Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
XI
PENENTUAN HARGA TRANSPER
( TRANSFER PRICING )
1. Pendahuluan
Adanay banyak landasan literatur mengenai model hara transfer namun sedkit sekali dari model
tersebut yang digunakan dalam kehidupan nyata .Meskipun model model tersebut tidak secara
langsung dipakai dalam aktiivitas dunia usaha namun berguna dalam konseptualisasi sistem harga
transfer .Model- model ini dibagi menjadi tiga jenis -R.Anthony and VijaiGovindaran (2011):
Pertama Model Ekonomi .Model ini dikemukan oleh Jack Hirschleifer dalam sebuah artikel tahun
1956 yang sering disebutkan juga Model Klasik yang mengasumsikan bahwa harga transfer
akan dipengaruhi oleh staf pusat dan menyangkal pentingnya negosiasi diantara unit –unit usaha.
Kedua Model Program Linier adalah model yang berdasarkan pendekatan biaya kesempatan
( Opportunity Cost ),model ini juga mengkombinasikan hambatan hambatan kapasitas serta
model ini dapat menghitung polla produksi optimal ,sehingga model program Linier menghitung
nilai yang menunjukan kontribusi laba dari setiap sumber daya yang langka yang dikenal dengan
istilah harga bayangan .Ketiga Model Nilai Shapley,Model ini dikembangkan pada tahun 1953
oleh L.S.Shapley sebagai metode pembagian laba dari koalisiperusahaan atu individu dari
bebarapa ianggota individu sesuai dengan proprosi kontribusi masing –masing .Model-model
tersebut diatas kurang popouler dan tidak pleksibel dalam praktek bisnis .
Dengan semakin komplek lingkungan afiliasi perusahaan maupun divisi usaha serta diferensiasi
bisnis maka pengelolaan unit –unit bisnis cenderung kearah desentralisasi .
Latar belakang timbulnya penentuan harga transfer dapat dihubungkan dengan proses
diferensiasi bisnis dan perlunya integrasi manejemen usaha. Masalah penentuan harga transfer
terjadi dalam perusahan yang organisasinya disusun menurut Pusat-pusat laba dan antar pusat
laba tersebut terjadilah transfer berupa barang dan jasa.Jika suatu kesatuan usaha (entity) dibagi
dalam banyak/segmen dengan manajer-manajer yang mempunyai tanggung jawab maka area
divisi/segmen tersebut disebut Pusat Tanggung jawab (Renponsilibity Center) yang terdiri dari :
Harga transfer merupakan harga yang dibebankan oleh satu sub-unit untuk suatu produk atau jasa
yang dipasok ke subunit yang lain diorganisasi yang sama.Harga transfer berusaha untuk
mencapai (a) kesesuain tujuan, (b) usaha manajemen, (c) evaluasi kinerja subunit ,dan ( d)
otonomi subunit (jika diinginkan )
224
manajer d-divisi itu hanya bertanggung jawab mengontrol/mengendalikan biaya saja dan tidak
terhadap pendapatan .
225
Penentuan harga transfer secara rinci diklasifikasikan
a. Harga transfer atas dasar harga Pasar dan Harga transfer dasar Biaya
b. Biaya dapat dipisahkan antara biaya penuh sesungguhnya dan biaya penuh standar.
c. Biaya penuh sesungguhnya maupun standar dapat dilakukan dengan pendekatan
Obsorption Costing,direct costing dan Activity-Based-Costing.
Perbandingan penetapan Harga transfer dapat diikhtisarkan sebagai berikut :
TABEL
Kriteria Berdasarkan Pasar Berdasarkan biaya Dinegosiasikan
226
2.2 .Ilustrasi Penetapan Harga Transfer (Adaptasi dari :Charles T.Horngren)
Divisi Transportasi
Divisi Penyulingan
Harga pasar per
Biaya variabel per barel Harga pasar per barel
barel minyak
bensin $ 8 bensin yang dijual
mentah yang
Biaya tetap per barel kepihak eksternal =
dipasok ke
bensin 6 $ 58
Penyulingan
Biaya penuh per barel
Pelaju = $ 21 bensin $ 14
Harga transfer tersebut akan bervariasi bergantung pada metode penetapan harga yang
digunakan.Bila dari ilustrasi diatas harga transfer dari divisitranportasi ke divisi Penyulingan
dalam ketiga metode penetapan harga transfer adalah :
1. Harga transfer berdasarkan pasar sebesar $ 21 per-barel minyak mentah didasarkan pada
harga pasar kompetitif di Pelaju palembang.
