Sie sind auf Seite 1von 2

Pengamatan Burung Cendrawasih di Taman Nasional

Wasur

Jumlah populasi burung nan cantik Cendrawasih yang juga menjadi ikon Tanah Papua ini
semakin berkurang. Perubahan ekologi dan orientasi ekonomi membawa ancaman primer dan
sekunder bagi hewan endemik Papua ini. Ancaman primer berupa kerusakan habitat, sedangkan
ancaman sekunder berupa perburuan dan perdagangan secara besar-besaran dan terselubung.
Namun demikian di beberapa daerah di Papua, Cendrawasih masih bisa berkicau merdu sambil
menunjukan warna bulunya yang indah, salah satunya di Kawasan Taman Nasional Wasur. Pada
tanggal 13-15 Juni 2014 yang lalu, WWF-Indonesia Program Papua bekerjasama dengan ahli biologi
dari Universitas Cendrawasih melakukan kegiatan pengamatan habitat Cendrawasih di kawasan
Taman Nasional Wasur, yang dilanjutkan dengan pengamatan kedua pada tanggal 23-27 Juni 2014.

Maria Yakbet, staf WWF di Merauke yang ikut dalam pengamatan ini, menjelaskan bahwa
selain untuk mengetahui sebaran dan kondisi habitat Cendrawasih, pengamatan ini juga ditujukan
untuk; mengetahui jenis-jenis Cendrawasih, mengetahui jumlah populasi Cendrawasih saat ini,
mengetahui ancaman terhadap habitat dan populasi Cendrawasih, mengetahui rasio Cenderawasih
jantan dan betina, mengetahui hubungan kearifan lokal masyarakat adat setempat terhadap spesies
Cendrawasih, dan menggunakan data hasil kajian untuk menyusun strategi konservasi species
Cendrawasih dalam kawasan TN Wasur Kabupaten Merauke. Pengamatan dilakukan di empat
kampung dan tujuh dusun yang diperkirakan merupakan lokasi-lokasi habitat burung Cendrawasih.

Dari hasil pengamatan langsung dan suara, Cendrawasih kecil dapat ditemui di sekitar
kawasan Kampung Rawa Biru, Kampung Yanggandur, Kampung Wasur dan Kampung Sota.

Dari keseluruhan proses pengamatan, dapat disimpulkan bahwa selain ancaman perburuan yang
berbau komersialisasi, ancaman habitat juga muncul dari tradisi adat masyarakat setempat. Untuk
penyelenggaraan upacara adat, dibutuhkan bulu burung Cendrawasih jantan yang masih baru untuk
digunakan sebagai ornamen dan aksesori pada pakaian dan mahkota salah satunya seperti yang
dilakukan oleh masyarakat suku Kanume.

Pengamatan yang berlangsung di lokasi-lokasi ini bersifat sementara, yang kemudian


dilanjutkan di lokasi lain, sehingga dapat diperoleh data informatif yang dapat dimanfaatkan untuk
Strategi Konservasi Cendrawasih di Taman Nasional Wasur.

Untuk informasi lebih lanjut, silahkan hubungi:


Maria Yekbat, Forest Officer Merauke, WWF-Indonesia Program Papua
Email: myekbat@wwf.or.id, Hp: +62 813 4472 4926

Das könnte Ihnen auch gefallen