Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penentuan derajat kekotoran air limbah sangat dipengaruhi oleh adanya sifat
fisik yang mudah terlihat yaitu kandungan zat padat sebagai efek estetika dan kejernihan
serta bau dan warna juga temperatur. Hal yang terpenting untuk karakteristik fisik air
buangan adalah sebagai berikut :
a. Total Solid
Total Solid merupakan residu atau sisa dari penguapan pada suhu 103 sampai
105 oC. Settleable solid adalah partikel padat yang dapat mengendap selama lebih
kurang 60 menit di dalam Imhoff-cone. Settleable solid (ml/L) berbentuk lumpur
yang dapat dibuang dengan pengolahan primary sedimentation. Sementara total
solid atau residu dari penguapan lebih jauh diklasifikasikan sebagai nonfilterable
(suspended) atau filterable.
b. Bau
Bahan buangan industri yang bersifat organik dan air limbah dari kegiatan
industri pengolahan bahan makanan seringkali menimbulkan bau yang sangat
menyengat hidung. Mikroba di dalam air akan mengubah bahan buangan organik,
terutama gugus protein, secara degradasi menjadi bahan yang mudah menguap dan
berbau. Bau dalam air buangan domestik sering disebabkan oleh produksi gas dari
dekomposisi organik. Yang menjadi penghasil utama bau dari air buangan adalah
H2S., yang merupakan produksi mikroorganisme anaerobik yang mereduksi sulfat
menjadi sulfit.
c. Suhu
Dalam kegiatan industri seringkali suatu proses disertai dengan timbulnya panas
reaksi atau panas dari suatu gerakan mesin. Penghilangan panas dilakukan dengan
proses pendinginan oleh air. Air pendingin yang meningkat suhunya tersebut
kemudian dibuang ke lingkungan. Apabila air tersebut dibuang ke sungai maka air
sungai secara otomatis akan meningkat pula suhunya. Air sungai yang suhunya naik
akan mengganggu kehidupan hewan air dan organisme air lainnya karena kadar
oksigen yang terlarut dalam air akan turun bersamaan dengan kenaikan suhu.
Sedangkan di pihak lain setiap kehidupan memerlukan oksigen untuk bernafas.
Proses turunnya kadar oksigen yang terlarut dalam air berasal dari udara yang
lambat berdifusi ke dalam air. Penyebab utama kejadian ini adalah tingginya
kenaikan suhu air yang mengakibatkan semakin sedikit oksigen yang terlarut di
dalamnya.
d. Berat jenis
Berat jenis yaitu massa per volume (kg/m3). Berat jenis penting sebagai
karakteristk fisik karena akan mempengaruhi struktur/lapisan dari air buangan
tersebut (komposisi). Jika perbedaannya hanya sedikit dengan berat jenis air maka
secara esensial tidak terlalu berpengaruh.
e. Warna
Degradasi bahan buangan industri dapat pula menyebabkan terjadinya
perubahan warna air. Tingkat pencemaran air tidak mutlak harus tergantung pada
warna air, karena bahan buangan industri yang memberikan warna belum tentu lebih
berbahaya dari bahan buangan industri yang tidak memberikan warna. Seringkali
zat-zat yang beracun justru terdapat di dalam bahan buangan industri yang tidak
mengakibatkan perubahan warna pada air sehingga air tetap tampak jernih. makin
hitam warna air buangan mengindikasikan kualitas air buangan tersebut rendah.
f. Kekeruhan
Kekeruhan merupakan ukuran dengan menggunakan cahaya untuk
mengindikasikan kualitas air terutama pada kandungan materi tersuspensi atau
koloid. Kekeruhan di dalam air disebabkan oleh adanya zat tersuspensi, seperti
lempung, lumpur, zat organik, plankton dan zat-zat halus lainnya. kekeruhan
merupakan sifat optis dari suatu larutan, yaitu hamburan dan absorpsi cahaya yang
melaluinya. Hal ini tidak dapat dihubungkan secara langsung antara kekeruhan
dengan kadar semua jenis zat suspensi, karena tergantung juga kepada ukuran dan
bentuk butir. Secara umum tidak ada hubungan mendasar antara kekeruhan dengan
konsentrasi suspended solid dalam air buangan yang tidak diolah (Metcalf & Eddy,
2003 ).
