Sie sind auf Seite 1von 15

ASUHAN KEPERAWATAN

2.2.1. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, nama orang tua, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua,
alamat dan diagnosa medis serta tanggal masuk
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengalami peningkatan suhu tubuh >380C, peningkatan nadi, apnea, keletihan dan
kelemahan umum, inkontinesia baik urine ataupun fekal, sensitivitas terhadap makanan, mual
/ muntah yang berhubungan dengan aktivitas kejang. Klien akan merasa nyeri otot dan sakit
kepala.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya klien riwayat terjatuh / trauma, faktur, adanya riwayat alergi dan adanya infeksi.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Faktor resiko demam kejang pertama yang penting adalah deman, selain itu terdpat factor
herediter.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : kulit kepala bersih san beruban, tidak ada luka lesi, rambut klien tipis, mukosa
mulut kering, skelera tidak iketrik, konjungtiva anemis
b. Leher : tidak terdapat pembengkakan kelenjar tiroid ( tidak ada kelainan).
c. Dada : simetris kiri- kanan, tidak tertaba massa
d. abdomen : distansi abdomen, terdenngar bising usus
e. Ekstremitas : terpasang cairan infuse di tangan kanan dengan cairan RL, turgor kulit jelek ±
3 detik, kekuatan otot
f. Genitalia : tidak ada keluhan
g. Tanda-tanda vital
 Suhu tubuh klien meningkat lebih dari 37’5 C
 Pernapasan : Gigi mengatup, siasonosis, apnea, pernapasan menurun / cepat; peingkatan
mucus.
 Sirkulasi : Hipertensi, peningkatan nadi.
4. Tingkat pertumbuhan dan perkembangan pada anak balita (0-5 tahun) (Smeltzer,2000)
a. Pertumbuhan
Pertambahan BB 2 kg / tahun pada usia 21 bulan, kelihatan kurus, tapi aktifitas
motorik tinggi, system tubuh matang (berjalan dan lompat), TB 6-7 cm / tahun, kesulitan
makan, eliminasi mandiri, kognitif berkembang, mmebutuhkan pengalaman belajar, inisiatif
dan mampu identifikasi identitas diri.
b. Perkembangan (Motorik, bahasa, kognitif)
Berdiri satu kaki, menggoyangkan jari kaki, mengambar acak, menjepit benda, melambaikan
tangan, makan sendiri, menggunakan sendok, menyebutkan empat gambar dan warna,
menyebutkan warna benda, mengerti kata sifat, menirukan berbagai bunyi kata, paham
dengan arti larangan berespon terhadap panggilan, menagis bial dimarahi, permintaan
sederhana, kecemasan perpisahan orang terdekat, mengenali semua anggota keluarga.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. CT-Scan
Untuk mengetahui adanya keadaan patologis di otak : tumor, edema, infark, lesi congenital
dan hemogragik.
b. .MRI (Magnetic Resenance Imaging )
Menentukan adanya perubahan / patologis SSP
c. Rontgen Tengkorak
Tidak banyak mebantu untuk mendiagnosa aktivitas kejang kecuali untuk mengetahui
adanya fraktur
6. Pemeriksaan Metabolk (Pemeriksaan Laboratorium )
Meliputi :
 Glukosa darah
 Kalsium fungsi ginjal dan hepar
 Pemeriksaan adanya infeksi : test widal, lumbal fungsi
 Kecepatan sedimentasi, hitung platelet
 Pemeriksaan serologi imunologi
2.2.1. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajan, diagnosa keperwatan utama pasien dapat meliputi yang berikut :
(Doenges E. Marilynn,2002)
1. Resiko tinggi injury berhubungan dengan aktivitas motorik dan hilangnya kesadaran selama
kejang
2. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan penumpukan mucus, obstruksi lidah dan
benda asin
3. Gangguan perfusi serebral b / d peningkatan tekanan intracranial
4. Peningkatan suhu tubuh b/d status metabolic
5. Konsep diri : Body image, harga diri berhubungan dengan kehilangan control tubuh, reaksi
negative dari lingkungan terhadap penyakit
6. Kurang pengetahuan behubungan dengan kurangnya informasi
7. Resiko kejang demam berulang berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh
2.2.2. Implementasi
Implimentasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan. Implementasi keparawatan disesuaikan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun.
Implementasi dilakukan sesuai dengan kebutuhan klien dan dapat diterima oleh klien itu
sendiri dan keluarga klien
Jenis tindakan pada implimentasi ini terdiri dari tindakan :
 Independent
 Dependent
 Interdependent
2.2.3. Evaluasi
Keefektifan intervensi keparawatan pada anak dengan kejang dapat dilakukan dengan
pengkajian secara terus menerus dan evaluasi terhadap asuhan yang dapat di observasi :
1. Anak dan keluarga memahami tanda dan tingkah laku yang menyebakan kejang
2. Mengkaji lingkungan / situasi yang dapat membahayakan anak saat kejang
3. Keluarga mampu melakukan manajemen perawatan anak-anak selama kejang
4. Anak dan keluarga memahami tentang tearpi pengobatan dan bisa mengidentifikasi faktor-
faktor akibat pengobatan
5. Keluarga merasa tenang dan mengerti tentang kondisi anaknya
6. Anak merasakan bahagia, memahami tentang kesehatannya dan tetap berinteraksi dengan
teman-teman
A. Pengkajian
Pengkajian Fokus
1. Aktifitas dan istirahat
Gejala : keletihan,kelemahan umum,keterbatasan dalam beraktivitas atau bekerja
yang di timbulkan oleh diri sendiri atau orang terdekat atau pemberi asuhan kesehatan atau
orang lain.
Tanda : perubahan tonus atau kekuatan otot, gerakan involunter.
2. Sirkulasi atau kontraksi otot ataupun sekelompok otot
Gejala : Ikfal,hiperfensi,peningkatan nadi,sianosis
Postiktal : tanda-tanda fital normal atau depresi dengan penurunan.
3. Eliminasi nadi dan pernafasan.
Gejala : inkontinensia episodic
Tanda : a. Iktal adalah peningkatan tekanan kandung kemih tonus spingfer
b. postikal adalah otot relaksasi yang mengakibatkan inkontinensia
(baik urin atau Fekal).
4. Makanan dan Cairan
Gejala : Sensitivitas terhadap makanan, mual atau muntah yang berhubungan
efektifitas kejang.
Tanda : kerusakan jaringan atau gigi ( cidera selama kejang).
5. Nyeri atau kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri otot, atau punggung, nyeri abdominal
Tanda : tingkah laku yang berhati-hati, perubahan pada tonus otot, tingkah
laku distraksi atau gelisah
6. Pernafasan
Gejala : iktal : gigi mengatup, sianosis, pernafasan menurun atau cepat
peningkatan sekresi mucus.
7. Keamanan
Gejala : riwayat terjatuh atau trauma, fraktur
Tanda : trauma pada jaringan lunak atau ekimosis penurunan kekuatan atau tonus
otot secara menyeluruh.

