Sie sind auf Seite 1von 14

Mini Clinical Evaluation Exercise (Mini CEX)

1. Definisi
Mini CEX adalah suatu metode penilaian yang dirancang untuk mengukur
performa peserta didik dalam pendidikan tahap klinik. Metode penelitian ini
dirancang untuk menilai keterampilan klinis esensial yang dibutuhkan dalam
pelayanan klinik yang baik. Selain itu dalam metode ini terdapat feedback untuk
peserta didik yang dapat membantu mengarahkan peserta didik dalam proses
pembelajaran.3
Penilaian Mini Cex dilakukan oleh seorang penilai yang sudah dilatih
terhadap peserta didik yang berinteraksi langsung dengan pasien, yang terdiri dari
tujuh komponen yaitu:
a. Kemampuan Wawancara Medis
 Memfasilitasi pasien dapat berbicara.
 Bertanya dengan efektif agar memperoleh informasi akurat dan
adekuat yang diperlukan.
 Merespons secara tepat sikap pasien.
 Menentukan tanda- tanda non verbal.
 Mengeksplorasi masalah dan peduli terhadap pasien.
b. Kemampuan Pemeriksaan Fisik
 Mengikuti urutan yang tepat, logik dan efisien.
 Menyeimbnagkan langkah skrining dan diagnostik.
 Menggunakan teknik pemeriksaan yang tepat.
 Memberitahukan kepada pasien pemeriksaan yang akan dilakukan.
 Menunjukan kepekaan terhadap kenyamanan pasien dan bersikap
sopan.
c. Profesionalisme/ Humanistik
 Menghargai pasien, menunjukkan empatidan rasa bela kasih.
 Menciptakan kepercayaan.
 Membantu kebutuhan pasien agar merasa nyaman dan dihargai.
 Dapat menjaga rahasia pasien.
 Bereaksi secara tepat terhadap anggota keluarga lainnya.
d. Keterampilan Konseling
 Menjelaskan alasan dasar pemeriksaan dan terapi agar pasien
memahami.
 Memperoleh persetujuan pasien untuk melakukan pemeriksaan.
 Memberikan edukasi tentang kondisi pasien dan terapinya.
 Meibatkan pasien dalam mengambil keputusan mengenai terapi.
 Memperhatikan pertanyaan dari pasien.
e. Keputusan Klinis/ Kemampuan Mengelola Pasien
 Selektif menentukan pemeriksaan penunjang yang tepat.
 Mnginterpretasi hasil untuk mendapatkan diagnosis banding yang
sesuai.
 Memutuskan diagnosis dan tatalaksana berdasarkan bukti yang
rasional dan dapat dipertanggungjawabkan.
 Mempertimbangkan rujukan dan konsultasi yang tepat dengan
sejawat/ tim dokter lainnya.
f. Organisasi/ Efisiensi
 Menentukan prioritas.
 Menyesuaikan dengan waktu yang tersedia.
 Menggunakan waktu secara efektif dan efisien tanpa membuat pasien
merasa tidak nyaman.
g. Kompetensi Klinik Keseluruhan
 Menunjukkan bagaimana menentukan keputusan klinis, kepedulian,
efektivitas dan efisiensi.

2. Kekuatan/ Keuntungan
Kelebihan dari metode mini clinical evaluation exercises yaitu:3
a. Menilai peserta didik pada level “does” piramida Miller.
b. Menggunakan pasien yang sebenarnya sehingga biaya lebih murah
dibandingkan dengan menggunakan pasien simulasi. Selain itu peserta didik
juga memiliki pengalaman untuk melihat gejala dan tanda penyakit tertentu
pada pasien yang mungkin tidak bisa disimulasikan.
c. Menggunakan beberapa jenis kasus, sehingga penilaian performa mahasiswa
dapat dilakukan pada berbagai kasus.
d. Jumlah penilai lebih dari satu dan keputusan penilaian tidak oleh satu orang
penilai. Hal ini akan meningkatkan reabilitas instrumen mini cex.
e. Peserta didik mendapatkan feedback dari beberapa penilai untuk
meningkatkan performanya.
f. Mini cex dilakukan beberapa kali, sehingga memberikan kesempatan pada
mahasiswa untuk dapat meningkatkan performanya.
g. Dilakukan pada berbagai setting, sehingga memberi pengalaman pada peserta
didik untuk melayani pasien pada berbagai setting.

