Sie sind auf Seite 1von 8

Cover

Kata pengantar
Daftar isi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pencemaran lingkungan adalah suatu hal yang dapat menganggu keseimbangan


ekosistem lingkungan dimana suatu ekosistem akan tercemar akibat dari aktivas manusia
baik karena industry , medis, transportasi maupun kegiatan lainnya.

1.2 Perumusan Masalah


1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Judul Peristiwa


Pada permasalahan ini , judul peristiwa permasalahan lingkungannya adalah Pencemaran
Limbah Medis di Sungai Panguragan Cirebon (2017).

2.2 Peristiwa kejadian dan Tempat kejadian


Kejadian pencemaran limbah medis di sungai Panguragan Cirebon pada tanggal 6
Desember 2017 dan berlangsung sampai tanggal 21 Desember 2017. Lokasi pencemaran limbah
medis ini terjadi di Sungai Desa Panguragan Wetan, Kecamatan Panguragan, Kabupaten
Cirebon, Jawa Barat.

2.3 Kronologis Peristiwa dan jumlah Korban


Awal dari peristiwa ini terjadi karena belasan ton limbah medis berbahaya bertebaran di
sepanjang bantaran Sungai Panguragan, Kecamatan Panguragan, Kabupatn Cirebon, Jawa Barat.
Limbah medis berupa jarum infus, jarum vaksin, dan suntik bekas, menumpuk dan bercecer
sepanjang dua ratus meter. Belum diketahui pasti asal limbah yang seharusnya dimusnahkan
tersebut. Namun diduga ada orang yang tidak bertanggung jawab yang membuang secara acak di
bantaran sungai. Bahkan beberapa limbah tampak masih berisi darah segar. Bahkan ada beberapa
plastik obat dan penangkal virus yang memunculkan penyakit HIV/AIDS.
Karena peristiwa ini, Banyak dampak yang ditimbulkan antara lain sangat mengganggu
kenyamanan para pengguna jalan, keberadaan limbah medis berisi virus dan bakteri ini juga
rentan memicu penyakit menular, seperti hepatitis B dan HIV/ AIDS. Terlebih saat ini memasuki
musim penghujan, membuat limbah medis tersebut rawan terbawa arus air sungai, mengotori
sungai dan membuat sungai tercemar. Air sungai menjadi tercemar dan tidak layak untuk
dikonsumsi.
2.4 Upaya Penanggulangan pencemaran (Pelaku, Pemerintah)
Seorang oknum anggota TNI AD berinisial Serma TDP ditetapkan sebagai tersangka oleh
Polisi Militer Daerah Militer (Pomdam) III/Siliwangi dalam kasus pembuangan limbah medis
tanpa diolah terlebih dulu di Desa/Kecamatan Panguragan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Komandan Pomdam III/Siliwangi Kolonel CPM Adrey Satwika Yogaswara mengatakan,
penetapan tersangka terhadap Serma TDP setelah penyidik Pomdam memeriksa sekitar 20 saksi
dan melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) di lokasi pembuangan limbah. Dari
penyelidikan ini diperoleh fakta, limbah medis berbahaya tersebut dibuang oleh sebuah
perusahaan milik Serma TDP bekerja sama dengan salah satu oknum anggota TNI.
Dari penyelidikan tersebut melanggar Pasal 98 dan Pasal 104 Undang-Undang No
32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan. Dia terancam hukuman 10 tahun
penjara. Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) III/Siliwangi Kolonel Arh Desy Aryanto
mengatakan, terkait limbah medis, tim Kesdam III/Siliwangi telah melakukan penelitian terhadap
kualitas air Sungai Cisadane, Ciliwung, dan Citarum. Dari uji klinis, air di tiga sungai tersebut
ditemukan bakteri pseudomonas aero gonosa yang berasal dari limbah medis.
sehingga untuk aliran sungai khususnya di sungai panguragan dliarang untuk dikonsumsi.
Khusus penanganan kasus limbah medis di desa Penguragan Kabupaten Cirebon ini
tela dilakukan pertemuan koordinasi penanganan darurat pemusnahannya bersama jasa
pengelolaah limbah B3 di Jakarta). Penimbunan tidak berizin di TPS liar Desa Penguragan
Wetan ini merupakan lokasi yang sudah dinyatakan dapat ditangani pemusnahan limbah B3-
nya setelah barang bukti mendapatkan ijin dari pengadilan untuk diangkat dari lokasi
kejadian. Sinta Saptarina Soemiarno, Direktur Penilaian Kinerja Pengelolaan Limbah B3
dan limbah Non B3 menyampaikan penanganan ini diperkiraan dapat diselesaikan dalam
dua hari. Penanganan darurat ini juga melibatkan bantuan warga setempat setelah
sebelumnya diberi briefing keselamatan kerja termasuk kelengkapan Alat Pelindung Diri
(APD).
Selanjutnya Qurie Purnamasari, Direktur Pemulihan Lahan Kontaminasi dan
Tanggap Darurat KLHK menjelaskan bahwa “Penangangan tanah terkontaminasi Limbah
B3 medis dalam keadaan darurat akan didahului dengan kegiatan identifikasi perkiraan
luasan, volume dan jenis limbah B3. Selanjutnya dilakukan proses pemilahan antara tanah
terkontaminasi dengan limbah medis, yang selanjutnya dilakukan pengemasan dan diangkut
untuk dikelola lebih lanjut oleh pengelola lanjutan Limbah B3 yang berizin. Jumlah limbah
terkontaminasi yang diperkiraan ada di TPS liar ini sekitar lebih dari 200 meter3”.
Penanggulangan dari pemerintah yakni Rumah Sakit maupun fasyankes lainnya dapat
memusnahkan limbah medisnya di insinerator sendiri yang sudah memiliki izin yang
dikeluarkan KLHK. Saat ini di Indonesia sudah tersedia 6 perusahaan jasa pengolah limbah
medis yang tersebar 5 fasilitas di Pulau Jawa dan 1 fasilitas di Kalimantan.
Ditjen PSLB3 terus menerus mencari solusi dari permasalahan pengelolaan limbah
medis nasional. Salah satu yang dilakukan adalah dengan membangun 1 unit insinerator
limbah medis sebagai percontohan di Makasar, Sulawesi Selatan. Percontohan ini
diharapkan dapat menjadi salah satu solusi terbatasnya pengelolaan limbah medis di wilayah
Indonesia timur.