B. Tumbuh Kembang Anak


Perkembangan pada anak mencakup perkembangan motorik halus, perkembangan
motorik kasar, perkembangan bahasa, dan perkembangan perilaku/adaptasi sosial.
1. Perkembangan Motorik Halus
Perkembangan motorik halus pada tiap tahap perkembangan anak adalah sebagai
berikut:
Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah dapat melakukan hal-
hal seperti memegang suatu objek, mengikuti objek dari sisi, mencoba memegang dan
memasukkan benda ke dalam mulut, memegang benda tapi terlepas,memerhatikan tangan dan
kaki, memegang benda dengan kedua tangan, serta menahan benda di tangan walaupun
hanya sebentar.
2. Perkembangan Motorik Kasar
Perkembangan motorik kasar pada tiap tahap perkembangan anak adalah sebagai
berikut :
Perkembangan motorik kasar pada usia ini dimulai dengan
kemampuan mengangkat kepala saat tengkurap, mencoba duduk sebentar dengan
ditopang, mampu duduk dengan kepala tegak, jatuh terduduk di pangkuan ketika disokong
pada posisi berdiri, kontrol kepala sempurna, mengangkat kepala sambil berbaring
telentang, berguling dari telentang ke miring, posisi lengan dan tungkai kurang
fleksi, dan berusaha merangkak.
3. Perkembangan Bahasa
Berikut ini akan disebutkan perkembangan bahasa pada tiap tahap usia anak.
Perkembangan bahasa pada usia ini ditandai dengan adanya
kemampuan bersuara dan tersenyum, mengucapkan huruf hidup, berseloteh,
mengucapkan kata “ooh/aah”, tertawa dan berteriak, mengoceh spontan, serta bereaksi
dengan mengoceh.

