Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Parameter isian dari bahan peledak dalam massa batuan dijabarkan dalam bentuk
geometri peledakan dimana geometri peledakan berguna untuk mengontrol hasil
peledakan berdasarkan standar geometri peledakan sesuai dengan metode R.L.Ash
yaitu : diameter lubang ledak4), burden, sub drilling, stemming, spacing dan kedalaman
lubang ledak.
Gambar 3.7.
Geometri Lubang Ledak1)
15
16
Ukuran diameter lubang ledak merupakan faktor yang paling penting dalam
merancang suatu peledakan, karena akan mempengaruhi dalam penentuan jarak burden
dan jumlah bahan peledak yang digunakan pada setiap lubangnya.Untuk diameter
lubang ledak yang kecil, maka energi yang dihasilkan akan kecil. Sehingga jarak antar
lubang bor dan jarak ke bidang bebas haruslah kecil juga, dengan maksud agar energi
ledakan cukup kuat untuk menghancurkan batuan, begitu pula sebaliknya.
Peningkatan diameter seiring dengan keuntungan sebagai berikut:
• Kecepatan detonasi yang tinggi memberikan stabilitas yang lebih mantap yang tidak
terpengaruh faktor eksternal.
• Ongkos keseluruhan pemboran dan peledakan yang lebih rendah.
• Pengisian bahan peledak lebih mudah.
• Produksi pemboran lebih tinggi
Pada batuan masif jika panjang isian (L) dan diameter lubang ledak (D)
mempunyai perbandingan L/D < 60 disarankan untuk meningkatkan Powder factor,
apabila perbandingan antara L/D > 60 peningkatan diameter pemboran sangat
disarankan untuk meningkatkan Powder factor dan fragmentasi diutamakan. Untuk
peledakan permukaan diameter yang biasanya di pakai berkisar antara 50 mm – 380
mm, dalam pekerjaan teknik sipil 50 mm – 125 mm, untuk peledakan bawah tanah
125 mm – 220 mm dan peledakan jenjang ukuran diameter normalnya berkisar antara
64 mm – 90 mm.
pergerakan sama sekali. Jarak burden yang baik adalah jarak yang memungkinkan
energi ledakan bisa secara maksimal bergerak keluar dari kolom isian menuju
bidang bebas dan dipantulkan kembali dengan kekuatan yang cukup untuk melampaui
kuat tarik batuan sehingga akan terjadi penghancuran batuan. Semakin besar diameter
lubang ledak maka akan semakin besar jarak burdennya, karena dengan diameter lubang
ledak yang semakin besar maka bahan peledak yang digunakan akan semakin banyak
pada setiap lubangnya sehingga akan menghasilkan energi ledakan yang semakin besar.
Besar ukuran burden biasanya antara 25 sampai 40D (diameter lubang ledak)3).
Burden yang terlalu kecil akan mengakibatkan pelemparan dan penghancuran batuan
yang berlebihan sehingga terjadi lontaran batuan (flyrock), sedangkan burden yang
terlalu besar akan mengakibatkan hasil peledakan berupa bongkahan (boulder) dan
relatif masih pada posisi semula (lihat Gambar 3.8). Berbeda dengan densitas batuan,
apabila densitas batuan semakin besar maka perlu dilakukan pengecilan ukuran burden
agar energi ledakan berkontraksi maksimal sehingga fragmentasi batuan yang
dihasilkan akan baik (lihat Tabel 3.2.).
Flyrock
Flyrock
Boulder
Gambar 3.8
Pengaruh Burden Untuk Hasil Peledakan 3)
18
Tabel 3.3.
Densitas Batuan 3)
No. Rock Type Density (gr/cm3) No. Rock Type Density (gr/cm3)
1. Basalt 2,8 – 3,0 9. Marble 2,1 – 2,9
2. Diabase 2,6 – 3,0 10. Micaschist 2,5 – 2,9
3. Diorite 2,8 – 3,0 11. Quartzite 2,0 –2,8
4. Dolomite 2,8 – 2,9 12. Sandstone 2,0 – 2,8
5. Gneiss 2,6 – 2,9 13. Shale 2,4 – 2,8
6. Granite 2,6 – 2,9 14. Slate 2,5 – 2,8
7. Hematite 4,5 – 5,3 15. Trap Rock 2,6 – 3,0
8. Limestone 2,4 – 2,9
Menurut R.L Ash untuk mengetahui berapa besar burden yang dikehendaki maka
harus mengetahui konstanta Kb dahulu. Harga Kb berkisar 20-40 dengan
Kb standar = 30. sebagai pendekatan untuk menentukan harga Kb dilapangan
berdasarkan pengalaman adalah :
• Light explosives pada dense rock Kb = 20
• Heavy explosives pada light rock Kb = 40
• Light explosives pada average rock Kb = 25
• Heavy explosives pada average rock Kb = 35
Disebut Kb standar, yaitu Kb yang ditentukan berdasarkan perhitungan rata-rata dari
percobaan R.L Ash yang menggunakan bahan peledak standar dan batuan standar.