2.3.2. Parameter Kimia
Menurut Metcalf & Eddy (2003), parameter kimia terdiri dari komponen organik
dan anorganik.
a. Organik
Terdiri dari zat organik, protein, karbohidrat, lemak dan minyak, surfaktan,
komponen volatil organik, dan pestisida.
b. Anorganik
Terdiri dari pH, klor, alkalinitas, nitrogen, fosfat, komponen inorganik toksik,
dan gas.
2.3.3. Parameter Biologi
Menurut Metcalf & Eddy (2003), mikroorganisme utama yang dijumpai pada
pengolahan air buangan adalah bakteri, jamur, algae, protozoa, dan virus.
Tabel 2.1 Karakteristik Air Buangan Domestik
Konsentrasi
Kontaminan Satuan
Maksimum Rata-Rata Minimum
Padatan total
mg/l 1200 720 350
(TS)
Padatan terlarut
mg/l 850 500 250
total (TDS)
Padatan
tersuspensi total mg/l 350 220 100
(TSS)
BOD mg/l 400 220 110
COD mg/l 1000 500 250
Nitrogen mg/l 85 40 20
Fosfor mg/l 15 8 4
Klorida mg/l 100 50 30
Sulfat mg/l 50 30 20
Lemak mg/l 150 100 50
Total Coliform 107 - 109 107 – 109 106 – 107
Sumber : Metcalf & Eddy, 2003
Dari tabel tersebut, nilai yang paling sering digunakan yaitu 220 mg/l untuk
BOD, 500 mg/l untuk COD dan 220 mg/l untuk TSS. Analisis yang dilakukan terhadap
air buangan menggunakan dasar 2 peraturan baku mutu air buangan golongan B, yaitu:
1. Perda Jateng No. 10 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi
Kegiatan Industri.
2. Keputusan MenLH no. 51 Tahun 1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi
Kegiatan Industri.
3. Peraturan Pemerintah no. 82 tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
mikroba dan prose salami lainnya (Hesket dan Bartholomew, 2001 dalam
Herumurti, 2005). Constructed wetland adalah pengolahan limbah secara alami yang
terdiri atas tiga faktor utama:
a. Area yang digenangi air dan mendukung hidupnya aquatic plant jenis
hydrophyta
b. Media tumbuh berupa tanah yang selalu digenangi air
c. Media jenuh air
(Sugiharto, 1987).
3. Pengolahan Ketiga ( Tertiary Treatment )
Pengolahan ketiga adalah proses pengolahan yang digunakan untuk memproses
sludge yang dihasilkan pada pengolahan kedua. Pengolahan ketiga diperlukan
karena sludge terjadi tidak dapat dibuang begitu saja tanpa dilakukan pengolahan
karena masih mengandung kontaminan yang merugikan. Proses pengolahan
terhadap sludge tersebut antara lain:
a. Sludge Thickening, berfungsi untuk meningkatkan kandungan solid dalam
lumpur dengan cara memisahkan sebagian cairan yang terdapat dalam lumpur.
Akibat gravitasi, solid yang terkandung dalam lumpur akan masuk ke dalam bak
thickener akan mengendap dan melekat serta membentuk zona pengendapan dan
zona pemekat atau pengental ( thickening ). Supernatant hasil pengolahan ini
dikembalikan ke reaktor untuk diproses kembali.
b. Sludge Digestion, dilakukan untuk menstabilkan lumpur dengan proses
anaerobik.
c. Sludge Drying Bed, berfungsi untuk mengeringkan lumpur dari digester, paling
banyak diterapkan karena investasinya murah dan tidak menuntut pengontrolan
ekstra.
d. Conditioning, merupakan proses untuk mempertinggi penghilangan air dari
lumpur dan juga berguna untuk menghilangkan bau, mengubah sifat lumpur.
e. Incineration dan Wet Oxidation, digunakan untuk mengurangi kandungan
organik dan mengurangi volume lumpur, cara ini mampu mengurangi lumpur
sehingga menjadi sangat sedikit dan mudah membuangnya.
f. Final Sludge dan Ash Disposal, hasil akhir dari pengolahan lumpur dapat berupa
lumpur kering, tanah atau bau. Hasil tersebut diharapkan sudah aman untuk
dibuang dan dimanfaatkan.