4. Perkembangan Perilaku /Adaptasi Sosial


Perkembangan perilaku pada tahap tumbuh kembang tiap usia adalah sebagai
berikut :
Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini dapat diawali dengan kemampuan
mengamati tangannya; tersenyum spontan dan membalas senyum bila diajak tersenyum ;
mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, dan kontak; tersenyum
pada wajah manusia; waktu tidur dalam sehari lebih sedikit daripada waktu terjaga;
membentuk siklus tidur bangun; menangis bila terjadi sesuatu yang aneh;
membedakan wajah-wajah yang dikenal dan tidak dikenal; senang menatap wajah-
wajah yang dikenalnya; serta terdiam bila ada orang yang tak dikenal (asing).

C. Pathways Kejang Demam

D. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan.
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan output berlebihan (dehidrasi).
3. Risiko terjadi kerusakn sel otak berhubungan dengan kejang.
4. Resiko tinggi injuri berhubungan dengan kejang.
5. Risiko kurang nutrisi berhubungan dengan anoreksia.
6. Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurangnya informasi.

E. Fokus Intervensi dan Rasional


1. Diagnosa Keperawatan : Potensial terjadi kejang ulang berhubungan dengan
hipertermi
Tujuan : Klien tidak mengalami kejang selama berhubungan dengan
hiperthermi
Kriteria hasil :
a. Tidak terjadi serangan kejang ulang.
b. Suhu 36,5 – 37,5ºC (bayi), 36 – 37,5ºC (anak)
c. Nadi 110 – 120 x/menit (bayi)
100-110 x/menit (anak)
d. Respirasi 30 – 40 x/menit (bayi)
24 – 28 x/menit (anak)
e. Kesadaran composmentis

Rencana Tindakan :
a. Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah menyerap
keringat.
Rasional : Proses konveksi akan terhalang oleh pakaian yang ketat dan
tidak menyerap keringat.
b. Berikan kompres dingin
Rasional : Perpindahan panas secara konduksi
c. Berikan ekstra cairan (susu, sari buah, dll)
Rasional : Saat demam kebutuhan akan cairan tubuh meningkat.
d. Observasi kejang dan tanda vital tiap 4 jam
Rasional : Pemantauan yang teratur menentukan tindakan yang akan
dilakukan.
e. Batasi aktivitas selama anak panas
Rasional : Aktivitas dapat meningkatkan metabolisme dan meningkatkan
panas.
f. Berikan anti piretika dan pengobatan sesuai instruksi.
Rasional : Menurunkan panas pada pusat hipotalamus dan sebagai
propilaksis

2. Diagnosa Keperawatan : Potensial terjadi trauma fisik berhubungan dengan


kurangnya koordinasi otot
Tujuan : Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan.
Kriteria Hasil :
a. Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan.
b. Mempertahankan tindakan yang mengontrol aktivitas kejang.
c. Mengidentifikasi tindakan yang harus diberikan ketika terjadi kejang.

Rencana Tindakan :
a. Beri pengaman pada sisi tempat tidur dan penggunaan tempat tidur yang
rendah.
Rasional : meminimalkan injuri saat kejang
b. Tinggalah bersama klien selama fase kejang.
Rasional : meningkatkan keamanan klien.
c. Berikan tongue spatel diantara gigi atas dan bawah.
Rasional : menurunkan resiko trauma pada mulut.
d. Letakkan klien di tempat yang lembut.
Rasional : membantu menurunkan resiko injuri fisik pada ekstimitas
ketika kontrol otot volunter berkurang.
e. Catat tipe kejang (lokasi,lama) dan frekuensi kejang.
Rasional : membantu menurunkan lokasi area cerebral yang terganggu.
f. Catat tanda-tanda vital sesudah fase kejang
Rasional : mendeteksi secara dini keadaan yang abnormal

3. Diagnosa Keperawatan / Masalah : Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan


keterbataaan informasi
Tujuan : Pengetahuan keluarga bertambah tentang penyakit anaknya.
Kriteria hasil :
a. Keluarga tidak sering bertanya tentang penyakit anaknya.
b. Keluarga mampu diikutsertakan dalam proses keperawatan.
c. keluarga mentaati setiap proses keperawatan.

