Sie sind auf Seite 1von 17

RUMAH SAKIT IBU

DAN ANAK ASYIFA


Perawatan Metode Kanguru
No. Dokumen No. Revisi Halaman

SOP KEBIDANAN Tanggal terbit Ditetapkan Direktur

Pengertian Adalah perawatan untuk bayi berat lahir rendah atau lahiran prematur
dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu
atau skin-to-skin contact, dimana ibu menggunakan suhu tubuhnya
untuk menghangatkan bayi.
Tujuan 1. Menurunkan angka kematian dan kesakitan bayi baru
lahir
2. Untuk menjaga kehangatan, agar suhu bayi tetap
normal, mempercepat naiknya berat badan bayi-bayi kecil
3. Mengurangi terjadinya infeksi, meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan bayi, meningkatkan
pemberian ASI, dan meningkatkan ikatan (bonding) antara ibu
dan bayi.
4. Sebagai cara alternatif perawatan yang lebih murah,
mudah dan aman untuk merawat bayi dengan berat lahir rendah
Kebijkan
Prosedur a. Persiapan Alat
1. Topi bayi
2. Popok bayi
3. Kaos kaki untuk bayi
4. Baju ibu yang longgar dan berkancing depan
5. Baju kimono
6. Gendongan kanguru
7. Kain gendongan jika perlu
b. Pelaksanaan
1. Lakukan kebersihan tangan dengan teknik 6
langkah
2. Beri salam
“Selamat pagi/siang/malam/Assalamu’alaikum”
3. Informasikan tujuan tindakan yang akan
dilakukan
“ibu.... saat ini saya bidan.... akan membantu ibu
melakukan perawatan dengan metode kanguru dengan
tujuan sebagai alternatif cara perawatan yang lebih
murah, mudah dan aman untuk merawat bayi dengan
berat lahir rendah serta untuk menjaga kehangatan, agar
sushu tubuh bayi tetap normal, mencegah terjadinya
infrksi, mempercepat naiknya bera badan pada bayi-
bayi kecil
4. Anjurkan ibu untuk tidak mengenakan bra
(perempuan) atau kaos dalam selama menggendong
bayi
5. Masukkan bayi dalam gendongan kanguru
6. Letakkan bayi tegak lurus didada ibu
7. Usahakan agar kulit bayi menempel pada kulit
ibu, lekatkan kulit dada ibu dan bayi seluas-luasnya
8. Pertahankan posisi bayi dengan kain
gendongan
9. Tengadahkan kepala bayi supaya bayi dapat
bernafas dengan baik
10. Ajarkan ibu untuk mengatur posisi agar
nyaman dalam menggendong (posisi duduk, berdiri,
beraktifitasdan tidur)
11. Gunakan kain penggendong bayi dan ikatan
cukup kuat untuk menopang bayi dalam gendongan
kanguru
12. Pastikan bahwa ikatan tidak longgar, supaya
bayi tidak merosot
13. Jika perlu bagian bawah menggunakan kain
sesudah memakai baju longgar

Menyusui bayi jika pada posisi kanguru


a) Posisikan bayi dengan kontak langsung kulit
ibu ke kulit bayi, mulut bayi didekatkan ke puting susu
ibu dengan sedikit memiringkan ke arah payudara ibu
b) Tunggu sampai bayi siap, membuka mulut dan
matanya yang sangat kecil mungkin perlurangsangan
ringan agar bayi terbangun dan siap.
c) Keluarkan beberapa tetes air susu ibu
d) Ulangi cara ini sampai bayi menutup mulutnya
dan tidak lagi minum meskipun telah di rangsang

14. Setelah selesai melakukan kegiatan PMK,


rapkan ibu dan bayi
15. Rapikan alat
16. Evaluasi respon psien (lihat respon pasien
baik verbal maupun non verbal)
17. Beri salam penutup
“Selamat pagi/siang/malam/Assalamu’alaikum”
18. Lakukan kebersihan tangan dengan teknik
6 langkah
19. Tulis tindakan yang sudah dilakukan pada
status rekam medik
Saran:

 Cara ini dapat diulang setiap jam jika berat badan


bayi kurang dari 1200 gram
 Ulangi setiap 2 jam jika beratnya lebih dari 1200
gram
 Susui bayi sesuai kebutuhan, jika dijadwal,
perhatikan pertumbuhan beratnya, tapi usahakan agar
dalam sehari sekurang-kurangnya 8 kali menyusui.

