Sie sind auf Seite 1von 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam
leher rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina.
Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. 90% dari kanker serviks
berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar
penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim. [4] Karsinoma
serviks biasanya timbul pada zona transisional yang terletak antara epitel sel skuamosa
dan epitel sel kolumnar.

Hingga saat ini kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak akibat
penyakit kanker di negara berkembang. Sesungguhnya penyakit ini dapat dicegah bila
program skrining sitologi dan pelayanan kesehatan diperbaiki. Diperkirakan setiap tahun
dijumpai sekitar 500.000 penderita baru di seluruh dunia dan umumnya terjadi di negara
berkembang.

Penyakit ini berawal dari infeksi virus yang merangsang perubahan perilaku sel
epitel serviks. Pada saat ini sedang dilakukan penelitian vaksinasi sebagai upaya
pencegahan dan terapi utama penyakit ini di masa mendatang.

Risiko terinfeksi virus HPV dan beberapa kondisi lain seperti perilaku seksual,
kontrasepsi, atau merokok akan mempromosi terjadinya kanker serviks. Mekanisme
timbulnya kanker serviks ini merupakan suatu proses yang kompleks dan sangat variasi
hingga sulit untuk dipahami.

Insiden dan mortalitas kanker serviks di dunia menempati urutan kedua setelah
kanker payudara. sementara itu, di negara berkembang masih menempati urutan pertama
sebagai penyebab kematian akibat kanker pada usia reproduktif. Hampir 80% kasus
berada di negara berkembang. Sebelum tahun 1930, kanker servik merupakan penyebab
utama kematian wanita dan kasusnya turun secara drastik semenjak diperkenalkannya
teknik skrining pap smear oleh Papanikolau. Namun, sayang hingga kini program
skrining belum lagi memasyarakat di negara berkembang, hingga mudah dimengerti
mengapa insiden kanker serviks masih tetap tinggi.
Hal terpenting menghadapi penderita kanker serviks adalah menegakkan diagnosis
sedini mungkin dan memberikan terapi yang efektif sekaligus prediksi prognosisnya.
Hingga saat ini pilihan terapi masih terbatas pada operasi, radiasi dan kemoterapi, atau
kombinasi dari beberapa modalitas terapi ini. Namun, tentu saja terapi ini masih berupa
“simptomatis” karena masih belum menyentuh dasar penyebab kanker yaitu adanya
perubahan perilaku sel. Terapi yang lebih mendasar atau imunoterapi masih dalam tahap
penelitian.

Saat ini pilihan terapi sangat tergantung pada luasnya penyebaran penyakit secara
anatomis dan senantiasa berubah seiring dengan kemajuan teknologi kedokteran.
Penentuan pilihan terapi dan prediksi prognosisnya atau untuk membandingkan tingkat
keberhasilan terapi baru harus berdasarkan pada perluasan penyakit. Secara universal
disetujui penentuan luasnya penyebaran penyakit melalui sistem stadium.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang sebelumnya, maka dapat dirumuskan beberapa


permasalahan sebagai berikut :

1. apa yang dimaksud kanker servik ?


2. apa sajakah klasifikasi kanker servik dan etiologi kanker servik ?
3. bagaimana patofisiologi kanker servik dan WOCnya ?
4. apa sajakah komplikasi dari kanker servik dan bagaimana penatalaksanaan
medisnya ?
5. bagaiman pembuatan diagnosa banding dan ASKEP (asuhan keperawatan)
kanker servik ?

1.3. Tujuan penulisan

Mampu memahami dan menjelaskan apa itu kanker servik, klasifikkasi dan
etiologi dari kanker servik, patosiologi dan woc dari kanker servik, komplikasi dari
kanker servik dan penatalaksaan medisnya, dan bisa membuat diagnosa banding dan
askep (asuhan keperawatan).
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian kanker servik

Kanker leher rahim (serviks) atau karsinoma serviks uterus merupakan kanker
pembunuh wanita nomor dua di dunia setelah kanker payudara. Di Indonesia, kanker
leher rahim bahkan menduduki peringkat pertama. Kanker serviks yang sudah masuk ke
stadium lanjut sering menyebabkan kematian dalam jangka waktu relatif cepat.

Kanker serviks uterus adalah keganasan yang paling sering ditemukan dikalangan
wanita. Penyakit ini merupakan proses perubahan dari suatu epithelium yang normal
sampai menjadi Ca invasive yang memberikan gejala dan merupakan proses yang
perlahan-lahan dan mengambil waktu bertahun-tahun.

Serviks atau leher rahim/mulut rahim merupakan bagian ujung bawah rahim yang
menonjol ke liang sanggama (vagina). Kanker serviks berkembang secara bertahap, tetapi
progresif. Proses terjadinya kanker ini dimulai dengan sel yang mengalami mutasi lalu
berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia.
Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat, dan akhirnya menjadi
karsinoma in-situ (KIS), kemudian berkembang lagi menjadi karsinoma invasif. Tingkat
displasia dan KIS dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker. Dari displasia menjadi
karsinoma in-situ diperlukan waktu 1-7 tahun, sedangkan karsinoma in-situ menjadi
karsinoma invasif berkisar 3-20 tahun.

Kanker ini 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) onkogenik,
yang menyerang leher rahim. Berawal terjadi pada leher rahim, apabila telah memasuki
tahap lanjut, kanker ini bisa menyebar ke organ-organ lain di seluruh tubuh penderita.

2.2 Klasifikasi Kanker Serviks

Jenis histopatologik kanker serviks menurut WHO :


Epithelial
Karsinoma sel skuamosa Keratin
Nonkeratin
Kondilomatosa
Veruka
Papilaria
Lymphoepithelioma – like carcinoma
Adenokarsinoma Adenokarsinoma musinosum
Adenokarsinoma endometoid
Adenokarsinoma sel jernih
Adenokarsinoma serosum
Adenokarsinoma mesonefroid
Karsinoma Glassy cell carcinoma
adenoskuamosa Karsinoma kistik adenoid
Karsinoma basal adenoid
Karsinoid tumor
Karsinoma sel kecil
Karsinoma undifferentiated

Mesenkimal
Sarkoma Stroma endoserviks
Sarkoma botryoides
Sarkoma Stroma endometroid
Alveolar soft-part sarcoma
Leiomiosarkom

Dalam sistem AJCC ( American Joint Committee on Cancer ), stadium


menggunakan angka Romawi 0 s/d IV (0-4). Secara umum, angka yang lebih rendah
menunjukkan semakin kecil kemungkinan kanker telah menyebar. Angka yang lebih
tinggi, seperti stadium IV (4) menunjukkan kanker yang lebih serius.

Stadium 0 (Carsinoma in Situ): Sel-sel kanker serviks hanya ditemukan di


lapisan terdalam leher rahim
Stadium I: kanker ditemukan pada leher rahim saja.
Stadium II: kanker telah menyebar di luar leher rahim tetapi tidak ke dinding
panggul atau sepertiga bagian bawah vagina.
Stadium III: kanker serviks telah menyebar ke sepertiga bagian bawah vagina,
mungkin telah menyebar ke dinding panggul, dan/atau telah menyebabkan
ginjal tidak berfungsi
Stadium IV: kanker serviks telah menyebar ke kandung kemih, rektum, atau
bagian lain dari tubuh (paru-paru, tulang, liver, dll).
FIGO Deskripsi TNM
Tumor primer tidak dapat diakses Tx
Tidak ada bukti tumor primer T0
0 Karsinoma In Situ ( KIS) T is
I Karsinoma terbatas serviks T1

Ia Karsinoma hanya dapat didiagnosis secara mikroskopik T1a


I a1 Invasi stroma dalamnya <3 mm dan lebarnya < 7 mm T1
a1
I a2 Invasi stroma dalamnya 3-5 mm dan lebarnya < 7 mm T1
a2
I b1 Secara klinis lesi < 4 cm T1
b1
I b2 Secara klinis lesi > 4 cm T1
b2
II Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar 2/3 T 2
bagian atas vagina dan parametrium, tetapi tidak sampai
dinding panggul
II a Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas T 2a
dari infitrat tumor
II b Penyebaran ke parametrum T 2b
III Tumor menginvasi sampai dinding pelvis dan atau T3
menginfiltrasi dampai 1/3 distal vagina dan atau
menyebabkan hidronefrosis atau gagal ginjal
III a Penyebaran sampai 1/3 bagian distal vagina T 3a
III b Penyebaran sudah sampai dinding panggul, T 3b
IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan T4
melibatkan mokusa rektum dan atau vesika urinaria atau
telah bermetastasi keluar panggul ketempat yang jauh
IV a Proses sudah sampai mukosa rektum dan atau vesika T 4a
urinaria atau sudah keluar dari pangul kecil, metastasi jauh
belum terjadi
IV b Telah terjadi metastasi jauh T 4b
1
Tabel 1. Staging Karsinoma Serviks Menurut FIGO
Sumber gambar: Camisao CC dkk, Radiol Brasil 40(3), Sao Paulo, May-June 2007

