Sie sind auf Seite 1von 6

TERAPI BERMAIN DAN PENILAIAN PERKEMBANGAN ANAK DI

RUANG IMUN RUMAH SAKIT INDAH HARAPAN

Disusun Oleh:

Nama Mahasiswa : Intania Indriyani

NIM : R.17.01.035

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU

INDRAMAYU

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak sakit yang dirawat di Rumah Sakit umumnya mengalami krisis oleh
karena seorang anak akan mengalami stres akibat terjadi perubahan
lingkungan serta anak mengalami keterbatasan untuk mengatasi stres. Krisis
ini dipengaruhi oleh berbagai hal yaitu usia perkembangan anak, pengalaman
masa lalu tentang penyakit, perpisahan atau perawatan di rumah sakit, support
system serta seriusan penyakit dan ancaman perawatan.

Stress yang dialami seorang anak saat dirawat di Rumah Sakit perlu
mendapatkan perhatian serta pemecahannya agar saat dirawat seorang anak
mengetahui dan kooperatif dalam menghadapi permasalahan yang terjadi saat
dirawat. Salah satu cara untuk menghadapi permasalahan terutama mengalami
rasa perlukaan dan rasa sakit akibat tindakan invasif yang harus dilakukan
adalah bermain.

Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulus bagi perkembangan


anak secara optimal. Bermain merupakan cara alamiah bagi anak untuk
mengungkapkan konflik dari dirinya. Bermain tidak sekedar mengisi waktu,
tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, keperawatan, cinta
kasih, dan lain sebagainya. Anak memerlukan berbagai variasi permainan
untuk kesehatan fisik, mental, dan perkembangan emosinya.

Bermain dapat mengungkapkan bahasa dan keinginan dalam


mengungkapkan konflik dari anak yang tidak di sasarinya serta dialami
dengan kesenangan yang di ekspresikan melalui prikososio yang berhubungan
dengan lingkungan tanpa memperhitungkan hasil akhirnya.

Ruang imun di Rumah Sakit Indah Harapan merupakan bangsal perawatan


anak, dimana pasien yang dirawat merupakan pasien pada usia anak yang
masih dalam masa pertumbuhan dan perkembangan. Sebagian besar anak

1
yang dirawat mengalami tingkat kecemasan yang tinggi akibat tindakan medis
yang dilakukan dan lingkungan baru yang belum dikenal, sehingga anak
menangis atau menolak terhada tindakan medis. Dalam kondisi seperti ini
anak membutuhkan suatu hiburan dalam bentuk permainan dmna anak bisa
menggambarkan setiap jarinya dan memberikan nama sesuai keinginan setelah
itu menggambarkan leher, kaki, dan kepala untuk membentuk gambar burung
(can do hands) yang bermanfaat bagi anak selama hospitalisasi di Rumah
Sakit.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Mengurangi kecemasan pada anak pada saat Hospitalisasi
2. Tujuan Khusus
 Memfasilitaskan anak untuk mengekspresikan perasaannya
 Meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan anak
 Menciptakan atau meningkatkan hubungan yang sehat
 Meningkatkan kreatifitas bermain
 Meniningkatkan perilaku yang baik
 Mempererat hubungan anak dengan perawat
 Berdaptasi dengan lingkungan
 Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan
 Merangsang perkembangan intelektual
 Permainan sebagai terapi
C. Sasaran
 Anak usia prasekolah (3-5 tahun)
 Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai
 Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermain menyusun
puzzle.

BAB II

DESKRIPSI KASUS

A. Karakteristik Sasaran

2
Anak usia prasekolah berkembang dari perilaku sensorimotor sebagai alat
pembelajaran dan berinteraksi dengn lingkungan menjadi pembentuk pikiran
simbolik. Anak juga belajar untuk berpartisipasi dalam percakapan sosial.
Dalam aktifitas bermain, anak memiliki kehidupan fantasi aktif, menunjukkan
eksperimentasi dengan ketrampilan baru dan permainan, peningkatan aktifitas
bermain, anak dapat menggunakan dan mengendalikan dirinya sendiri.
Menurut Marjorie mengatakan bahwa anak prasekolah merupakan masa
antusiasme, bertenaga, aktivitas, kreativitas, otonomi, sosial tinggi dan
independen.