3. Kelemahan
Kelemahan atau kekurangan dari mini cex ini adalah:3
a. Mini cex kurang tepat dalam menilai attitude walaupun ada item
profesionalisme, sehingga ada institusi yang telah mengembangkan
Professional Mini Evaluation Exercise (P-mex).
b. Sangat tergantung pada jenis kasus yang ditemui pada saat melaksanakan
kegiatan, jika kasus kurang, maka kesempatan mahasiswa untuk menemui
kasus yang variatif juga kurang.
c. Feedback yang diberikan.
d. Waktu memberikan feedback terbatas karena hanya disediakan waktu 15-20
menit untuk setiap sesi mini cex.
e. Observasi berulang yang dilakukan untuk ujian formatif akan memberikan
bias, jika penilai yang sama terlibat dalam penilaian sumatif yang dapat
membuat instrumen ini menjadi kurang reliabel.
f. Kurang holistik dibandingkan ujian long case.
4. Hambatan
Berikut ini adalah hambatan dalam metode mini clinical examination:1
a. Kurangnya klien (pasien) menjadi hambatan dalam pelaksanaan mini clinical
examination ini.
b. Selain masalah waktu pelaksanaan mini clinical Examination, adanya ketidak
transparan dalam pemberian nilai,dan hasil penilaian pada mahasiswa.

5. Proses
Penilaian mini cex dilaksanakan dengan menggunakan borang terstruktur
yang meliputi tujuh kelompok penilaian yaitu:3
a. Anamnesis
Kemampuan untuk memfasilitasi pasien dalam menjelaskan keadaannya,
menggunakan pertanyaan yang sesuai untuk mendapatkan informasi yang
adekuat dan memberikan respon verbal dan nonverbal dengan tepat.
b. Pemeriksaan Fisik
Kemampuan untuk melakukan pemeriksaan pasien sesuai dengan kasus
pasien untuk tujuan skrining atau diagnostik, menjelaskan pada pasien serta
sensitif terhadap kenyamanan pasien.
c. Profesionalisme
Rasa hormat, kasih sayang, empati, membangun kepercayaan pasien,
memperhatikan kenyamanan pasien, rendah hati, menjaga kerahasiaan
informasi. Serta menyadari keterbatasan diri.
d. Clinical Judgment
Kemampuan untuk menegakkan diagnosis yang tepat, memilih pemeriksaan
penunjang yang sesuai dan manajemen dengan memperhatikan keuntungan
dan resikonya.
e. Keterampilan Konseling
Kemampuan untuk menjelaskan rasionalitas pemeriksaan atau pengobatan,
mendapatkan persetujuan pasien, melakukan edukasi atau konseling terkait
penatalaksanaan pasien.
f. Organisasi atau Efisiensi
Kemampuan membuat prioritas dan ringkasan yang jelas.
g. Penilaian secara Keseluruhan
Menunjukkan kemampuan secara keseluruhan yang terdiri dari kemampuan
membuat sintesis, keputusan klinis.

Berikut ini adalah tahap- tahap dari metode mini Cex sebagai berikut:4

a. Mendiskusikan proses Mini Cex dnegan penilai sebelum menjumpai pasien


dan/atau melakukan pemeriksaan.
b. Melakukan pertemuan klinik yang riil dengan pasien dan/atau melakukan
pemeriksaan yang dinilai oleh penilai.
c. Segera mendiskusikan pertemuan klinik tersebut dengan penilai untuk
mendapatkan umpan- balik (feedback).

Skor dalam Mini-CEX yaitu sebagai berikut:4

Mini- CEX adalah assesment tool yang menggunakan skala peringkat 9 point.
Setiap aspek dinilai dengan skor sebagai berikut:
Berikut ini adalah form dari mini clinical examination:
Clinic Tour/ Field Tour

1. Definisi
Metode clinic tour/ field tour ialah cara mengajar yang dilaksanakan
dengan mengajak peserta didik ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar kampus
untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau asuhan kebidanan
di posyandu/klinik bidan (Roestiyah, 2001:85).1