2.1 Etiologi kanker servik


o HPV (human papillomavirus)
HPV adalah virus penyebab kutil genitalis (kondiloma akuminata) yang
ditularkan melalui hubungan seksual Hingga saat ini Human Papilloma Virus
(HPV) merupakan penyebab 99,7% kanker serviks. Virus papilloma ini berukuran
kecil, diameter virus kurang lebih 55 nm. Terdapat lebih dari 100 tipe HPV, HPV
tipe 16, 18, 31, 33, 35, 45, 51, 52, 56 dan 58 sering ditemukan pada kanker
maupun lesi pra kanker serviks. HPV tipe 16 dan 18 merupakan 70 % penyebab
kanker serviks.
Sebenarnya sebagian besar virus HPV akan menghilang sendiri karena ada
system kekebalan tubuh alami, tetapi ada sebagian yang tidak menghilang dan
menetap. HPV yang menetap inilah yang menyebabkan perubahan sel leher rahim
menjadi kanker serviks. Perjalanan kanker serviks dari infeksi HPV, tahap pre
kanker hingga menjadi kanker serviks memakan waktu 10 - 20 thn.
o Merokok
Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan tubuh
untuk melawan infeksi HPV pada serviks. Wanita perokok mengandung
konsentrat nikotin dan kotinin didalam serviks mereka yang merusak sel. Laki-
laki perokok juga terdapat konsetrat bahan ini pada sekret genitalnya, dan dapat
memenuhi servik selama intercourse.
o Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini
o Berganti-ganti pasangan seksual
o Suami/pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia di
bawah 18 tahun, berganti-ganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang
menderita kanker serviks
o Pemakaian DES (dietilstilbestrol) pada wanita hamil untuk mencegah keguguran
(banyak digunakan pada tahun 1940-1970)
o Gangguan sistem kekebalan
o Pemakaian pil KB
o Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun
o Golongan ekonomi lemah (karena tidak mampu melakukan Pap smear secara
rutin).
Defisiensi beberapa nutrisional dapat juga menyebabkan servikal
displasia.National Cancer Institute merekomendasikan bahwa wanita sebaiknya
mengkonsumsi lima kali buah-buahan segar dan sayuran setiap hari. Jika anda tidak dapat
melakukan ini, pertimbangkan konsumsi multivitamin dengan antioksidan seperti vitamin
E atau beta karoten setiap hari.

2.3 Patofisiologi kanker servik


Karsinoma serviks adalah penyakit yang progresif, mulai dengan intraepitel,
berubah menjadi neoplastik, dan akhirnya menjadi kanker serviks setelah 10 tahun atau
lebih. Secara histopatologi lesi pre invasif biasanya berkembang melalui beberapa
stadium displasia (ringan, sedang dan berat) menjadi karsinoma insitu dan akhirnya
invasif. Berdasarkan karsinogenesis umum, proses perubahan menjadi kanker diakibatkan
oleh adanya mutasi gen pengendali siklus sel. Gen pengendali tersebut adalah onkogen,
tumor supresor gene, dan repair genes. Onkogen dan tumor supresor gen mempunyai efek
yang berlawanan dalam karsinogenesis, dimana onkogen memperantarai timbulnya
transformasi maligna, sedangkan tumor supresor gen akan menghambat perkembangan
tumor yang diatur oleh gen yang terlibat dalam pertumbuhan sel. Meskipun kanker
invasive berkembang melalui perubahan intraepitel, tidak semua perubahan ini progres
menjadi invasif. Lesi preinvasif akan mengalami regresi secara spontan sebanyak 3 -35%.
Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi yang
tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS) berkisar
antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu menjadi
invasif adalah 3 – 20 tahun (TIM FKUI, 1992). Proses perkembangan kanker serviks
berlangsung lambat, diawali adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi
progresif. Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat
misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan
keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun perkembangan tersebut
menjadi bentuk preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma serviks dengan
adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka,
pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas
ke forniks, jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum
dan atau vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel
basal zona transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan gen
pada molekul vital yang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta
kontrol pertumbuhan sel normal sehingga terjadi keganasan (Suryohudoyo, 1998; Debbie,
1998). Berbagai jenis protein diekspresikan oleh HPV yang pada dasarnya merupakan
pendukung siklus hidup alami virus tersebut. Protein tersebut adalah E1, E2, E4, E5, E6,
dan E7 yang merupakan segmen open reading frame (ORF). Di tingkat seluler, infeksi
HPV pada fase laten bersifat epigenetic.
Pada infeksi fase laten, terjadi terjadi ekspresi E1 dan E2 yang
menstimulus ekspresi terutama terutama L1 selain L2 yang berfungsi pada replikasi dan
perakitan virus baru. Virus baru tersebut menginfeksi kembali sel epitel serviks. Di
samping itu, pada infeksi fase laten ini muncul reaksi imun tipe lambat dengan
terbentuknya antibodi E1 dan E2 yang mengakibatkan penurunan ekspresi E1 dan E2.
Penurunan ekspresi E1 dan E2 dan jumlah HPV lebih dari ± 50.000 virion per sel dapat
mendorong terjadinya integrasi antara DNA virus dengan DNA sel penjamu untuk
kemudian infeksi HPV memasuki fase aktif (Djoerban, 2000). Ekspresi E1 dan E2 rendah
hilang pada pos integrasi ini menstimulus ekspresi onkoprotein E6 dan E7. Selain itu,
dalam karsinogenesis kanker serviks terinfeksi HPV, protein 53 (p53) sebagai supresor
tumor diduga paling banyak berperan. Fungsi p53 wild type sebagai negative control cell
cycle dan guardian of genom mengalami degradasi karena membentuk kompleks p53-E6
atau mutasi p53. Kompleks p53-E6 dan p53 mutan adalah stabil, sedangkan p53 wild type
adalah labil dan hanya bertahan 20-30 menit.

Apabila terjadi degradasi fungsi p53 maka proses karsinogenesis berjalan tanpa
kontrol oleh p53. Oleh karena itu, p53 juga dapat dipakai sebagai indikator prognosis
molekuler untuk menilai baik perkembangan lesi pre-kanker maupun keberhasilan terapi
kanker serviks (Kaufman et al, 2000). Dengan demikian dapatlah diasumsikan bahwa
pada kanker serviks terinfeksi HPV terjadi peningkatan kompleks p53-E6. Dengan
pernyataan lain, terjadi penurunan p53 pada kanker serviks terinfeksi HPV. Dan,
seharusnya p53 dapat dipakai indikator molekuler untuk menentukan prognosis kanker
serviks. Bila pembuluh limfe terkena invasi, kanker dapat menyebar ke pembuluh getah
bening pada servikal dan parametria, kelenjar getah bening obtupator, iliaka eksterna dan
kelenjar getah bening hipogastrika. Dari sini tumor menyebar ke kelenjar getah bening
iliaka komunis dan pada aorta. Secara hematogen, tempat penyebaran terutama adalah
paru-paru, kelenjar getah bening mediastinum dan supravesikuler, tulang, hepar, empedu,
pankreas dan otak (Prayetni, 1997).

2.4 Manifestasi Klinik pada Kanker Serviks

Tanda – tanda dini kanker serviks kebanyakan tidak menimbulkan gejala. Akan tetapi
dalam perjalanannya akan menimbulkan gejala seperti :
1. Keputihan yang mekin lama maik berbau akibat nekrosis jaringan
2. Perdarahan yang terjadi di luar senggama (tingkat II dan III)
3. Perdarahan yang dialami segera setelah senggama (75 – 80 %)
4. Perdarahan spontan saat defekasi
5. Perdarahan spontan pervaginam

Pada tahap lanjut keluhan berupa : (Sarwono)


1. Cairan pervaginam yang berbau busuk
2. Nyeri panggul
3. Nyeri pinggang dan pinggul
4. Sering berkemih
5. Buang air kecil atau buang air besar yang sakit
6. Gejala penyakit yang reditif (nyeri pinggang, edema kaki unilateral, dan
obstruktsi ureter)
7. Anemi akibat perdarahan berulang
8. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf

Pemeriksaan penunjang
1. Sitologi/Pap Smear
2. Schillentest
3. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat dan di besarkan 10 – 40 kali
4. Kolpomikroskopi
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali
5. Biopsi : dengan biopsi dapat ditemukan atau di tentukan jenis karsinomanya
6. Konisasi : koisasi di lakukan bila hasil sitologi meragukan
7. Pemeriksaan foto paru – paru dan CT-Scane hanya dilakukan atas indikasi dari
pemeriksaan klinis atau gejala yang timbul.
Penatalaksanaan
Terapi kanker serviks dilakukan bila diagnosis telah dipastikan secara histologik dan
sesudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim yang sanggup melakukan
rehabilitasi dan pengamatan lanjutan (tim onkologi). Pemulihan penyakit, usia, keadaan
umum penderita, dan rencana penderita untuk hamil lagi. Lesi tingkat rendah biasanya
tudak memerlukan pengobatan lebih lanjut, terutama jika daerah yang abnormal
seluruhnya telah diangkat pada waktu pemeriksaan biopsi. Pengobatan pada lesi
prekanker bisa berupa kriosurgeri (pembekuan), kauterisasi (pembakaran, juga disebut
diatermi), pembedahan laser untuk menghancurkan sel – sel yang banormal tanpa melukai
jaringan yang sehat di sekitarnya dan LEEP (Loop Electerosurgical Excision Procedure)
atau konisasi. (Winkjosastro, H)

2.5 Komplikasi kanker servik

Komplikasi dari kanker serviks dapat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Sebagai efek samping pengobatan


b. Akibat dari kanker serviks stadium lanjut

Di bawah ini akan diuraikan dari masing masing efek samping tersebut.

