Sie sind auf Seite 1von 7

Ain, Tindakan ibu dalam menangani balita yang KD di rumah

TINDAKAN IBU DALAM MENANGANI BALITAYANG MENGALAMI


KEJANG DEMAM DI RUMAH

Hurun Ain, Widya Warastuti, Dian Rahmawati


Poltekkes Kemenkes Malang Jl. Besar Ijen No 77C Malang
email: hurun_ain@yahoo.com

Abstract: The purpose research to identify the mother of action in handle with toddler who have febrile
convulsion at home. Descriptive explorative design. The population were all mothers who accompany
their toddler who have febrile convulsion in the children ward Dr. R. Soedarsono hospital Pasuruan
were 31. Sample of this study is 30 that collected by accidental sampling technique. The variable in this
study is the mother of action in dealing with a toddler who has a febrile convulsion at home. The
technique of collecting data using questionnaires, and analysis of data with descriptive and entered in
the distribution frequency table. The results showed that action mother in dealing with a toddler who
has a febrile convulsion at home most of the respondents is 17 (57%) in the category quite well. For the
results of this study, the mother can to do in action or immediate treatment is quick and precise with
toddler who have febrile convulsion. administering 35% oral sucrose can reduce pain responses due to
immunization injection in infant.
.
Keywords: Mother’s action at home, toddler, febrile convulsion

Abstrak: Tujuan penelitian mengidentifikasi tindakan ibu dalam menangani balita yang mengalami
kejang demam selama di rumah. Desain penelitian ini deskriptif eksploratif. Populasi penelitian adalah
seluruh ibu yang mendampingi balitanya yang mengalami kejang demam saat dirawat inap di ruang
anak RSUD Dr. R. Soedarsono Kota Pasuruan berjumlah 31 orang. Sampel penelitian ini sebanyak 30
orang yang diambil dengan menggunakan teknik accidental sampling. Variabel dalam penelitian ini
adalah tindakan ibu dalam menangani balita yang mengalami kejang demam di rumah. Teknik
pengumpulan data menggunakan kuesioner. Disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa tindakan ibu dalam menangani balita yang mengalami kejang
demam di rumah sebagian besar yaitu 17 responden (57%) berada pada kategori cukup baik.
Berdasarkan hasil disimpulkan bahwa tindakan ibu dalam menangani balita yang mengalami kejang
demam di rumah yang dirawat di ruang anak RSUD Dr. R. Soedarsono Kota Pasuruan adalah sebagian
besar (57%) dikategorikan cukup baik. Dengan diketahuinya hasil penelitian ini, diharapkan ibu
dapat melakukan tindakan/penanganan segera yang cepat dan tepat pada balita yang mengalami
kejang demam

Kata Kunci: tindakan ibu di rumah, balita, kejang demam

PENDAHULUAN merupakan penyebab utama dari kejang demam.


Demam merupakan mekanisme pertahanan Hal tersebut merupakan bentuk pertahanan tubuh
tubuh terhadap zat asing yang masuk kedalam yang belum matur dalam melawan kondisi
tubuh, sehingga suhu badan menjadi lebih tinggi lingkungan luar. Maka dalam kondisi ini, tindakan
dari 37o C. Demam sering terjadi pada usia balita, ibu dirumah sebagai orang tua sangat dibutuhkan
ketika kenaikan suhu badan (demam) tersebut dalam penanganan pada anak tersebut.
mencapai skala angka yang paling tinggi, akan Bagi kebanyakan orang tua menyaksikan
menimbulkan kejang pada anak atau disebut anaknya yang sedang mengalami serangan kejang
dengan kejang demam. Menurut Prichard dan Mc merupakan pengalaman yang menakutkan,
Greal dalam Lumbantobing (2004) mengemuka- membingungkan, dan menyedihkan. Tidak sedikit
pISSN 2443-1125 eISSN 2442-8873
kan bahwa bila pireksia (suhu badan tinggi) diantara mereka yang mengira bahwa anaknya 53