2. Kekuatan/ Keuntungan
Keuntungan dari clinic tour/ field tour yaitu belajar di lingkungan klinik
memiliki banyak keunggulan. Pembelajaran klinis berfokus pada masalah nyata
dalam konteks praktik profesional. Peserta didik termotivasi oleh kesesuaian
kompetensi yang dilakukan melalui partisipasi aktif pembelajaran klinik,
sedangkan pemikiran, tindakan, dan sikap professional diperankan oleh
pembimbing klinik. Lingkungan klinik merupakan wadah bagi mahasiswa untuk
belajar pemeriksaan fisik, argumentasi klinik, pengambilan keputusan , empati,
serta profesionalisme yang diajarkan dan dipelajari sebagai satu kesatuan.
Adapun keuntungan dari clinic tour/ field tour menurut para ahli yaitu:2
a. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2006:94) yaitu:
 Clinic tour/ field tour memiliki prinsip pengajaran modern yang
memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.
 Membuat apa yang dipelajari di sekolah lebih relavan dengan
kenyataan dan kebutuhan masyarakat.
 Pengajaran serupa ini dapat lebih merangsang kreativitas peserta didik.
 Informasi sebagai bahan pelajaran lebih luas dan aktual.
b. Menurut Syaiful Sagala (2006: 215) yaitu:
 Peserta didik dapat mengamati kanyataan-kenyataan yang beraneka
ragam dari dekat.
 Peserta didik dapat menghayati pengalaman-pengalaman baru dengan
mencoba turut serta di dalam suatu kegiatan.
 Peserta didik dapat menjawab masalah-masalah atau pernyataan
pernyataan dengan melihat, mendengar, mencoba, dan membuktikan
secara langsung.
 Peserta didik dapat memperoleh informasi dengan jalan mengadakan
wawancara atau mendengar ceramah yang diberikan selama kegiatan
pembelajaran berlangsung.
 Peserta didik dapat mempelajari sesuatu secara intensif dan
komprehensif.
c. Menurut Roestiyah (2001: 87) yaitu:
 Peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang tidak didapatkan
di kampus, sehingga kesempatan tersebut dapat mengembangkan
bakat khusus atau keterampilan peserta didik.
 Peserta didik dapat melihat berbagai kegiatan di lingkungan luar
sehingga dapat memperdalam dan memperluas pengalaman peserta
didik.
 Dengan obyek yang ditinjau langsung, peserta didik dapat
memperoleh bermacammacam pengetahuan dan pengalaman yang
terintegrasi dan tidak terpisah-pisah dan terpadu.
d. Menurut Suhardjono (2004:85) yaitu:
 Memberikan informasi teknis, kepada peserta didik secara langsung.
 Memberikan kesempatan untuk melihat kegiatan dan praktik dalam
kenyataan atau pelaksanaan yang sebenarnya.
 Memberikan kesempatan untuk lebih menghayati apa yang dipelajari
sehingga lebih berhasil.
 Membei kesempatan kepada peserta untuk melihat dimana peserta
ditunjukkan kepada perkembangan teknologi mutakhir.

3. Kelemahan
Syaiful Bahri Djamarah (2006:94) mengemukakan bahwa metode clinic tour/
field tour mempuntai kekurangan yaitu:2
a. Fasilitas yang diperlukan dan biaya yang dipergunakan sulit untuk
disediakan oleh peserta didik atau instansi pendidikan.
b. Sangat memerlukan persiapan atau perencanaan yang matang.
c. Memerlukan koordinasi dengan para pengajar agar tidak terjadi tumpang
tindih waktu selama kegiatan karyawisata.
d. Dalam field trip sering unsur rekreasi lebih prioritas, sedang unsur
studinya menjadi terabaikan.
e. Sulit mengatur peserta didik yang banyak dalam perjalanan dan sulit
mengarahkan mereka pada kegiatan yang menjadi permasalahan.

Sedangkan menurut Syaiful Sagala (2006: 215) mengemukakan bahwa


metode clinic tour/ field tour mempunyai kekurangan yaitu:2
a. Memerlukan persiapan oleh banyak pihak.
b. Jika karyawisata sering dilakukan akan menganggu kelancaran
pelaksanaan pembelajaran, apalagi jika tempat-tempat yang dikunjungi
jauh dari instansi pendidikan.
c. Kadang-kadang terjadi kesulitan dalam pengangkutan.
d. Jika tempat yang dikunjungi itu sukar untuk diamatai, akibatnya peserta
didik menjadi bingung dan tidak akan mencapai tujuan yang diharapkan.
e. Memerlukan pengawasan yang tepat.
f. Memerlukan biaya yang relatif tinggi.