Efek Samping Pengobatan

Secara fisik :

 Mual dan muntah

Waktu terjadinya mual dan muntah yaitu pada saat selama pemberian kemoterapi,
setengah sampai 2 jam setelah pemberian kemoterapi dan bahkan mual dan
muntah dapat terjadi sehari setelah pemberian kemoterapi. Frekuensi terjadinya
mual dan muntah meliputi hilang timbul dan terus menerus. Menurut Gralla,
Grunberg dan Messner (2008), mual dan muntah akut terjadi pada 24 jam pertama
setelah kemoterapi sedangkan mual dan muntah yang terlambat merupakan efek
samping yang terjadi sehari setelah kemoterapi atau bahkan beberapa hari setelah
kemoterapi. Pasien sering tidak mengetahui bahwa hal tersebut adalah efek
samping dari kemoterapi.Faktor pemicu rasa mual dan muntah meliputi aroma
masakan dari Rumah Sakit, makanan yang berminyak, makanan yang berlemak,
makanan dan minuman yang manis, bau yang menyengat, makanan dengan tekstur
yang basah, makanan yang berbau amis. Menurut Hawkins & Grunberg (2009),
mual dan muntah dapat dipicu oleh selera, bau, pikiran dan kecemasan terkait
dengan kemoterapi.
 Menopause Dini

Jika ovarium mengalami pembedahan, atau jika rusak selama pengobatan dengan
radioterapi, maka akan memicu menopause dini. Kebanyakan wanita mengalami
menopause di awal usia lima puluhan.Menopause terjadi ketika ovarium berhenti
memproduksi hormon, estrogen dan progesteron. Hal ini bisa diatasi dengan
memberikan obat yang merangsang produksi estrogen dan progesteron. Perawatan
ini dikenal sebagai terapi penggantian hormon (HRT).

 Penyempitan vagina

Radioterapi untuk mengobati kanker serviks sering dapat menyebabkan


vagina menjadi lebih sempit. Hal ini dapat membuat hubungan seks menyakitkan
atau sulit. Ada dua pilihan pengobatan utama jika pasien mengalami vagina
menyempit. Yang pertama adalah untuk mengoleskan krim hormon ke vagina
pasien. Ini dapat meningkatkan kelembaban di dalam vagina pasien dan membuat
hubungan seks lebih mudah.
Yang kedua adalah untuk menggunakan dilator vagina, yang merupakan
perangkat berbentuk tampon yang terbuat dari plastik. Pasien memasukkannya ke
dalam vagina dan dirancang untuk membantu membuat vagina lebih kenyal. Pasien
biasanya dianjurkan untuk memasukkan dilator selamalima sampai 10 menit pada
waktu siang hari secara teratur selama enam sampai 12 bulan.

 Limfedema

Jika kelenjar getah bening di panggul diangakat/dioperasi, kadang-kadang


dapat mengganggu kerja normal dari sistem limfati. Salah satu fungsi dari sistem
limfatik adalah untuk membuang cairan yang berlebihan dari jaringan tubuh.
Kehilangan kelenjar getah bening menyebabkan penumpukan cairan dalam
jaringan. Hal ini dapat menyebabkan bagian-bagian tubuh tertentu menjadi
bengkak, biasanya pada lengan dan kaki.

Secara psikologi :

 Perubahan peran
Penderitaan yang dialami oleh perempuan dengankanker serviks menyebabkan
mereka tidak mampumenjalankan perannya dalam rumah tangga. Peransebagai
ibu, istri, dan pengurus rumah tangga tidakdapat dilakukan secara maksimal

“Ya itu... sekarang bapaknya yang mengerjar-kan semuanya di rumah ngepel,


nyapu, cuci,,saya sih ngga saya kan badannya gak enakjadi perlu istirahat.. saya
suka kasian sayasuami saya tapi mau gimana lagi... anak-anakjuga jadi ga saya
urus yang ngurus sekarangneneknya karena kan saya musti berobat diJakarta. Ini
anak-anak saya kan di Lampungsana...” kasihan mereka udah lama saya
tinggalkan...”(P5).

“..... Selama sakit saya selama 2 (dua) tahunsaya sudah tidak pernah hubungan
lagi se-benarnya kan kalo udah selesai pengobatankatanya boleh tapi saya
enggak.. saya udahcoba tawarin ke bapaknya tapi dia gak mau,mungkin karena
kasihan ya sama saya.. sayajuga dah suruh dia kawin lagi tapi gak mau juga...”
(P6).
Dukungan Sosial yang Diperoleh Perempuandengan Kanker ServiksDukungan
dari orang-orang sekitar penderita kankerserviks adalah hal yang sangat penting.
Dukung-an sosial yang didapatkan dapat meningkatkansemangat untuk terus
bertahan. Dukungan emosional,finansial, spiritual, dan informasi dinyatakan
partisipan sebagai pemberi semangat untuk menjalani kehidupan.
“Kalo udah ngumpul-ngumpul ama keluargaenak tuh.... Bapaknya ngasih
dorongan, anakjuga ngasih support jadi saya bersemangatlagi, adik saya juga suka
ngebel nanyain keadaan saya dan ngasih dorongan buat saya...”(P3).
“Temen-temen kerja saya dulu di garmentuh sus, mereka masih pada
menyisihkanuang buat ngasih sumbangan buat saya...saya jadi terharu mereka
begitu perhatian samasaya ...”(P4).
“Keluarga dan tetangga saya datang dan padangedoain.” (P1)

 Ideal diri
Makna hidup seseorang akan tampak dari tujuanhidup yang dijadikan
semangat untuk bertah dalam penderitaannya. Pada penelitian ini diketahuibahwa
alasan perempuan dengan kanker serviks tetapbertahan dengan penderitaannya
adalah tanggungjawab, membalas budi kebaikan suami, serta menjagahubungan
sosial dengan orang lain.Ketiga alasan tersebut menjadikan perempuan harustetap
kuat untuk menjalani kehidupan dengan kankerserviks dan menghadapi segala
permasalahan yangdialaminya akibat kanker serviks.
“Saya kan udah lima bulan dirawat disini anak-anak saya kan ditinggal
di Lampung jadi selamaini saya tidak pernah ketemu mereka makanyasaya
pokoknya mau rajin kemo mau rajin disinarbiar cepet sembuh biar urusan disini
selesai,soalnya saya kan harus ngurus anak-anak saya “Saya suka kasian melihat
suami saya seperti-nya dia cape sekali mengurus segala keperluan saya sampai dia
harus meninggalkan perkerjaannya (sambil menangis) makanya kalonanti saya
sudah sembuh saya mau mengurussuami saya ingin membalas budi...”(P4).“
Saya pengen kumpul lagi dengan teman-teman di pengajian kan enak
tuh sekalian saya bisa beramal.” (P3).
Nilai Kanker Serviks bagi Penderitanya
Setiap manusia akan memberikan nilai yang berbedaterhadap suatu
peristiwa. Kanker serviks dinilai olehpenderitanya sebagai ujian, hukuman,
penghapusdosa, teguran, dan nikmat.“Saya menganggap ini sebagai ujian di saat
msaya lagi enak-enaknya beribadah karena kansaya sudah menopause tuh...tiba-
tiba geleteksaya jadi begini.” (P3).
“Kayaknya kalo sakit itu kan bisa mengurangidosa-dosa kita yang udah-
udah mudah-mudahan deh dengan sakit ini kita diampuni dosa-dosayang lalu...
namanya manusia kan punya banyakdosa apa aja seumur hidup..” (P2).“
Mungkin saya begini adalah hukuman atasdosa-dosa yang telah saya
lakukan dulu, ya dosaapa aja.” (P5).
“Sakit ini mungkin teguran buat saya, saya kandulu kalo sholat sering
lupa-lupa, saya capenya nyari duit makanya Alloh ngasih penyakitini biar sayanya
sadar.” (P1)
.“Saya bersyukur saya sudah diberikan nikmatsehat selama 47 tahun dan
pada saat ini sayasedang diberikan nikmat sakit ...” (P4).

Secara situsional :

 Isolasi sosial
Perubahan kondisi fisik yang diceritakan olehbeberapa partisipan
menyebabkan mereka menarikdiri dalam berhubungan dengan orang lain maupun
sekitarnya. Kelemahan, keletihan, dan banyaknya darah yang keluar menjadikan
partisipan mengurangi hubungan dengan orang lain.
“Badan saya jadinya sering lemes karenasering banyak darah keluar.... kan
terus sayaudah ga bisa kerja lagi.... saya memang gabisa kan kalo keadaan begini
jalan-jalanatau main-main untuk menemui mereka....”(P2).
“Kalo saya ketemu orang-orang malah sayasuka gak enak denger omongan
mereka yangmacem-macem jadinya malah tambah ngecilin hati mendingan saya
tinggal di rumah....”(P3).
“Keadaan saya kan begini suster.... sayapunya buntut istilahnya... kayak
gini malahsaya jadi gak enak hati... takut mereka padacium bau saya yang tidak
enak ini....” (P4).

Kanker serviks merupakan penyakit yang memilikistigma negatif dalam


masyarakat. Masyarakat menilai bahwa penyakit kanker adalah penyakit yang
mematikan dan berbahaya
“Orang-orang bilang penyakit ini susah diobati, ganas, dan bikin cepet
mati kalo udahbegitu saya jadi suka putus asa.”(P2).
“Kata orang sakit beginian sakit yang membahayakan, serem ... jadi
ngecilin hati.”(P3)

 Keputihan yang bau


Dalam klinis penderita kanker serviks mengalami peningkatan sekresi
vagina sekitar 75%-85% dengan berbagai tingkatan. Yang sering muncul
peningkatan keputihan dengan perubahan bau dan warna. Kanker serviks
dikarenakan rangsangan dari lesi kanker, fungsi sekretori dari kelenjar serviks
meningkat, menimbulkan keputihan seperti lendir. Keputihan abnormal semacam
ini, termasuk jumlah yang meningkat dan perubahan karakteristik, merupakan
gejala dini kanker serviks.