53
JURNAL KEPERAWATAN TERAPAN, VOLUME 1, NO. 2, SEPTEMBER 2015: 53-59

akan mati sewaktu mengalami serangan kejang 132 orang dan tidak didapatkan angka kematian
(Lumbantobing, 2004). Bila kejang demam sudah (0%). Dari data di atas menunjukkan adanya
berlalu, banyak diantara ibu/orang tua yang hanya peningkatan insiden kejadian sebesar 37% (Edy
menanyakan akibat kejang demam yang dialami Riyawan, 2013)
anaknya, ketimbang melakukan upaya untuk Berdasarkan data diagnosa di ruang anak
menghentikan dan melakukan pencegahan yang RSUD Dr. R. Soedarsono Kota Pasuruan angka
efektif agar serangan kejang tidak kambuh kejadian balita kejang demam pada bulan Agustus
kembali. 2013 sebanyak 32 balita. Pada bulan September
Jika terjadi serangan kejang tiba-tiba biasanya 2013 menjadi 34 balita, bulan Oktober 2013
ibu menanganinya dengan mengendong anaknya menurun sebanyak 30 balita, begitupun pada bulan
kemudian menyiram kepala anak dengan air dingin, November 2013 terjadi penurunan 21 balita, dan
dan memasukan gagang sendok yang dibungkus pada bulan Desember kembali meningkat menjadi
dengan kain/saputangan bersih pada mulut anak. 37 balita.
Sedangkan untuk menurunkan suhu tubuh anak Berdasarkan hasil survey pendahuluan pada
orang tua menumbuk buah timun kemudian bulan Januari 2014 di ruang anak RSUD Dr. R.
ditempelkan pada kening kepala anak. Jika suhu Soedarsono Kota Pasuruan dengan wawancara
tubuh anak masih tinggi dan kejang tidak berhenti, terhadap 5 ibu yang mendampingi balitanya yang
maka ibu membawa anak kerumah sakit. mengalami kejang demam, diperoleh hasil yaitu 2
Kejang demam merupakan kelainan ibu balita mengatakan apabila anaknya tiba-tiba
neurologis yang paling sering dijumpai pada anak, kejang maka tindakan yang dilakukan adalah
terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai memberikan sendok yang dibalut dengan kain/
4 tahun. Hampir 3% dari anak yang berumur sapu tangan bersih lalu gagangnya diselipkan
dibawah 5 tahun pernah menderita kejang demam diantara gigi anak, dan memberi kompres dingin
(Ngastiyah, 2005). Penelitian oleh berbagai pakar pada kening kepala balita, sedangkan 3 ibu balita
didapatkan bahwa sekitar 2,2-5% anak pernah tidak melakukan tindakan apapun. Peneliti
mengalami kejang demam sebelum mereka usia berharap para ibu yang mempunyai balita dengan
5 tahun (Lumbantobing, 2004). Penelitian di riwayat kejang demam waspada dan tanggap
Jepang bahkan mendapatkan angka kejadian dalam melakukan tindakan yang tepat pada balita
(insiden) yang lebih tinggi yaitu, Maeda dkk dalam kejang demam jika kejang tersebut menyerang
Lumbantobing (2004) mendapatkan angka 9,7% kembali.
(pada pria 10,5% dan pada wanita 8,9%) dan Kejang demam yang berlangsung singkat
Tsuboi mendapatkan angka sekitar 7%. Berbagai pada umumnya tidak berbahaya dan tidak
hasil penelitian didapatkan bahwa kejang demam meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang yang
agak lebih sering dijumpai pada anak laki-laki berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya
daripada perempuan, dengan perbandingan yang disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen
berkisar antara 1,4:1 dan 1,2:1 (Lumbantobing, dan energi untuk kontraksi otot skelet yang
2004). Hal ini disebabkan karena tingkat akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis
kematangan otak dalam bidang anatomi fisiologi laktat disebabkan oleh metabolisme anaerobic,
lebih cepat perempuan dari pada laki-laki. hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak
Berdasarkan laporan dari daftar diagnosa lab./ teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang
SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo disebabkan makin meningkatnya aktivitas otot, dan
Surabaya didapatkan data adanya peningkatan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak
insiden kejang demam. Pada tahun 1999 meningkat. Rangkaian kejadian diatas adalah
ditemukan pasien kejang demam sebanyak 83 or- faktor penyebab hingga terjadi kerusakan neuron
ang dan tidak didapatkan angka kematian (0%). otak selam berlangsungnya kejang lama. Faktor
Pada tahun 2000 ditemukan pasien kejang demam terpenting adalah gangguan peredaran darah yang