 Analisa Kasus :

Anak merasa takut jika didekati oleh perawat. Dampak hospitalisasi pada
masa prasekolah yaitu sering menolak makan, sering bertanya, menangis
perlahan, tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan, anak sering merasa
cemas, ketakutan, tidak yakin, kurang percaya diri, atau merasa tidakcukup
terlindungi dan merasa tidak aman.

B. Prinsip Bermain Menurut Teori


 Mencegah atau memperkecil perpisahan
 Memperkecil kehilangan kendali / kontrol
 Memperkecil cidera
 Pengkajian & manajemen nyeri
 Bermain untuk mengurangi stress
 Memperbesar keuntungan hospitalisasi
 Dukungan anggota keluarga

BAB III

METODE BERMAIN

A. Judul Permainan
“ Bermain Puzzel“
B. Alat Yang Diperlukan
Perlengkapan Puzzel
C. Waktu Pelaksanaan

3
Terapi bermain akan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Kamis, 26 April 2018
Waktu : 09.00– 09.30 WIB
D. Proses Bermain
 Sediakan kertas puzzel bergambar
 Bongkar kertas pazzel tersebut
 Pasang kembali kertas pazzel sesuai pasangannya masing masing
 Di anjurkan lebih baik pada bagian ujung kertas terlebih dahulu
 Setelah itu bagian samping dengan sesuai pasangannya
 Kerjakan sampai selesai sesuai dengan gambar seperti semula sebelum
kertas puzzel di bongkar.
 Setelah waktu yang di tentukan untuk terapi bermain habis, anak
dipersilahkan untuk berhenti dan diberikan pujian atas keterlibatan anak
selama terapi bermain berlangsung.
E. Keterampilan Yang Dibutuhkan
 Pengendalian emosi
 Intelegensi
 Konsentrasi
F. Hal – Hal yang Perlu Diwasapadai
 Waktu penyajian dengan mempertimbangkan daya pikir si anak,
 Ruangan untuk bermain
Ruangan tidak usah terlalu lebar dan tidak perlu ruangan khusus untuk
bermain.
 Waktu
Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain sehingga
stimulus yang diberikan dapat optimal.
 kemampuan bahasa dan cara permainan sesuai kemampuan si anak,
rentan konsentrasi dan daya tangkap anak, penulis menyimpulkan
sebagai berikut; usia 4 tahun atau anak usia prasekolah (3-5 tahun)
waktu bermain puzzel hingga 30 menit.
G. Antisipasi Hambatan
 Libatkan keluarga supaya anak kooperatif sehingga terapi bermain
dapat dilakukan.
 Gunakan permainan yang dapat membuat anak tidak cepat bosan.
 Sediakan puzzel yang berbagai macam dan berbagai karakter.
H. Pengorganisasia
Pembimbing Pendidikan :
Pembimbing klinik :
Leader : Intania Indriyani
I. Kriteria Evaluasi

4
 Evaluasi Struktur
Kesiapan media dan waktu pelaksanaan.
 Evaluasi Proses
Leader dapat memimpin jalannya permainan, dilakukan dengan tertib
dan teratur.
Anak dapat mengikuti permainan secara aktif dari awal sampai akhir.
 Evaluasi Hasil
Anak memahami permainan yang telah dimainkan.
Anak telah belajar memecahkan masalah melalui alat permainan.
Anak mengembangkan hubungan sosial, komunikasi dan belajar sabar
dan saling menghargai.
Anak mampu berinteraksi dengan perawat.
BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak yang
mencerminkan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social
anak tersebut, Salah satunya adalah puzzrl. Menurut Patmonodewo
(Misbach, Muzamil, 2010) kata puzzle berasal dari bahasa Inggris
yang berarti teka-teki atau bongkar pasang, media puzzle
merupakan media sederhana yang dimainkan dengan bongkar
pasang.
Berdasarkan pengertian tentang media puzzle, maka dapat
disimpulkan bahwa media puzzle merupakan alat permainan
edukatif yang dapat merangsang kemampuan matematika anak,
yang dimainkan dengan cara membongkar pasang kepingan puzzle
berdasarkan pasangannya.
B. Saran
Mahasiswa diharapkan dapat tetap membantu anak untuk
mengurangi dampak hospitalisasi dengan terapi bermain yang
sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak. Karena dengan terapi
bermain yang tepat, maka anak dapat terus melanjutkan tumbuh
kembang anak walaupun dirumah sakit.

Das könnte Ihnen auch gefallen