Kelemahan dari clinic tour/ field tour yaitu:1


a. Belum jelasnya tujuan yang ingin dicapai.
b. Kesematan untuk berdiskusi masih kurang.
c. Kurangnya penghargaan terhadap privasi dan harga diri klien.
d. Supervisi yang belum adekuat dan kurangnya masukan dari pembimbing
klinik.
e. Peserta didik lebh banyak melakukan observasi pasif dibandingkan partisipasi
aktif.
f. Lebih cenderung untuk fokus pada aspek pengetahuan berdasarkan fakta
daripada pengembangan sikap serta keterampilan memecahkan masalah.

4. Hambatan
Menurut Suhardjono (2004: 85) hambatan dalam metode clinic tour/ field tour
adalah sebagai berikut:2
a. Memakan waktu bila lokasi yang dikunjungi jauh dari pusat latihan,
b. Kadang-kadang sulit untuk mendapat ijin dari pimpinan kerja atau kantor
yang akan dikunjungi,
c. Biaya transportasi dan akomodasi mahal.

5. Peran Pembimbing
Peran pembimbing dalam metode clinic tour/ field tour adalah sebagai
berikut:
a. Merumuskan tujuan pembelajaran klinik.
b. Membantu dan membimbing peserta didik mencapai tujuan
pembelajaran.
c. Memberikan saran untuk penyelesaian masalah.
d. Menindaklanjuti hasil diskusi dan mengevaluasi keberhasilan belajar
peserta didik secara terus-menerus berdasarkan tujuan

6. Proses
Untuk mewujudkan pembelajaran dengan menerapkan metode field trip
ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh pembimbing. Menurut Sanders
(2008: 213), ada 5 langkah untuk mewujudkan field trip yang menakjubkan (the
best field trip ever). Kelima langkah menurut Sanders tersebut antara lain:2
a. Determine goals and objectives (menentukan tujuan dan sasaran utama).
b. Explore all options (menjelajah semua pilihan).
c. Create your itinenary (membuat rencana perjalanan).
d. Check your checklist (memeriksa daftar cek).
e. Follow-up in the classroom (tindak lanjut).
Langkah pertama dalam menerapkan metode field trip menurut Sanders
yaitu determine goals and objectives (menentukan tujuan dan sasaran utama).
Menentukan tujuan dan sasaran maksudnya yaitu pembimbing perlu menentukan
tujuan yang diharapkan dari field trip dan lokasi yang akan dituju. Setelah
menentukan tujuan dan lokasi field trip dapat menentukan kegiatan-kegiatan yang
akan dilaksanakan pada saat pelaksanaan (explore all options).
Kemudian pembimbing menentukan tujuan dan kegiatan-kegiatan yang
akan dilaksanakan selanjutnya perlu membuat rencana perjalanan field trip
(create you itenenary). Rencana perjalanan berguna sebagai pemandu urutan dan
waktu kegiatan yang harus dilaksanakan. Rencana perjalanan berisi rincian waktu
kegiatan, tugas-tugas yang harus dikerjakan peserta didik, dan peraturan yang
harus dipatuhi peserta didik. Setelah membuat rencana perjalanan, selanjutnya
pembimbing mempersiapkan peserta didik untuk melaksanakan field trip dengan
membagi peserta didik dalam kelompok. Tujuan dibentuknya kelompok peserta
didik yaitu supaya peserta didik belajar berinteraksi dengan temannya untuk
berdiskusi.
Setelah persiapan selesai, pembimbing dan peserta didik selanjutnya
melaksanakan field trip dengan mengunjungi lokasi yang sudah ditentukan. Pada
saat pelaksanaan pembimbing perlu mengawasi aktivitas-aktivitas peserta didik
(check your checklist). Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa peserta didik
melaksanakan field trip sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Setelah kegiatan
di lokasi field trip telah berakhir, pembimbing selanjutnya mengajak peserta didik
kembali ke kelas untuk memberikan tindak lanjut (Follow-up in the classroom).
Tindak lanjut dapat meliputi: pengoreksian tugas yang telah dikerjakan peserta
didik, pembahasan hasil diskusi peserta didik, ataupun pemberian tugas lain yang
berhubungan dengan pelaksanaan field trip.
Setelah mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan juga dituntut
untuk memperhatikan beberapa hal saat menerapkan metode field trip dalam
pembelajaran. Mulyasa (2005) dalam Asmani (2010: 151) menyatakan ada 7 hal
yang perlu diperhatikan dalam menerapkan metode field trip. Ketujuh hal tersebut
antara lain:
a. Menentukan sumber-sumber masyarakat sebagai sumber belajar mengajar.
b. Mengamati kesesuaian sumber belajar dengan tujuan dan program sekolah.
c. Menganalisis sumber belajar berdasarkan nilai pedagogis.
d. Menghubungkan sumber belajar dalam field trip dengan kurikulum.
e. Membuat dan mengembangkan program field trip secara logis dan sistematis.
f. Melaksanakan field trip sesuai dengan tujuan, materi, dan efek pembelajaran,
dalam iklim yang kondusif.
g. Menganalisis tujuan, ketercapaian, kesulitan-kesulitan, dan hal-hal yang
perlu disusun sebelum dan sesudah pelaksanaan field trip.