 Keputihan ada dua macam, yaitu normal dan tidak normal. Keputihan
normal jika lendir berwarna bening, tidak berbau, dan tidak gatal.
 Keputihan tidak normal jika keluarnya cairan dalam jumlah banyak,
Cairan berubah menjadi kental, Berbau tidak sedap, Berwarna tidak
normal (kekuning-kuningan, kehijauan, kecoklatan), Timbul rasa
panas dan gatal pada area kewanitaan.

 Dampak Emosional

Dampak emosional hidup dengan kanker serviks dapat meningkat


signifikan. Banyak orang melaporkan mengalami efek roller-coaster.

Seluruh partisipan dalam penelitian ini mengalamireaksi emosional dengan


diagnosis yang disampaikan.Reaksi ini merupakan bentuk respon terhadap
kehilangan yang dialami partisipan.

“Awalnya saya tidak terima kenapa saya yangharus mengalami?”(P4).


“Saya tuh kepikir begini ya.. saya sembahyangsering dan ga pernah
melakukan hal yangengga-engga kok saya dikasih penyakit sepertiini...” (P5).
“Saya sama sekali tidak kaget...saya Cumaberpikir oh ini toh penyakit
kanker yang orang-orang bilang, sudah gitu aja.” (P6).
Penderitaan terus menerus yang dirasakan oleh seseorang
mengarahkannya pada satu proses pencarian kekuatan di luar dari kekuatan
dirinya. Tuhansering dianggap sebagai pemberi kekuatan tertinggibagi
kehidupan, tetapi partisipan yang baru saja di diagnosis kanker serviks
menyatakan bingung. Berikutpenyataan partisipan:
“Penyakit ini kan datangnya dari Alloh ya kita cuma bisa pasrah
aja.”(P2).
“Kita kan menerima kalo orang Jawa bilangnerimo, itu kita ikhlas kalau
ada apa-apa kalokita ga ikhlas itu kalo kitanya takut....” (P6).
“Saya itu bingung... saya ga tahu persis penyakit saya ini sebenernya
seperti apa terusnantinya saya gimana... mungkin ngasih taunya sama anak saya
tapi saya tidak diberi tahu ...”(P1).

Akibat dari kanker servik stadium lanjut

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada kasus kanker serviks stadium lanjut, antara
lain :

Nyeri

Faktor penyebab nyeri adalah saat kecapekan dan terlalu banyak bergerak,
bagian tubuh yang mengalami nyeri yaitu di perut bagian bawah dan ada yang
menjalar ke bagian punggung belakang. Frekuensi dari nyeri yang dirasakan
beragam yaitu hilang timbul dan terus menerus.

Menurut Raphael etal (2010), orang dengan kanker melaporkan adanya rasa
sakit akibat dari kanker, pengobatan kanker dan kelemahan. Kemoterapi
danradioterapi merupakan pengobatan kanker yang dapat menyebabkan rasa
sakit terus menerus pada penderitayang selamat.

Gagal ginjal

Ginjal menghilangkan bahan limbah dari darah. Limbah dibuang keluar dari
tubuh dalam urin melalui tabung yang disebut ureter. Dalam beberapa kasus kanker
serviks stadium lanjut, tumor kanker (pertumbuhan jaringan abnormal) dapat
menekan ureter, menghalangi aliran urin keluar dari ginjal. Sehingga urin
tertampung dalam ginjal dikenal sebagai hidronefrosis dan dapat menyebabkan
ginjal menjadi bengkak dan rusak.

Bekuan darah

Kanker serviks, seperti kanker lainnya, dapat membuat darah ‘lebih lengket’
dan membuatnya lebih rentan terhadap penyumbatan. Istirahat di tempat tidur
setelah operasi dan kemoterapi juga dapat meningkatkan risiko mengalami
penggumpalan darah sehingga menyumbat aliran darah.Biasanya terjadi pada
ektermitas bawah.
Pendarahan

Jika kanker menyebar ke usus vagina atau kandung kemih, dapat


menyebabkan kerusakan yang signifikan, mengakibatkan pendarahan. Perdarahan
dapat terjadi pada vagina, rektum (bagian belakang), atau mungkin mengeluarkan
darah ketika buang air kecil.

Fistula

Fistula merupakan komplikasi yang jarang terjadi namun menyedihkan yang


terjadi di sekitar 1 dalam 50 kasus kanker serviks stadium lanjut.
Fistula adalah saluran abnormal yang berkembang antara dua bagian tubuh. Dalam
kebanyakan kasus yang melibatkan kanker serviks, fistula berkembang antara
kandung kemih dan vagina. Dan kadang-kadang fistula berkembang antara vagina
dan dubur.

Keputihan
Komplikasi lain jarang tapi menyedihkan dari kanker serviks stadium lanjut
adalah cairan berbau tidak menyenangkan dari vagina.

2.6 Penatalaksanaan medis kanker servik


Penatalaksanaan medis terbagi menjadi tiga cara yaitu: histerektomi, radiasi dan
kemoterapi. Di bawah ini adalah klasifikasi penatalaksanaan medis secara umum
berdasarkan stadium kanker serviks :
STADIUM PENATALAKSANAAN

0 Biopsi kerucut
Histerektomi transvaginal
Ia Biopsi kerucut
Histerektomi transvaginal
Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan evaluasi
Ib,IIa
kelenjar limfe paraaorta (bila terdapat metastasis dilakukan
radioterapi pasca pembedahan
IIb, III, IV
Histerektomi transvaginal
Radioterapi
IVa, IVb
Radiasi paliatif
Kemoterapi
(sumber : Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1)
1. Operasi
Operasi bertujuan untuk mengambil atau merusak kanker. Bisa menggunakan bedah
mikrografik atau laser. Tujuan utamanya untuk mengangkat keseluruhan tumor /
kanker. Pembedahan mikrografik dilaksanakan dengan bedah kimia dimana prosedur
pembedahannya mengharuskan pengangkatan tumor lapis demi lapis.
Kanker serviks dapat diobati dengan pembedahan.
 Konisasi (cone biopsy): pembuatan sayatan berbentuk kerucut pada serviks
dan kanal serviks untuk diteliti oleh ahli patologi. Digunakan untuk diagnosa
ataupun pengobatan pra-kanker serviks
 Cryosurgery: yaitu pengobatan dengan cara membekukan dan
menghancurkan jaringan abnormal (biasanya untuk stadium pra-kanker
serviks)
 Bedah laser: untuk memotong jaringan atau permukaan lesi pada kanker
serviks
 Loop electrosurgical excision procedure (LEEP): menggunakan arus listrik
yang dilewati pada kawat tipis untuk memotong jaringan abnormal kanker
serviks
 Histerektomi adalah suatu tindakan pembedahan yang bertujuan untuk
mengangkat uterus dan serviks (total) ataupun salah satunya (subtotal).
Biasanya dilakukan pada stadium klinik IA sampai IIA (klasifikasi FIGO).
Umur pasien sebaiknya sebelum menopause, atau bila keadaan umum baik,
dapat juga pada pasien yang berumur kurang dari 65 tahun. Pasien juga
harus bebas dari penyakit umum (resiko tinggi) seperti: penyakit jantung,
ginjal dan hepar.
Ada 2 histerektomi :
 Total Histerektomi: pengangkatan seluruh rahim dan serviks
 Radikal Histerektomi: pengangkatan seluruh rahim dan serviks, indung telur,
tuba falopi maupun kelenjar getah bening di dekatnya.
Stadium pra kanker ataupun kanker serviks yang kurang invasif (stadium IA)
biasanya diobati dengan histerektomi. Bila pasien masih ingin memiliki anak, metode
LEEP atau cone biopsy dapat menjadi pilihan.

Untuk stadium kanker serviks awal IB dan IIA:


 Ukuran tumor lebih kecil dari 4cm: radikal histerektomi ataupun radioterapi
dengan/tanpa kemoterapi.
 Ukuran tumor lebih besar dari 4cm: radioterapi dan kemoterapi berbasis
cisplatin, histerektomi, ataupun kemo berbasis cisplatin yang dilanjutkan
dengan histerektomiBiasanya, histerektomidilakukandengansuatuinsisi
(memotongmelaluidinding abdomen) abdominal histerektomiataulewat vagina
(vaginalishisterektomi). Perawatan di RumahSakitbiasanyalebih lama
abdominal histerektomidaripada vaginal histerektomi (4-6 hari rata-rata)
danbiayajugalebihbanyak. Prosedurinilebihmemakanwaktu (sekitar 2 jam,
kecuali uterus tersebutberukuranlebihbesarpada vaginal histerektomi
)justrulebih lama. Perludiingataturanutamasebelumdilakukantipehisterektomi,
wanitaharusmelaluibeberapa test untukmemilihprosedur optimal yang
akandigunakan :Pemeriksaanpanggullengkap (Antropometri)
termasukmengevaluasi uterus di ovarium, Pap smear terbaru, USG panggul,
tergantungpadatemuandiatas.
Beberapa hari setelah menjalani histerektomi, penderita bisa
mengalami nyeri di perut bagian bawah. Untuk mengatasinya bisa diberikan
obat pereda nyeri. Penderita juga mungkin akan mengalami kesulitan dalam
berkemih dan buang air besar. Untuk membantu pembuangan air kemih bisa
dipasang kateter. Beberapa saat setelah pembedahan, aktivitas penderita harus
dibatasi agar penyembuhan berjalan lancar. Aktivitas normal (termasuk
hubungan seksual) biasanya bisa kembali dilakukan dalam waktu 4-8 minggu.
Setelah menjalani histerektomi, penderita tidak akan mengalami menstruasi
lagi. Histerektomi biasanya tidak mempengaruhi gairah seksual dan
kemampuan untuk melakukan hubungan seksual. Tetapi banyak penderita
yang mengalami gangguan emosional setelah histerektomi. Pandangan
penderita terhadap seksualitasnya bisa berubah dan penderita merasakan
kehilangan karena dia tidak dapat hamil lagi.