54 pISSN 2443-1125 eISSN 2442-8873


Ain, Tindakan ibu dalam menangani balita yang KD di rumah

mengakibatkan hipoksia hingga meninggikan METODE PENELITIAN


permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang Penelitian ini menggunakan desain deskriptif
mengakibatkan kerusakan sel neuron otak eksploratif yang bertujuan untuk mendeskripsikan
(Ngastiyah, 2005). tindakan yang dilakukan ibu dalam menangani balita
Anak yang menderita kejang demam berisiko yang mengalami kejang demam di rumah.
lebih besar mengalami epilepsi, dibandingkan Populasi subjek penelitian ini adalah seluruh
dengan yang tidak. Derajat resiko dipengaruhi oleh ibu yang mendampingi balitanya yang mengalami
beberapa faktor, tetapi yang terpenting adalah kejang demam saat rawat inap di ruang anak
adanya kelainan status neurologic sebelum kejang, RSUD Dr. R. Soedarsono Kota Pasuruan pada
timbulnya kejang demam kompleks, dan riwayat tanggal 22 Februari-21 April 2014. Jumlah populasi
kejang afebris pada keluarga (Abraham, dkk, masing-masing sebanyak 31 orang
2007). Besar sampel pada penelitian ini adalah 30
Kejang demam merupakan kedaruratan orang diambil dengan teknik total sampling
medis yang memerlukan tindakan/penanganan Pengumpulan data dilakukan dengan cara 1)
segera. Tindakan yang cepat dan tepat sangat melakukan pendekatan dan menjelaskan kepada
diperlukan untuk menghindari cacat yang lebih orang tua hal yang berhubungan dengan penelitian.
serius yang diakibatkan oleh bangkitan kejang yang Orangtua yang bersedia menjadi responden diminta
sering atau berulang-ulang. Untuk itu ibu atau untuk menandatangani surat persetujuan menjadi
orang tua dituntut untuk mengetahui dan paham, responden dan bila orangtua tidak bersedia peneliti
sadar akan dampak negative yang akan tidak memaksa, 2) peneliti membagikan kuesioner
ditimbulkan dan selalu melakukan tindakan/ kepada responden untuk diisi. dan menjelaskan
penangganan pertama pada anak kejang demam. cara mengisi lembar kuesioner yang terdiri dari
Tindakan pertama anak kejang demam yaitu 15 pertanyaan dengan pilihan jawaban a, b, c, dan
mencegah atau mengendalikan aktivitas kejang, d, kemudian peneliti mendampingi responden,
melindungi anak dari bahaya trauma, apabila ada hal-hal lain yang tidak dimengerti oleh
mempertahankan jalan nafas. responden dalam pengisian lembar kuesioner
Tindakan dari ibu disarankan tetap waspada dapat langsung ditanyakan 3) mengumpulkan dan
terhadap kemungkinan serangan kejang demam, mengecek kelengkapan data, data yang kurang
kalau serangan datang ibu hendaknya harus lengkap dilengkapi dengan peneliti meminta
melakukan tindakan awal. Menurut Ngastiyah responden untuk mengisi kekurangannya 4)
(2005) yang mesti dilakukan adalah, tidak boleh Mengecek kelengkapan data
panik yang penting adalah mencegah jangan Data yang terkumpul melalui lembar
sampai timbul kejang. Jika terjadi kejang anak kuesioner kemudian ditabulasi, setiap jawaban
harus dibaringkan ditempat yang rata, kepalanya responden dimasing-masing pertanyaan akan
dimiringkan dan buka bajunya. Maka dalam diberi skor. Untuk pertanyaan positif jika jawaban
meningkatkan pemahaman ibu dalam melakukan “Ya” skor 1 dan “Tidak” skor 0 hasilnya
tindakan pertolongan pertama pada balita yang dijumlahkan dan dibandingkan dengan skor
mengalami kejang demam, pemerintah atau rumah tertinggi yang diharapkan, kemudian dikalikan
sakit dapat melakukan pendidikan kesehatan 100%. Teknik analisa persentase skoring
seperti penyuluhan. menggunakan rumus skor perolehan dibagi skor
Tujuan penelitian ini mengidentifikasi tindakan maksimal kemudian dikalikan 100%. Hasil analisis
ibu dalam menangani balita yang mengalami kejang diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria
demam selama di rumah. kualitatif: 76-100% = Tindakan tepat, 56-75% =
cukup tepat, 40-45% = kurang tepat, <40% = tidak
tepat.