2. Harga transfer berdasarkan biaya pada ,MISALKAN 110 % biaya penuh,dimana biaya penuh
merupakan biaya dari minyak mentah yang dibeli ditambah biaya variabel dan biaya tetap
divisi transportasi : 1,10 x ($12+ $1+ $ 3 ) = $ 17,60.
3. Harga transfer yang dinegosiasikan sebesar $ 19,25 per-barel minyak mentah yang berada
diantaraharga transfer berdasarkan pasar dan harga transfer berdasarkan biaya.
227
Harga transfer menciptakan laba untuk divisi penjualan dan biayayang berhubungan dengan divisi
pembelian yang hilang ketika hasildivisi digabungkan secara keseluruhan didalam PT pertamina
Pelaju.
Dari ilustrasi tambahan diatas berarti total laba operasi PT Pertamina Pelaju dari
pembelian,pengangkutan dan penyulingan bila diasumsikan jumlah minyak ditransfer 100 barel
dan penjualan 50 barel bensin maka akan internal yang digunakan sebagaiman diiliustrasikan
selanjut ini :
PT Pertamina Pelaju
Data Produksi dan Penjualan
Barel minyak yang ditransfer = 100
Barel bensin yang dijual = 50
Divisi Penyulingan
Pendapatan, $58 x 50 barel
bensin $2.900 $2.900 $2.900
Biaya
Biaya angkut , $21, $17,60,
$19,25 x 100 barel minyak
228
mentah 2.100 1.760 1.925
Biaya variable divisi, $8 x 50
barel bensin 400 400 400
Biaya tetap divisi, $6 x 50
barel bensin 300 300 300
Total biaya divisi 2.800 2.460 2.625
Laba Operasi divisi $ 100 $ 440 $ 275
Dua faktor yang harus dipertimbangkan dan disepakati antara penjual dan pembeli produk/jasa
dalam menentukan laba yang diperhitungkan harga transfer adalah : a.Dasar yang digunakan
untuk menentukan laba
b. Besarnya Laba yang diperhitungkan.
Prosentase tertentu dari Aktiva yang dipergunakan untuk memproduksi produk.Jika laba
ditentukan dengan persen tertentu dari biaya penuh,harga transfer yang dihasilkan Dasarnya
digunakan dapat mempergunakan persen tertentu dari Total biaya atau tidak memperhitungkan
modal yang dibutuhkan dalam memproduksi produk transfer.
Aktiva penuh dasar yang baik dalam menghitung laba dalam harga transfer,namun banyak masalah
yang timbul dalam menentukan Investement Based
229
untuk mencapai tujuan tersebut adalah pendekatan biaya peluang (Opportunity Cost-approach )
yaitu dengan cara mengidentifikasi harga minimum yang ingin diterima DIVISI PENJUAL dan harga
maksimum yang menguntungkan dibayar/dibebankan oleh DIVISI PEMBELI.Harga –harga
minimum dan maksimum tersebut sesuai dengan biaya peluang (opportunity cost ) transfer
internal yakni harga transfer minimal divisi penjual dan harga transfrer minimal divisi pembeli
(i).Harga transfer minimum adalah :harga transfer yang akan membuat keadaan dvisi penjual tidak
menjadi lebih buruk/ divisi merugi jika barang dijual pada divisi internal dari pada dijual kepada
pihak luar yang sering disebut batas bawah (floor) dari rentang penawaran.
(ii).Harga transfer maksimum adalah : harga transfer yang akan membuat keadaan divisi pembeli
tidak menjadi lebih buruk/laba divisi menurun jika suatu input /suku cadang/barang dibeli dari
divisi internal dibandingkan bila dibeli dari eksternal,yang sering disebut batas atas (ceiling0 dari
rentang penawaran..