Rencana Tindakan :
a. Kaji tingkat pengetahuan keluarga
Rasional : Mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki keluarga
dan kebenaran informasi yang didapat.
b. Beri penjelasan kepada keluarga sebab dan akibat kejang demam
Rasional : Penjelasan tentang kondisi yang dialami dapat membantu
menambah wawasan keluarga.
c. Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilakukan.
Rasional : Agar keluarga mengetahui tujuan setiap tindakan perawatan
d. Berikan Health Education tentang cara menolong anak kejang dan
mencegah kejang demam, antara lain :
1) Jangan panik saat kejang
2) Baringkan anak ditempat rata dan lembut.
3) Kepala dimiringkan.
4) Pasang gagang sendok yang telah dibungkus kain yang basah, lalu
dimasukkan ke mulut.
5) Setelah kejang berhenti dan pasien sadar segera minumkan obat
tunggu sampai keadaan tenang.
6) Jika suhu tinggi saat kejang lakukan kompres dingin dan beri banyak
minum
7) Segera bawa ke rumah sakit bila kejang lama.
Rasional : Sebagai upaya alih informasi dan mendidik keluarga agar
mandiri dalam mengatasi masalah kesehatan.
e. Berikan Health Education agar selalu sedia obat penurun panas, bila anak
panas.
Rasional : Mencegah peningkatan suhu lebih tinggi dan serangan kejang
ulang.
f. Jika anak sembuh, jaga agar anak tidak terkena penyakit infeksi dengan
menghindari orang atau teman yang menderita penyakit menular sehingga
tidak mencetuskan kenaikan suhu.
Rasional : Sebagai upaya preventif serangan ulang
g. Beritahukan keluarga jika anak akan mendapatkan imunisasi agar
memberitahukan kepada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah
menderita kejang demam.
Rasional : Imunisasi pertusis memberikan reaksi panas yang dapat
menyebabkan kejang demam
DAFTAR PUSTAKA

Lumbantobing, SM. 1989. Penatalaksanaan Mutakhir Kejang Pada Anak. Jakarta: Gaya Baru

Lynda, Juall C. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC

Marilyn, E. Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Matondang, Corry S. 2000. Diagnosis Fisis Pada Anak Edisi ke 2. Jakarta: Sagung Seto

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC

Rendle, John. 1994. Ikhtisar Penyakit Anak Edisi ke 6. Jakarta: Binapura Aksara

Santosa, NI. 1989. Perawatan I (Dasar-Dasar Keperawatan). Jakarta: DEPKES RI

Santosa, NI. 1993. Asuhan Kesehatan Dalam Konteks Keluarga. Jakarta: DEPKES RI

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Suharso, Darto. 1994. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Surabaya: F.K. Universitas Airlangga
Surabaya

Sumijati, M.E, dkk. 2000. Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang Lazim Terjadi
Pada Anak. Surabaya: PERKANI