pISSN 2443-1125 eISSN 2442-8873 55


JURNAL KEPERAWATAN TERAPAN, VOLUME 1, NO. 2, SEPTEMBER 2015: 53-59

Karakteristik responden berdasarkan


HASIL PENELITIAN pekerjaan didapatkan sebanyak 21 orang (70%)
Karakteristik responden berdasarkan usia, tidak bekerja (Tabel 2).
hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar Berdasarkan perolehan informasi tentang
yaitu 18 responden (60%) berusia antara 20-29 penanganan kejang demam, didapatkan 14 orang
tahun. (47%) mendapatkan informasi dari media cetak
Berdasarkan pendidikan responden (Tabel 3).
didapatkan bahwa sebagian besar hanya tamat Hasil penelitian juga mengungkapkan tindakan
sekolah dasar (Tabel 1). responden dalam melakukan penanganan kejang
demam di rumah, didapatkan 17 orang (57%)
cukup tepat, 9 orang kurang tepat dan hanya 4
orang (13%) yang tidak tepat (Tabel 4).
Tabel 1. Distribusi frekuensi tingkat
pendidikan responden
PEMBAHASAN
Pendidikan terakhir n % Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui
Tidak Tamat SD 2 7 bahwa tindakan ibu dalam menangani balita yang
SD Tamat 14 47
SMP 6 20 mengalami kejang demam di rumah yang dirawat
SMA/SMK 7 23 di ruang anak RSUD Dr. R. Soedarsono Kota
Perguruan Tinggi 1 3 Pasuruan adalah sebagian besar yaitu 17
Jumlah 30 100 responden (57%) dikategorikan cukup baik.
Tindakan atau penanganan ibu pada balita kejang
Tabel 2. Distribusi frekuensi demam di rumah sangat dibutuhkan, agar tidak
pekerjaan responden terjadi komplikasi yang serius. Tindakan yang harus
dilakukan ibu di rumah adalah melakukan
Pekerjaan n % perawatan yang adekuat. Penderita dimiringan
Tidak bekerja 21 70
Wiraswasta 4 13 kesalah satu sisi agar tidak terjadi aspirasi ludah
Petani 2 7 atau lendir dari mulut. Melonggarkan pakaian yang
Pekerja Swasta 2 7 ketat agar jalan napas tetap terbuka lega sehingga
PNS(Guru) 1 3 suplai oksigen terjamin. Tidak mengekang balita
Jumlah 30 100 saat kejang terjadi, tidak memberikan minum
apapun pada balita, dan tidak memasukkan apapun
Tabel 3. Distribusi frekuensi berdasarkan
diantara gigi balita yang mengalami kejang demam.
informasi tentang penanganan kejang demam
Suhu yang tinggi (demam) harus segera diturunkan
Sumber Informasi n % dengan melakukan kompres hangat.
Orang lain 10 33 Terdapat beberapa faktor yang turut
Televisi 5 17 menyebabkan sebagian besar tindakan ibu dalam
Media Cetak 14 47
Internet 1 3 menangani balita yang mengalami kejang demam
Jumlah 30 100 di rumah dikategorikan cukup baik antara lain: usia,
pendidikan, pekerjaan dan pengalaman/cara
Tabel 4. Distribusi frekuensi tindakan responden memperoleh sumber informasi.
dalam menangani kejang demam di rumah Faktor pertama yang menyebabkan
responden sebagian besar dikategorikan cukup baik
Kategori n %
Cukup Tepat 17 57 adalah umur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Kurang Tepat 9 30 sebagian besar yaitu 18 responden (60%) berusia
Tidak Tepat 4 13 antara 20-29 tahun. Menurut peneliti usia 20-29
Jumlah 30 100 tahun akan relatif lebih matang fungsi organ-