4. Pengolahan lanjutan (Advanced Treatment)
Kadangkala konsentrasi efluen yang dihasilkan dari proses secondary treatment
masih belum dapat memenuhi yang diharapkan. Hal ini sering terjadi bila efluen
yang dibuang debitnya lebih besar dari badan air penerima, oleh karena itu
dilakukan perlakuan tambahan. Perlakuan tambahan merupakan pengolahan lebih
lanjut yang dimaksudkan untuk menghilangkan kadar zat tertentu seperti nitrogen
dan fosfor serta senyawa lainnya.
(Sugiharto, 1987)
2.4.2 Pengolahan menurut sifatnya
1. Pengolahan Fisik
Merupakan operasi yang digunakan dalam pengolahan air buangan,
dimana perubahan dilakukan melalui penggunaan gaya fisika atau mekanisme
fisis. Metode ini digunakan untuk menghilangkan zat padat kasar dan terapung
di dalam limbah. Unit-unit pengolahannya, meliputi :
- Screening Chamber
- Grit Chamber
- Sedimentasi
- Comminutor
2. Pengolahan Kimia
Merupakan operasi yang digunakan dalam pengolahan air buangan untuk
menghilangkan atau mengubah kontaminan dengan penambahan bahan kimia.
Metode ini digunakan untuk menghilangkan partikel tersuspensi dan koloidal.
Unit-unit pengolahannya, meliputi :
- Chemical precipitation
- Gas transfer
- Absorbsi
- Ion exchange
- Desinfeksi, dll
3. Pengolahan Biologis
- Ammonia
Nutrien: - Nitrifikasi, denitrifikasi
stripping
a. Nitrogen - Land treatment
4 - Suspended-growth
- Khlorinasi
- Fixed film
- Ion exchange
b. Phosphor - Penambahan garam
-Koagulasi,
- Pemisahan biokimia
sedimentasi
Organik yang sukar - Carbon adsorbsi - Land
5
diuraikan - Tertiery ozonisasi treatment
6 Logam berat - Presipitasi kimia - Ion exchange
- Ion exchange -
7 Zat organic terlarut
- Reverse osmosis Elektrodialisis
Sumber : Metcalf & Eddy, Inc., 2003
TAR
pomp
a
Gambar 2.2 TAR Off-Line
2.5.7 Bak Pengendap Pertama
Bak pengendap pertama berfungsi untuk mengurangi partikel padat
dalam air buangan dengan cara mengendapkan pada suatu tangki selama waktu
tertentu sehingga terendapkan sekaligus mengurangi kekeruhan dan beban
organik.
Lumpur yang dihasilkan dari bak pengendap I akan diolah lebih lanjut pada
proses penanganan lumpur, sehingga volume lumpur dapat diperkecil. Sedang fluida
atau supernatannya keluar melalui sistem pelimpah yang ditampung pada saluran
penampung/gullet menuju ke unit pengolahan biologi.
Faktor penentu untuk mendesain Bak Pengendap Pertama adalah:
1. overflow rate
2. kedalaman tangki
3. waktu detensi
Kriteria desain untuk bak pengendap I terlihat pada Tabel 2.8
Tabel 2.7 Kriteria Desain Bak Pengendap I
No Parameter Simbol Satuan Besaran
1 Waktu detensi Td Jam 1–2
2 Overflow rate Vo m3/m2 hari 30 – 50
3 Beban pelimpah m3/m2 hari 124 – 370
4 Kedalamam D M 3–6
Sumber : Syed R. Qasim, 1999
Kolam Reaerasi
(Stabilisasi) Lumpur Buangan
Lumpur
Titik Alternatif Kembali
Buangan Lumpur