2. Kemoterapi
Memberikan obat antikanker untuk membunuh sel-sel kanker. Bisa
berupa obat yang diminum, dimasukkan bersama cairan intravena, atau
injeksi. Contoh obat yang diberikan dalam kemoterapi, misalnya sitostatika.
Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat
melalui infus, tablet, atau intramuskuler. (Prayetni, 1997). Obat kemoterapi
digunakan utamanya untuk membunuh sel kanker dan menghambat
perkembangannya. Tujuan pengobatan kemoterapi tegantung pada jenis
kanker dan fasenya saat didiagnosis. Beberapa kanker mempunyai
penyembuhan yang dapat diperkirakan atau dapat sembuh dengan pengobatan
kemoterapi. Dalam hal lain, pengobatan mungkin hanya diberikan untuk
mencegah kanker yang kambuh, ini disebut pengobatan adjuvant. Dalam
beberapa kasus, kemoterapi diberikan untuk mengontrol penyakit dalam
periode waktu yang lama walaupun tidak mungkin sembuh. Jika kanker
menyebar luas dan dalam fase akhir, kemoterapi digunakan sebagai paliatif
untuk memberikan kualitas hidup yang lebih baik. Kemoterapi kombinasi
telah digunakan untuk penyakit metastase karena terapi dengan agen-agen
dosis tunggal belum memberikan keuntungan yang memuaskan. (Gale &
Charette, 2000). Contoh obat yang digunakan pada kasus kanker serviks
antara lain CAP (Cyclophopamide Adremycin Platamin), PVB (Platamin
Veble Bleomycin) dan lain - lain (Prayetni, 1997). Cara pemberian
kemoterapi:
1. Ditelan
2. Disuntikkan
3. Diinfus
Obat kemoterapi yang paling sering digunakan sebagai terapi awal /
bersama terapi radiasi pada stage IIA, IIB, IIIA, IIIB, and IVA adalah :
Cisplatin., Fluorouracil (5-FU). Sedangkan Obat kemoterapi yang paling
sering digunakan untuk kanker serviks stage IVB / recurrent adalah :
Mitomycin. Paclitaxel, Ifosfamide.Topotecan telah disetujui untuk digunakan
bersama dengan cisplastin untuk kanker serviks stage lanjut, dapat digunakan
ketika operasi / radiasi tidak dapat dilakukan atau tidak menampakkan hasil;
kanker serviks yang timbul kembali / menyebar ke organ lain.
Kemoterapi dapat digunakan sebagai :
1. Terapi utama pada kanker stadium lanjut
2. Terapi adjuvant/tambahan – setelah pembedahan untuk meningkatkan
hasil pembedahan dengan menghancurkan sel kanker yang mungkin
tertinggal dan mengurangi resiko kekambuhan kanker.
3. Terapi neoadjuvan – sebelum pembedahan untuk mengurangi ukuran
tumor
4. Untuk mengurangi gejala terkait kanker yang menyebabkan
ketidaknyamanan dan memperbaiki kehidupan pasien (stadium lanjut /
kanker yang kambuh)
5. Memperpanjang masa hidup pasien (stadium lanjut / kanker yang
kambuh)

Efek samping dari kemoterapi adalah :


 Lemas
Timbulnya mendadak atau perlahan dan tidak langsung menghilang
saat beristirahat, kadang berlangsung terus sampai akhir pengobatan.
 Mual dan muntah
Mual dan muntah berlangsung singkat atau lama. Dapat diberikan obat
anti mual sebelum, selama, dan sesudah pengobatan.
 Gangguan pencernaan
Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan diare, bahkan ada yang
diare sampai dehidrasi berat dan harus dirawat. Kadang sampai terjadi
sembelit.
Bila terjadi diare : kurangi makan-makanan yang mengandung serat,
buah dan sayur. Harus minum air yang hilang untuk mengatasi
kehilangan cairan.
Bila susah BAB : makan-makanan yang berserat, dan jika
memungkinkan olahraga.
 Sariawan
 Rambut rontok
Kerontokan rambut bersifat sementara, biasanya terjadi dua atau tiga
minggu setelah kemoterapi dimulai. Dapat juga menyebabkan rambut
patah didekat kulit kepala. Dapat terjadi seminggu setelah kemoterapi.
 Otot dan saraf
Beberapa obat kemoterapi menyebabkan kesemutan dan mati rasa
pada jari tangan dan kaki. Serta kelemahan pada otot kaki.
 Efek pada darah
Beberapa jenis obat kemoterapi ada yang berpengaruh pada kerja
sumsum tulang yang merupakan pabrik pembuat sel darah merah,
sehingga jumlah sel darah merah menurun. Yang paling sering adalah
penurunan sel darah putih (leukosit). Penurunan sel darah terjadi setiap
kemoterapi, dan test darah biasanya dilakukan sebelum kemoterapi
berikutnya untuk memastikan jumlah sel darah telah kembali normal.
Penurunan jumlah sel darah dapat menyebabkan :
 Mudah terkena infeksi
Hal ini disebabkan oleh penurunan leukosit, karena leukosit adalah sel
darah yang memberikan perlindungan infeksi. Ada juga beberapa obat
kemoterapi yang menyebabkan peningkatkan leukosit.
 Perdarahan
Keping darah (trombosit) berperan pada proses pembekuan darah,
apabila jumlah trombosit rendah dapat menyebabkan pendarahan,
ruam, dan bercak merah pada kulit.
 Anemia
Anemia adalah penurunan sel darah merah yang ditandai dengan
penurunan Hb (Hemoglobin). Karena Hb letaknya didalam sel darah
merah. Penurunan sel darah merah dapat menyebabkan lemah, mudah
lelah, tampak pucat.
 Kulit menjadi kering dan berubah warna
Lebih sensitive terhadap sinar matahari.
Kuku tumbuh lebih lambat dan terdapat garis putih melintang.

1) Radiasi
Terapi ini menggunakan sinar ionisasi (sinar X) untuk merusak sel-sel
kanker. Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta
mematikan parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks stadium
II B, III, IV diobati dengan radiasi. Metoda radioterapi disesuaikan dengan
tujuannya yaitu tujuan pengobatan kuratif atau paliatif.
Pengobatan kuratif ialah mematikan sel kanker serta sel yang telah
menjalar ke sekitarnya dan atau bermetastasis ke kelenjar getah bening
panggul, dengan tetap mempertahankan sebanyak mungkin kebutuhan
jaringan sehat di sekitar seperti rektum, vesika urinaria, usus halus, ureter.
Radioterapi dengan dosis kuratif hanya akan diberikan pada stadium I sampai
III B. Bila sel kanker sudah keluar rongga panggul, maka radioterapi hanya
bersifat paliatif yang diberikan secara selektif pada stadium IV A.
Selama menjalani radioterap, penderita mudah mengalami kelelahan
yang luar biasa, terutama seminggu sesudahnya.Istirahat yang cukup
merupakan hal yang penting, tetapi dokter biasanya menganjurkan agar
penderita sebisa mungkin tetap aktif. Pada radiasi eksternal, sering terjadi
kerontokan rambut di daerah yang disinari dan kulit menjadi merah, kering
serta gatal-gatal. Mungkin kulit akan menjadi lebih gelap. Daerah yang
disinari sebaiknya mendapatkan udara yang cukup, tetapi harus terlindung
dari sinar matahari dan penderita sebaiknya tidak menggunakan pakaian yang
bisa mengiritasi daerah yang disinari.
Biasanya, selama menjalani radioterapi penderita tidak boleh
melakukan hubungan seksual. Kadang setelah radiasi internal, vagina menjadi
lebh sempit dan kurang lentur, sehingga bisa menyebabkan nyeri ketika
melakukan hubungan seksual. Untuk mengatasi hal ini, penderita diajari untuk
menggunakan dilator dan pelumas dengan bahan dasar air.
Pada radioterapi juga bisa timbul diare dan sering berkemih.

2.7 Diagnosa banding

Diagnosa Banding yang menyertai pada kasus Kanker Serviks adalah :


1. Servisitis
2. Kondiloma pada Serviks
3. Endometriosis
4. Neolpasia lain pada genetalia khususnya yang metastesis ke serviks.