56 pISSN 2443-1125 eISSN 2442-8873


Ain, Tindakan ibu dalam menangani balita yang KD di rumah

organnya dan proses perkembangan mentalnya saja, tetapi jauh lebih dari umum yang mencakup
bertambah baik, sehingga kemampuan motorik pendidikan yang benar-benar dibutuhkan oleh
kasarnya akan lebih baik dan terampil dari pada seseorang. Lembaga-lembaga informal, interaksi/
usia yang lebih tua. Menurut Hurlock (1998) komunikasi antar sesama, pengalaman dan stimu-
mengemukakan bahwa kemampuan motorik lus yang diperoleh dari media cetak, juga dapat
orang muda mencapai puncak kekuatan antara mempengaruhi pengetahuan dan terbentuknya
usia 20-30 tahun. Kecepatan respon maksimal tindakan yang tepat dalam penanganan kejang
terdapat antara usia 20 dan 25 tahun dan sesudah demam pada balita. Diketahui juga bahwa
itu sedikit demi sedikit menurun. Dalam belajar responden ada yang berpendidikan terakhir SMA
menguasai keterampilan-keterampilan motorik sebanyak 7 orang, dan Perguruan Tinggi 1 orang.
yang baru, orang-orang muda usia 20-an lebih Maka dengan tingkat pendidikan yang tinggi
mampu dari pada mereka yang mendekati usia seseorang akan mempunyai wawasan yang tinggi
setengah umur. Oleh karena itu seseorang dengan dan semakin mudah dalam menerima informasi
usia antara 20-29 tahun akan lebih mudah tentang tindakan yang harus dilakukan saat balita
melakukan perawatan yang adekuat pada balita kejang demam. Sehingga ibu mempunyai
kejang demam di rumah, karena ibu akan lebih pengetahuan yang cukup baik dalam penanganan
terampil dalam melakukan tindakan. Contohnya kejang demam di rumah dan bisa meminimalkan
seperti: tindakan untuk menurunkan demam pada resiko komplikasi pada balita yang mengalami
balita ibu melakukan kompres hangat pada balita, kejang demam. Pendapat ini didukung oleh
memberikan obat paracetamol, dan ketika balita Sunaryo (2004) mengatakan bahwa secara luas
mulai panas tinggi yang tak kunjung turun, tindakan pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan
yang dilakukan oleh ibu adalah langsung membawa individu sejak dalam ayunan hingga liang lahat,
balitanya pergi ke pelayanan kesehatan. Sehingga berupa interaksi individu dengan lingkungannya,
hal ini mengakibatkan para ibu cukup baik dalam baik secara formal maupun informal. Proses dan
mengidentifikasi tindakan/penanganan balita kegiatan pendidikan pada dasarnya melibatkan
kejang demam di rumah. masalah prilaku individu maupun kelompok.
Faktor kedua yang menyebabkan responden Faktor ketiga yang menyebabkan responden
sebagian besar dikategorikan cukup baik adalah sebagian besar dikategorikan cukup baik adalah
pendidikan. Hampir setengah responde yaitu pekerjaan. Hasil menunjukkan bahwa sebagian
sebanyak 14 responden (47%) berpendidikan besar responden yaitu 21 responden (70%) tidak
terakhir SD. Menurut Mubarak (2012) pendidikan bekerja atau sebagai ibu rumah tangga. Menurut
berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada Efendy (1998) peranan ibu sebagai istri dan ibu
orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan
tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai
mereka menerima informasi, dan pada akhirnya salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta
makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
Menurut peneliti tingkat pendidikan memang disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai
sangat berpengaruh pada tindakan ibu dalam pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
menangani balita yang mengalami kejang demam Bowden (2011) mengemukakan bahwa stereotip
di rumah. Diketahui bahwa hampir setengahnya gender biasanya menempatkan wanita sebagai
(47%) responden berpendidikan terakir SD. SD perawat dalam rumah tangganya. Hal ini
(Sekolah Dasar) merupakan tingkat pendidikan mencerminkan suatu penerimaan budaya terhadap
yang rendah, akan tetapi pendidikan tidak terbatas wanita/ibu sebagai seorang pengasuh. Tanggung
pada kemampuan membaca, menulis, mempunyai jawab yang biasa dilakukan seorang wanita di
ijazah pendidikan dari lembaga-lembaga formal rumah dapat bertambah, termasuk menyiapkan