RUMAH SAKIT IBU


DAN ANAK ASYIFA ANTENATAL CARE TERPADU

Nomor Dokumen No. Revisi Halaman

SOP Tanggal terbit Ditetapkan Direktur


KBIDANAN

Pengertian Pelayanan antenatal terpadu merupakan pelayanan antenatal


komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil
secara terpadu dengan program lain yang memerlukan intervensi selama
kehamilannya.
Tujuan
 Menyediakan layanan antenatal terpadu, komprehensif
dan berkualitas, termasuk konseling kesehatan dan gizi ibu
hamil, konseling KB dan pemberian ASI.

 Menghilangkan " missed opportunity" pada ibu hamil


dalam mendapatkan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif
dan berkualitas.
 Mendeteksi secara dini kelainan / penyakit / gangguan
yang diderita ibu hamil.

 Melakukan intervensi terhadap kelainan / penyakit /


gangguan pada ibu hamil sedini mungkin.

 Melakukan rujukan kasus ke fasilitas pelayanan


kesehatan sesuai dengan sistem rujukan yang ada.

Kebijkan
Prosedur a. Persiapan Alat
1. Tensi meter
2. Timbangan
3. Dopler
4. Metlin
5. Pengukur LILA
6. Reflek hammer
7. Jelly
8. Handscoon
9. Selimut
10. Bantal
11. Bad obstertri
12. Ultrasonografi (USG)
13. Vaksin TT
b. Pelaksanaan
1. Beri salam dan perkenalkan diri
2. Lakukan anamnesa
3. Petugas cuci tangan
4. Lakukan pemeriksaa meliputi
 Ukur tinggu badan, berat badan dan
ukur LILA
5. Periksa tanda-tanda vital
6. Lakukan pemeriksaan fisik meliputi
 Inspeksi
 Palpasi
 Auskultasi
 Perkusi (sesuai indikasi)
 Ukur panggul luar (sesuai indikasi)
7. Pemeriksaan laboratorium
8. Suntik TT (sesuai status TT)
9. Kolaborasi dengan tim medis (dokter
kandungan, dokter gigi)

RUMAH SAKIT IBU


DAN ANAK ASYIFA PERAWATAN NIFAS
Nomor Dokumen No. Revisi Halaman

SOP Tanggal terbit Ditetapkan Direktur


KBIDANAN

Pengertian Pemeriksaan fisik pada ibu pasca prsalinan


Tujuan
1. Mencegah perdarahan masa nifas
2. Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi
dengan baik, fundus uteri berada dibawah pusat, tidak ada
perdarahan abnormal dan tidak bau.
3. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit

Kebijkan
Prosedur a. Persiapan alat
1. Tensi
2. Stestoskop
3. Sarung tangan (handscoon)
4. Kom berisi air DTT
5. Bengkok
6. Larutan chlorine 0,5 %

b. Pelaksanaan
1. Menyapa pasien dengan ramah, memperkenlkan diri
2. Memberi tahu pasien tentang tindakan yang akan
dilakukan
3. Menutup ruangan/menjaga privasi pasien
4. Mencuci tangan secara efektif dan memakai handscon
5. Memeriksa tanda vital sign
6. Melakukan pemeriksaan pada muka ibu ( mata
conjungtiva pucat/tidak, sclera ikterik/tidak, muka
oedem/tidak
7. Melakukan pemeriksaan payudara
 Meminta pasien berbaring dengan lengan kiri di atas
kepala, kemudian palpasi payudara kiri secara sistematis
sampai ke ketiak, raba adanya masa, benjolan yang
membesar, pembengkakkan atau abses.
 Ulangi prosedur pada lengan kanan dan palpasi
payudara kanan hingga ketiak.
8. Melakukan pemeriksaan abdomen:
 Periksa bekas luka jika operasi baru.
 Palpasi untuk mendeteksi ada atau tidaknya uterus
diatas pubis (involusi uteri).
 Palpasi untuk mendeteksi adanya masa atau
kelembekan (konsistensi uterus)
9. Memeriksa kaki untuk:
 Varises vena
 Kemerahan pada betis.
 Tulang kering, pergelangan kaki, jika adanya edema
maka perhatikan tingkat edema, pitting jika ada.
 Menekuk betis untuk memeriksa nyeri betis (tanda-
tanda human positif/tanda-tanda tromboflebitis).
10. Mengenakan handscoon.
 Membantu pasien pada posisi untuk pemeriksaan
genetalia dan perineum (dengan menggunakan handscoon
dan memasang perlak)
 Memposisikan pasien litotomi.
 Melakukan vulva hygine.
 Perhatikan lochea (bau, warna dan konsistensi).
 Perhatikan perineum (bekas jahitan).
11. Memberitahu klien tentang hasil pemeriksaan.
12. Melepaskan handscoon dan menaruh dalam larutan
klorin 0,5%.
13. Pasien dirapikan dan membereskan alat.
14. Mencuci tangan dengan sabun dang mengeringkan
dengan handuk yang bersih.
15. Mendokumentasikan hasil tindakan.