230
Jumlah Pengurangan 21,0 %
========
Kebaikan dari metode ini karena harga pasar merupakan opportunity Cost sehingga dapat
dijadikan alat ukur yang baik bagi kinerja divisi pembeli dan divisi penjual perusahan.
Kelemahan antara lain tidak semua produk punya harga pasar,biasanya divisi penjual sudah punya
pasar pasti dengan harga yang telah disepakati serta harga pasar sering berbeda dengan harda
dalam price list.
( ii ). Penenrtuan Harga transfer atas dasar Biaya (Cost –Based Transfer Pricing)
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan oleh manajemen dalam penentuan harga transfer atas
dasar biaya adalah :
a. Tanggung jawab masing-masing divisi yang terlibat harus dipisahkan ,bila divisi
penjual tidak efesien maka penentuan harga transfer harus dikeluarkan/tidak boleh
dialihkan ke divisi pembeli melalaui harga transfer.
b. Penentuan harga transfer harus mendorong divisi penjual untuk melakukan
perbaikan,meningkatkan produktivitas dan efesiensi kerja.
c. Harus ada aturan yang baku dan fairness antara divisi penjual dan pembeli dalam
penetuan harga transfer.
Dalam Cost-based transfer pricing harus mengguna konsep biaya penuh /obsoption costing dan
harga transfer dapat dihitung dengan tiga pendekatan :
a).Pendekatan :Full costing
Rumus:
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------.
Harga Transfer = Biaya Obsorpsi/penuh + Laba
Masalah yang muncul ketika biaya penuh ditambah mark-up bila digunakan sebagai harga transfer
adalah bila biaya penuh ditambah mark-up mungkin mengarah pada keputusan sub-optimal
karena hal tersebut menyebabkan divisi yang membeli akan memandang biaya tetap dan mark-up
231
dari divisi yang menjual sebagai biaya variabel.Karena Divisi yang membeli mungkin akan membeli
produk dari luar/pemasok dengan harga yang lebih murah,sehingga ada penghematan.
ILUSTRASI-XI-2
PT Indo Global Mandiri memiliki Divisi Work Shop sebagai profit center dan divisi Teknik produksi
sebagai pembeli intern.Divisi Work Shop memproduksi spare part A yang dijual keluar dan untuk
pemakaian (divisi Teknik).Kedua Divisi sedang memperimbangkan penentuan harga transfer
Spare part –A tahun anggaran 2011.Dasar perhitungan Anggaran bahwa tingkat produksi
beroperasi pada kapasitas normal sebanyak 12.000 unit . Estimate perhitungan harga pokok
produksi dan Non produksiuntukanggaran 2011 adalah :
Biaya Produksi Rp 2.400.000.000
Biaya Adm dan umum Rp 600.000.000
Biaya Penjualan Rp 240.000.000
------------------------
Total Biaya Rp3.240.000.000
=============
Total Aktiva pada awal tahun anggaran 2011 diproyeksikan sebesar Rp 10 Milyar.
Laba yang diharapkan ditetapkan dengan ROI 20 %.
Diminta : Harga trnsfer Spare part –A yang dihitung dengan Cost
Pendekatan Full costing.