pISSN 2443-1125 eISSN 2442-8873 57


JURNAL KEPERAWATAN TERAPAN, VOLUME 1, NO. 2, SEPTEMBER 2015: 53-59

makan, merawat anggota keluarga yang lain seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang
(seperti lansia dan orang cacat), mengobati baru.
penyakit yang lazim dan memelihara ketenagaan Menurut peneliti cara memperoleh sumber
emosi setiap anggota keluarganya. Menurut informasi tentang penanganan kejang demam
peneliti hal diatas dipengaruhi oleh pengalaman dan mempunyai pengaruh terhadap tindakan ibu dalam
seringnya ibu meluangkan waktunya bersama menangani balita yang mengalami kejang demam
balitanya, karena kebanyakan responden sebagai di rumah. Diketahui bahwa sumber informasi yang
ibu rumah tangga atau tidak bekerja. Para ibu akan diperoleh responden adalah dari media cetak; surat
mengetahui balitanya mengalami perkembangan, kabar, majalah. Hal ini akan menambah
pertumbuhan, dan bahkan jika balitanya mengalami pengetahuan responden dengan melihat, membaca
gangguan kesehatan. Ibu akan langsung kemudian mengaplikasikannya dalam bentuk
mengambil tindakan untuk menolong balitanya. Hal tindakan dikehidupan sehari-hari, serta semua
tersebut juga dipengaruhi oleh pengalaman yang responden mempunyai pendidikan. Sehingga
diperoleh responden. Seluruh responden responden mudah dalam mendapatkan informasi
mempunyai pengalaman tentang kejang demam yang baru, seperti ibu membaca artikel tentang
yang dialami oleh balitanya saat dirumah. kejang demam dan ibu mengerti atau faham
Sehingga hal ini mengakibatkan para ibu cukup kemudian mengaplikasikan cara-cara penanganan
baik dalam mengidentifikasi tindakan yang kejang demam pada balitanya. Maka dalam hal
dilakukan ketika balitanya mengalami kejang ini ibu mempunyai pengetahuan yang cukup baik
demam. Pendapat ini didukung oleh Mubarak dalam melakukan tindakan penangganan yang
(2012) pengalaman adalah suatu kejadian yang tepat pada balita yang mengalami kejang demam.
pernah dialami seseorang dalam berinteraksi Pendapat ini didukung oleh Wied Hary A, (1996)
dengan lingkungannya. Ada kecenderungan informasi akan memberikan pengaruh pada
pengalaman yang kurang baik seseorang akan pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang
berusaha untuk melupakan, namun jika pengalam memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia
terhadap objek tersebut menyenangkan maka mendapatkan informasi yang baik dari berbagai
secara psikologis akan timbul kesan yang sangat media misalnya TV, radio atau surat kabar maka
mendalam dan membekas dalam emosi hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan
kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula membentuk seseorang
sikap positif dalam kehidupannya.
Faktor keempat yang menyebabkan PENUTUP
responden sebagian besar dikategorikan cukup baik Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan
adalah cara memperoleh sumber informasi. Hasil bahwa sebagian besar responden cukup tepat
menunjukkan bahwa hampir setengahnya yaitu dalam melakukan penanganan kejang demam pada
sebanyak 14 responden (47%) memperoleh anaknya selama di rumah.
sumber informasi tentang penanganan kejang Bagi orangtua Diharapkan orang tua/ibu yang
demam dari media cetak; surat kabar, majalah. balitanya pernah kejang demam dapat menambah
Menurut Notoatmodjo, (2007) informasi yang pengetahuan mengenai pencegahan dan tindakan
diperoleh dari berbagai sumber akan awal yang harus dilakukan pada balita kejang
mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. demam dengan cara aktif mengikuti penyuluhan
Bila seseorang banyak memperoleh informasi yang dilaksanakan oleh pelayanan kesehatan
maka ia cenderung mempunyai pengetahuan yang seperti di rumah sakit
lebih luas. Menurut Mubarak (2012) pengetahuan Bagi rumah sakit Diharapkan setelah
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya mengetahui tindakan ibu dalam menangani balita
informasi. Kemudahan untuk memperoleh suatu yang mengalami kejang demam di rumah dapat
informasi dapat membantu mempercepat