Wahidiyat, Iskandar. 1985. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2. Jakarta: Info Medika
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Adanya riwayat keluarga dengan kejang demam, kejang terjadi pada usia 2-5 tahun,
adanya riwayat infeksi, lemah, badan/kulit teraba panas, kejang kurang dari 5 menit, kehilangan
kesadaran, sianosis
b. Pola nutrisi dan metabolik
Mual dan muntah berhubungan dengan aktivitas kejang, nafsu makan menurun, berat
badan menurun, membrane mukosa kering, konjungtiva tampak anemis, dan suhu tubuh
meningkat
c. Pola eliminasi
Frekuensi meningkat konsistensi cair, diare
d. Pola aktivitas dan latihan
Kelemahan umum, kehilangan kesadaran singkat, gerakan infolunter/kontraksi otot, kaku,
penurunan tonus otot
e. Pola persepsi dan konsep diri
Perasaan cemas, ketakutan dengan kondisi anak dikemudian hari
f. Pola sistem nilai dan kepercayaan
Nilai keyakinan mungkian meningkat seiring kebutuhan untuk mendapat sumber
kesembuhan dari Tuhan
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul:
a. Hipertermi b/d adanya proses infeksi
b. Resiko tinggi cedera fisik b/d aktifitas motorik yang meningkat (kejang)
c. Resiko tinggi pola nafas tidak efektif b/d penurunan neuromuscular
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang kurang
e. Resiko tinggi perubahan volume cairan kurang dari kebutuhanan tubuh b/d pengeluaran yang
berlebihan
f. Resiko tinggi gangguan perfusi jaringan ke otak b/d penurunan suplai O2
3. Perencanaan Keperawatan
a. Hipertermi b/d adanya proses infeksi
HYD: suhu normal 36oC – 37oC pada klien dalam jangka waktu 2 hari
Intervensi:
1) Kaji penyebab hipertermi
R/ hipertermi merupakan salah satu gejala/kompensasi tubuh terhadap adanya infeksi baik secra
lokal maupun secara sistematik
2) Observasi TTV
R/ pada klien hipertermi terjadi kenaikan TTV terutama suhu, nadi, pernapasan. Hal ni disebabkan
karana metabolisma tubuh meningkat.
3) Beri kompres hangat pada bagian dahi atau ketiak
R/ daerah dahi dan aksila merupakan jaringan tipis dan terdapat pembulu darah sehingga proses
vasodilatasi pembuluh darah lebih cepat sehinggga pergerakan-pergerakan molekul
cepat sehinga evaporasi meningkat dengan cepat
4) Beri minum sedikit-sedikit tapi sering
R/ untuk mengganti cairan yang hilang dan untuk mempertahankan cairan di dalam tubuh
5) Pakaikan pakaian yang tipis yang dapat menyerap keringat
R/ pakaian yang tipis dapat membantu mempercepat proses evaporasi
6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antipiretik
b. Resiko tinggi cedera fisik b/d aktifitas motorik yang meningkat (kejang)
HYD: lidah tidak tergigit dan jatuh ke belakang
Intevensi
1) Jelaskan pada keluarga akibat-akibat yang terjadi sat kejang berulang (lidah tergigit)
R/ panjelasan yang baik dan tepat sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan dalam
mengatasi kejang (lidah tergigit)
2) Sediakan spatel lidah yang telah dibungkur gaas verban
R/ sptel llidah digunakan untuk menahan lidah jjika tergigit
3) Beri posisi miring kiri/kanan
R/ mencegah aspirasi pada lambung
4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti konvulsan
R/ obat anti konvulsan sebagai pengatur gerakan motorik dalam hal ini anti konvulsan
menghentikan gerakan motorik yang berlebihan
c. Resiko tinggi pola nafas tidak efektif b/d penurunan neuromuscular
HYD : mempertahankan pola napas efektif
Intervensi:
1) Anjurkan pasien mengosongkan mulut dari benda atau zat tertentu
R/ menurunkan resiko aspirasi atau masuknya suatu benda asing ke faring.
2) Letakkan pasien pada posisi miring dan permukaan datar
R/ mencegah lidah jatuh dan menyumbat jalan napas
3) Masukkan spatel lidah/jalan napas buatan
R/ mencegah tejatuhnya lidah dan memfasilitasi saat melakukan pengisapan lendir
4) Kolabori dalm pemberian oksigen sesuai indikasi.
R/ menurunkan hipoksia serebral sebagai akibat dari sirkulasi yang menurun
d. Resiko tinggi gangguan perfusi jaringan ke otak b/d penurunan suplai O2
HYD: gangguan perfusi jaringan otak tidak terjadi
Intervensi:
1) Tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan keadaan terentu atau yang menyebabkan
penurunan perfusi jaringan otak
R/ penurunan tanda atau gejala neurologis atau kegagalan dalam pemulihannya setelah serangan