Jawab :
Perhitungan Mark-Up:
Biaya Adm dan umum Rp 600.000.000
Biaya Penjualan Rp 240.000.000
Laba yang diharapkan 20% x Rp 10 Milyar Rp 2.000.000.000
----------------------------
Jumlah Rp 2.840.000.000
Biaya Produksi Rp2.400.000.000
-------------------------
Mark-Up 118,3 %
Perhitungan Harga Transfer
Biaya Produksi Rp 2.400.000.000
Mark-Up 118 %x Rp 2.400.000.000 Rp 2.840.000.000
--------------------------
Harga Jual Divisi Work shop Rp 5.240.000.000
Volume Spare part yang ditransfer 12.000 unit
232
Harga Transfer per-unit Rp 436,667 (Pembulatan )
=========
ILUSTRASI-XI-3
PT Indo Global Mandiri memiliki Divisi Work Shop sebagai profit center dan divisi Teknik produksi
sebagai pembeli intern.Divisi Work Shop memproduksi spare part A yang dijual keluar dan untuk
pemakaian (divisi Teknik).Kedua Divisi sedang memperimbangkan penentuan harga transfer
Spare part –A tahun anggaran 2011.Dasar perhitungan Anggaran bahwa tingkat produksi
beroperasi pada kapasitas normal sebanyak 12.000 unit . Estimate perhitungan Biaya pendekatan
variable costing sebesar Rp.3.240.000.000 sebagai berikut :
Biaya Variabel:
Biaya Produksi Variabel Rp. 1.800.000.000
Biaya Adm dan umum Variabel Rp. 120.000.000
Biaya Penjualan Variabel Rp. 60.000.000
Total Biaya Variabel --------------------------- Rp 1.980.000.000
Biaya Tetap :
Biaya Produksi Tetap Rp 600.000.000
Biaya Adm dan umum tetap Rp 480.000.000
Biaya Penjualan Tetap Rp 180.000.000
233
Total Biaya Tetap --------------------------- Rp 1.260.000.000
------------------------
Total Biaya penuh Rp 3.240.000.000
==============
Total Aktiva pada awal tahun anggaran 2011 diproyeksikan sebesar Rp 10. Milyar.
Laba yang diharapkan ditetapkan dengan ROI 20 %.
Diminta :
Harga trnsfer Spare part –A yang dihitung dengan Cost-Based Transfer Pricing dengan
pendekatan variabel Costing
Jawab : XI-3
Perhitungan Mark-Up:
Biaya Tetap Rp 1.260.000.000
Laba yang diharapkan 20% x Rp 10 milyar Rp 2.000.000.000
------------------------ (+)-
Jumlah Rp 3.260.000.000
Biaya Variabel R0p 1.980.000.000
Mark-Up 165 %
Perhitungan Harga Jual :
Biaya Variabel Rp 1.980.000.000
Mark-Up 165 % x Rp 1.980.000.000 Rp 3.267.000.000
------------------------ ( + )
Rp 5.247.000.000
Volume Produk 12.000 unit
Harga transfer yang disepakati/ dinegosiasikan seringkali digunakan ketika harga pasar tidak
menentu dan berubah-ubah secara konstan.Harga transfer yang dinegosiasikan merupakan hasil
dari proses penawaran antara unit yang membeli ( yang menerima ) dan unit yang menjual
dimana dua divisi menegosiasikan harga transfer jika terdapat kapasitas yang tidak terpakai.
234
ILUSTRASI-XI-4
PT Indo Global Mandiri Mempunyai suatu divisi (Divisi X) memerlukan 5.000 unit suku cadang
khusus yang dibuat menurut pesanan.Divisi Y pada perusahaan terebut mampu membuat Suku
cadang tersebut .Menurut perhitungan divisi Y biaya variabel untuk membuat suku cadang per-
unit Rp 8.000 dimana untuk memproduksi suku cadang khusustersebut divisi Y mengurangi
produksi A sebanyak 3.500 unit.Produk A dijual Rp 45.000 dengan biaya varibel per-unit Rp 25.000.
Jawab :XI- 4
RUMUS = Harga Transfer = Biaya Variabel per-unit + Marjin kontribusi yang hilang dalam
-----------------
Rp 20.000
Rumus Rp 70.000.000
5.000 unit
Dengan demikian Harga Transfer ini adalah harga minimal (Tidak boleh < Rp.22.000)
=======================================================================
235
LATIHAN MANDIRI
XI.TEORI
1. Harga yang dipakai untuk mentransfer barang dan jasa antar divisi dan dari unit afiliasi
yang satu keunit yang lain disebut Transfer Pricing. B/S
2. Yang dapat digunakan sebagai dasar penentuan transfer pricing hanya perhitung biaya
dengan pendekatan Activity Based Costing ( ABC –Costing ) B/S
3. Yang dapat digunakan sebagai dasar penentuan Transfer Pricing adalah hanya konsep
biaya penuh (Full Costing ): B/S
4. Penentuan Harga Transfer menurut full costing mencakup Obsorption Costing,direct
costing/variable costing Dan Activity Based costing : B/S
5. Dalam penentuan Harga transfer oleh harga pasar ,maka Harga pasar tersebut harus
dikurangi (Market Price—minus )dengan potongan volume (Rabat),biaya promosi ,komisi
penjualan dan biaya penagiahan serta biaya pergudangan
6. Hal-hal yang harusdipertimbangkan dalam Penenrtuan Harga transfer atas dasar Biaya
(Cost –Based Transfer Pricing) adalah:
a. Tanggung jawab masing-masing divisi yang terlibat harus dipisahkan ,bila divisi
penjual tidak efesien maka penentuan harga transfer harus dikeluarkan/tidak boleh
dialihkan ke divisi pembeli melalaui harga transfer.