RUMAH SAKIT IBU


DAN ANAK ASYIFA PENCEGAHAN PERDARAHAN MASA NIFAS
DINI

No. Dokumen No. Revisi Halaman

SOP KEBIDANAN Tanggal terbit Ditetapkan Direktur


Pengertian Mencegah terjadinya perdarahan yang patologis pada kala nifas dini
yaitu perdarahan lebih dari 500 cc setelah plasentalahir sampai 24 jam
pertarma setelah persalinan.
Tujuan Untuk mencegah terjadinya perdarahan yang patologis pada kala nifas
dini yaitu perdarahan lebih dari 500 cc setelah plasenta lahir sampai 24
jam pertama setelah persalinan.
Kebijakan
Prosedure Penatalaksanaan
1. Pemasangan infus ukuran besar apabila belum
terpasang, bila perdarahan banyak dan syok berat sebaiknya
dipasang lebih dari satu saluran infus.
2. Pemberian cairan pengganti RL (HES)
3. Monitor tanda vital secara intensif selama pemberian
pertolongan diberikan
4. Massase uterus atau kompresi bimanual
5. Pemberian uterotonika kalau perlu secara kontinyu
melalui drip, dengan 20-30 unit oksitosin dalam 1000 cc cairan
kristaloid dengan 30-40 tetes per menit pada cairan pertama.
Pemberian misoprostol per rektal jika dibutuhkan. Disertai
dengan massage bimanual kemudian intermiten fundal massage
selama 10-20 menit dilakukan sampai beberapa jam sampai
kontraksi uterus cukup keras tanpa stimuli.
6. Ababila setelah pemberian oksitosin 1000 cc cairan
tidak berhasil dapat diberikan ergot atau prostalgandin.
7. Penggunaan tampon uterus mungkin berhasil untuk
menghentikanperdarahan karena atonia yang gagal dengan
obat-obatan.
8. Apabila usaha di atas juga gagal maka dapat
dipertimbangkan tindakan operatif.

RUMAH SAKIT IBU Penjahitan Robekan perineum


DAN ANAK ASYIFA
No. Dokumen No. Revisi Halaman

SOP KEBIDANAN Tanggal terbit Ditetapkan Direktur


Pengertian Memperbaiki robekan perineum dengan jalan menjahit perineum lapis
demi lapis.
Tujuan 1. Memperbaiki robekan perineum yang robek
2. Mengatasi perdarahan pada luka robekan yang aktif

RUMAH SAKIT IBU


DAN ANAK ASYIFA
No. Dokumen No. Revisi Halaman
SOP KEBIDANAN Tanggal terbit Ditetapkan Direktur

Pengertian

LOGO BPS / PERSALINAN NORMAL


RB / PKM
No. Dokumen : No. Revisi : Hal.:1/5
Ditetapkan,
STANDAR OPERASIONAL
(Penanggung jawab)
PROSEDUR
Tgl. Terbit :
ASUHAN PERSALINAN
( TTD dan Nama jelas)
NORMAL
DEFINISI Asuhan Persalinan Normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama pengeluaran has
berumur lebih dari 37 minggu dan setelah bayi lahir serta upaya pencegahan komplikasi.

