskrimasi sebab penetapannya hanya berlaku untuk rakyat yang beragama
Islam, namun karena isi rumusannya menjadi bagian dari UUD 1945 yang menjadi konstitusi
dasar negara Republik Indonesia, maka sudah selayaknya jika sila pertama diubah sedikit
isinya demi menghindari kesan diskriminasi terhadap agama minoritas di Indonesia saat itu.
Oleh karena itulah, Moh. Hatta pun mengajak Ki Bagus Hadikusumo, Wahid
Hasyim, Mr. Kasman Singodimedjo dan Mr. Teuku Mohammad Hasan untuk membicarakan
hal yang cukup serius ini. guna menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia Karena mereka
tidak ingin ada perpecahan dalam suatu bangsa dimana jika hal itu terjadi maka hanya akan
membahayakan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, akhirnya mereka pun
bermusyawarah untuk mufakat dan akhirnya mengubah isi sila pertama dari Piagam
Jakarta.Perubahan itu pun dilakukan hanya dalam waktu singkat yaitu sekitar 15 menit saja.
Hal itu juga menjadi suatu tanda bahwa pada saat itu, para tokoh-tokoh perjuangan
kemerdekaan Indonesia tersebut benar-benar mementingkan nasib dan persatuan bangsa
Indonesia.Akhirnya rumusan hasil sidang PPKI yang pertama pun bisa kita lihat sampai
sekarang dalam pembukaan UUD 1945 dan Pancasila, yaitu :Ketuhanan Yang Maha
Esa.Kemanusiaan yang adil dan beradab.Persatuan Indonesia.Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
(https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=0a
hUKEwjKqp_g1YXXAhXIppQKHTtsCj0QFgg0MAI&url=https%3A%2F%2Fwww.salam-
online.com%2F2012%2F06%2Fpenghapusan-syariat-islam-dalam-piagam-jakarta-cermin-tirani-
minoritas.html&usg=AOvVaw2qdE6-tHtWDtwT4dx8N4go)

Das könnte Ihnen auch gefallen