b. Penentuan harga transfer harus mendorong divisi penjual untuk melakukan
perbaikan,meningkatkan produktivitas dan efesiensi kerja.
c. Harus ada aturan yang baku dan fairness antara divisi penjual dan pembeli dalam
penetuan harga transfer.
d.Semuanya benar
XI.2. Problem
1. PT Indo Global Mandiri( PT IGM ) merupakan perusahaan yang sangat terdesentralisasi. Setiap
manajer divisi memiliki otoritas penuh untuk keputusan pengambilan sumber dari luar dan
keputusan penjualan. Divisi mesin dari PT IGM telah menjadi pemasok utama dari 2.000 poros
Akan tetapi, Divisi Traktor baru saja mengumumkan rencananya membeli semua poros mesinnya
236
ditahun mendatang dari dua pemasok eksternal dengan harga $200 per poros mesin. Divisi mesin
Pillercat belum lama ini meningkatkan harga jualnya untuk tahun yang akan datang menjadi $220
Tuan BAGUS manajer Divisi Mesin, kenaikan harga sebesar 10% merupakan hal yang wajar. Hal
tersebut diperoleh dari beban penyusutan yang lebih tinggi dari beberapa peralatan khusus yang
baru, yang digunakan untuk membuat poros mesin dan kenaikan dalam biaya tenaga kerja. Tuan
Bagus ingin agar presiden direktur dari PT IGM untuk memaksa Divisi Traktor untuk membeli
semua poros mesinnya dari Divisi Mesin dengan harga $220. Tabel berikut meringkas data kunci.
A B
1. Jumlah poros mesin yang dibeli oleh Divisi Traktor 2.000
2. Harga pasar per poros mesin dari pemasok eksternal $200
3. Biaya Variabel per poros mesin di Divisi Mesin $190
4. Biaya tetap per poros mesin di Divisi Mesin $20
DIMINTA
(1). Hitung keuntungan atau kerugian dalam istilah laba operasi tahunan untuk PT IGM secara
keseluruhan jika Divisi Traktor membeli poros mesin secara internal dari Divisi Mesin dibawah
tuan Bagus bahwa Anda memaksa Divisi Traktor untuk membeli semua poros mesinnya
dari Divisi Mesin?Apakah respon Anda akan berbeda berdasarkan Tiga kasus yang
JAWABAN : X.2.1
(1). Perhitungan untuk Divisi Traktor membeli poros mesin secara internal untuk satu tahun pada kasus a,
237
b, c.