2.5 Upaya Pencegahan agar tidak terjadi hal yang sama secara teknis dan sosial
Masyarakat

Dari permasalahan tersebut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)


Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah Limbah dan B3 KLHK, Rosa Vivien Ratnawati,
dalam pernyataan tertulisnya menyatakan bahwa pengangkatan dan pemusnahan limbah B3
ini merupakan bagian dari penanggulangan darurat pembuangan limbah medis yang
berserakan di lokasi umum yang membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan
hidup.

Limbah medis merupakan Limbah B3 menurut PP No 101 Tahun 2014 tentang


Pengelolaan Limbah B3 sehingga penanganan sejak ditimbulkan hingga penimbunan harus
tepat dan benar sesuai dengan persyaratan peraturan dengan prinsip “from cradle to grave”.
Pemerintah telah mengatur secara khusus pengelolaan limbah medis dalam Permenlhk No.
56 Tahun 2015 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah B3 dari
Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes).

Untuk mencegah hal yang serupa maka secara teknis dapat dilakukan dengan
pengawasan secara real di lapangan. Dan untuk pembuangan limbah medis dapat dikelola
terlebih dahulu .
BAB III
KESIMPULAN

Dari permasalahan tersebut,


Lampiran
Daftar Pustaka

https://www.pressreader.com/indonesia/kompas/20171208/281973197989536

https://www.pressreader.com/indonesia/kompas/20

https://daerah.sindonews.com/read/1267545/21/limbah-medis-berbahaya-menumpuk-di-bantaran-
sungai-di-cirebon-1513797687

https://daerah.sindonews.com/read/1275665/21/kasus-limbah-medis-di-cirebon-oknum-anggota-tni-
ad-tersangka-1516602493

Das könnte Ihnen auch gefallen