TUJUAN Membantu persalinan supaya bersih dan aman, serta mencegah terjadinya komplikasi dala

KEBIJAKAN Dilakukan oleh bidan lulusan D III kebidanan sesuai dengan Standar Pelayanan Kebidanan

PERSIAPAN -Bak instrumen berisi partus set (klem 2,gunting tali pusat 1,setengah koher 1, kateter 1
ALAT & pinset anatomis 1, pinset cirugis 1)
BAHAN -Sarung tangan steril
-Kom berisi kapas dan air DTT
-selang suction no 8
-oksitosin
-spuit 3cc
-umbilikal klem
-kasa steril
-kain utk ibu dan bayi
-bengkok
-tempat placenta
-baskom berisi air DTT dan waslap
-baskom berisi cairan klorin 0,5%
-tempat sampah basah dan kering

PROSEDUR I. MENGENAL GEJALA DAN TANDA KALA DUA


1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala Dua
 Ibu merasakan adanya dorongan kuat untuk meneran
 Ibu merasakan tekanan rektum dan vagina semakin meningkat
 Perineum tampak menonjol
 Vulva dan sfingter ani membuka

II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN


2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan , dan obat-obatan esensial un
penatalaksanaan komplikasi ibu dan bayi baru lahir
 Menggelar kain diatas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal b
 Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di d
3. Memakai celemek plastik
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan
mengalir, kemudian keringkan tangan dengan handuk bersih dan kering
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk pemerik
6. Memasukan oksitosin ke dalam tabung suntik(gunakan tangan yang mem
steril), pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik.

III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN BAIK


7. Membersihkan vulva dan perineum, dari depan ke belakang dengan mengg
dibasahi air DTT
8. Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan de
9. Buang kasa atau kapas pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang terse

No. Dokumen : No. Revisi : Hal.:2/5


10. Ganti jika sarung tangan terkontaminasi (dekontaminasi) lepas dan rendam dalam
11. Melakukan pemeriksaan dalam untuk mamastikan pembukaan lengkap
12. Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap lakukan amnio
13. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih m
dalam larutan clorin 0,5%, kemudian lepaskan dan rendam sarung tangan dalam
Kemudian cuci tangan
14. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk
normal (120-160 x/menit)
15. Mengambil tindakan yang sesuai jika tidak normal

16. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam. DJJ dan semua hasil penilaia

IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROS


MENERAN
17. Beritahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu
nyaman dan yang sesuai dengan keinginannya.
18. Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan k
pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan temuan yang ada
19. Jelaskan pada anggota keluarga bagaimana peran mereka untuk mendukung dan
untuk meneran secara benar
20. Meminta keluarga untuk membantu menyiapkan posisi untuk meneran. (bila ada
kontraksi yang kuat, bantu ibu untuk ke posisi setengah duduk atau posisi lain ya
merasa nyaman)
21. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk m
22. Bimbing ibu untuk meneran secara benar
23. Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila
24. Bantu ibu untuk mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan pilihannya (k
dalam waktu yang lama)
25. Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
26. Anjurkan keluarga untuk memberi dukungan dan semangat untuk ibu
27. Beri cukup asupan cairan per-oral (minum)
28. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
29. Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2 jam
60 menit (1 jam) meneran (multigravida)
30. Anjurkan ibu untuk berjalan-jalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyam
dorongan untuk meneran dalam 60 menit
V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
31. Letakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di atas perut ibu, jika kep
dengan diameter 5-6 cm
32. Letakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu
33. Buka tutup partuset dan perhatikan kembali kelengkapan bahan dan alat
34. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

VI. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI


Lahir Kepala
35. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka l
tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menaha
posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perl
dangkal
36. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai ji
proses kelahiran bayi
37. Jika tali pusat melilit di leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala ba
38. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong d
39. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan

No. Dokumen : No. Revisi : Hal.:3/5


Lahirkan Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegeng secara biparietal.
Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan ke
arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis
dan kemudian gerakan ke arah atas dan distal untuk mengeluarkan bahu
belakang
Lahirkan Badan dan Tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk
menyangga kepala, lengan, dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas
untuk menelususri dan memegang lengan dan siku sebelah atas
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai, dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan
telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu
jari dan jaro-jari lainnya)

VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR


25. Lakukan penilaian (selintas):
· Apabila bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa kesulitan?
· Apabila bayi bergerak dengan aktif?
Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-megap lakukan
tindakan resusitasi ( langkah 25 ini berlanjut ke langkah-langkah
prosedur resusitasi bayi baru lahir dengan asfiksia)
26. Keringkan dan posisi tubuh bayi di atas perut ibu
Keringkan bayi dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya (tanpa
membersikan verniks) kecuali bagian tangan
· Ganti handuk basah dengan handuk yang kering
· Pastikan bayi dalam kondisi yang mantap di atas perut ibu
27. Periksa kondisi perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi kedua dalam
uterus (hamil tunggal)
28. Beri tahu kepada ibu bahwa penolong akan menyuntik oksitosin (agar
uterus berkontraksi baik)
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit
(intramuskular) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikan oksitosin)
30. Dengan menggunakan klem, jepit tali pusat (dua menit setelah bayi lahir)
pada sekitar 3 cm dari pusar (umbilikus) bayi. Dari sisi luar klem penjepit,
dorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan lakukan penjepitan kedua pada
2 cm distal dari klem pertama.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
· Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit kemudian lakukan
pengguntingan tali pusat (lindungi perut bayi) diantara 2 klem tersebut
· Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian
lingkarkan kembali ke sisi berlawanan dan lakukan ikatan kedua
menggunakan dengan simpul kunci
· Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan
32. Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi
sehingga bayi menempel baik di dinding dada-perut ibu.
Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih
rendah dari puting payudara ibu
33. Selimuti bayi dan ibu dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi
VIII. PENATALAKSANAAN AKTIF KALA TIGA
34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga 5-10 cm dari vulva
35. Letakan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis,
untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil
tangan lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorsokranial) secara
hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah
30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul
kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas
· Jika uterus tidak segera berkontraksi, meminta ibu, suami, atau anggota
keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.

No. Dokumen : No. Revisi : Hal.:4/5


Mengeluarkan Plasenta
37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta
terlepas, meminta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan
arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir
(tetapkan lakukan tekanan dorso-kranial)
· Jika tali pusat bertambah panjang, pinfahkan klem hingga berjarak sekitar
5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
· Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
1.Beri dosisi ulang oksitosin 10 unit IM
2.Lakukan katerisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
3.Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4.Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
5.Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir
6.Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual
38. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan dua
tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin
kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah
disediakan
· Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau
klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal
Rangsang Taktil (Masase) Uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,
letakan telapak tangan di atas fundus dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
· Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah
15 detik melakukan rangsangan taktil/masase
IX. MENILAI PERDARAHAN
40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan
selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukan plasenta ke dalam kantung
plastik atau tempat khusus
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan
penjahitan.
X. MELAKUKAN ASUHAN PASCAPERSALINAN
42. Pasikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
43. Beri cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu-bayi (di dada ibu
paling sedikit 1 jam).
· Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusui dini
dalam waktu 30-60 menit. Menyusui pertama biasanya berlangsung 10-15
menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara
· Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah
berhasil menyusui
44. Lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik
profilaksis, vitamin K 1mg intramuskular di paha kiri anterolateral setelah
satu jam kontak ibu-bayi
45. Berikan suntikan imunisasi Hepatitis B (setelah satu jam pemberian
Vitamin K1) di paha kanan anterolateral.
· Letakan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusunkan
Letakan kembali bayi pada dada ibu biaya belum berhasil menyusu di
dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu.

Evaluasi
46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam
· 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan
· Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
· Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
· Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai
untuk menatalaksanakan atonia uteri
47. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama
1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua
pascapersalinan
· Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap 2 jam pertama
pascapersalinan
· Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal

No. Dokumen : No. Revisi : Hal.:5/5


50. Periksa kembali kodisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas
dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,6-37,5)

Kebersihan dan Keamanan


51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah dekontaminasi
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampai yang sesuai
53. Bersihkan badan ibu dengan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban,
lendir, dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering
54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan
keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkan
55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%
56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikan
bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit
57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian
keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang kering dan bersih.

Dokumentasi
58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital
dan asuhan kala IV

UNIT Laboratorium, Ahli Gizi, Instalasi rawat inap, rawat jalan dan IGD
TERKAIT
DOKUMEN - Sinopsis Obstetri 2002
TERKAIT - Maternal dan Neonatal 2002
- Pelatihan Asuhan Persalinan Normal Buku Acuan Ed.3 (Revisi), Jakarta :
jaringan Nasional Pelatihan Klinik, 2007.
- Pelatihan APN 2008

RUMAH SAKIT IBU


DAN ANAK ASYIFA
No. Dokumen No. Revisi Halaman

SOP KEBIDANAN Tanggal terbit Ditetapkan Direktur

Pengertian

Das könnte Ihnen auch gefallen