58 pISSN 2443-1125 eISSN 2442-8873


Ain, Tindakan ibu dalam menangani balita yang KD di rumah

dijadikan bahan pertimbangan bagi pelayanan Hurlock B, Elizabeth. 1998. Psikologi Perkembangan,
kesehatan dalam meningkatkan kesejahteraan dan Jakarta: Erlangga
kesehatan balita yaitu dengan memberikan Kumalasari, Intan. 2012. Kesehatan Reproduksi,
penyuluhan khususnya tentang kejang demam Jakarta: Salemba Medika
Lumbantobing. 2004. Kejang Demam (Febrile Con-
Bagi peneliti selanjutnya Dapat menjadi bahan
vulsions), Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
dan acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2012. Promosi Kesehatan,
khususnya mengenai peran serta anggota keluarga Yokyakarta: Graha Ilmu
dalam penanganan kejang demam yang terjadi Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, Jakarta: EGC
berulang-ulang Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan
. Ilmu Perilaku, Jakarta: PT. Rineka Cipta
DAFTAR PUSTAKA Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Prilaku Kesehatan,
Jakarta: Rineka Cipta.
Alimul, Aziz. 2003. Riset Keperawatan dan Teknik
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Konsep Penelitian Ilmu
Penulisan Ilmiah, Jakarta: Salemba Medika.
Keperawatan, Jakarta: PT. Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu
Rudolph, Abraham M. 2007. Buku Ajar Pediatri
Pendekatan Praktik, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Rudolph, Volume 3, Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Bowden, Jan. 2011. Promosi Kesehatan dalam
Setiadi, 2007. Konsep dan Penulisan Riset
Kebidanan, Jakarta: EGC
Keperawatan, Yogyakarta: Graha Cipta
Edy Riyawan, 2013. Makalah Kegawatdaruratan
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan, Jakarta:
Kejang Demam, (Online), (www.google.com.http/
EGC
/makalah-kegawat-darurata-kejang-demam,
Wijaya, M.C. 2003. P3K Pada Balita, Jakarta: Kawan
diakses 10 Desember 2013)
Pustaka
Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-dasar Keperawatan
Kesehatan Masyarakat, Jakarta: EGC

pISSN 2443-1125 eISSN 2442-8873 59

Das könnte Ihnen auch gefallen