Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Fraktur Tengkorak
Fraktur Tengkorak
PENDAHULUAN
A. Fraktur Cranial
1. Definisi
2. Anatomi
mandibula disatukan pada sutura. Sutura dibentuk oleh selapis tipis jaringan fibrosa
yang mengunci pinggiran tulang yang bergerigi. Sutura mengalami osifikasi setelah
umur 35 tahun. Pada atap tengkorak, permukaan dalam dan luar dibentuk oleh
tulang padat dengan lapisan spongiosa yang disebut diploie terletak diantaranya.
Terdapat fariasi yang cukup besar pada ketebalan tulang tengkorak antar individu.
penglihatan dan pendengaran, sebagai tempat melekatnya otot yang bekerja pada
2. Tulang wajah :
3. Tulang hioid : bentuknya tapal kuda, tidak berartikulasi dengan tulang lain.
4. Sinus pranasal : terdiri dari ruang – ruang udara dalam tegkorak yang
berhubungan dengan rongga nasal. ( Sloane, 2003 )
3. Frekuensi
Fraktur linear sedehana adalah yang banyak ditemukan, terutama pada anak
– anak muda umur 5 tahun. Fraktur basilar 19-21% dari semua fraktur tulang
tengkorak. Fraktur depresi pada frontoparietal (75%), temporal (10%), occipital
(5%), dan lainnya (10%). Kebanyakan fraktur depresi adalah fraktur terbuka.
4. Etiologi
Salah satu penyebab fraktur tengkorak dapat disebabkan oleh trauma.
5. Patofisiologi
1. Tabula eksterna
2. Diploe
3. Tabula interna
2. Arah benturan
2. Perbandingan antara besar energi dan luasnya daerah bentura, semakin besar nilai
perbandingan ini akan cenderung menyebabkan fraktur depresi.
Tulang tengkorak sangat rentan pada trauma luar. Berbagai tekanan yang
diperlukan untuk menyebabkan fraktur tulang tengkorak dan ini bergantung pada
beberapa faktor: kecepatan, daya dan berat alat yang berdampak pada tulang, arah
sasaran pada tulang, kulit kepala dan tulang tengkorak dan juga bagian tulang
tengkorak yang diserang.
Ketebalan dan elastisitas jaringan tulang menentukan kemampuan tulang
tersebut untuk menyesuaikan diri dengan proses perubahan bentuk (deformasi) saat
benturan. Hal ini juga dipengaruhi oleh umur, dengan pertambahan usia maka
elastisitas jaringan tulang akan berkurang. Pada saat benturan terjadi peristiwa
penekanan pada tabula eksterna di tempat benturan dan peristiwa peregangan pada
tabula ekterna. Peristiwa peregangan tabula interna ini tidak hanya terbatas pada
daerah kontak, tetapi meliputi seluruh tengkorak. Jika peregangan ini melebihi
kemampuan deformasi tulang tengkorak, maka terjadilah fraktur. Oleh sebab itu,
peristiwa fraktur tulang tengkorak berawal dari tabula interna yang kemudian
disusul oleh tabula ekterna.
1. Fraktur pada tabula interna biasanya lebih luas darapada fraktur pada tabula
ekterna di atasnya.
2. Sering ditemukan adanya fraktur tabula interna walaupun tabula eksterna masih
utuh.
3. Kemungkinan hal ini juga didukung oleh pengamatan banyak kasus epidural
hematoma akibat laserasi arteri meningia media, walapun pada pemeriksaan
awal dengan radiologi dan gambaran intaoperatif tidak tampak adanya fraktur
tabula eksterna tetapi terdapat garis fraktur pada tabula interna.
Akibat dari fraktur tulang tengkorak bisa jadi kronik karena kerusakan
axonal intrakranial. Kepala terutama sangat peka pada akselerasi dan deselerasi dan
daya rotasional. Cairan serebrospinalis dan meningeal di sekeliling otak
memberikan sebagian proteksi terhadap cedera axonal otak pada fraktur tulang
tengkorak. Fascia dan otot pada kulit kepala memberikan bantalan tambahan pada
otak.
Fraktur Linear
Fraktur tengkorak linier pada umumnya dihasilkan dari energi yang tidak
kuat seperti halnya trauma tumpul pada permukaan yang luas dari tulang tengkorak.
Dalam tidaknya fraktur mempengaruhi bagian dari tengkorak. Secara umum fraktur
ini tidak terlalu memberikan arti klinis yang berarti, kecuali mengenai jaringan
vaskuler, sinus pembuluh darah. Epidural hematom bisa memperberat. Fraktur
linier yang terjadi pada tulang tengkorak tanpa adanya fraktur depresi tidaklah
begitu berat kecuali terdapat robekan pembuluh darah yang dapat membuat
hematom ekstra dural, sehingga diperlukan depresi tulang secepatnya. Apabila
ujung tulang mengenai otak dapat merusak otak tersebut, sehingga dapat terjadi
penurunan kesadaran, kejang, koma hingga kematian.