Bahan peledak standar, yaitu bahan peledak yang mempunyai berat jenis (SG std) = 1,2
dan mempunyai kecepatan detonasi Ve std = 12.000 fps serta batuan yang diledakkan
mempunyai Densitas (Dstd) = 160 pcf. Apabila batuan yang diledakkan dan bahan
peledak yang digunakan tidak standart maka Kb-standart dikoreksi menggunakan
faktor penyesuaian (adjusment factor) sebagai berikut :
Kb terkoreksi = Kb std x Af1 x Af2 …………………………………………...(3-8)
1 3
D
Af1 = std ………………………………………………………(3-9)
D
1 3
SG Ve2
Af2 =
2
…………………………………………….(3-10)
SGstd Vestd
19
Jadi secara teoritis besarnya burden dapat ditentukan dengan persamaan sebagai
berikut :
Kbterkoreksi xDe
B = …………………………………………………...(3-11)
39,3
Dimana,
B = Burden ( m )
Kb = Burden ratio
Kb std = Burden ratio standard ( 30 )
Af1 = Faktor penyesuaian terhadap densitas batuan
Af2 = Faktor penyesuaian terhadap densitas bahan peledak
Dstd = Densitas batuan standar ( 160 pcf )
D = Densitas batuan yang diledakkan ( pcf )
SGstd = Berat jenis bahan peledak standar ( 1,2 )
SG = Berat jenis bahan peledak yang digunakan
Vestd = Kecepatan detonasi bahan peledak standar ( 12.000 fps )
Ve = Kecepatan detonasi bahan peledak yang digunakan ( fps)
39,3 = Angka konversi dari inci ke meter
Tabel 3.4.
Perbandingan Subdrilling (J) dengan Burden (B)4)
Perbedaan Formasi Batuan J/B
Open bedding plane at toe -
Horizontal satisfaction 0
Easy toe, soft rock 0,1 – 0,2
Normal toe, medium hard rock 0,3
Difficult toe, hard rock 0,4 – 0,5
kedalaman lubang ledak dan acuan ukuran panjang stemming maka acuan ukuran
panjang kolom isian bahan peledak didalam lubang ledak akan dapat diketahui pula.
Acuan panjang isian bahan peledak didalam lubang ledak dihitung dengan rumus :
PC = H – T…………………………………………………………….…...(3-16)
dimana :
PC = Panjang kolom isian, (m)
T = Panjang stemming, (m)
C.J. Konya menyatakan bahwa Stiffness Ratio (L/B) memberikan pengaruh yang
besar terhadap hasil peledakan. Jika Stiffness Ratio sama dengan 1, maka ukuran
fragmen batuan akan besar dengan adanya overbreak dan masalah pada toe. Dengan
24
Stiffness Ratio sama dengan 2 akan mengurangi masalah ini dan hilang apabila Stiffness
Ratio sama dengan 3.
Gambar 3.9.
Bentuk Cut 3)
25
Ve = xD 2 (H-T)..………………………………………………………….(3-18)
4
Dimana,
Ve = Volume bahan peledak yang digunakan (m3)
D = Diameter lubang ledak (m)
H = Kedalaman lubang ledak (m)
T = Stemming (m)
Sedangkan berat bahan peledak yang akan digunakan dapat diketahui dengan
persamaan :
We = Ve x SGexp….………………………………………………….….(3-19)
Dimana,
We = Berat bahan peledak yang digunakan (Kg)
Ve = Volume bahan peledak yang digunakan (m3)
SG = Specific Gravity bahan peledak (ANFO)
Tabel 3.6.
Powder Factor pada Batuan 4)
Types Of Rock Powder Factor (kg/m3)
Massive high strength rock 0,6 – 1,5
Medium strength rock 0,3 – 0,6
Highly fissured rock, weathered or soft 0,1 – 0,3
Nilai powder factor dipengaruhi oleh jumlah bidang bebas, geometri peledakan,
pola peledakan, struktur batuan dan karakteristik massa batuan itu sendiri. Dalam
menentukan powder factor terdapat empat macam satuan yang dapat digunakan:
1. Berat bahan peledak per volume batuan yang diledakkan (kg/m 3).
2. Berat bahan peledak per berat batuan yang diledakkan (kg/ton).
3. Volume batuan yang diledakkan per berat bahan peledak (m 3/kg).
4. Berat batuan yang diledakkan per berat bahan peledak (ton/kg).
Dengan powder factor dapat diketahui konsumsi bahan peledak yang digunakan.
Untuk perhitungan berdasarkan volume (m3) tiap lubang ledak dihitung dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:
E
PF = …………………………………………………………………..(3-20)
V
Dimana,
PF = Powder factor (kg/m3)
E = Berat bahan peledak yang digunakan, (kg)
V = Volume batuan yang berhasil diledakkan, (m3)
a. Retakan-retakan atau batuan yang pecah melebihi batas akhir jenjang atau melewati
baris akhir dari lubang ledak (back break).
b. Tonjolan sisa batuan setelah dilakukan peledakan yang menggantung pada dinding
bagian atas dari jenjang (overhang).
c. Tonjolan batuan setelah dilakukan peledakan yang terdapat pada dasar lantai dari
jenjang (toe).
d. Batuan yang hancur sehingga melebihi batas akhir dari jenjang (overbreak).
Gambar 3.10.
Bentuk Jenjang Setelah Peledakan3)
K = Qe 6 …………………………………………………(3-24)
X S ANFO
Cunningham merealisasikan kurva Rosin-Ramler yang diakui mempunyai
kesamaan antara hasil peledakan dengan hasil alat peremuk batuan. Untuk mengetahui
distribusi ukuran fragmentasi hasil peledakan dapat diketahui dengan persamaan
Kuznetsov, yaitu 5) :
(X XC )n
Rx = e …………………………………………………………….(3-25)
Dimana,
Rx = Perbandingan dari material yang tertinggal dalam ayakan
X = Ukuran ayakan ( inchi )
Xc = Nilai karakteristik batuann
n = Indeks Of Uniformity
Gambar 3.11.
Kurva Rosin-Ramler 5)
29