A B C D
1 Kasus
2 a b C
3 Jumlah poros mesin yang dibeli oleh Divisi Traktor 2.000 2.000 2.000
4 Harga pasar per poros mesin dari pemasok eksternal $200 $200 $185
5 Biaya Inkremental per poros mesin di Divisi Mesin $190 $190 $190
6 Biaya oportunitas Divisi mesin memasok poros - $29.00 -
7 Mesin ke Divisi Traktor
8
9 Total biaya pembelian jika membeli dari pemasok
10 Eksternal (2.000 poros x $200,$200,$185 per poros) $400.000 $400.000 $370.000
11 Biaya Inkremental karena membeli dari Divisi Mesin
12 (2.000 poros x $190 per poros ) 380.000 380.000 380.000
13 Total biaya oportunitas di Divisi mesin - 29.00 -
14 Total biaya relevan 380.000 409.000 380.000
15 Keuntungan (kerugian) laba operasi tahunan untuk
16 Pillercat karena membeli dari Divisi Mesin $20.000 $(9.000) $(10.000)
Pedoman umum yang diperkenalkan dibab ini sebagai langkah pertama dalam menetapkan harga
A B C D E F G
1 Kasus Biaya Inkremental per Biaya Harga Harga
Pemasok
2 a $190 + $0 = $190 $200
3 b $190 + $14,50 = $204,50 $200
4 c $190 + $0 = $190.00 $185
“Biaya oportunitas per unit = Total Biaya oportunitas + Jumlah poros mesin =$14,50
Membandingkan harga transfer dengan harga pasar eksternal, Divisi Traktor akan memaksimalkan
laba operasi tahunan dari PT IGM secara keseluruhan dengan membeli dari Divisi Mesin dikasus a
238
(2). PT IGM merupakan perusahaan yang sangat terdesentralisasi. Jika tidak terdapat transfer
yang dipaksakan, Divisi traktor akan menggunakan pemasok ekstrenal, keputusan yang akan
menjadi kepentingan terbaik perusahaan secara keseluruhan dalam kasus b dan c dari pertanyaan
berarti bahwa perusahaan akan menderita kerugian $20.000 dalam jangka pendek. Apakah
sebaiknya manajem,en puncak turut campur dan memaksa tranfer pada $ 200?.Campur tangan
ini akan memotong filosofi desentralisasi. Banyak manajemen puncak tidak tidak akan turut
campur karena mereka akan memandang $20.00, sebagai biaya yang tidak terhindarkan dari
keputusan suboptimal yang dapat muncul pada desentralisasi. Akan tetapi berapa tinggi biaya
ini sebelum godaan untuk turut campur menjadi tidak tertahankan? $30.00? $40.00?.Setiap
campur tangan manajemen puncak dengan pengambilan keputusan tingkat yang lebih rendah
turut campur untuk mencegah kesalahan yang menelan banyak biaya. Akan tetapi membiarkan
X.2.2. Koperasi Universitas IGM bergerak dalam desain dan produksi perkakas roll, dan
mesin-mesin khusus. Peralatan yang digunakan oleh perusahaan meliputi penggilingan
mesin, tukang las Hidrolik, penekan bor, penekan hidrolik, dan perlengkapan pemanasan
(Oven). Karena persaingan yang ketat dari barang impor Koperasi UIGM memilki
kelebihan kapasitas yang besar, dan pada tahun yang lalu telah mem-PHK 100 karyawan.
Harga produk, Koperasi UIGM memperkirakan biaya desain produk dan mark –up naik
sebesar 40 persen .
Biaya diperkirakan sebagai berikut:
(i) Biaya desain :Berdasarkan jam rekayasa estimasi tarif Rp.80 per jam
(ii) Bahan :Perkiraan biaya aktual bahan.
(iii)Tenaga kerja :Perkiraan biaya tenaga kerja langsung aktual
(iv) Penyusutan Peralatan :Pabrik berdasarkan tarif overhead yang telah ditentukan
untuk setiap jenis peralatan.
Untuk setiap jenis peralatan, perusahaan membagi estimasi penyusutan tahunan dalam
jam kerja tahunan dengan estimasi penggunaan sebagai berikut :
239
Oven /Pemanasan Rp 10.000.000 4.000
(v). Biaya pabrikasi lainnya diperkirakan sebagai Rp100 per jam tenaga kerja langsung
overhead ( diluar depresiasi).
Preston Company memesan mesin peralatan dalam jumlah besar dengan harga beli Rp
100.000 per-unit
Koperasi Universitas IGM menetapkan harga jual kepada Preston co dengan perkiraan
kalkulasi biaya sbb.:
Bahan Rp 50.000
Tenaga kerja langsung 28 Jam x Rp 50 Rp 1.400
15 Jam x Rp 36 Rp 540
25 Jam x Rp 60 Rp 1.500
Waktu desain 18 Jam
Waktu penggilingan 9.0 Jam
Waktu pengelasan 5.0 Jam
Waktu penekanan bor 7.0 Jam
Waktu penekanan Hydrolic 6.5 Jam
Waktu Pemanasan 2.0 Jam
Biaya Overhead lainnya: _______
Total Biaya Perkiraan : _______
Mark Up 40% : _______
Tawaran Harga : _______
Diminta :
240