Fraktur yang terjadi pada sutura sehingga terjadi pemisahan sutura kranial.
Fraktur ini biasa terjadi pada anak usia di bawah 3 tahun.
Fraktur Comminuted
Fraktur depresi apabila fragmen tulang tertekan, dengan atau tanpa robekan
pada kulit kepala. Fraktur Depresi bisa saja memerlukan perawatan pembedahan
untuk mengoreksi kelainannya. Fraktur Basilar adalah yang paling parah dan terjadi
retakan pada dasar tulang tengkorak.
Pukulan yang kuat pada tulang tengkorak dapat mengakibatkan patah tulang
depresi. Misalnya benturan oleh martil, kayu, batu, pipa besi, dll. Fraktur ini
biasanya comuniti, dengan fragmen tulang yang mulai dari fragmen maksimum
tumbukan dan tersebar ke daerah perifer. Sebagian besar fraktur depresi meliputi
regio frontoparietal, karena tulang pada daerah ini relatif tipis.
A. Fraktur Maksillofacial
1. Etiologi
Fraktur maxilla dapat disebabkan oleh trauma atau karena proses patologis.
1) Traumatic fracture
Fraktur yang disebabkan oleh pukulan pada:
perkelahian
kecelakaan
tembakan
2) Pathologic fracture
Fraktur yang disebabkan oleh keadaan patologis dimana tulang dalam
keadaan sakit, tulang tipis atau lemah, sehingga bila ada trauma ringan seperti
berbicara, makan dan mengunyah dapat terjadi fraktur.
Terjadi karena :
a) Penyakit tulang setempat
o Kista
o Tumor tulang jinak atau ganas
o Keadaan dimana resorpsi tulang sangat besar sekali sehingga
dengan atau tanpa trauma dapat terjadi fraktur, misalnya pada
osteomielitis
b) Penyakit umum yang mengenai tulang sehingga tulang mudah patah.
o Osteomalacia
o Osteoporosis
o Atrofi tulang secara umum
Gejala Klinik
Extra oral :
o Pembengkakan pada muka disertai vulnus laceratum
o Deformitas pada muka, muka terlihat asimetris
o Hematoma atau echymosis pada daerah yang terkena fraktur, kadang-
kadang terdapat infraorbital echymosis dan subconjunctival echymosis
o Penderita tidak dapat menutup mulut karena gigi posterior rahang atas dan
rahang bawah telah kontak lebih dulu.
Intra oral
o Echymosis pacta mucobucal rahang atas
o Vulnus laceratum, pembengkakan gingiva, kadang-kadang disertai
goyangnya gigi dan lepasnya gigi.
o Perdarahan yang berasal dari gingiva yang luka atau gigi yang luka, gigi
fraktur atau lepas.
o Open bite maloklusi sehingga penderita sukar mengunyah
b. Le Fort II :
Gejala klinik
Extra oral :
o Pembengkakan hebat pada muka dan hidung, pada daerah tersebut terasa
sakit.
o Dari samping muka terlihat rata karena adanya deformitas hidung.
o Bilateral circum echymosis, subconjunctival echymosis.
o Perdarahan dari hi dung yang disertai cairan cerebrospinal.
Intra oral
o Mulut sukar dibuka dan rahang bawah sulit digerakkan ke depan
o Adanya maloklusi open bite sehingga penderita sukar mengunyah.
o Palatum mole sering jatuh ke belakang sehingga dorsum lidah tertekan
sehingga timbul kesukaran bernafas.
o Terdapatnya kelainan gigi berupa fraktur, avultio,luxatio.
o Pada palpasi, seluruh bagian rahang atas dapat digerakkan, pada bagian
hidung terasa adanya step atau bagian yang tajam dan terasa sakit.
c. Le Fort III
Fraktur ini membentuk garis fraktur yang meliputi tulang-tulang nasalis,
maxillaris, orbita, ethmoid, sphenoid dan zygomaticus arch. Sepertiga bagian
tengah muka terdesak ke belakang sehingga terlihat muka rata yang disebut "Dish
Shape Face". Displacement ini selalu disebabkan karena tarikan ke arah belakang
dari M.pterygoideus dimana otot ini melekat pda sayap terbesar tulang sphenoid
dan tuberositas maxillary.