7. Contoh Metode Pembelajaran Clinic Tour


Mahasiswa D-IV Kebidanan Kediri semester 4 akan melakukan
pembelajaran di RSUD Dr. Soetomo Surabaya dengan metode pembelajaran
“Clinic Tour”
1) Tahap Persiapan
a. Tujuan pembelajaran : peserta didik mampu mengamati tindakan
penanganan PEB secara tepat.
b. Pembimbing menghubungi pihak RSUD Dr. Soetomo yang akan menjadi
tujuan field trip.
c. Pembimbing menyusun rencana pelaksanaan dan tata tertib, menyusun
tugas-tugas yang harus dikerjakan peserta didik, mempersiapkan sarana,
dan membagi peserta didik dalam kelompok.
2) Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, pembimbing melakukan beberapa hal antara lain:
a. Menyampaikan tata tertib dan tugas yang dibebankan kepada peserta didik
(peserta didik hanya mengamati bagaimana prosedur penanganan PEB di
RSUD Dr. Soetomo Surabaya karena pengaplikasian pembelajaran
labskill pada perasat tersebut baru diberikan semester 5).
b. Memimpin rombongan dan mengatur kegiatan field trip.
c. Memperingatkan peserta didik untuk memenuhi tata tertib yang sudah
disepakati bersama.
d. Mengingatkan peserta didik untuk mencatat pengetahuan/ilmu yang
diperoleh seperti tata laksana pemberian dosis awal pada pasien PEB,
pemberian dosis rumatan, tindakan yang dilakukan pada pasien kejang
berulang, dsb.
e. Mengawasi aktivitas-aktivitas peserta didik, dan memberi petunjuk bagi
peserta didik yang memerlukan penjelasan.
3) Tahap Akhir
a. Peserta didik berdiskusi mengenai hasil kegiatan field trip, menyelesaikan
tugas kelompok beupa laporan yang disertai contoh askeb pada pasien
PEB.
b. Mengadakan post conference untuk mengevaluasi kegiatan clinic tour
yang telah dilakukan.

Daftar Pustaka
1. Sribd. Asnita Chan.Fitria. 2016. Metode Khusus. Diperoleh pada 13 Januari 2018
dari http://www.sribd.com/document/320699231/contoh-ujian-metode-khusus
2. Rahmawati, Ika. Arie Anggraini. 2016. Metode Pembelajaran Klinik “Clinic
Tour”. Malang. Diperoleh pada 13 Januari 2018 dari
http://www.sribd.com/document/361468978/macam-metode-pembelajaran-
klinik
3. Iryani, Detty. 2012. Mini Cex: Metode Penilaian Peforma Pada Pendidikan
Tahap Klinik. Padang. Diperoleh pada 13 Januari 2108 dari
http://jurnalmka.fk.unand.ac.id/index.php/art/article/viewFile/109/105
4. Nugroho, Susanto. (__). Mini Clinical Evaluation Exercise (Mini- CEX). Malang.
Diperoleh pada 15 Januari 2018 dari http:// http://slideplayer.info/slide/2012896/

Das könnte Ihnen auch gefallen