ASUHAN KEPERAWATAN KANKER SERVIKS

N Pengkajian : Tujuan dan Diagnosa Intervensi


o Kriteria Hasil
1 Tujuan : Gangguan - Observasi tanda – tanda
- Setelah diberikan perfusi vital setiap 8 jam sekali
perawatan selama 3 x 24 jaringan ( - Observasi perdarahan (
jam diharapkan perfusi anemia ) jumlah, warna, lama)
jaringan membaik. berhubunga - Pemasangan tampon
Kriteria Hasil : n dengan vagina
- Perdarahan intra servikal perdarahan - Terapi untuk
berkurang intra menghentikan
- Konjungtiva tidak anemis ( servikal perdarahan dan anemia
pucat ) - Pemberian oksigen ( bila
- Mukosa bibir lembab dan perlu)
kemerahan - Cek Hb
- Ekstremitas hangat - Cek golongan darah
- Tanda – tanda vital dalam
2
keadaan normal (Tanda Nyeri Kronis
vital 120-140 / 70 - 80 mm
Hg, Nadi : 70 - 80 X/mnt, S Manajemen Nyeri :
: 36-37 Derajat C, RR : 18 -  Monitor kepuasan pasien
24 X/mnt) terhadap manajemen nyeri
- Nilai Hb normal 11-15gr%  Tingkatkan istirahat dan tidur
yang adekuat
Pengkajian  Kelola anti analgetik
Berhubungan dengan  Jelaskan pada pasien penyebab
ketidakmampuan fisik-psikososial nyeri
kronis (metastase kanker, injuri  Lakukan tehnik
neurologis, artritis) nonfarmakologis (relaksasi,
DS: masase punggung)
 Kelelahan
 Takut untuk injuri ulang
DO:
 Atropi otot
 Gangguan aktifitas
 Anoreksia
 Perubahan pola tidur
 Respon simpatis (suhu dingin,
perubahan posisi tubuh ,
hipersensitif, perubahan berat
badan):

Tujuan :
3 - Dapat mencapai level
Resiko
kenyamanan
Infeksi
- Nyeri dapat dikontrol
berhubunga
- Nyeri dapat teratasi
n dengan
ketidak  Kontrol infeksi
Kriteria hasil :
adekuatan - Bersihkan lingkungan
- Tidak ada gangguan tidur
pertahanan setelah dipakai pasien
- Tidak ada gangguan
sekunder lain
konsentrasi
adanya - Pertahankan teknik
- Tidak ada gangguan
imunosupres isolasi
hubungan interpersonal
i - Batasi pengunjung bila
- Tidak ada ekspresi
perlu
menahan nyeri dan
- Instruksikan pada
ungkapan secara verbal
pengunjung untuk
- Tidak ada tegangan otot
mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah
Pengkajian :
berkunjung
 Pertahanan tubuh primer
meninggalkan pasien
yang tidak adekuat.
- Gunakan sabun
- Gangguan peristalsis
antimikrobia untuk cuci
- Kerusakan integritas
tangan
kulit
- Cuci tangan setiap
( pemasangan kateter
sebelum dan sesudah
intravena prosedur
tindakan keperawatan
invasive)
- Gunakan baju, sarung
- Perubahan sekresi PH tangan sebagai alat
- Penurunan kera siliaris pelindung
- Pecah ketuban dini - Pertahankan lingkungan
- Pecah ketuban lama aseptic selama
- Merokok pemasangan alat
- Stasis cairan tubuh - Ganti letak IV perifer
- Trauma jaringan ( mis. dan line central dan
Trayma destruksi dressing sesuai dengan
jaringan) petunjuk umum
 Pengetahuan yang tidak - Gunakan kateter
cukup untuk intermitten untuk
menghindari pemajanan menurunkan infeksi
pathogen kandung kemih
 Ketidak adekuatan - Tingkatkan intake nutrisi
pertahanan sekunder - Berikan terapi antibiotic
- Penurunan hemoglobin bila perlu sebagai
- Imunosupresi ( mis. proteksi terhadap infeksi
Imunitas didapat tidak - Monitor tanda dan gejala
4
adekuat, agen infeksi sistemik dan local
farmaseutikal termasuk Defisit - Monitor kerentanan
imunosupresan, steroid, volume terhadap infeksi
antibody monoklinal, cairan - Batasi pengunjung
imunomudulator) - Pertahankan teknik
- Supresi respon aspesis pada pasien yang
inflamasi beresiko
- Vaksinasi tidak adekuat - Ajarkan cara
- Pemajanan terhadap menghindari infeksi
pathogen lingkungan - Pertahankan teknik
meningkat : wabah isolasi
- Prosedur invasive - Ajarkan pasien dan
- Malnutrisi keluarga tanda dan gejala
Tujuan : infeksi
- Resiko infeksi dapat - Laporkan kecurigaan
diatasi infeksi
- Status imunitas baik
- Pengetahuan terhadap
infeksi meningkat
sehingga dapat
mengontrol resiko  Manajemen cairan :
infeksi - Pertahankan cairan intaje
dan output yang akurat
Kriteria hasil : - Monitor status hidrasi (
 Klien bebas dari tanda dan kelembapan membrane
gejala infeksi mukosa, nadi adekuat,
 Mendeskripsikan proses tekanan darah ortosatik),
penularan penyakit, faktor jika diperlukan
yang mempengaruhi serta - Monitor hasil lab yang
penatalaksanaannya sesuai dengan retensi
 Menunjukkan kemampuan cairan (BUN , Hmt ,
untuk mencegah timbulnya osmolalitas urin,
infeksi albumin, total protein )
 Jumlah leukosit dalam - Monitor vital sign
batas normal - Kolaborasi pemberian
 Menunjukkan perilaku cairan IV
hidup sehat - Monitor status nutrisi
- Berikan penggantian
nasogatrik sesuai output
Pengkajian : (50 – 100cc/jam)
Berhubungan dengan: - Berikan cairan IV pada
 Kehilangan volume cairan suhu ruangan
secara aktif - Dorongan masukan oral
 Kegagalan mekanisme - Berikan penggantian
pengaturan nesogatrik sesuai output
DS : - Dorong keluarga untuk
 Haus membantu pasien makan
DO: - Tawarkan snack ( jus

5  Penurunan turgor kulit/lidah buah, buah segar)


 Membran mukosa/kulit kering - Kolaborasi dengan
 Peningkatan denyut nadi, Intoleransi dokter
penurunan tekanan darah, aktivitas - Atur kemungkina
penurunan volume/tekanan transfusi dan atur
nadi persiapan transfusi
 Pengisian vena menurun - Pasang kateter bila perlu
 Perubahan status mental - Monitor intake dan urin
 Konsentrasi urine meningkat output setiap 8 jam
 Temperatur tubuh meningkat  Manajemen hipovolemia
 Kehilangan berat badan secara - Monitor status cairan
tiba-tiba termasuk intake dan
 Penurunan urine output output cairan
 HMT meningkat - Pelihara IV line
 Kelemahan - Monitor tingkat Hb dan
hematokrit
Tujuan : - Monitor tanda vital
- Keseimbangan cairan - Monitor respon pasien
tidak terganggu terhadap penambahan
- Kebutuhan cairan cairan
cukup ( hidrasi ) - Monitor berat badan
- Meningkatkan status - Dorong pasien untuk
gizi baik asupan menambah intake oral
makanan maupun - Pemberian cairan IV
cairan monitor adana tanda dan
gejala kelebihan volume
Kriteria hasil : cairan
 Mempertahankan urine - Monitor adanya tanda
output sesuai dengan usia gagal ginjal
BB, BJ urine normal, HT
normal Terapi aktivitas :
 Tekanan darah, nadi, suhu - Kolaborasikan dengan
tubuh dalam batas normal Tenaga Rehabilitasi
 Tidak ada tanda – tanda Medik dalam
dehidrasi, elastisitas turgor merencanakan program

6
kulit baik, membrane terapi yang tepat
mukosa lembab, tidak ada Ansietas - Bantu klien untk
rasa haus yang berlebihan. ( kecemasan mengidentifikasikan
 Orientasi terhadap waktu ) aktivitas yang mampu
dan tempat baik dilakukan
 Jumlah dan irama - Bantu untuk memilih
pernapasan dalam batas aktivitas konsisten yang
normal sesuai dengan
 Elektrolit, Hb, Hmt dalam kemampuan fisik,
batas normal psikologi dan social
 pH urin dalam batas normal - Bantu untuk
 Intake oral dan intravena mengidentifikasi dan
adekuat mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
- Bantu untuk
mendapatkan alat antuan
aktivitas seperti kursi
roda, krek
- Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
- Bantu klien untuk
Pengkajian : membuat jadwal latihan
DO : diwaktu luang
- Respon tekanan darah - Bantu pasien/keluarga
abnormal terhadap untuk mengidentifikasi
aktivitas kekurangan dalam
- Respon frekuensi beraktivitas
jantung abnormal - Sediakan penguatan
terhadap aktivitas positif bagi yang aktif
- Perubahan EKG yang beraktivitas
mencerminkan aritmia - Bantu pasien untuk
DS : mengembangkan
- Pasien mengaku merasa motivasi diri dan
tidak nyaman setelah penguatan
melakukan aktivitas - Monitor respon fisik,
- Pasien menyatakan emosi, social dan
merasa letih spiritual
- Menyatakan merasa
lemah Penurunan kecemasan :
- Gunakan pendekatan
Tujuan : yang menenangkan
- Meningkatkan - Nyatakan dengan jelas
konservasi energi ( harapan terhadap pelaku
penggunaan energy ) pasien
- Toleransi aktivitas - Jelaskan semua prosedur
- Perawatan diri dan apa yang dirasakan
dalam prosedur
Kriteria hasil : - Pahami prespektif pasien
- Berpartisipasi dalam terhadap situasi stress
aktivitas fisik tanpa - Temani pasien untuk
disertai peningkatan memberikan keamanan
tekanan darah, nadi, dan mengurangi rasa
dan RR takut
- Mampu melakukan - Dorong keluarga untuk
aktivitas sehari hari menemani anak
secara mandiri - Lakukan back / neck rub
- TTV normal ( menggosok leher )
- Energi prikomotor - Dengarkan dengan penuh
- Level kelemaan perhatian
- Mampu berpindah : - Identifikasi tingkat
dengan atau tanpa kecemasan
bantuan alat - Bantu pasien mengenal
- Status kardiopulmunari situasi yang
adekuat menimbulkan kecemasan
- Sirkulasi status baik - Dorong pasien untuk
7
- Status respirasi : mengungkapkan
pertukaran gas dan Gangguan perasaan, ketakutan dan
ventilasi adekuat Citra Tubuh persepsi
- Instruksikan pasien
menggunakan teknik
Pengkajian : relaksasi
DO : - Berikan obat untuk
a. Perilaku mengurangi kecemasan
- Terlihat gelisah
- Mata melihat hanya
sepintas
- Kontak mata yang
buruk
- Terlihat khawatir
- Agitasi tampak
waspada
- Mengintai
b. Afektif
- Gelisah, distress
- Irritabilitas
c. Fisiologis
- Tremor tangan, wajah
tegang
- Berkeringat banyak
- Tampak selalu tegang
8 - Suara bergetar
d. Simpatik Nutrisi
- Wajah merah kurang dari
- Eksitasi kardiovaskular tubuh
- Peningkatan tekanan
darah
- Peningkatan denyut
nadi
- Peningkatan reflek
- Peningkatan frekuensi
pernafasan
- Pupil melebar
- Vasokontriksi
superficial
- Lemah, kedutan pada
otot
e. Para simpatik
- Penurunan tekanan
darah
- Penurunan denyut nadi
f. Kognitif
- Penurunan kemampuan
Peningkatan citra tubuh :
memecahkan masalah
- Kaji secara verbal dan
- Menyadari gejala
nonverbal respon klien
fisiologis
terhadap tubuhnya
- Bloking fikiran, konfusi
- Monitor frekuensi
DS :
mengkritik dirinya
- Klien mengaku susah
- Jelaskan tentang
tidur dimalam hari
pengobatan, perawatan,
(Insomnia)
kemajuan dan prognosis
- Sedih yang mendalam
penyakit
- Gugup dan senang yang
- Dorong klien
berlebihan
mengungkapkan
- Mudah bingung, dan
perasaannya
merasa menyesal
- Ragu/tidak percaya diri - Identifikasi arti
- Khawatir pengurangan melalui
- Klien mengaku tidak pemakaian alat bantu
memiliki nafsu makan Kerusakan - Fasilitasi kontak dengan
9 (Anoreksia) integritas individu lain dalam
- Sering diare dan mulut kulit kelompok kecil
kering
- Sulit bernafas
- Nyeri perut
- Mual, vertigo
- Sering kencing
- Anyang – anyangan
- Melamun