awal menunjukkan bahwapasien itu perlu dipindahkan ke keperawatan intensif
2) Observasi TTV
R/ periksa TTV sangat penting untuk mnegetahui tindakan selanjutnya
3) Pertahankan leher atau kepala pada posisi tengah kemudian sokong dengan handuk kecil atau
bantal kecil
R/ kepala yang miring pada satu sisi akan menekan vena jungularis dan menghambat aliran darah
vena yang selanjutnya meningkatkan TIK
4) Berikan waktu istirahat diantara aktifitas keperawatan yang dilakukan
R/ aktifitas yang dilakukan terus menerus dapat meningkatkan TIK dengan menimbulkan efek
stimulasi kumulatif
5) Catat adanya refleks-refleks menelan, batuk, babinski dan reaksi pupil
R/ penurunan refleks menandakan adanya kerusakan pada tigkat otak tengah atau batang otak
yang sangat berpengaruh langsungj terhadap keamanan pasien.
6) Anjurkan orang terdekat (keluarga) untuk berbicara dengan pasien.
R/ ungkapan keluarga yang menyenangkan pasien tampak mempunyai efek relaksasi pada
beberapa pasien.
e. Kecemasan orang tua berhubungan dengan dampak hospitalisasi
Hasil yang diharapkan : orang tua tidak merasa cemas
Intervensi :
1) Kaji persepsi orang tua terhadap penyakit klien
R/ persepsi yang positif dalm membina kerja sama yang baik dalam proses keperawatan.
2) Beri sopport pada keluargaa bahwa klien akan sembuh kalau rutin dalam perawatan dan
pengobatan
R/ menaati anjuran atau larangan serta ketekunan mengkonsummsi obat dapat mempercepat
proses penyembuhan.
3) Berikan kesempatan mengungkapakan perasaannya (apa yang dirasakan orang tua saat itu)
R/ mengurangi beban psikologis dengan menyalurkan aspek emosional secara efektif dan cepat.
4) Beri informasi tentang cara mengatasi kejang seperti ana dibaringkan di tempat yang datar,
kepalanya dimiringkan dan pasang gagang sendok yang telah dibungkus kain bersih.
R/ dapat meningkatkan pengetahuan orang tua sehingga dapat mengurangi kecemasan.
5) Anjurkan kepada keluarga untuk selalu berdoa dan mendekatkan diri kepada Tuhan.
R/ dengan mendekatkan diri pada Tuhan dapat mengurangi ansietas orang tua
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif.
Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien.
5. Evaluasi
Merupakan tahap terakhir dalam proses keperawatan. Tujuan evaluasi adalah untuk
menilai apakah tujuan dalam keperawatan tercapai atau tidak untuk melakukan pengkajian ulang
untuk menilai apakah tujuan tercapai sebagian, seluruhnya atau tidak tercapai dapat dibuktikan
dari perilaku pasien dan pemeriksaan penunjang lainnya.
Dalam hal ini juga sebagai langka koreksi terhadap rencana keperawatan semula. Untuk mencapai
rencana keperawatan berikutnya yang lebih relevan.
6. Penkes
Orangtua sering panik menghadapi kejang karena merupakan peristiwa yang menakutkan.
Kecemasan ini dapat dikurangi dengan antara lain:
a. Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik
b. Memberitahukan cara penanganan kejang
c. Memberi informasi tentang risiko kejang berulang
d. Pemberian obat pencegahan memang efektif, tetapi harus diingat risiko efek samping obat
Jika anak kejang, lakukan hal berikut :
a. Tetap tenang dan tidak panik
b. Kendorkan pakaian yang ketat, terutama sekitar leher
c. Jika tidak sadar, posisikan anak telentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan atau lendir
di mulut dan/atau hidung. Walaupun ada risiko lidah tergigit, jangan masukkan apapun ke dalam
mulut.
d. Ukur suhu tubuh, catat lama dan bentuk/sifat kejang
e. Tetap bersama anak selama kejang
f. Berikan diazepam per rektal. Jangan diberikan jika kejang telah berhenti.
g. Bawa ke tenaga kesehatan atau rumahsakit jika kejang berlangsung ≥ 5 menit.
DAFTAR PUSTAKA

Lumbantobing. 1989. Penatalaksanaan Mutakhir Kejang Pada Anak.Jakarta : FKUI

Mansjoer, arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III vol. 1. Jakarta : Media Aesculapius.

Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta

Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 2, hal 847. Cetakan ke 9. 2000 bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI

Doenges, E, Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

khaidirmuhaj (http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/02/askep-anak-kejang-demam.html)
http://www.kuliah-keperawatan.co.cc/2009/04/kejang-demam.html

Das könnte Ihnen auch gefallen