Geiala klinik
Extra oral :
o Pembengkakan hebat pada muka dan hidung
o Perdarahan pada palatum, pharinx, sinus maxillaris, hidung dan telinga.
o Terdapat bilateral circum echymosis dan subconjunctival echymosis.
o Pergerakan bola mata terbatas dan terdapat kelainan N.opticus dan saraf
motoris dari mata yang menyebabkan diplopia, kebutaan dan paralisis bola
mata yang temporer.
Intra oral :
o Mulut terbuka lebih lebar karena keadaan open bite yang berat.
o Rahang atas dapat lebih mudah digerakkan
o Perdarahan pada palatum dan pharynx.
o Pernafasan tersumbat karena tertekan oleh dorsum lidah.
d. Zygomaticus Complex Fracture
Tulang zygoma adalah tulang yang kokoh pada wajah dan jarang
mengalami fraktur. Namun tempat penyambungan dari lengkungnya sering fraktur.
Yang paling sering mengalami fraktur adalah temporal sutura dari lengkung
rahang.Fraktur garis sutura rim infra orbital, garis sutura zygomatic frontal dan
zygomatic maxillaris.
Geiala klinik :
o Penderita mengeluh sukar membuka rahang, merasa ada sesuatu yang
menahan, waktu membuka mulut ke depan condyle seperti tertahan.
o Bila cedera sudah beberapa hari dan pembengkakan hilang, terlihat adanya
depresi yang nyata sekeliling lengkung dengan lebar 1 atau 2 jari yang
dapat diraba.
o Pembengkakan periobital, echymosis.
o Rasa nyeri
o Epistaksis, perdarahan hidung disebabkan karena cedera, tersobeknya
selaput lendir antral oleh depresi fraktur zygomatic dengan perdarahan
lebih lanjut ke antrum melalui ostium maxilla ke rongga hidung.
o Rasa baal di bawah mata, rasa terbakar dan paraesthesia
o Perdarahan di daerah konjungtiva
o Gangguan penglihatan diplopia, kabur.
3. Pemeriksaaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi digunakan untuk menunjang diagnosa. Untuk
menegakkan diagnosa yang tepat sebaiknya digunakan beberapa posisi
pengambilan foto, karena tulang muka kedudukannya sedemikian rupa sehingga
tidak memungkinkan kita untuk melihatnya dari satu posisi saja. Pemeriksaan Ro
Foto untuk fraktur maxillofacial antara lain :
1. PA position
2. Waters position
3. Lateral position
4. Occipito Mental Projection
5. Zygomaticus
6. Panoramic
C. Fraktur Nasal
Fraktur tulang hidung dapat mengakibatkan terhalangnya jalan pernafasan
dan deformitas pada hidung. Jenis dan kerusakan yang timbul tergantung pada
kekuatan, arah dan mekanismenya. Terdapat beberapa jenis fraktur hidung antara
lain (Robinstein,2000) :
1. Klasifikasi Fraktur Nasal
Fraktur lateral
Adalah kasus yang paling sering terjadi, dimana hanya terjadi pada salah satu sisi
saja, kerusakan yang ditimbulkan tidak begitu parah.
Fraktur bilateral
Merupakan salah satu jenis fraktur yang juga paling sering terjadi selain fraktur
lateral, biasanya disertai dislokasi septum nasal atau terputusnya tulang nasal
dengan tulang maksilaris.
D. Fraktur Mandibula
Mandibula termasuk kedalam bagian sepertiga bawah wajah.
1. Klasifikasi Fraktur
a. Simple atau Closed : merupakan fraktur yang tidak menimbulkan luka terbuka
d. Greenstick : merupakan fraktur dimana salah satu korteks tulang patah, satu
e. Pathologic : merupakan fraktur yang terjadi sebagai luka yang cukup serius
f. Multiple : sebuah variasi dimana ada dua atau lebih garis fraktur pada tulang
bagian lainnya.
h. Atrophic : merupakan fraktur yang spontan yang terjadi akibat dari atropinya
i. Indirect : merupakan titik fraktur yang jauh dari tempat dimana terjadinya luka.
dengan jaringan lunak atau bagian-bagian lainnya, bisa simple atau compound.
b. Parasymphyseal : dari bagian distal symphysis hingga tepat pada garis alveolar
d. Angle : area segitiga yang berbatasan dengan batas anterior otot masseter
f. Processus Condylus : area pada superior prosesus kondilus hingga regio ramus.
DAFTAR PUSTAKA
Putz & Pabst, 2000, Atlas Anatomi Manusia Sobotta, Jilid 1, Edisi 21, EGC,
Jakarta.
Sjamsuhidajat & Wim De Jong, 2005, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, EGC,
Jakarta.