Tujuan :
- Meningkatkan kontrol
diri terhadap
kecemasan Manajemen nutrisi :
- Kecemasan berkurang - Kaji adanya alergi
dan teratasi makanan
- Kolaborasi dengan ahli
Kriteria hasil : gizi untuk menentukan
- Klien mampu jumlah kalori dan nutrisi
mengidentifikasi dan yang dibutuhkan pasien
mengungkapkan gejala - Anjurkan pasien untuk
cemas dan meningkatkan intake Fe,
menunjukkan teknik protein dan vitamin C
untuk mengontrol - Berikan makanan yang
cemas terpilih
- Vital sign dalam batas - Berikan informasi
normal tentang kebutuhan nutrisi
- Postur tubuh, ekspresi - Kaji kemampuan pasien
wajah, bahasa tubuh untuk mendapatkan
dan tingkat aktivitas nutrsi yang dibutuhkan
menunjukkan - Monitor jumlah nutrisi
berkurangnya dan kandungan kalori
kecemasan Monitoring nutrisi :
- BB pasien dalam batas
normal
Pengkajian : - Monitor adanya
Gangguan body image penurunan BB, mual,
berhubungan dengan: Harga diri muntah, pucat,
10 Biofisika (penyakit kronis), rendah kemerahan, kekeringan
kognitif/persepsi (nyeri kronis), jaringan konjungtiva,
kultural/spiritual, penyakit, krisis kadar albumin, total
situasional, trauma/injury, protein, Hb dan kadar Ht
pengobatan (pembedahan, - Monitor interaksi pasien
kemoterapi, radiasi) dan keluarga saat makan
DS: dan lingkungan pasien
 Depersonalisasi bagian tubuh saat makan
 Perasaan negatif tentang tubuh - Monitor turgor kulit.
 Secara verbal menyatakan Kulit kering dan
perubahan gaya hidup perubahan pigmentasi
DO : - Catat adanya edema,
 Perubahan aktual struktur dan hiperemik, hipertonik
fungsi tubuh papilla lidah dan cavitas
 Kehilangan bagian tubuh oral
 Bagian tubuh tidak berfungsi - Catat jika lidah berwarna
magenta scarlet
Tujuan :
- Meningkatkan citra
tubuh
- Meningkatkan harga
diri
Manajemen tekanan :
- Anjurkan pasien untuk
Kriteria hasil :
menggunakan pakaian
- Body image positif
yang longgar
- Mampu
- Hindari kerutan pada
mengidentifikasi
tempat tidur
kekuatan personal
- Jaga kebersihan kulit
- Mendeskripsikan secara
agar tetap bersih dan
factual perubahan
kering
fungsi tubuh
- Mobilisasi pasien setiap
- Mempertahankan
dua jam sekali
interaksi social
- Monitor kulit akan
adanya kemerahan
Pengkajian - Oleskan lotion atau
Definisi : Disfungsi minyak/baby oil pada
11 Asupan nutrisi tidak cukup untuk seksual daerah yang tertekan
memenuhi kebutuhan metabolic. - Monitor aktivitas dan
DO : mobilisasi pasien
- Berat badan 20% atau - Monitor status nutrisi
lebih diawah berat pasien
badan ideal - Memandikan psien
- Kerapuhan kapiler dengan sabun dan air
- Bising usus hiperaktif hangat
- Kehilangan rambut Perawatan area insisi :
berlebihan - Membersihkan,
- Membrane mukosa memantau dan
pucat meningkatkan proses
- Tonus otot menurun penyembuhan pada luka
- Steatorea yang ditutup dengan
- Kelemahan otot jahitan, klip atau straples
pengunyah dan otot - Monitor proses
untuk menelan kesembuhan area insisi
DS : - Monitor tanda dan gejala
- Kaku dibagian perut infeksi pada area insisi
- Nyeri dibagian perut - Bersihkan area sekitar
- Diare jahitan atau staples,
- Mengeluh mengalami menggunakan lidi kapas
gangguan sensasi rasa steril
- Cepat kenyang setelah - Gunakan preparat
makan antiseptic, sesuai
- Sariawan dirongga program
mulut - Ganti balutan pada
- Tidak mampu makan interval waktu yang
Tujuan : sesuai atau biarkan luka
- Nafsu makan tetap terbuka sesuai
meningkat program
- Berat badan ideal sesuai
dengan tinggi badan
- Nutrisi tubuh dapat Peningkatan harga diri :
terpenuhi - Tunjukkan rasa percaya
Kriteria hasil diri terhadap kemampuan
- adanya peningkatan pasien untuk mengatasi
berat badan situasi
- berat badan ideal sesuai - Dorong psien
dengan tinggi badan mengidentifikasikan
- mampu kekuatan dirinya
mengidentifikasi - Ajarkan keterampilan
kebutuhan nutrisi perilaku yang positif
- tidak ada tanda-tanda melalui bermain peran,
malnutrisi Gangguan model peran, diskusi
- menunjukkan eliminasi - Dukung peningkatan
peningkatan fungsi Urin tanggung jawab diri, jika
12
pengecapan dari diperlukan
menelan - Buat statement positif
- tidak terjadi penurunan terhadap pasien
berat badan yang berarti - Monitor frekuensi
komunikasi verbal psien
yang negative
Pengkajian - Dukung pasien untuk
Definisi : menerima tantangan baru
Perubahan / gangguan pada bagian - Kaji alasan alas an untuk
epidermis/ dan atau dermis yang mengkritik atau
berhubungan dengan : menyalahkan diri sendiri
 Eksternal : - Kolaborasi dengan
- Zat kimia, radiasi sumber sumber lain (
- Usia yang ekstrim petugas dinas social,
- Kelembapan perawat spesialis klinis,
- Hipotermia, hipertermia dan layanan keagamaan )
- Faktor mekanik ( gaya Konseling :
gunting ) - Menggunakan proses
- Medikasi pertolongn interaktif
- Lembab yang berfokus pada
- Imobilitasi fisik kebutuhan, masalah, atau
 Internal : perasaan pasien dan
- Perubahan status cairan orang terdekat untuk
- Perubahan pigmentasi meningkatkan atau
- Perubahan turgor mendukung koping,
- Faktor perkembangan pemecahan masalah.
- Kondisi ketidak Peningkatan koping
seimbangan nutrisi Peningkatan citra tubuh
(mis. obesitas )
- Penurunan imunologis
dan penurunan sirkulasi
- Kondisi gangguan Konseling seksual :
metabolic - Membangun hubungan
- Gangguan sensasi terapeutik berdasarkan
- Tonjoln tulang kepercayaan dan rasa
Tujuan : hormat
- Integritas jaringan : - Menyediakan privasi dan
kulit dan membrane menjamin kerahasiaan
mukosa - Menginformasikan
- Akses hemodialis pasien diawal hubungan
Kriteria hasil : ahwa seksualitas adalah
- Integritas kulit yang bagian penting dari
baik bisa dipertahankan kehidupa dan bahwa
( sensasi, elastisitas, penyakit, obat- obatan,
temperature, hidrasi dan dan stress
pigmentasi ) - Memberikan informasi
- Tidak ada luka / lesi tentang fungsi seksual
pada kulit sesuai
- Perfusi jaringan baik - Memberitahu pasien
- Menunjukkan bahwa banyak orang
pemahaman dalam yang mengalami
proses perbaikan kulit kesulitan seksual
dan mencegah - Mulailah dengan topic
terjadinya cedera sensitive dan lanjutkan
berulang dengan topic yang lebih
- Mampu melindungi sensitive lagi
kulit dan - Diskusikan efek dari
mempertahankan situasi penyakit/
kelembapan kulit dan kesehatan pada
perawatan alami seksualitas
- Diskusikan efek obat
Pengkajian : tentang seksualitas
Definisi : - Diskusikan efek dari
Perkembangan persepsi negative perubahan seksualitas
terhadap harga diri sebagai respons pada orang lain yang
terhadap situasi saat ini yang signifikan
berhubungan dengan : - Diskuskan tentang
- Perilaku tidak selaras pengetahuan pasien
dengan nilai tentang seksualitas pada
- Perubahan umumnya
perkembangan - Sertakan pasangan/
- Gangguan citra tubuh pasangan seksual dalam
- Kegagalan konseling sebanyak
- Gangguan fungsional mungkin
- Kurang penghargaan - Gunakan humor dan
- Kehilangan mendorong pasien untuk
- Penolakan menggunakan humor
- Perubahan peran social agar mengurangi
Tujuan : kecemasan
- Peningkatan citra tubuh - Merujuk pasien
tidak terganggu keseorang terapis seks
- Efektif dalam
mengatasi masalah
- Identitas pribadi tidak
terganggu
- Peningkatan perilaku
sehat
- Peningkatan situasional
harga diri Perawatan Retensi Urin :
Kriteria hasil : - Lakukan penilaian kemih
- Adaptasi terhadap yang komprehensif
ketunandayaan fisik : berfokus pada
respon adaptif klien inkontinensia ( ms,
terhadap tantangan output urin, pola
fungsional penting berkemih, fungsi kognitif
akibat ketunandayaan dan masalah kencing
fisik praeksisten )
- Resolusi berduka : - Memantau penggunaan
penyesuaian dengan obat dengan sifat
kehilangan aktual atau antikolinergik
kehilangan yang akan - Memonitor efek dari obat
terjadi – obatan yang
- Penyesuaian psikososial diresepkan, seperti
: perubahan hidup : calcium channel blockers
respon psikososial - Menyediakan
adaptif individu penghapusan pirvasi
terhadap perubahan - Merangsang reflex
bermakna dalam hidup kandung kemih dengan
- Menunjukkan penilaian menerapkan dingin untuk
pribadi tentang harga perut, membelai tinggi
diri batin, atau air
- Mengungkapkan - Sediakan waktu yang
penerimaan diri cukup untuk
- Komunikasi terbuka pengosongan kandung
- Mengatakan optimism kemih ( 10menit )
tentang masa depan - Gunakan spirit
- Menggunakan strategi wintergreen dipispot atau
koping efektif urinal
- Masukkan kateter kemih
- Anjurkan pasien / klrga
Pengkajian
untuk merekam output
Definisi :
urin
kondisi yang ditandai dengan
- Instruksikan cara – cara
individu mengalami perubahan
menghindari konstipasi
fungsi seksual selama fase respons
- Memantau asupan dan
seksual hasrat, terangsang, dan /
keluaran
atau orgasme, yang dipandang
- Memantau tingkat
tidak memuaskan, tidak berharga
distensi kandung kemih
atau tidak adekuat yang
dengan palpasi atau
berhubungan dengan :
perkusi
- Membantu toilet secara
- Ketiadaan model peran
berkala
- Perubahan fungsi tubuh
- Menerapkan kateterisasi
( mis, kehamilan, obat,
intermiten
pembedahan, penyakit,
- Merujuk kespesialis
trauma, radiasi )
kontinensia kemih
- Perubahan struktur
tubuh
- Perubahan
biopsikososial spiritual
- Definisi pengetahuan
- Model peran kurang
dapat mempengaruhi
- Kurang privasi
- Kurang orang terdekat
- Salah informasi
- Penganiayaan
psikososial ( mis,
hubungan penuh
dengan kekerasan )
- Konflik nilai
- Penganiayaan fisik
- kerentanan

Tujuan :
- meningkatkan pola
seksualitas
- harga diri situasional
rendah
- menurunkan sindrom
terhadap trauma
perkosaan
- meningkatkan
pengetahuan terhadap
fungsi seksual
Kriteria hasil :
- pemulihan dan
penganiayaan seksual
- perubahan fisik dengan
penuaan
- wanita dan pria
- pengenalan dan
penerimaan identitas
seksualpribadi
- mengetahui masalah
reproduksi
- kontrol resiko penyakit
menular seksual
- fungsi seksual : integrasi
aspek fisik, sosio
emosi, dan intelektual
ekspresi dan performa
seksual
- menunjukkan dapat
beradapasi dengan
ketidakmampuan fisik
- mampu mengontrol
kecemasan
- menunjukkan keinginan
untuk mendiskusikan
perubahan fungsi
seksual
- mengungkapkan secara
verbal pemahaman
tentang pembatasan
indikasi medis
- penggunaan kontrasepsi
yang efektif

Pengkajian
Definisi :
Disfungsi pada eliminasi urin yang
berhubungan dengan :
- obstruksi anatomic
- penyebab multiple
- gangguan sensori
motorik
- infeksi saluran kemih

tujuan :
- Eliminasi urin kembali
normal

Kriteria hasil :
- Kandung kemih kosong
secara penuh
- Tidak ada residu urine >
100-200 cc
- Intake cairan dalam
rentang normal
- Bebas dari ISK
- Tidak ada spasme
Bladder
- Balance cairan seimbang
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kanker serviks merupakan suatu penyakit yang hanya diderita oleh perempuan yang
sudah pernah melakukan kontak seksual. Perkembangan penyakit membutuhkan waktu lama,
antara 10-20 tahun. Pada stadium awal tidak menimbulkan gejala. Penyakit ini dapat dicegah.
Diperkirakan bahwa lebih dari satu juta wanita di seluruh dunia saat ini terserang kanker serviks.
Kebanyakan mereka belum terdiagnosa, atau tidak memiliki akses pengobatan yang bisa
menyembuhkan atau memperpanjang usia mereka. Hampir 95% di antara mereka berada di
negara-negara berkembang, membuat kanker serviks menjadi salah satu dari ancaman yang
paling mematikan pada kehidupan wanita di banyak negara.

3.2 Saran
Pepatah lama berbunyi: “Mencegah adalah lebih baik daripada mengobati”.
Dalammenghadapi bahaya kanker serviks, langkah pencegahan terbaik yang bisa dilakukan
adalah dengan vaksinasi. Solusi termurah menghadapi bahaya kanker serviks adalah deteksi dini
dengan tes Pap Smear.
DAFTAR PUSTAKA

https://laurentginekologi.wordpress.com/2013/01/04/klasifikasi-staging-kanker-serviks-figo/.

http://kankerserviks.or.id/komplikasi-kanker-servik-kanker-leher-rahim/

Kanker Serviks, 2016. “ Ciri-ciri, Penyebab, dan Pencegahan Kanker Serviks -.comhttp:/kanker-
serviks-ciri-ciri-penyebab-dan-pencegahan-kanker-serviks#ixzz3yeBxK69C”. Diakses pada
tanggal 30 Januari 2016

Mansjoer, Arif dkk. 2009. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1. Jakarta : Media Ausculapius

Price, Sylvia. 2011. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit, Edisi 6, Volume 2.
Jakarta : EGC

Tim Kanker-Serviks.net. 2010. Panduan lengkap menghadapi bahaya kanker


serviks.http://www.kanker-serviks.net/artikelatauhttp: // www. facebook. com/ pages/Pusat-
Informasi-Kanker Serviks/ 187463487931198 . Diakses pada tanggal 28 Januari 2016.
http://drboyke.yolasite.com/kanker-leher-rahim.php

Shevrin. (2008). Mexican immigrantmale knowledge and support toward breast and cervical
cancer screening. J Immigrant Minority Health. Vol. 11. Hal. 326 –333. Diunduh tanggal 24
Februari 2011.

Friedman,Borten,Chapin. 1998. Seri Skema Diagnosa & Penatalaksanaan Ginekologi. Edisi 2.


Bina Rupa Aksara. Jakarta

Galle,Danielle. Charette,Jane. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. EGC. Jakarta.

Hartono,Poedjo. 2000. Kanker Serviks, Leher Rahim & Masalah Skrining Di Indonesia. Kursus
Pra Kongres KOGI XI Denpasar.Mombar Vol. 5 No.2 Mei 2001

Hacker, Neville. 2001. Esensial Obstetri dan Ginekologi.Jakarta : Hipokrates.

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan
KB.Jakarta : EGC

Mardjikoen P.Serviks uterus. Dalam: Prawirohardjo S. Ilmu kandungan.Edisi 2. Jakarta: Bina


Pustaka; 2009: 380.
Arisusilo, C. 2012. Kanker Leher Rahim (Cancer Cervix) Sebagai Pembunuh Wanita Terbanyak
di Negara Berkembang. Jurnal Sainstis. Volume 1, Nomor 1, April –September 2012 ISSN:
2089-0699.

Susanti Dahlia Dwi, S Yani Achir, Hamid, Afriyanti Yati. 2011. Pengalaman spiritual perempuan
dengan kanker serviks. Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 14, No. 1, Maret 2011; hal
16-18

Das könnte Ihnen auch gefallen